Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN II

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. AINUR RIRIZKI SETYANING H. (B1C1 18 047)


2. IFFAT AL-THORIQ KUSNAN (B1C1 18 048)
3. WAODE DIAN ANDRIANI (B1C1 18 049)
4. ROSLAN (B1C1 18 050)
5. RIZKI AWAL SAPUTRA (B1C1 18 051)
6. NITA (B1C1 18 052)
7. ASHWIN JAINUDDIN (B1C1 18 053)
8. SISKA PRATIWI (B1C1 18 054)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Keuangan II dengan judul: “Prinsip-Prinsip Inves
tasi Modal”.

Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kapada ibu Intihanah SE., M.SI.,QIA. selaku
dosen pengampu manajemen keuangan II yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kendari, 1 Maret 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1. latar belakang............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3. Tujuan.........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................2

2.1 Pengertian investasi.....................................................................................................2

2.2 Menaksir Arus Kas......................................................................................................2

2.3 Metode-metode Penilaian Profitabilitas Investasi....................................................3

2.4 Kelemahan Metode IRR dan Metode PI...................................................................8

2.5 NPV dan Tujuan Normatif Manajemen Keuangan................................................10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................12

3.1. kesimpulan ..................................................................................................................12


3.2. saran ............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan berinvestasi maka dana yang terdapat dalam kas perusahaan tidak menganggur.
Investasi dapat dimaksudkan sebagai akumulasi dari suatu bentuk aktiva untuk memperoleh
manfaat dimasa yang akan datang. Dengan adanya investasi maka perusahaan mengharapkan
beberapa keuntungan yakni terjaminnya manajemen kas, terciptanya hubungan yang erat dan
memperkuat posisi keuangan suatu perusahaan. Investasi merupakan unsur yang sangat
penting dalam perusahaan.  Aktivitas  investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan
dijadikan sebagai dasar penilaian manajemen kas perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan ini sebagian atau seluruhnya dapat dinilai dari penggunaan
kas untuk investasi. Bagi perusahaan investasi adalah cara untuk menempatkan kelebihan
dana sedangkan untuk perusahaan lainnya investasi merupakan sarana untuk mempererat
hubungan bisnis atau memperoleh suatu keuntungan perdagangan. Apapun motivasi
perusahaan dalam melakukan investasi, investasi tetap merupakan sarana dalam menentukan
posisi keuangan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian investasi?
2. Bagaimana menaksir arus kas?
3. Jelaskan metode-metode penilaian profitabilitas investasi?
4. Jelaskan kelemahan metode IRR dan metode PI?
5. Jelaskan NPV dan tujuan normatif manajemen keuangan?

1.3 Tujan
1. Untuk mengetahui pengertian investasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana menaksi arus kas.
3. Untuk mengetahui metode-metode penilaian profitabilitas investasi.
4. Untuk mengetahui kelemahan metode IRR dan metode PI
5. Untuk mengetahui NPV dan tujuan normatif manajemen keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan
keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan
suatu harapan mendapatkan keuntungan pada masa depan. Terkadang, investasi disebut juga
sebagai penanaman modal. Ini adalah kebalikan dari divestasi pada aset yang lama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: investasi/ invéstasi/ merupakan penanaman uang
atau modal pada suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Secara
umum investasi dapat diartikan sebagai meluangkan/ memanfaatkan waktu, uang atau tenaga
demi keuntungan/ manfaat pada masa datang. Jadi, dapat dikatakan investasi merupakan
membeli sesuatu dan diharapkan pada masa yang akan datang dapat dijual kembali dengan nilai
yang lebih tinggi dari semula.

