BAB I
PENDAHULU
AN
penulis tertarik untuk berusaha memberikan sebuah rangkuman dan beberapa catatan riset yang
disajikan dalam bentuk makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Effusi Pleura
dengan Water Sealed Drainage”, dengan harapan dapat memberikan manfaat yang lebih baik
untuk pembaca, khususnya pada mahasiswa kesehatan yang menjadi bibit terwujudnya cita-cita
yang lebih baik sebagaimana tertulis di atas.
1.2. Tujuan Penulisan
Makalah
1.2.1. Tujuan
Umum
Tujuan secara umum dari ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari gambaran umum dari effusi pleura sebagai salah satu dari penyakit
pernafasan.
1.2.2. Tujuan
Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang
effusi pleura yang meliputi:
a. Konsep dasar perjalanan penyakit effusi pleura yang dimulai dari pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, cara pencegahan, dan beberapa hal lain yang dapat memberikan
gambaran pengetahuan tentang penyakit tersebut.
b. Konsep dasar Water Sealed Drainage yang meliputi pengertian, indikasi pemasangan,
kontra indikasi, jenis-jenis WSD, dan beberapa hal lain yang terkait dengan pemasangan
WSD.
c. Konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, cara pengambilan
diagnosa, serta intervensi dan implementasi yang dapat diterapkan terhadap pasien
dengan effusi pleura dengan WSD.
1.3. Relevansi Terhadap Keperawatan
1.3.1. Bagi
Penulis
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan
dalam melakukan pencarian literatur penelitian serta mendapatkan informasi tentang effusi
pleura secara khusus. Selain itu juga diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai
literatur pendukung dalam pengembangan penelitian yang lebih lanjut.
1.3.2. Bagi Institusi
Pendidikan
Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadikan suatu masukan bagi Institusi
Pendidikan untuk memberikan pengetahuan lebih tentang konsep perjalanan penyakit dan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed
Drainage
3
asuhan keperawatan pada pasien dengan effusi pleura sebagai salah satu topik dalam
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Dalam keadaa normal, rongga pleura berisi sedikit cairan (sekitar 10 – 20 ml) untuk
sekedar melicinkan permukaan pleura parietalis dan visceralis yang saling bergerak karena
adanya kegiatan bernafas. Cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis yang
bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura visceralis yang bertekanan rendah. Dan
diserap juga oleh kelenjar limfe dalam pleura parietalis dan pleura visceralis.
- Sitologi: sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel
besar dengan banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.
- Bakteriologi: menentukan jenis bakteri yang menginfeksi.
- Biopsi pleura.
2.1.5. Penatalaksanaan
2.1.5.1. Penatalaksanaan Diet Effusi Pleura
Jenis diet yang diberikan pada kasus effusi pleura adalah TKTP
(Tinggi Kalori Tinggi Protein. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
kalori dan protein untuk mencegah dan mengurangi adanya kerusakan jaringan
tubuh, khususnya paru-paru. Selain itu diet TKTP juga memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hemoglobin sebagai pigmen sel darah merah yang berfungsi sebagai zat
pengangkut oksigen dan karbondioksida akan berikatan dengan protein, begitu
pula dalam proses penggumpalan darah, protein juga dibutuhkan.
b. Mengatur keseimbangan cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam intraseluler, intravaskuler, dan interstisial diatur
oleh protein dan elektrolit, sehingga apabila terjadi kekurangan protein akan
dapat mengakibatkan penurunan dan perpindahan cairan.
(Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
2009)
Ekspirasi
menurun b. Sistem dua botol
- Digunakan 2 botol: 1 botol untuk mengumpulkan cairan drainage dan botol ke 2
sebagai botol water seal.
- Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi
water seal.
- Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura
masuk ke water seal botol 2.
- Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga
pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD.
- Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
peural.
