Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULU
AN

1.1. Latar belakang


Bernapas merupakan aktivitas yang sangat penting bagi manusia yang dilakukan agar
tubuh terpenuhi suplai oksigen dengan cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan
pada salah satu saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan,
maka pertukaran gas akan terganggu, seperti halnya terjadi pada kasus effusi pleura. Oleh karena
itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan
tersebut, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan
menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di
negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika
serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan
oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
Menurut Depkes RI ( 2006 ), kasus Efusi Pleura mencapai 2,7 % dari penyakit
infeksi
saluran napas lainnya. Tingginya angka kejadian Efusi Pleura disebabkan keterlambatan penderita
untuk memeriksakan kesehatan sejak dini dan angka kematian akibat Efusi Pleura masih
sering ditemukan faktor resiko terjadinya Efusi Pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi
yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana
dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di
dada) yang disebabkan oleh benda tajam dan tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus
rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan
mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga
akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan
iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Merupakan sebuah kesatuan antara effusi pleura dan tindakan pemasangan WSD yang
merupakan tindakan kolaboratif untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dari diagnosa effusi pleura
tersebut. Maka berdasarkan uraian dan beberapa asumsi literatur serta latar belakang di atas, maka
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed
Drainage
2

penulis tertarik untuk berusaha memberikan sebuah rangkuman dan beberapa catatan riset yang
disajikan dalam bentuk makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Effusi Pleura
dengan Water Sealed Drainage”, dengan harapan dapat memberikan manfaat yang lebih baik
untuk pembaca, khususnya pada mahasiswa kesehatan yang menjadi bibit terwujudnya cita-cita
yang lebih baik sebagaimana tertulis di atas.
1.2. Tujuan Penulisan
Makalah
1.2.1. Tujuan
Umum
Tujuan secara umum dari ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari gambaran umum dari effusi pleura sebagai salah satu dari penyakit
pernafasan.
1.2.2. Tujuan
Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang
effusi pleura yang meliputi:
a. Konsep dasar perjalanan penyakit effusi pleura yang dimulai dari pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, cara pencegahan, dan beberapa hal lain yang dapat memberikan
gambaran pengetahuan tentang penyakit tersebut.
b. Konsep dasar Water Sealed Drainage yang meliputi pengertian, indikasi pemasangan,
kontra indikasi, jenis-jenis WSD, dan beberapa hal lain yang terkait dengan pemasangan
WSD.
c. Konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, cara pengambilan
diagnosa, serta intervensi dan implementasi yang dapat diterapkan terhadap pasien
dengan effusi pleura dengan WSD.
1.3. Relevansi Terhadap Keperawatan
1.3.1. Bagi
Penulis
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan
dalam melakukan pencarian literatur penelitian serta mendapatkan informasi tentang effusi
pleura secara khusus. Selain itu juga diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai
literatur pendukung dalam pengembangan penelitian yang lebih lanjut.
1.3.2. Bagi Institusi
Pendidikan
Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadikan suatu masukan bagi Institusi
Pendidikan untuk memberikan pengetahuan lebih tentang konsep perjalanan penyakit dan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed
Drainage
3
asuhan keperawatan pada pasien dengan effusi pleura sebagai salah satu topik dalam

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
4

menyelenggarakan suatu seminar ilmiah keperawatan atau sebagai suatu bahan


perkuliahan.
1.3.3. Bagi Riset Keperawatan
Sebuah harapan kecil pada penulis dengan adanya makalah ini semoga dapat
menjadikan rangkuman dan informasi umum tentang literatur effusi pleura serta
mempermudah dalam pencarian literatur ilmu berdasar daftar pustaka yang penulis
gunakan dalam makalah ini.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
5

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1. Konsep Pustaka Effusi Pleura


2.1.1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal. Efusi Pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Suzanne C Smeltezer dan
Brenda G. Bare, 2002).
Efusi pleura merupakan keadaan terdapat cairan dalam jumlah berlebihan didalam
rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga ini hanya berisi sedikit cairan (5 sampai 15 ml)
ekstrasel yang melumasi permukaan pleura. Peningkatan produksi atau penurunan
pengeluaran cairan akan mengakibatkan efusi pleura (Kowalk, 2011).
Untuk mempermudah pengertian dan letak terjadinya effusi pleura, dapat kita
perhatikan gambar fisiologi paru sebagai mana berikut ini:

Gambaran Effusi Pleura secara fisiologis.