2.2 Menaksir Arus Kas


Masalah dalam penaksiran arus kas bukan hanya menyangkut akuransi taksiran tetapi juga
perlu memahami arus kas yang relevan perdefinisi , karena taksiran menyangkut masa yang akan
datang maka selalu terbuka peluang untuk melakukan kesalahan. Kesalahan mungkin tidak
sengaja dilakukan tetapi mungkin juga sengaja di lakukan. Karena itu diperlukan evaluasi oleh
bagian keuangan tidak kalah pentingnya adalah penaksiran arus kas yang dinilai relevan. Untuk
menaksir arus kas yang relevan perlu diperhatian hal-hal berikut ini.
1) Taksirlah arus kas atas dasar setelah pajak. Perhatikan bahwa yang dinikmati oleh
pemilik perusahaan adalah kas masuk bersih setelah pajak.
2) Taksirlah arus kas atas dasar incremental atau selisih. Rencana peluncuran produk baru
mungkin akan mengakibatkan pengurangan penjualan produk lama (kanibalisme), lebih
lebih jika produk tersebut ternyata mempunyai pasar yang sama. Dengan demikian perlu
diperhatikan pengurangan kas masuk dari produk lama akibat peluncuran produk baru.
3) Taksirlah arus kas yang timbul karena keputusan investasi. Arus kas karena keputusan
pendanaan, seperti membayar bunga pinjaman, mengangsur pokok pinjaman, dan
pembayaran deviden, tidak perlu diperhatikan. Yang perlu kita perhatikan hanya
profitabilitas investasi.
4) Jangan memasukan sunk costs (biaya yang telah terjadi sehingga tidak akan berubah
karena keputusan yang akan kita ambil) apa yang telah terjadi tidak mungkin berubah
karena keputusan yang kita ambil. Hanya biaya yang berubah karena keputusan yang
relevan dalam analisis.
Seringkali untuk menaksir arus kas dipergunakan taksiran rugi laba sesuai dengan prinsip
akuntansi, dan kemudian merubahnya menjadi taksiran atas dasar arus kas. Tabel 12.1
menunjukan ilustrasi tersebut.
Tabel 12.1 Taksiran Arus Kas dengan memodifikasi laporan Akuntansi
Menurut
Penjelasan Arus Kas
Akuntansi
Penjualan Rp. 2.000 juta Kas masuk Rp. 2.000 juta
Biaya Biaya
-Yang sifatnya tunai Rp. 1.000 juta Kas keluar Rp 1.000 juta
-Penyusutan Rp. 500 juta
Laba Operasi Rp. 500 juta
Pajak (tarif 30%) Rp. 150 juta Kas keluar Rp. 500 juta
Laba setelah pajak Rp 350 juta Kas masuk bersih Rp. 850 juta

Sesuai dengan prinsip akuntansi , laba bersih dilaporkan sebesar Rp 350 juta. Sedangkan
menurut arus kas, pada periode tersebut proyek tersebut menghasilkan kas masuk bersih sebesar
Rp 850 juta. Perhatikan bahwa : Kas masuk bersih = laba setelah pajak ditambah penyusuta
n
Perhatikan pula bahwa dalam taksiran rugi laba sama sekali tidak memunculkan transaksi yang
menyangkut keputusan pendanaan, yaitu pembayaran bunga (kalau ada) . Ini merupakan cara
yang benar.

Misalkan taksiran arus kas pada tabel 12.1 tersebut merupakan taksiran arus kas dari proyek
peluncuran produk baru. Sayangnya ternyata peluncuran produk baru tersebut mengakibatkan
penurunan kas masuk bersih dari produk lama sebesar Rp. 150 juta. Dengan demikian arus kas
yang relevan untuk proyek peluncuran produk baru tersebut adalah Rp. 850 juta dikurangi Rp.
150 juta, yaitu sebesar Rp. 700 juta.

2.3 Metode-metode Penilaian Profitabilitas Investasi


Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitable) jika investasi tersebut bisa
membuat investor menjadi lebih kaya. Dengan kata lain, kemakmuran investor menjadi lebih
besar setelah melakukan investasi. Pengertian ini konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan.

1. Net Present Value


Net Present Value (NPV) diartikan sebagai analisa keuangan yang digunakan untuk
menentukan layak tidaknya usaha yang dilakukan oleh perusahaan dilihat melalui nilai sekarang
dari arus kas bersih yang akan diterima oleh perusahaan yang bersangkutan dibandingkan dengan
nilai sekarang dari modal investasi yang dikeluarkan perusahaan.
Misalkan kita saat ini membeli sebidang tanah dengan harga Rp. 50 juta. Selesai kita membayar,
suatu perusahaan menghubungi kita dan mengatakan bahwa perusahaan tersebut bersedia
membeli tanah tersebut tahun depan dengan harga Rp. 60 juta. Apakah dengan demikian kita
bisa mengatakan bahwa kita memperoleh “laba” sebesar Rp. 10 juta? Kita harus memperhatikan
nilai waktu uang
Jika kita menerima Rp. 60 juta satu tahun yang akan datang, berapa nilai sekarang (present
value) penerimaan tersebut? Kalau kita pertimbangkan bahwa tingkat bunga yang relevan adalah
15%, maka present value :
PV = Rp. 60 juta( 1 + 0,15 ) = Rp. 52,17 juta

