KAJIAN TEORITIS
masyarakat agraris, masyarakat kota, masyarakat petani, masyarakat agama, dan lain
sebagainnya. Menurut Abdul Syani (1995 : 83) mengungkapkan bahwa: “ istilah masyarakat
dapat juga diartikan sebagai wadah atau tempat orang – orang yang saling berhubungan
Berikut ini para ahli terkemuka mendefinisikan masyarakat yang dikutip dalam (
Abdul Syani, 1995 : 46 dan Harsojo, 2006 : 12 ) antara lain sebagai berikut :
1. Menurut J.L. Gillin dan J.P Gillin menamakan masyarakat sebagai kelompok
manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan
persatuan yang sama.
2. Menurut Aguste Comte masyarakat merupakan kelompok – kelompok makhluk
hidup dengan realitas – realitas baru yang berkembang menurut hukum –
hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.
3. Menurut Hasan Shadili mendefinisikan masyarakat sebagai golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara
golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
4. Menurut Ralph Linton mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas – batas tertentu.
5. Menurut Maclver dan Page bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari cara kerja
dan prosedur, dari otoritas dan saling bantu – membantu yang meliputi kelompok
– kelompok dan pembagian sosial lain, sistem dan pengawasan tingkah laku
manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah, atau jaringan
dari relasi sosial itulah yang dinamai masyarakat.
6. Menurut S.R. Steinmentz memberikan batasan tentang masyarakat sebagai
kelompok manusia besar yang meliputi pengelompokan manusia yang lebih kecil
yang mempunyai hubungan erat dan teratur.
Berdasarkan beberapa pandangan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah suatu sistem dari cara kerja dan prosedur, otoritas, saling membantu yang
meliputi kelompok – keompok dan pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah
laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks selalu berubah atau jaringan dari relasi
sosial itulah yang di namai masyarakat. Maka masyarakat timbul dari setiap kumpulan,
Menurut Elliot ( dalam Harsojo, 1999 : 128 ) Apabila di teliti lebih dalam maka timbulnya
eksistensi masyarakat itu di mungkinkan oleh interaksi sosial, yang oleh Park dan Burgess
dapat di analisis sebagai proses – proses sosial. Menurut kedua ahli sosiologi itu, interaksi
sosial jika di analisis sebagai proses sosial dapat di klasifikasikan dalam lima kategori yaitu :
( 1 ) komunikasi, ( 2 ) konflik, ( 3 ) kompetisi, ( 4 ) akomodasi, ( 5 ) asimilasi, ( 6 ) koperasi
Apabila kita berbicara mengenai masyarakat, terutama jika kita mengemukakannya dari
sudut antropologi, maka kita cenderung melihat dua tipe masyarakat. Sebenarnya pembagian
Dalam sejarah antropologi, masyarakat yang sederhana atau bersahaja itu menjadi objek utama
penyelidikan dari antropologi, sedangkan masyarakat yang kompleks adalah objek penyelidikan
sosiologi. Sekarang ruang lingkup penyelidikan antropologi dan sosiologi tidak mempunyai
batas – batas yang jelas. Hanya dalam metode penyelidikan ada beberapa perbedaan.
Antropologi sosial juga mengarahkan penyelidikan kedaerah perkotaan sedang sosiologi
melebarkan studinya ke daerah pedesaan.( Harsojo, 1999 : 131 )
Menurut Munandar ( 2008 : 131 ) mengatakan bahwa ciri – ciri masyarakat itu ialah
adanya sejumlah orang, tinggal dalam suatu daerah tertentu, adanya sistem hubungan,
ikatan atas dasar kepentingan bersama, tujuan dan bekerja bersama, ikatan atas dasar
kepentingan bersama, ikatan atas dasar unsur – unsur sebelumnya, rasa solidaritas, sadar
akan adanya interdepadensi, adanya norma – norma dan kebudayaan.
Selain itu ciri – ciri masyarakat dalam bentuk kehidupan bersama menurut Soerjono
a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada
ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan beberapa jumlah
manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya adalah dua
orang yang akan hidup bersama.
b. Bercampur untuk waktu yang lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan
kumpulan benda – benda mati seperti umpamanya kursi, meja, dan sebagainnya. Oleh
karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia – manisia baru.
Manusia itu juga dapat bercakap – cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai
keinganan – keinginan untuk menyampaikan kesan – kesan atau perasaan – perasaanya.
Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan
– peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
dapat berinteraksi dengan orang lain, dapat membentuk suatu kebudayaan, tinggal dalam suatu
masyarakat yang :
a. Struktur fungsi produksi yang terbatas, cara – cara memproduksi yang rellatif primitif
dan sikap masyarakat serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhi oleh nilai – nilai
yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang
berlaku secara turn – temurun.
b. Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas perpekerja masih sangat
terbatas.
c. Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah – daerah dan di pegang oleh
tuan – tuan tanah berkuasa.
