Anda di halaman 1dari 5

MENYIASATI GANGGUAN CEMAS(1)

Prof. H. Ayub Sani Ibrahim, dr., Sp.Kj


Rabu, 26 Jun 2002 08:00:12

Pdpersi, Jakarta -
Memasuki abad ke XXII, masyarakat Indonesia secara serta merta langsung
berhadapan dengan berbagai masalah, terutama masalah sosial, moneter dan
ekonomi dengan kadar yang semakin terpuruk.

Pemerintah hingga pada saat ini belum berhasil menanggulangi berbagai


kesulitan yang datang secara runtun beruntun. Kondisi yang semakin bertambah
jelek, dengan akibat semakin mempersulit kehidupan masyarakat luas.

Teror terjadi di mana-mana. Pembunuhan merajalela, longsor, banjir, dan


huruhara seperti tak berakhir. Bentrokan antar etnik, dan antar agama semakin
menjadi-jadi. Di Aceh ketakutan pada era Daerah Operasi Militer (DOM) belum
berakhir. Separatisme baik di Aceh maupun di Papua atau daerah lainnya makin
memuncak. Keadaan yang serupa ini telah menimbulkan ketakutan.

Mekanisme pemerintahan, seakan tak mampu meredam kondisi yang semakin


tak menentu. Aparat pemerintahan, sejak dari puncak sampai ke akar dalam
keadaan hilang akal. Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang diharapkan sirna
dengan datangnya reformasi, nyatanya tetap saja terjadi. Reformasi hanyalah
fatamorgana. KKN telah menjadi dan merukan budaya bangsa.

Elit politik bak manusia buatan. Inilah yang disebut dengan terracota Indonesia.
Pada saatnya, semua akan masuk keranjang sampah, sehingga istilah
pemerintahan keranjang sampah cocok diberikan kepada pemerintahan pada saat
ini.

Harga kebutuhan pokok naik seperti deret ukur. Kesenjangan semakin tajam,
Pengangguran bertambah, lapangan kerja semakin menyempit. Tenaga kerja
Indonesia pada usia produktif, menjual tenaganya keluar negeri sebagai buruh
kasar (Arab, Taiwan, Malaysia,dan Hongkong serta negara lainya). Padahal
mereka pun tahu bahwa rintik rupiah di negeri sendiri tetap lebih baik
dibandingkan hujan dollar di negeri orang.

Resultante terhadap kondisi yang semacam ini akan mengakibatkan terjadinya


frustasi, konflik dan stres. Pada giliranya kumulasi stres yang bertambah akan
menimbulkan kecemasan.

Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung singkat dan


merupakan respon yang wajar, pada saat individu menghadapi tekanan atau
peristiwa yang mengecam kehidupanya.

Istilah dalam ilmu kedokteran, kecemasan disebut dengan istilah Anxietas. Ada
dua macam bentuk anxietas yaitu anxietas normal anxietas patologik. Anxietas
yang normal, merupakan kecemasan yang dapat ditelusuri sumbernya dan
merupakan suatu yang akrab dalam kehidupan manusia. Anxietas yang
penyebabnya tidak dapat ditelusuri dan tidak dapat diusut.

Gangguan anxietas memperingatkan akan adanya ancaman external dan internal


misalnya ancaman cedera pada tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan
mendapat hukuman, frustasi perpisahan, gangguan terhadap status atau
terganggunya kebutuhan seseorang.
Seseorang yang mengalami gangguan anxietas akan terpaksa melarikan diri
(flight) atau berkelahi (fight), yaitu dengan cara mengerahkan seluruh energi
psikologis guna mempertahankan dirinya. Energi psikologis yang masih tersedia,
semakin lama semakin berkurang. Akibat mekanisme pembelaan hampir-hampir
tidak emmpu melawan ancaman tersebut sehingga menimbulkan sejumlah
perubahan pada organ tubuh, yang ditandai dengan gangguan fisiologik,
otonomik, biokimiawi, hormonal dan gangguan psikologik.

Bila pasien gangguan anxietas tidak mendapat pertolongan segera dan secara
tepat, maka pasien ini menjadi #Doctor Shopping#, berpindah dari satu dokter
kedokter yang lain, mulai dari dokter umum sampai dokter spesialis.