Dengan demikian selisih antara PV penerimaan dengan PV pegeluaran adalah


NPV (Net Present Value) = Rp 52,17 juta – Rp 50 juta = Rp. 2,17 juta

NPV yang positif menunjukan bahwa Present Value Penerimaan > Present Value Pengeluaran.
Karena itu NPV yang positif berarti investasi yang diharapkan akan meningkatkan kekayaan
pemodal. Karenanya investasi tersebut dinilai menguntungkan. Dengan demikian maka decision
rule kita adalah “ terima suatu usulan investasi yang diharapkan memberikan NPV yang positif,
dan tolak jika memberikan NPV yang negatif”.
Dengan demikian perhitungan NPV memerlukan dua kegiatan penting, yaitu :
a) Menaksir arus kas.
b) Menentukan tingkat bunga yang dipandang relevan.
Berikut ini contoh numerikal untuk investasi yang mempunyai usia ekonomis lebih dari satu
tahun
Suatu perusahaan transportasi akan membuka divisi baru, yaitu divisi taksi. Divisi tersebut akan
dimulai dengan 50 buah taksi, dan karena akan dipergunakan untuk usaha taksi, mobil mobil
tersebut bisa dibeli dengan harga Rp. 30 juta per unit. Ditaksir usia ekonomis selama 4 tahun,
dengan nilai sisa sebesar Rp. 4 juta. Untuk mempermudah analisis digunakan metode garis lurus.
Taksi tersebut akan dioperasikan selama 300 hari dalam satu tahun, setiap hari pengemudi
dikenakan setoran Rp. 50.000. Berbagai biaya yang bersifat tunai (seperti penggantian ban,
kopling, rem, penggantian oli, biaya perpanjang STNK, dan sebagainya) ditaksir sebesar Rp.
3.000.000. Berapa NPV usaha taksi tersebut, jika perusahaan sudah terkena tarif pajak
penghasilan sebesar 35%?
Tabel taksiran Rugi Laba per tahun divisi taksi (50 unit)
Penghasilan = 300 x 50 x Rp 50.000 Rp 750,00 juta
Biaya-biaya
          Yang bersifat tunai = 50 x Rp 3 juta Rp 150,00 juta
          Penyusutan = 50 x Rp 6,5 juta Rp 325,00 juta
Total Rp 475,00 juta
Laba Operasi Rp 275,00 juta
Pajak (35%) Rp 96,25
Laba setelah pajak juta
Rp 178,75
juta
Penyusutan pertahun dihitung dengan cara sebagai berikut
Penyusutan per tahun = Harga Perolehan – nilai sisa
Usia Ekonomis
Penyusutan pertahun = Rp 1.500 juta – Rp 200 juta
4
= Rp 325 juta
Sedangkan taksiran kas masuk bersih operasi (operational net cash inflow) per tahun adalah Rp.
178,75 juta + Rp. 325 juta = Rp. 503,75 juta.
Disamping itu pada tahun ke 4 diperkirakan akan terjadi kas masuk karena nilai sisa terbesar 50
x Rp 4 juta = Rp. 200 juta. Karena itu arus kas dari investasi tersebut diharapkan akan sebagai
berikut.
Arus kas dari rencana investasi divisi taksi (50 unit)

Tahun ke Kas keluar Kas masuk


Tahun ke 0 -Rp. 1.500 juta -
Tahun ke 1 - +Rp. 503,75 juta
Tahun ke 2 - +Rp. 503,75 juta
Tahun ke 3 - +Rp. 503,75 juta
Tahun ke 4 - +Rp. 503,75 juta
+Rp. 200,00 juta

Misalkan tingkat bunga yang relevan adalah 16% per tahun, maka perhitungan NPVnya bisa
dinyatakan sebagai berikut.
NPV = -1.500 +
NPV = -1.500 + 1.409,58 + 110,45
= -1.500 + 1.520,03
= Rp. 20,03 juta
Karena investasi tersebut diharapkan memberikan NPV yang positif, maka investasi tersebut
diterima.