Maka dengan kata lain sebagaimana


pengertian di atas, Efusi pleura merupakan
suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam
jumlah yang berlebihan didalam rongga
pleura, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan
reabsorbsi (penyerapan ) cairan pleura.

Dalam keadaa normal, rongga pleura berisi sedikit cairan (sekitar 10 – 20 ml) untuk
sekedar melicinkan permukaan pleura parietalis dan visceralis yang saling bergerak karena
adanya kegiatan bernafas. Cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis yang
bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura visceralis yang bertekanan rendah. Dan
diserap juga oleh kelenjar limfe dalam pleura parietalis dan pleura visceralis.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
6

2.1.2. Penyebab dan Jenis Effusi


Pleura
Beberapa penyebab umum terjadinya effusi pleura adalah sebagaimana disebutkan
di bawah ini:
a) Hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.
b) Gagal jantung yang menyebabkan tekanan perifer dan tekanan kapiler paru menjadi
sangat tinggi, sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan kedalam rongga
paru.
c) Tekanan osmotik koloid plasma yang sangat menurun sehingga
mengakibatkan
transudasi cairan yang berlebihan.
d) Infeksi atau setiap penyebab peradangan lainnya pada permukaan rongga pleura, yang
merusak membran kapiler dan memungkinkan kebocoran protein plasma dan cairan ke
dalam rongga secara cepat seperti Tuberkulosis, pneumonitis, dan abses paru.
(Guyton, 1997).
Sedangkan berdasarkan penyebab di atas, effusi pleura dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah:
a) Menurut Penyebabnya:
1) Bila effusi pleura berasal atau disebabkan karena implantasi sel-sel limfoma pada
permukaan pleura, cairannya adalah eksudat yang berisi sel limfosit yang banyak
dan sering hemoragik (mengandung darah)
2) Bila effusi terjadi akibat obstruksi aliran getah bening, cairan dapat berupa
transudat atau eksudat dan bercampur dengan limfosit.
3) Bila effusi pleura terjadi akibat obstruksi duktus torasikus, cairannya
akan berbentuk cairan kelenjar limfa (chylothorak).
4) Bila efusi pleura terjadi karena infeksi, biasanya terjadi pada pasien dengan limfoma
maligna karena menurunnya resistensi terhadap infeksi, effusi ini dapat berupa
empiema akut atau kronik
(www.medicastore.com)
b) Menurut Cairan Yang Terbentuk:
1) Transudat
Transudat merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi
cairan pleura terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
7

ankotik. Transudasi menandakan kondisi seperti asites, perikarditis, penyakit gagal


jantung kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.
Effusi pleura transudatif biasanya disebabkan karena:
- Gagal jantung
kongestif
- Sirosis (hepatik
hidrothorax)
-
Atelektasis
-
Hipoalbuminemia
- Sindroma
nefrotik
- Peritoneal
dialisis
-
Mixedema
- Perikarditis
konstriktif
2) Eksudat
Eksudat merupakan ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas. Sebagai
akibat inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya
TBC, trauma dada, infeksi virus. Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal
jantung kongestif, TBC, pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma
bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, dan infeksi parasitik.
Effusi pleura eksudatif biasanya disebabkan karena:
- Malignansi (karsinoma,
limfoma)
- Emboli
pulmoner
- Kondisi kolagen – vaskuler (arthritis reumatoid,
lupus)
-
Tuberkulosis
- Pankreatitis
-
Trauma
- Postcardiac injury
syndrome
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed
Drainage
8
- Perforasi esofagus
- Pleuritis akibat
radiasi
- Penggunaan obat (nitrofurantoin, dantrolene, methysergide, bromocriptine,
procarbazine, amiodarone)
-
Chylothorax
- Meig’s
syndrome
-
Sarcoidosis

