Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PENDAHULUAN
LEUKIMIA
A. Definisi
Leukimia adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh pertumbuhan sel darah
putih yang tidak terkendali. Pertumbuhan jumlah leukosit ini sebagai akibat dari
infeksi virus/kuman pada jaringan retikuloendotelium dari sumsum tulang belakang
sebagai actor pembentuk leukosit.
Leukimia adalah suatu peyakit yang di tandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan dari sel darah putih.(Handayani, 2008)
B. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti,
dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler. Dalam
keadaan normalnya terkandung 4x10 hingga 11x10 sel darah putih di dalam seliter
darah manusia dewasa yang sehat sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap mili
meter kubil darah terdapat 6000-10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus
leukimia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel pertetes. Di dalam tubuh,
leukosit tidak berasosiasi secara ketat ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka berkerja secara indipenden seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu
bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing
atau mikroorganisme penyusup. Selain itu leukosit tidak bisa membelah diri atau
berproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel
punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.
b. Fisiologi
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal
leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini
disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam
mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit),
yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan
mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula,
sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua
jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar
mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil,
Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula
terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara
tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra
zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak
secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal
kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi,
2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran
lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang
pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan gerakan amuboid.
Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk menyesuaikan dgn
lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel
endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah
intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut
kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-
11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000,
pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih
tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas
dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan
badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-
memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah.
melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-
20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi
ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak
bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh
bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi
atau cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan
bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang
sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang
memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih,
peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan
sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan -
fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat
banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar
jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit
yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
C. Etiologi
1. Faktor Genetik
Insidensi leukimia akut pada anak-anak penderita Sindrom down adalah 20
kali lebih banyak daripada normal. Saudara kandung penderita leukimia
mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita Sindrom down. Selain itu, di
dapat bahwa penderita leukimia granulositik kronik dengan kromosom
Philadelphia translokasi kromosom 21 biasanya meninggal setelah memasukai
fase leukimia akut. Dari data-data tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa
kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukimia akut.
2. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif adalah faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukimia pada binatang maupun pada manusia. Sebelum proteksi terhadap sinar
radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai resiko leukimia 10 kali lebih
besar. Akhir-akhir ini di buktikan bahwa penderita-penderita yang yang diobati
dengan sinar radioaktif atau obat-obat alkilating akan akan menderita leukimia
pada 6% pasien dan terjadinya sesudah 5 tahun.
3. Virus
Beberapa virus tertentu telah dibuktikan menyebabkan leukimia pada
binatang. Sampai sekarang tidak atau belum dapat dibuktikan bahwa penyebab
leukimia pada manusia adalah virus. Walaupun demikian ada beberapa hasil
penelitian yang menyokong teori virus sebagai penyebab leukimia antara lain:
enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukimia.
4. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
5. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan
agen anti neoplastik.
6. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
D. Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel
blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga
akan menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow
dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme.
Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit,
faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra
medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri
persendian (Iman, 1997).
Leukimia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sitemik
dan berakhir fatal. Leukimia di katakan penyakit darah yang disebabkan karna
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit
ini sering disebut kanker darah. Keadaaan yang sebenarnya sumsum tulang berkerja
akif membuat sel-sel darah tetapi yang di hasilkan adalah sel darah yang tidak normal
dan sel ini mendesak sel darah yang normal.
Proses patofisiologi leukimia dimulai transformasi ganas sel induk
hematologis dan turuanannya. Ploriferasi sel ganas induk ini menghasilkan sel
leukimia dan mengakibatkan penekanan hematologis normal, sehingga terjadi bone
marrow failur, infiltasi sel leukimia ke dalam organ, sehingga menimbulkan
orgnomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik.
E. Pathways
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri abdomen
g. Lumphedenopathy
h. Hepatosplenomegaly
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat
disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi
sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada
leukemia serebral (Iman, 1997).
G. Klasifikasi Leukimia
Berdasarkan jenis sel darah putih yang terlibat, leukemia terbagi menjadi
empat jenis utama, yaitu:
1. Leukemia limfoblastik akut
Acute lymphoblastic leukemia (ALL) atau leukemia limfoblastik akut terjadi
ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel darah putih jenis limfosit yang
belum matang atau limfoblas.
2. Leukemia limfositik kronis
Chronic lymphocytic leukemia (CLL) atau leukemia limfositik kronis terjadi
ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi limfosit yang tidak normal dan
secara perlahan menyebabkan kanker.
3. Leukemia mieloblastik akut
Acute myeloblastic leukemia (AML) atau leukemia mieloblastik akut terjadi
ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel mieloid yang tidak matang
atau mieloblas.
4. Leukemia mielositik kronis
Chronic myelocytic leukemia (CML) atau leukemia mielositik kronis terjadi
ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel mieloid yang matang.
Selain keempat jenis leukemia di atas, ada beberapa jenis leukemia lain yang
jarang terjadi, di antaranya:
I. Penatalaksanaan
Prngobatan leukimia dintentukan berdasarkan klasikfikasi prognosis dan penyakit
penyerta, antara lain :
1. Radioterapi dan kemoterapi, dilakukan ketika sel leukimia sudah terjadi
metasis. Kemoterapi juga dilakukan pada fase induksi remisi yang bertujuan
mempertahankan remisi selama mungkin.
2. Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karna adanya pansitopnia,
anemia, perdarahan , dan infeksi. Pemberian antibiotik dan transfusi darah
dapat diberikan.
3. Pencegahan terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.
4. Transplantasi sumsum tulang
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan dan
kekurangan volume cairan
Intervensi :
a) Awasi intake dan output cairan
Rasional: Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal
b) Timbang BB tap hari
Rasional: Perubahan dapat menunjukkan efek hipolevemia (perdarahan/
dehidrasi)
c)Awasi TD dan frekuensi jantung
Rasional: Mempengaruhi pemasukan, kebutuhan cairandan rute penggantian
d) Perhatikan adanya mual, demam
Rasional: Dapat meningkatkan pemasukan dengan menurunkan mual
e) Dorong cairan sampai 3-4 L/ hari bia masukan oral dimulai
Rasional: Mempertahankan keseimbangan cairan/ elektrolit pada tak adanya
pemasukan melalui oral ; menurunkan resiko komplikasi ginjal
f)Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai indikasi
Rasional: Meningkatkan aliran urin, mencegah pencetus asam urat dan
menungkatkan pembersihan obat antineoplastik
a)Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari
mual dan muntah serta kemoterapi
b)Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan
unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
c)Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
d)Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
e)Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f)Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
g)Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
Kriteria Hasil: klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri turun menjadi ringan
1-3, klien tampak lebih tenang
Intervensi :
a)Observasi tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 10
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
b)Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif,
alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
c)Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau
obat
d)Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
e)Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman MH, dkk, 2008, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI
Happy, Hayati. 2009. Pengaruh Distraksi. Jakarta: FK UI
Keliat, Anna Budi SKp, MSc., 2004, Proses Keperawatan, Jakarta: EGC.
Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 2003, Rencana Asuhan
Keperawatan, Jakarta: EGC
Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta: EGC
Sunar, Trenggana, 2000 Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK
UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells, 2008, Standar
Perawatan Pasien, volume 4, Jakarta: EGC.
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
LEUKIMIA
DI SUSUN OLEH :
MELINIA NUR HASNA
(2018.25.1775)