` 2. Average Rate of Return


Metode ini menggunakan angka keuntungan menurut akuntansi, dan
dibandingkan dengan rata-rata nilai investasi. Dengan menggunakan contoh yang sama ( yaitu
usaha divisi taksi ), perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel Perhitungan Average rate of return investasi taksi
Laba
Investasi Investasi Rata-rata Rate of
Tahun setelah
awal akhir investasi return
pajak
1 Rp 1.500 Rp 1.175 Rp 1.337,5 Rp 178,75 13,36%
2 Rp 1.175 Rp 850 Rp 1.012,5 Rp 178,75 17,65%
3 Rp 850 Rp 525 Rp 687,5 Rp 178,75 26,00%
4 Rp 525 Rp 200 Rp 362,5 Rp 178,75 49,00%
Jumlah Rp 3.400,0 Rp 715,00 105,01%

Rata-rata Rp 850,0 Rp 178,75 21,03%

Nilai investasi akhir pada setiap tahunnya berkurang sebesar penyusutan. Sedangkan nilai rata-
rata investasi merupakan penjumlahan investasi awal ditambah investasi akhir dibagi dua.
Perhitungan rata-rata rate of return memerlukan sedikit penjelasan . perhatikan bahwa angka
tersebut tidak sama dengan ( 299, 64%) : 4 = 74,91%

Perhitungan rata-rata rate of return ditempuh dengan cara membagi rata-rata laba setelah pajak
dengan rata-rata investasi. Dengan kata lain

Average rate of return = rata-rata laba setelah pajak X 100%


Rata-rata investasi

Average rate of return = 503,75 x 100%


Rp850
= 59,26%

Kelemahan dari metode Average rate of return :


 Bagaimana meningkatkan tingkat keuntungan (rate of retun) yang di anggap layak.
 Konsep ini menggunakan konsep laba akuntansi, dan bukan arus kas.
 Mengabaikan nilai waktu uang.

3. Payback Period
Metode ini menghitung berapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali. Karena itu
hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu (yaitu tahun atau bulan). Jika kita gunakan
contoh usaha divisi taksi diatas, maka kita memperkirakan bahwa investasi yang dikeluarkan
sebesar Rp. 1.500 juta pada tahun 0, diharapkan akan memberikan kas masuk bersih sebesar Rp.
503,75 pada tahun 1 sampe dengan 4, ditambah Rp. 200 juta pada tahun ke 4. Dengan demikian
pada tahun ke 3, investasi sebesar Rp. 1.500 juta diharapkan sudah bisa kembali. Perhitungan
secara rincinya adalah sebagai berikut.

Selama dua tahun dana diharapkan sudah kembali sebesar,


2 x Rp. 503,75 juta = Rp 1.700,5 juta
Dengan demikian sisanya tinggal,
Rp. 1.500 juta – Rp. 1.007,5 juta = Rp. 492,5 juta

Karena pada tahun ke 3 diharapkan investasi tersebut menghasilkan Rp. 503,75 juta, maka
kekurangan sebesar Rp. 492,5 juta diharapkan akan kembali dalam waktu, ( 492,5/503,75) x 12
bulan = 11,73 bulan