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
9

- Yellow nail syndrome


(Suzanne C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).
2.1.3. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala dari effusi pleura secara umum, diantaranya
adalah:
a. Nyeri pleuritik dada yang membuat penderita membatasi pergerakan rongga dada
dengan bernafas dangkal atau tidur miring ke sisi yang sakit.
b. Sesak nafas/ dispnea dapat ringan atau berat, tergantung pada proses pembentukan
efusi, jumlah cairan efusi pleura, dan kelainan yang mendasari timbulnya efusi.
c. Akral teraba
dingin d. Batuk
e. Trakhea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
f. Interkosta menonjol pada efusi yang berat
g. Pergerakan dada berkurang pada bagian yang terkena efusi pleura
h. Perkusi meredup di atas efusi pleura
i. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
j. Vokal fremitus meredup
(Price, 2008)
2.1.4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis, penyebab, serta therapy
medis perlu dilakukan sebagai penunjang dalam pelaksanaanya. Adapun pemeriksaan
penunjang yang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Foto rontgen dada (sinar tembus dada)
b. USG pleura, berfungsi untk menentukan adanya cairan dalam rongga pleura.
c. CT Scan dada.
d. Torakosentesis (untuk mengambil cairan dan mengetahui warna cairan)
- Kekuning-kuningan: warna normal cairan pleura
- Agak Kemerahan atau kemerahan: terjadi pada kasus dengan trauma, infark paru,
keganasan, dan adanya kebocoran aneurisma aorta.
- Kehijauan dan agak purulen: menunjukkan adanya empiema.
- Merah Coklat: menunjukkan adanya abses karena amuba.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
1
0

Beberapa hasil dari pemeriksaan Torakosentris dapat diperoleh keterangan sebagai


berikut:
- Biokimia: basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih,
kadar pH, glukosa, amilase. Tabel berikut ini menunjukkan perbedaan biokimia pada
effusi pleura.

- Sitologi: sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel
besar dengan banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.
- Bakteriologi: menentukan jenis bakteri yang menginfeksi.
- Biopsi pleura.
2.1.5. Penatalaksanaan
2.1.5.1. Penatalaksanaan Diet Effusi Pleura
Jenis diet yang diberikan pada kasus effusi pleura adalah TKTP
(Tinggi Kalori Tinggi Protein. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
kalori dan protein untuk mencegah dan mengurangi adanya kerusakan jaringan
tubuh, khususnya paru-paru. Selain itu diet TKTP juga memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hemoglobin sebagai pigmen sel darah merah yang berfungsi sebagai zat
pengangkut oksigen dan karbondioksida akan berikatan dengan protein, begitu
pula dalam proses penggumpalan darah, protein juga dibutuhkan.
b. Mengatur keseimbangan cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam intraseluler, intravaskuler, dan interstisial diatur
oleh protein dan elektrolit, sehingga apabila terjadi kekurangan protein akan
dapat mengakibatkan penurunan dan perpindahan cairan.
(Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
2009)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
1
1

2.1.5.2. Penatalaksanaan Medis Effusi


Pleura
a. Therapy oksigen
Dapat diberikan jika terjadi pernafasan yang tidak adekuat.
b. Pemberian obat-obatan
Obat-obatan yang biasa diberikan pada effusi pleura diantaranya adalah
antibiotik, analgetik, antiemetik, dan vitamin. Tujuan pemberian obat-obat
tersebut adalah untuk menghambat terjadinya infeksi, mencegah penumpukan
cairan kembali, menghilangkan ketidak nyamanan serta dispneu. Pengobatan
spesifik ditujukan pada penyebab dasar dari timbulnya effusi pleura (misalnya
gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis, TBC, trauma, dll)
c. Pemasangan WSD (water selaed drainage)
WSD (Water Selade Drainage) / CTT (Chest Thorax Tube) adalah suatu unit
yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara atau cairan (darah atau
pus) dari rongga toraks dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung selang/drain yang dimasukan ke dalam rongga pleura (DepKes RI,
2008).
d. Pleurodesis
Pada prosedur ini zat kimia dimasukkan pada kavum pleura untuk melekatkan
dua lapis pleura. Hal ini dapat mencegah terkumpulnya cairan pleura kembali.
Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai), bleomisin,
korinebakterium parvum, Tio-tepa, 5-Fluorourasil.
e. Thoracosintesis
Aspirasi cairan pleura (thorakosintesis) berguna sebagai sarana diagnostik
maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan
posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris
posterior dengan memakai jarum kateter nomor 14-16.
f. Pengobatan lainnya
Bertujuan untuk penanganan pada effusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi deuretik. (Kowalk dkk, 2011)
g. Latihan Meniup Balon
Untuk mengembangkan alveolus yang kolaps, diperlukan tekanan udara yang
lebih besar dengan cara meniup balon lebih keras pada waktu mulai
mengembangkan balon. Hal ini dimaksudkan untuk melatih pernafasan dan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
10
10