Inilah tragedi anak manusia yang menghadapi gangguan anxietas. Memang


teramat musykil memahami gangguan anxietas.
GANGGUAN ANXIETAS
Gangguan anxietas menimbulkan sejumlah gejala, pada:
 Sistem urogenital dengan sebentar-sebentar ingin kencing, atau bahkan
sulit kencing.
 Sistem kardiovaskuler (jantung dan sistem pembuluh darah), gejala darah
tinggi, keringat dingin, debaran jantung berdetak lebih kencang, sakit
kepala, kaki dan tangan terasa dingin.
 Sistem gastrointestinalis: diare, kembung, lambung terasa perih, perasaan
sebah, banyak angin di dalam perut (dinyatakan sebagai angin duduk).
Kemungkinan dapat pula terjadi obstipasi (susah kebelakang).
 Sistem respiratorius, ditandai dengan gejala megap-megap tak dapat
bernapas, dan hidung tersumbat.
 Gangguan pada sistem muskulosketel dalam bentuk gejala kejang-kejang
pada otot, gangguan pada sendi (mirip gejala rematik).
 Gangguan psikologis dengan tanda-tanda akan pingsan, takut sekali akan
menjadi gila dan takut mati. Gejala psikologis lainya berupa derealisasi
(merasa apa yang ada diluar dirinya berubah menjadi lain), serta dengan
gejala depersonalisasi (dirinya bukan dirinya).
 Gangguan anxietas cenderung menimbulkan kebingungan, desertai
distorsi persepsi, gangguan orientasi, (ruang dan waktu). Distorsi yang
semacam ini akan mengganggu kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan kemampuan assosiatif.

Mekanisme yang digunakan oleh tubuh tergantung pada kepribadian, lingkungan


sosialnya (pandangan hidup, kepercayaan masyarakat, adat istiadat dan
pengaruh lingkungan hidup).

Sebagai contoh bila serangan merupakan serangan kuman, bakteri, virus atau
penyebab yang lain, maka timbul mekanisme badan yang ditunjukkan dengan
adanya lekositosis, suhu tinggi atau perubahan pada organ tubuh, yang terjadi
secara otomatis dan tanpa disengaja.

Begitu pula halnya dengan jiwa manusia, terjadi mekanisme pembelaan secara
tidak disadari dan tanpa disengaja terhadap datangnya anxietas. Anxietas
mungkin akan menghilang dengan adanya mekanisme pembelaan, muncul dalam
bentuk devariatif (anak turunanya), dalam jenis dan bentuk gejala yang lain.
PREVALENSI GANGGUAN ANXIETAS
Prevalensi (angka kesakitan) gangguan anxietas berkisar pada nagkan 6-7% dari
populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak dibandingkan prevalensi
kelompok laki-laki.
Beberapa tahun yang lalu hasil penelitian yang pernah dilakukan pada kelompok
perempuan yang tinggal di rumah susun Klender Jakarta Timut, menunjukkan
prevalensi gangguan anxietas sebesar 9,8% .

Penelitian lainya yang dilakukan pada sejumlah karyawan pada tingkat eksekutif
di beberapa Instansi Pemerintah, maupun Instansi Swasta di Jakarta,
menunjukkan prevalensi phobia sosial, (satu di antara gangguan anxietas),
sebesar 10-16%.

Penelitian yang dilakukan pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan pada
murid SLA di dua kawasan Jakarta yaitu Jakarta Selatan dan Jakarta Utara,
prevalensi gangguan anxietas sebesar 8-12%.

Penelitian yang sama dengan menggunakan Hamilton anxiety Rating Scale, telah
dilakukan pada kelompok perempuan di dua kelurahan, yaitu di Tanjung Duren
Utara dan Tanjung Duren Selatan (Kecamatan Grogol Petamburan), ternyata
prevalensi anxietas sebesar 9,4%.

Paparan di atas menunjukkan bahwa gangguan anxietas di Indonesia terutama di


kota Jakarta, menunjukkan prevalensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-
rata umum.

Gangguan anxietas dan masalah kesehatan.


Gangguan anxietas merupakan ketakutan (fear) yang berlangsung secara terus
menerus. Dengan demikian, gangguan anxietas seyogianya mendapatkan
penatalaksanaan dengan segera, seandainya tidak mendapatkan pertolongan
secara cepat, maka gangguan anxietas berpotensi menimbulkan biaya ekonomi
kesehatan yang cukup tinggi. Pada sisi yang lain apabila pasien gangguan
anxietas tidak mendapatkan terapi yang cepat dan tepat akan mengalami
berbagai gejala yang tidak menyenangkan, mengakibatkan hendaya dalam fungsi
sosial, pekerjaan dan peranya.

Gangguan anxietas merupakan masalah kesehatan pada umumnya dan masalah


kesehatan jiwa pada khususnya. Sejak lima tahun yang lalu, masalah kesehatan
jiwa menjadi perhatian dunia. Pada bulan Oktober 1997 yang lalu dinyatakan oleh
World Health Organization, sebagai Tahun Kesehatan Jiwa. Pertimbangan ini,
sangat beralasan dengana hasil studi Bank Dunia, ternyata gangguan kesehatan
jiwa khususnya gangguan anxietas (neurosis), merupakan penyebab utama
hilangnya sejumlah tahun bagi kualitas hidup manusia
JENIS GANGGUAN ANXIETAS

Bentuk gangguan anxietas, terdiri atas:


1. Kecemasan Neurotik
2. Kecemasan Psikotik
3. Kecemasan Sosial, dan
4. Kecemasan Neurotik
5. Kecemasan Psikotik
6. Kecemasan Sosial, dan

7. Kecemasan Hati Nurani.


1.  Kecemasan Neurotik
Merupakan kecemasan yang berasal dari dalam tubuhnya. Tubuh tidak berhasil
menghalau kecemasan, dan kecemasan muncul dalam bentuk derrivatif (anak
turunannya), misalnya Fobia, Gangguan Obsessif-Kompulsif, Reaksi Konvensi dan
Gangguan Psikofisiologik. Reaksi neurotik yang sedemikian ini dikenal dengan
nama # free floating anxiety #. Kecemasan ini tak tertuju pada suatu gagasan
melainkan mengembara kian kemari. sedangkan #bound anxiety# kecemasan ini
terikat hanya pada suatu gagasan.
Kecemasan neurotik dalam kejadianya dapat digambarkan sebagai berikut :
KECEMASAN

TERJADI
REPRESI DAN KONFLIK

KECEMASAN MENAHUN

STRES

MEKANISME PERTAHANAN
KURANG EFEKTIF

KECEMASAN NEUROTIK
Kecemasan neurotik dihayati secara subyektif. Dapat disertai dengan beberapa
(atau) dari gejala fisiologis seperti ketegangan otot, kegelisahan (agitasi),
gemetar pupil dan detak nadi yang cepat. Disertai dengan gejala tambahan, yang
merupakan akibat sekunder, misalnya kelelahan, susah tidur (insomnia), mudah
tersinggung (iritabilitas), kesulitan mempertahankan perilaku dan berbagai
gangguan lainnya.
2.  Kecemasan Psikotik
Kecemasan yang etrdapat pada kecemasan psikotik bukanlah gejala ini atau yang
menentukan. anxietas di siniebih berupa gejala biasa pada kondisi Psikotik.
Gejala Psikotik datang dengan gejala utama yaitu waham dan hallusinasi.
3.  Kecemasan Sosial

Merupakan kondisi yang sangat menekan perasaan individu karena pada situasi-
kondisi dan obyek tertentu dapat menimbulkan gangguan anxietas. Situasi-
kondisi-obyek tersebut, misalnya:
Memperlihatkan diri di depan umum. Dalam keadaan yang sedemikian ini,
seseorang akan merasa cemas. Pada umumnya yang bersangkutan dinyatakan
sebagai seorang yang pemalu, penakut, merasa tidak tenteram bila berkumpul
dengan orang-orang yang masih asing dengannya.
1. Cemas kalau-kalau kehilangan kontrol atas dirinya bila
berada ditempat ramai dan tanpa disadari individu yang
bersangkutan merasa akan segera jatuh pingsan.

2. Cemas kalau-kalau memperlihatkan ketidak mampuannya,


sehingga merasa terganggu. Bila pada setiap kalinya individu
yang bersangkutan tidak diperlakukan dan tidak dihargai
sebagaimana mestinya, maka individu bersangkutan merasa
rendah diri, merasa bersalah dan membenci diri sendiri.

3. Pada umumnya, keadaan anxietas yang relatif ringan,


bersifat self liminating (sembuh sendiri) dan bisa teratasi
dengan berjalanya waktu. Dialin pihak gangguan anxietas
akan menjadi berkepanjangan dan menjurus serta akan
menjadi lingkaran anxietas yang tidak berkesudahan.
Bila dalam riwayat perkembangan pramobid pasien sudah
menghadapi stres kehidupan terutama dengan timbulnya gejala-
gejala yang menahun, sebaiknya kasus tersebut, mendapat
penanganan yang spesialistik.
4.  Kecemasan Hati Nurani
Kecemasan hati nurani merupakan respon terhadap perasaan hati
nurani, bahwa dia tidak akan bahadia dan tidak mampu berbuat
apapun. Seseorang merasa cemas akan hidupnya dan disertai
perasaan takut akan mati.

Klarifikasi Gangguan anxietas


Berdasarkan Diagnostik and Statistical Manual - IV (DSM - IV)
300. Gangguan Neurotik
300.00 Keadaan cemas
300.00 Keadaan cemas yang tidak spesifik
300.01 Gangguan panik
300.02 Gangguan cemas umum
3001. Gangguan Fobia
300.20 Fobia tidak spesifik
300.21 Agorafobia dengan serangan panik
300.22 Agorafobia tanpa serangan panik
300.23 Fosia sosial
300.29 Isolasi lain atau fobia simpleks
3002. Gangguan obsesif-kompulsif
308 Reaksi akut terhadap stres
308.3 Gangguan stres akut
309 Reaksi penyesuaian
309.81 Gangguan stres pascatrauma

Anda mungkin juga menyukai