Dengan demikian periode paybacknya = 2 tahun 11,73 bulan. Semakin pendek periode payback,
semakin menarik investasi tersebut. Masalahnya, sekali lagi, berapa periode payback minimal?
Secara konsepsional, sayangnya masih belum bisa dirumuskan.
Kelemahan metode payback:
 Tidak memperhatikan nilai waktu uang
 Mengabaikan arus kas setelah periode payback
Untuk mengatasi kelemahan karena mengabaikan nilai waktu uang, metode penghitungan
payback period dicoba diperbaiki dengan mempresent-valuekan arus kas, dan dihitung periode
paybacknya. Cara ini disebut sebagai discounted payback period dengan menggunakan contoh
yang sama, maka perhitungan discounted payback period (dengan r=16%) akan nampak
sebagaimana disajikan pada tabel dibawah. Dengan cara yang sama seperti sewaktu kita
menghitung payback period, maka discounted paybacknya didapatkan 3 tahun 11,4 bulan.
Tahun ke Kas keluar Kas masuk PV Kas
masuk
Tahun ke 0 -Rp. 1.500 juta -
Tahun ke 1 - +Rp. 503,75 juta +Rp. 434,26
Tahun ke 2 - +Rp. 503,75 juta +Rp. 374,37
Tahun ke 3 - +Rp. 503,75 juta +Rp. 278,22
Tahun ke 4 - +Rp. 200,00 juta +Rp. 110,45

4. Internal Rate of Return


Internal rate of return (selanjutnya disingkat IRR) menunjukkan tingkat bunga yang
menyamakan PV pengeluaran dengan PV penerimaan. Diterapkan pada contoh investasi pada
divisi taksi, IRR (yang diberi notasi sebagai /), dapat dirumuskan sebagai berikut.
4
1.500={∑
i=1
( 503.75
(1+i) ᵗ
+b sin
n
200
(1+i ) ⁴ )
Dengan trial and error dan interpolasi, kita akan dapatkan
I PV kas masuk
16% 1.520,03
17% 1.487,63
Selisih 1% 32,40
Yang kita inginkan adalah agar sisi kanan persamaan = Rp. 1.500 kalau kita selisihkan dengan i
= 16% dengan PV = rp. 1.520,03, maka perbedaan Rp. 20,03 adalah ekuivalen dengan,
(20,03/34,40) x 1 % = 0,6 %
Karena itu i = 16% + 0,62%
= 16,62%
Decision rute metode ini adalah “terima investasi yang diharapkan memberikan IRR > tingkat
bunga yang dipandang layak”. Kalau kita gunakan tingkat bunga yang dipandang layak (=r) =
16%, maka rencana investasi tersebut dinilai menguntungkan (karena i > r)

5. Profitability index
Profitability index menunjukkan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.
Dinyatakan dalam rumus,
Profitability index = PV kas masuk
PV kas keluar
Untuk contoh investasi yang sama. Profitability index (selanjutnya disingkat PI) bisa dihitung
sebagai berikut.
PI = 1.520,03/1.500
= 1,013

Perhatikan dalam perhitungan PI kita harus menentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang
dipandang layak (=r). Disini kita pergunakan r = 16% decision rule kita adalah “terima investasi
yang diharapkan memberikan PI > 1,0”.

2.4 Kelemahan Metode IRR dan Metode PI


Dua metode yang pertama. Yaitu average rate of return dan payback period, mempunyai
kelemahan yang sama, yaitu mengabaikan nilai waktu uang. Padahal, kita mengetahui bahwa
uang mempunyai nilai waktu. Dua metode yang terakhir, yaitu IRR dan PI, mempunyai
persamaan yaitu memperhatikan nilai waktu uang dan menggunakan dasar arus kas. Meskipun
demikian kita akan melihat adanya beberapa kelemahan metode-metode tersebut.

Kelemahan metode IRR


Kelemahan pertama adalah bahwa i yang dihitung akan merupakan angka yang sama
untuk setiap tahun usia ekonomis. Perhatikan bahwa i = 16,62% berarti bahwa IRR1 = IRR2 =
IRR3 = IRR4 = 16,62%. Metode IRR tidak memungkinkan menghitung IRR yang (mungkin)
berbeda setiap tahunnya. Padahal secara teoritis memungkinkan terjadi tingkat bunga yang
berbeda setiap tahun.