pengembangan alveolus yang sempat terendam cairan pleura agar fungsinya


dapat kembali seperti semula. (Suzanne C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002)
2.1.6. Komplikasi Effusi Pleura
Pada keadaan lebih lanjut, bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka
effusi pleura dapat berdampak atas beberapa komplikasi berikut ini:
- Pneumonia
- Penumothorax
- Hipertensi paru
- Hemothorax (karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
- Emoli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam menyebabkan udara dari
alveoli masuk ke vena pulmonalis)
- Laserasi pleura viserali
Sedangkan secara khusus, effusi pleura bila dibiarkan akan memiliki
dampak terhadap sistem tubuh, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Sistem pernafasan
Terakumulasinya cairan di rongga pleura menyebabkan penekanan paru-paru yang
mengakibatkan daya pengembangan paru terganggu sehingga mengakibatkan sesak
nafas.
- Sistem kardiovaskuler
Adanya peningkatan denyut nadi dan manifestasi dari sesak nafas karena terjadi
kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen.
- Sistem gastrointestinal
Kegagalan nafas mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang, diteruskan ke
hipotalamus, merangsang nervus vagus dan mengakibatkan peningkatan asam
lambung, maka terjadi mual dan tidak ada nafsu makan.
- Sistem/pola aktivitas dan istirahat
Sesak nafas pada saat istirahat dapat mengganggu atau merubah respon terhadap
aktivitas atau latihan.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
11
11

2.2. Konsep Pustaka Water Selaed


Drainage
2.2.1. Pengertian
WSD (Water Sealed Drainage) merupakan tindakan invasive yang dilakukan
untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax, dan
mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
2.2.2. Indikasi Pemasangan
a. Pneumothorax
- Spontan lebih dari 20% karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothorax
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thorax
c. Thorakotomy
- Lobektomy
- Pneumoktomy
d. Effusi Pleura
- Post operasi jantung
e. Emfiema
- Penyakit paru serius
- Kondisi inflamasi
2.2.3. Tujuan Water Sailed Drainage
Adapun tujuan dilakukannya tindakan pemasangan water sailed drainage adalah
sebagai berikut:
- Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thoraks.
- Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
- Mengembangkan kembali thoraks yang kolaps
- Mencegah refluks drainage kembali ke rongga dada
2.2.4. Tempat Pemasangan WSD
a. Bagian apex paru (apical)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
12
12

- Anterolateral interkosta ke 1-2


Fungsi: untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
- Postero lateral interkosta ke 5-6 atau 8-9
Fungsi: untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

2.2.5. Jenis-jenis Water Sealed Drainage

a. Sistem satu botol


- Merupakan sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks.
- Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai dua lubang selang yaitu
satu untuk ventilasi dan satu lagi masuk ke dalam botol.
- Air steril dimasukkan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2 cm untuk
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan
kolaps paru
- Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk
memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar.
- Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi.
- Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan.
 Inspirasi akan meningkat

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
13
13

 Ekspirasi
menurun b. Sistem dua botol
- Digunakan 2 botol: 1 botol untuk mengumpulkan cairan drainage dan botol ke 2
sebagai botol water seal.
- Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi
water seal.
- Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura
masuk ke water seal botol 2.
- Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga
pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD.
- Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
peural.

c. Sistem tiga botol


- Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan.
- Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
- Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
WSD.
- Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan.
- Botol ke-3 mempunyai 3 selang:
 Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
 Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
 Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
14
14

2.2.6. Komplikasi Pemasangan Water Selade Drainage


a. Komplikasi Primer: perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia.
b. Komplikasi Sekunder: infeksi, emfiema.
2.2.7. Prosedur Pemasangan WSD
a. Pengkajian
- Memeriksa kembali instruksi dokter
- Mencek dan melakukan inform consent
- Mengkaji status pasien: TTV, status
pernafasan b. Persiapan Pasien
- Siapkan pasien
- Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
o Tujuan tindakan
o Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD
Posisi klien dapat duduk atau berbaring
o Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
o Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
c. Persiapan Alat
- Sistem drainage tertutup
- Motor suction
- Slang penghubung steril
- Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet,
trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan ,
spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain,
xylokain), masker
d. Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
15
15

Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
e. Tindakan Setelah Prosedur
- Perhatikan undulasi pada selang WSD
Bila undulasi tidak ada, maka berbagai kondisi dapat terjadi, diantaranya adalah:
 Motor suction tidak berjalan
 Selang tersumbat
 Selang terlipat
 Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem
drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
- Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
- Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.
- Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui
jumlah
cairan yg keluar.
- Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
- Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
- Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai
slang terlipat
- Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.
- Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.
- Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan
yang dibuang.
- Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
- Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan.
- Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif.
- Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
- Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
- Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan
gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
16
16

2.2.8. Perawatan Pada Klien Yang Menggunakan WSD


a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena &
TTV stabil.
b. Observasi adanya distress pernafasan.
c. Observasi:
- Pembalut selang dada.
- Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan
darah.
- Sistem drainage dada.
- Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien.
- Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang.
- Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit.
- Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan
d. Posisikan klien:
- Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak).
- Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu.
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester.
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang
drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai
pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis
sistem komersial yang sekali pakai.
h. Urut selang jika ada obstruksi.
i. Cuci tangan.
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien.
2.2.9. Cara Mengganti Botol WSD
a. Siapkan set yang baru
Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan
b. Selang WSD di klem dulu
c. Ganti botol WSD dan lepas kembali
klem d. Amati undulasi dalam slang WSD

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
17
17

2.2.10. Pencabutan Selang WSD


Indikasi pencabutan WSD adalah sebagai berikut:
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan:
- Tidak ada undulasi.
- Cairan yang keluar tidak ada.
- Tidak ada gelembung udara yang keluar.
- Kesulitan bernafas tidak ada.
- Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara.
- Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara.
b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada
slang.
file:///H:/romsons-romo-seal%20WSD.htm
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.3.1. Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal (Carpenito, 2000).
Peran perawat dalam menangani pasien dengan Efusi Pleura Post CTT (Chest
Thorax Tube) adalah ditekankan pada perawatan luka post CTT setiap hari, yang
bertujuan mencegah terjadinya infeksi dengan tetap memperhatikan kepatenan CTT yang
terpasang untuk mencegah terlepasnya selang CTT yang akan mengakibatkan udara
masuk kedalam paru-paru melalui luka pemasangan CTT yang berdampak pada kolapsnya
paru-paru sehingga terjadi henti nafas dan berujung kematian pada pasien. Serta
mengobservasi jumlah dan warna cairan yang tertampung dalam botol dan dokumentasikan.
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat dalam melakukan
praktek asuhan keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang
ada, dimana kelima komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu pengkajian,
menentukan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu
suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994).
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan (Nursalam, 2001).

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
18
18

2.3.2. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien
Terdiri dari: nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2) Keluhan Utama
- Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien.
- Biasanya, dada pasien dengan effusi pleura didaptkan keluhan berupa: sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuretik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan perjalanan penyakit pasien saat ini sehingga di bawa ke rumah sakit.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Membahas tentang riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita klien berhubungan
dengan yang diderita pasien saat ini.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Membahasa tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga
pasien yang disinyalir sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: kanker
paru, TBC, dll
6) Riwayat Psikososial
Bahasan ini meliputi perasaan pasien terhadap sakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang
dilakukan terhadap dirinya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
Meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, saturasi oksigen (jika dibutuhkan)
2) Tingkat Kesadaran
Disini perlu dikaji bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien
selama dilakukan anamnese, mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien, sebagai bahan memperkuat memperoleh data apakah
composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
3) ROS (review Of System)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
19
19

- B1 (Breath)
 Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
 Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
 Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
 Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada,
retraksi interkostal
 Fremitus fokal
 Perkusi dada : hipersonor
 Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
 Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
 Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi
paru, tumor, biopsi paruB2 (Blood)
- B2 (Blood)
 Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
 Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
 Hipertensi / hipotensi
 CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
 Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
- B3 (Brain)
 Tentukan GCS pasien
 Tentukan adanya keluhan pusing,
 Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar
6-7 jam.
 ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
 Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya
nyeri dada sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-
tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan
perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
pasien
- B4 (Bladder)
 Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria,
retensi, inkontinensia