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
e. Tindakan Setelah Prosedur
- Perhatikan undulasi pada selang WSD
Bila undulasi tidak ada, maka berbagai kondisi dapat terjadi, diantaranya adalah:
Motor suction tidak berjalan
Selang tersumbat
Selang terlipat
Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem
drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
- Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
- Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.
- Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui
jumlah
cairan yg keluar.
- Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
- Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
- Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai
slang terlipat
- Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.
- Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.
- Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan
yang dibuang.
- Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
- Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan.
- Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif.
- Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
- Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
- Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan
gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
2.3.2. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien
Terdiri dari: nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2) Keluhan Utama
- Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien.
- Biasanya, dada pasien dengan effusi pleura didaptkan keluhan berupa: sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuretik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan perjalanan penyakit pasien saat ini sehingga di bawa ke rumah sakit.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Membahas tentang riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita klien berhubungan
dengan yang diderita pasien saat ini.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Membahasa tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga
pasien yang disinyalir sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: kanker
paru, TBC, dll
6) Riwayat Psikososial
Bahasan ini meliputi perasaan pasien terhadap sakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang
dilakukan terhadap dirinya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
Meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, saturasi oksigen (jika dibutuhkan)
2) Tingkat Kesadaran
Disini perlu dikaji bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien
selama dilakukan anamnese, mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien, sebagai bahan memperkuat memperoleh data apakah
composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
3) ROS (review Of System)
- B1 (Breath)
Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada,
retraksi interkostal
Fremitus fokal
Perkusi dada : hipersonor
Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi
paru, tumor, biopsi paruB2 (Blood)
- B2 (Blood)
Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
Hipertensi / hipotensi
CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
- B3 (Brain)
Tentukan GCS pasien
Tentukan adanya keluhan pusing,
Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar
6-7 jam.
ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya
nyeri dada sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-
tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan
perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
pasien
- B4 (Bladder)
Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria,
retensi, inkontinensia
Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal
adalah sekitar 500cc/hari dan berwarna kuning bening
Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral.
Intake cairan yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
- B5
(Bowel)
Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
Peristaltic usus tiap menitnya
Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
- B6
(Bone)
Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
Keadaan turgor kulit
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Darah lengkap dan kimia darah
3) Bakteriologis
4) Analisis cairan pleura
5) Pemeriksaan radiologis
6) Biopsi
2.3.3. Diagnosa
Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
b. Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-
faktor fisik (pemasangan selang dada)
c. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi.
2.3.4. Intervensi, Tujuan, Kriteria Hasil dan Rasional
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
1) Data penunjang:
Dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernafasan, penggunaan otot aksesori,
gangguan pengembangan dada, sianosis.
2) Tujuan:
Tujuan dari tindakan keperawatan pada diagnosa ini adalah pola nafas kembali
efektif.
3) Kriteria hasil:
- Pola nafas efektif atau normal (frekuensi dan keteraturan)
- Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal,
peninggian kepala tempat tidur (head meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
up) pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dipasang:
- Periksa pengontrol penghisapan, - Mempertahankan tekanan negative
batas cairan. intrapleural sesuai dengan yang
diberikan, yang meningkatkan ekspansi
pasru optimum dan atau drainase cairan.
- Gelembung udara selama ekspirasi
- Observasi gelembung udara menunjukkan lubang angin dari
botol penampung pneumothoraks. Naik turunnya
gelembung udara menunjukkan
ekspansi paru
Klem selang pada bagian bawah unit Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat
drainase bila terjadi kebocoran system
Awasi pasang surutnya Flutuasi (pasang surut) menunjukkan
air perbedaan tekanan inspirasi dan ekspirasi
penampung
Catat dan dan
karakter waterjumlah
seal drainase Berguna dalam mengevaluasi perbaikan
Adanya inflamasi di daerah yang telah terpasang WSD, suhu tubuh meningkat,
nyeri pada daerah yang terpasang WSD.
2) Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah mencegah
dan menangani agar tidak terjadi infeksi pada pasien.