Kelemahan kedua adalah bisa diperoleh i yang lebih dari satu angka (multiple IRR). Perhatikan
contoh berikut ini.
Tahun 0 1 2
Arus kas -Rp. 1,6 juta +Rp. 10,0 juta -Rp. 10,00 juta
Perhatikan bahwa terjadi dua kali pergantian tanda arus kasnya. Persoalan tersebut bisa
dirumuskan sebagai berikut,
1,6
Kalau kita hitung kita akan memperoleh dua nilai i yang membuat sisi kiri persamaan sama
dengan nilai sisi kanan persamaan. Nilai-nilai i adalah: i1 = 4,00
(artinya 400%), dan i2 = 0,25
(artinya 25%)
Dengan demikian timbul masalah, yaitu i mana yang akan kita pergunakan kalau kita pilih i1,
maka investasi akan dikatakan menguntungkan apabila r < 400% (misal 30%). Sebaliknya kalau
diperunakan i2, maka investasi dikatakan tidak menguntungkan kalau r = 30%. Bahkan
keputusan akan salah kalau misalnya r = 20% , sehingga kita menyimpulkan investasi tersebut
menguntungkan baik diperunakan i1 maupun i2. Hal tersebut terjadi karena NPV investasi
tersebut menunjukkan justru kalau r < 25%, maka NPV investasi tersebut negatif (artinya
investasi harus ditolak).
Kelemahan yang ketiga adalah pada saat perusahaan harus memilih proyek yang bersifat
mutually exclusive (artinya pilihan yang satu meniadakan pilihan lainnya). Untuk itu perhatikan
contoh berikut ini (arus kas dalam rupiah).
Proyek Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 NPV IRR
(r = 18%)
A 1.000 + 1.300 +100 +100 234,37 42%
B 1.000 + 300 +300 +1.300 260,91 30%
Kalau kita perhatikan NPV nya, maka proyek A seharusnya dipilih karena memberikan NPV
terbesar. Sedangkan kalau kita menggunakan IRR, kita akan memilih B karena proyek tersebut
memberikan IRR yang lebih tinggi. Pertanyaannya tentu saja adalah, apakah kita seharusnya
memilih A (sesuai dengan kriteria NPV) ataukah memilih B (sesuai dengan kriteria IRR). Untuk
itu persoalan tersebut bisa dimodifikasikan sebagai berikut.
Proyek Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 NPV IRR
(r = 18%)
A 1.000 + 1.300 +100 +100 234,37 42%
B 1.000 + 300 +300 +1.300 260,91 30%
B minus 0 -1.000 +200 +1.200 26,53 20%
A
B minus A artinya adalah bahwa kita menerima B dan menolak A. Kalau kita melakukan hal
tersebut, maka pada tahun 1 kita akan menerima Rp.1.000 lebih kecil, tetapi pada tahun ke 2 dan
ke 3, berturut-turut kita akan menerima RP. 200 dan Rp. 1.200 lebih besar. Tingkat bunga yang
menyamakan pola arus kas incremental (atau selisih) ini adalah 20% (disebut juga incremental
IRRnya 20%). Kalau tingkat bunga yang layak adalah 18%, bukanlah pantas kalau kita
menerima B dan menolak A? Kita lihat juga bahwa NPV dari arus kas incremental tersebut
adalah +Rp. 26,53.
Berarti dalam situasi mutually exclusive kita mungkin salah memilih proyek kalau kita
menggunakan kriteria IRR. Penggunaan IRR akan tepat kalau dipergunakan incremental IRR.

Kelemahan metode PI
Metode PI akan selalu memberikan keputusan yang sama dengan NPV kalau dipergunakan untuk
menilai usulan investsi yang sama. Tetapi kalau dipergunakan untuk memilih proyek yang
mutually exclusive, metode PI bisa kontradiktif dengan NPV. Untuk itu perhatikan contoh
berikut ini.
Proyek PV kas keluar PV kas keluar NPV PI
(investasi)
C -Rp 1.000 +Rp 1.100 +Rp 1.100 1,10
D -Rp 500 +Rp 560 +Rp 60 1.12