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
20
20

 Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal
adalah sekitar 500cc/hari dan berwarna kuning bening
 Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
 Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral.
Intake cairan yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
 Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
- B5
(Bowel)
 Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
 Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
 Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
 Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
 Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
 Peristaltic usus tiap menitnya
 Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
 Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
- B6
(Bone)
 Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
 Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
 Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
 Keadaan turgor kulit
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Darah lengkap dan kimia darah
3) Bakteriologis
4) Analisis cairan pleura
5) Pemeriksaan radiologis
6) Biopsi
2.3.3. Diagnosa
Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
21
21

b. Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-
faktor fisik (pemasangan selang dada)
c. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi.
2.3.4. Intervensi, Tujuan, Kriteria Hasil dan Rasional
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
1) Data penunjang:
Dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernafasan, penggunaan otot aksesori,
gangguan pengembangan dada, sianosis.
2) Tujuan:
Tujuan dari tindakan keperawatan pada diagnosa ini adalah pola nafas kembali
efektif.
3) Kriteria hasil:
- Pola nafas efektif atau normal (frekuensi dan keteraturan)
- Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal,
peninggian kepala tempat tidur (head meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
up) pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dipasang:
- Periksa pengontrol penghisapan, - Mempertahankan tekanan negative
batas cairan. intrapleural sesuai dengan yang
diberikan, yang meningkatkan ekspansi
pasru optimum dan atau drainase cairan.
- Gelembung udara selama ekspirasi
- Observasi gelembung udara menunjukkan lubang angin dari
botol penampung pneumothoraks. Naik turunnya
gelembung udara menunjukkan
ekspansi paru

Klem selang pada bagian bawah unit Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat
drainase bila terjadi kebocoran system
Awasi pasang surutnya Flutuasi (pasang surut) menunjukkan
air perbedaan tekanan inspirasi dan ekspirasi
penampung
Catat dan dan
karakter waterjumlah
seal drainase Berguna dalam mengevaluasi perbaikan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
22
22

selang dada kondisi atau terjadinya komplikasi atau


perdarahan yang memerlukan upaya
intervensi.
Berikan oksigen Alat dalam menurunkan kerja naas,
melalui meningkatkan penghilangan distress
kanul/masker, latih nafas dalam dan respirasi dan sianosis berhubungan dengan
batuk efektif hipoksia
Perawatan: Agar psien tercukupi oksigenasinya
Observasi pola nafas dan komplikasi dan
pola nafasnya efektif, serta untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang bisa
memperparah kondisi klien.

b. Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan


factor- faktor fisik (pemasangan selang dada)
1) Data penunjang:
Respirasi dan nadi meningkat, raut wajah pasien nampak kesakitan, pasien merasa
tidak nyaman.
2) Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah kenyamanan pasien
dapat terpenuhi.
3) Kriteria hasil:
- Nyeri berkurang bahkan hilang
- Respirasi dan nadi kembali normal yaitu antara 16 – 20 x/menit dan 60 – 100
x/menit
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Berikan dan ajari teknik distraksi Mengalihkan perhatian pasien terhadap
(menonton TV, mengobrol dengan rasa nyeri dan memberikan kenyamanan
keluarga, posisi yang nyaman) dan sehingga nyeri pasien dapat berkurang.
relaksasi (nafas dalam)
Jika nyeri tidak Mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan
berkurang, oleh pasien
kolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obatskala
Observasi analgesik.
nyeri setelah Sebagai evaluasi terhadap intervensi yang
intervensi yang telah dilakukan telah dilakukan dan untuk merencenakan
intervensi selanjutnya.

c. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh


1) Data penunjang:

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
23
23

Adanya inflamasi di daerah yang telah terpasang WSD, suhu tubuh meningkat,
nyeri pada daerah yang terpasang WSD.
2) Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah mencegah
dan menangani agar tidak terjadi infeksi pada pasien.
3) Kriteria hasil:
- Tidak terjadi inflamasi pada daerah yang terpasang WSD
- Tidak timbul rasa nyeri
o o
- Suhu tubuh normal (36,5 C – 75,5 C)
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD Untuk menjaga kebersihan daerah yang
secara teratur terpasang WSD sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
untuk
merawat daerah WSD dan
instruksikan untuk merawatnya secara
teratur
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan Mencegah kontaminasi lingkungan
yang benar terhadap pasien yang dapat memicu
terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pengunjung untuk Mencegah kontaminasi lingkungan
mencuci tangan sewaktu masuk dan terhadap pasien yang dapat memicu
meninggalkan ruang pasien terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pasien dan keluarga Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin
tanda/gejala infeksi dan kapan harus sehingga dapa segera dilakukan tindakan
melaporkan ke pusat kesehatan agar infeksi tidak semakin parah
Kolaborasikan untuk member Mengendalikan factor pemicu infeksi
antibiotik jika diperlukan
Batasi jumlah pengunjung Meminimalkan pemicu infeksi
jika
diperlukan
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi.
1) Data penunjang:
Pasien sering bertanya, ketidak akuratan mengikuti instruksi, pasien
tampak gelisah.
2) Tujuan:

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
24
24

Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah kebutuhan akan
pengetahuan pasien dapat terpenuhi.
3) Kriteria hasil:
- Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau proses penyakit dan
rencana pengobatan.
- Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan.
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang Belajar ditingkatkan bila individu
terdekat dalam proses belajar, secara aktif berperan
misalnya: diskusi, partisipasi kelompok
Berikan informasi tertulis dan verbal Membantu pasien dan orang terdekat
sesuai indikasi. Masukkan daftar membuat pilihan berdasarkan informasi
artikel dan buku yang berhubungan tentang masa depan.
dengan kebutuhan pasien/ keluarga
dan dorong membaca dan
memdiskusikan apa yang mereka
pelajari
Informasikan kepada pasien tentang Mengurangi ras cemas pasien akibat
efek-efek pemasangan WSD terpasangnya alat di tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan Mengetahui keefektifan intervensi yang
penyakit dan proses pengobatannya telah dilakukan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
25
25

BAB III
PENUTU
P

3.1. Kesimpulan
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam jumlah yang berlebihan
didalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi
(penyerapan ) cairan pleura.
Water Sealed Drainage merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan

udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax, dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan WSD terdiri dari pengkajian, penegakan
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan sebagaimana standart ilmu
keperawatan.
3.2. Saran
3.2.1. Pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dari makalah ini tidak
menganggap bahwa makalah ini dapat digunakan sebagai literatur baru untuk penyelesaian
tugas-tugas perkuliahan maupun literatur penelitian, makalahini hanya berisi tentang
rangkuman dan sebaiknya jika akan menggunakan literatur, pembaca dapat mengambil dari
beberapa literatur yang tertulis dalam daftar pustaka.
3.2.2. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan merupakan sarana utama untuk memperoleh pendidikan
sebagai mana mestinya, karenanya apabila dalam makalah ini adalah kekurangan,
diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan masukan dan saran untuk penulis
dengan memberikan revisi gambaran umum dalam makalah ini.
3.2.3. Bidang Keperawatan
Dalam bidang keperawatan, beberapa tindakan invasive dan kolaborative
merupakan sebuah standart yang harus menjadi tolak ukur untuk mencegah sebuah
kesalah dalam tindakan, maka dengan makalah ini harapan penulis adalah perawat tau
bahwa tindakan WSD hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, perawat hanya
membantu asistensi dalam tindakan tersebut.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage
26
26

DAFTAR
PUSTAKA

Alsagaf, H. 2010. Patofisiologi dan Konsep Penyakit. Jakarta: Salemba Medika.

Bagian Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ahli Gizi Indonesia. 2002. Penuntun Diet. Jakarta:
PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Doengoes, M, E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan
Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.

file:///H:/romsons-romo-seal%20WSD.htm
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:

EGC. Keliat, Budiana. 1994. Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika. Khaerudin. 2012. Anatomi Paru-paru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama. Kowalk, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika.

Price. A, Sylvia, M. Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta:

EGC. Sjamsuhidayat. 2005. Ilmu Penyakit Dalam Untuk Perawat. FKUI: Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta:

EGC Suryono, S. Dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed


Drainage

Anda mungkin juga menyukai