3) Kriteria hasil:
- Tidak terjadi inflamasi pada daerah yang terpasang WSD
- Tidak timbul rasa nyeri
o o
- Suhu tubuh normal (36,5 C – 75,5 C)
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD Untuk menjaga kebersihan daerah yang
secara teratur terpasang WSD sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
untuk
merawat daerah WSD dan
instruksikan untuk merawatnya secara
teratur
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan Mencegah kontaminasi lingkungan
yang benar terhadap pasien yang dapat memicu
terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pengunjung untuk Mencegah kontaminasi lingkungan
mencuci tangan sewaktu masuk dan terhadap pasien yang dapat memicu
meninggalkan ruang pasien terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pasien dan keluarga Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin
tanda/gejala infeksi dan kapan harus sehingga dapa segera dilakukan tindakan
melaporkan ke pusat kesehatan agar infeksi tidak semakin parah
Kolaborasikan untuk member Mengendalikan factor pemicu infeksi
antibiotik jika diperlukan
Batasi jumlah pengunjung Meminimalkan pemicu infeksi
jika
diperlukan
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi.
1) Data penunjang:
Pasien sering bertanya, ketidak akuratan mengikuti instruksi, pasien
tampak gelisah.
2) Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah kebutuhan akan
pengetahuan pasien dapat terpenuhi.
3) Kriteria hasil:
- Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau proses penyakit dan
rencana pengobatan.
- Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan.
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang Belajar ditingkatkan bila individu
terdekat dalam proses belajar, secara aktif berperan
misalnya: diskusi, partisipasi kelompok
Berikan informasi tertulis dan verbal Membantu pasien dan orang terdekat
sesuai indikasi. Masukkan daftar membuat pilihan berdasarkan informasi
artikel dan buku yang berhubungan tentang masa depan.
dengan kebutuhan pasien/ keluarga
dan dorong membaca dan
memdiskusikan apa yang mereka
pelajari
Informasikan kepada pasien tentang Mengurangi ras cemas pasien akibat
efek-efek pemasangan WSD terpasangnya alat di tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan Mengetahui keefektifan intervensi yang
penyakit dan proses pengobatannya telah dilakukan
BAB III
PENUTU
P
3.1. Kesimpulan
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam jumlah yang berlebihan
didalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi
(penyerapan ) cairan pleura.
Water Sealed Drainage merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax, dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan WSD terdiri dari pengkajian, penegakan
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan sebagaimana standart ilmu
keperawatan.
3.2. Saran
3.2.1. Pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dari makalah ini tidak
menganggap bahwa makalah ini dapat digunakan sebagai literatur baru untuk penyelesaian
tugas-tugas perkuliahan maupun literatur penelitian, makalahini hanya berisi tentang
rangkuman dan sebaiknya jika akan menggunakan literatur, pembaca dapat mengambil dari
beberapa literatur yang tertulis dalam daftar pustaka.
3.2.2. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan merupakan sarana utama untuk memperoleh pendidikan
sebagai mana mestinya, karenanya apabila dalam makalah ini adalah kekurangan,
diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan masukan dan saran untuk penulis
dengan memberikan revisi gambaran umum dalam makalah ini.
3.2.3. Bidang Keperawatan
Dalam bidang keperawatan, beberapa tindakan invasive dan kolaborative
merupakan sebuah standart yang harus menjadi tolak ukur untuk mencegah sebuah
kesalah dalam tindakan, maka dengan makalah ini harapan penulis adalah perawat tau
bahwa tindakan WSD hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, perawat hanya
membantu asistensi dalam tindakan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Bagian Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ahli Gizi Indonesia. 2002. Penuntun Diet. Jakarta:
PT.
Gramedia Pustaka Utama.
file:///H:/romsons-romo-seal%20WSD.htm
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika.
Price. A, Sylvia, M. Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta:
EGC. Sjamsuhidayat. 2005. Ilmu Penyakit Dalam Untuk Perawat. FKUI: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta:
EGC Suryono, S. Dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.