2.5 NPV dan Tujuan Normatif Manajemen Keuanagan


Secara teoritis penggunaan NPV akan memberikan hasil yang terbaik dalam penilaian pro
fitabilitas investasi. Disamping itu, NPV menunjukkan tambahan kemakmuran rill yang diperole
h oleh pemodal dengan mengambil suatu proyek. Apabila kita kaitkan dengan tujuan normatif m
anajemen keuangan, yaitu untuk meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan, maka NPV ko
nsisten dengan tujuan normative tersebut, contoh hipotesis berikut ini.
Misalkan suatu perusahaan memperoleh tawaran untuk mengelola perparkiran di suatu
wilayah selama lima tahun. Hak tersebut harus dibayar kepada pemerintah daerah seharga Rp.
1.200. misalkan perusahaan menggunakan 100% modal sendiri. Setelah perusahaan membayar
hak parkir tersebut neraca perusahaan, pada harga perolehan akan nampak sebagai berikut
(anggaplah bahwa perusahaan tidak mempunyai aktiva apapun selain hak parkir tersebut)
Neraca perusahaan setelah membeli hak parkir (pada harga perolehan)
Aktiva Pasiva
Hak parkir Rp. 1.200 Modal sendiri Rp.
juta 1.200 juta
Total Rp. 1.200 Total Rp.
juta 1.200 juta
Setelah perusahaan memperoleh hak parkir tersebut, para analisis keuangan berpendapat
bahwa perusahaan bisa memperoleh kas masuk bersih per bulan sebesar Rp. 30 juta. Mereka juga
berpendapat bahwa tingkat bunga yang relevan untuk perusahaan tersebut adalah 1% perbulan.
Apabila semua orang sepakat tentang analisis tersebut, maka nilai hak parkir tersebut adalah,
PVnilai parkir
Dengan demikian apabila disajikan dalam bentuk neraca, tetapi dicatat pada nilai pasar,
maka neraca perusahaan tersebut adalah sebagai berikut.
Neraca perusahaan (pada nilai pasar)
Aktiva Pasiva
Hak parkir Rp. 1.348 juta Modal sendiri Rp. 1.348 juta
Total Rp. 1.348 juta Total Rp. 1.348 juta

Ini berarti bahwa nilai sebesar Rp. 1.200 juta yang diinvestasikan sekarang naik menjadi Rp.
1.348 juta. Pertambahan nilai sebesar Rp. 148 juta ini tidak lain merupakan Net Present Value
investasi tersebut. Ini berarti bahwa seandainya perusahaan tersebut saat ini dijual, maka para
pemodal akan menawar harga Rp. 1.348 juta. Dengan kata lain, bagi pemilik perusahaan akan
mengalami kenaikan kemakmuran sebesar Rp. 148 juta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap penggunaan dana (investasi) dimaksudkan untuk meningkatkan kemakmuran
pemodal. Apabila investasi dilakukan untuk jangka panjang, maka konsep nilai waktu uang
menjadi penting untuk diperhatikan. Dengan memperhatikan konsep nilai waktu uang, maka
seharusnya pemodal memperhatikan Net Present Value (NPV) investasi tersebut. Semakin besar
NPV investasi, semakin besar peningkatan kemakmuran pemodal.
Jika pemodal akan menggunakan NPV untuk menilai profitabilitas investasi, maka ada
dua hal penting yang perlu dilakukan. Pertama, menentukan tingkat bunga yang dipandang
layak, dan kedua, menaksir kas yang relevan. Sedangkan untuk menaksir arus kas yang relevan
perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, arus kas tersebut hendaknya merupakan arus kas
setelah pajak. Kedua, merupakan arus kas incremental. Ketiga, tidak perlu memperhatikan arus
kas yang terjadi karena keputusan pendanaan. Dan yang terakhir, jangan memasukkan sunk cost.
Meskipun secara teoritis penggunaan NPVlah yang seharusnya dipergunakan dalam penilaian
profitabilitas investasi, dalam prakteknya dijumpai berbagai metode “pesaing” NPV. Metode-
metode tersebut adalah average rate of return, payback period (dan discounted payback), internal
rate of return, dan profitability index. Meskipun demikian, secara teoritis selalu dijumpai
kelemahan-kelemahan metode-metode tersebut, baik untuk menilai suatu proyek maupun untuk
memilih proyek yang bersifat mutually exclusive.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang yang le
bih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik yang mem
bangun agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Husnan,suad, Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Penerbit


UPPAMPYKPN: Yogyakarta.

http://pickmebee.blogspot.com/2017/12/makalah-prinsip-prinsip-investasi-modal.html

http://nurdianaisma.blogspot.com/2017/05/makalah-manajemen-keuangan-prinsip.html

Anda mungkin juga menyukai