Selain menurut Pasaribu, dkk ( 1982 : 141 ) mengatakan bahwa: “dalam masyarakat
tradisional pada umumnya sosial budaya dikuasai tradisi, adat dan kepercayaan bukan dikuasai
oleh hukum dan perundang – undangan’’. Lapisan yang ada dalam masyarakat akan tetap untuk
selamannya, anak cucu seseorang pada suatu lapisan masyarakat, akan mengikuti status orang
Menurut Pasaribu J.L, dkk ( 1982 : 146 – 147 ) menjelaskan bahwa dalam masyarakat
taransisi pengaruh kebudayaan barat dianggap sebagai penyebab timbulnya proses
transisi kebudayaan barat yang datang menyentuh masyarakat tradisional kerapkali
melalui penduduk wilayah lalu menembus pola – pola kehidupan dikalangan masyarakat
tradisional menuju modernisasi. Dalam sejarah kolonial dapat diamati dua jalan proses
penebusan tersebut yaitu, : pertama, penguasa kolonial untuk kepentingan sendiri
melaksakan kebijaksanaan – kebijaksanaan yang langsung dirasakan oleh penduduk
setempat seperti antara lain pembuatan pelabuhan – pelabuhan, jalan – jalan raya dan
jembatan, kereta api, alat – alat komunikasi perkantoran dengan cara administrasi barat.
Penembusan melalui media teknologi ini mempunyai pengaruh besar dalam penumbuhan
dalam pemasaran hasil rakyat, pembukaan daerah – daerah yang terisolir, timbulnya mata
pencaharian baru, pengalaman – pengalaman baru dalam berbagai bidang yang dulu tidak
dikenal, peralatan – peralatan baru dan menambah pergaulan masyrakat, komunikasi dan
pos serta media umum lainnya. Kedua , akibat makin banyak orang – orang pribumi
mengenal ide – ide dan metode barat melalui pendidikan, pergaulan maupun media
lainnya, sebagian dari mereka mulai menentang konsep kolonialisme sendiri. Nilai – nilai
hak asasi manusia dalam hukum, pergaulan, politik, dan ekonomi, mulai diresapinya
yang selama ini menjadi idam – idaman pendidikan dan latihan mereka mandapat
kemahiran dan keterampilan baru yang juga digunakannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpukan bahwa : Masyarakat transisi yaitu, masyarakat
yang mudah di pengaruhi oleh kebudayaan barat, yang datang menyentuh kebudayaan
tradisional.
2.4 Masyarakat Modernisasi
Lebih lanjut Pasaribu J.L, dkk, ( 1982 : 146 ) mengatakan bahwa : masyarakat moderen
berusaha agar anggota masyarakat mempunyai pendidikan yang cukup tinggi akademis.
Pengamatan menunjukan bahwa golongan ini (1) mempunyai pandangan luas objektif sebagai
hasil yang diperoleh dari pendidikan luar negari. Tetapi sering mereka lupa bahwa kondisi luar
negeri tidak sama dengan kondisi dalam negeri sehingga hal – hal yang berlaku di luar negeri.
Diperlukan adaptasi dari ilmu yang dipelajari. (2) dapat berantisipasi kemasa datang sebagai
akibat pengetahuan yang mereka miliki. Itulah sebabnya mereka dapat membuat perencanaan
yang menyeluruh. (3) perbaikan dilakukan dengan mengintroduser norma sosial yang baru yang
dapat menjawab tantangan masa datang. Pengetahuan yang begitu luas serta pengalaman yang
mereka peroleh membuat mereka tidak sabar sehingga tidak jarang mengambil jalan pintas
dalam merubah masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa : masyarakat Modernisasi yaitu,
masyarakat yang berusaha agar masyarakatnya mempunyai pendidikan yang cukup tinggi di
banding dengan masyarakat moderen, dan masyarakat Transisi. Mereka ingin mempunyai
pendidikan yang tinggi agar mereka dapat beradaptasi kemasa depan sebagai akibat pengetahuan
Sidi Gajalba ( 1983 : 235 ) mengungkapkan bahwa ciri – ciri manusia moderen sebagai
berikut :
1. Siap sedia untuk pengalaman baru dan keterbukaan terhadap inovasi dan perubahan.
Manusia tradisional tidak suka menerima ide – ide baru, cara merasa dan bertindak baru.
2. Pandangannya terhadap anggapan umum lebih demokratik, sadar akan keragaman sikap
dan anggapan.
3. Memandang kepada masa sekarang dan yang akan datang lebih dari pada masa lampau.
4. Perencanaan, manusia moderen berorientasi dan terlibat dengan perencanaan dan
pengorganisasian dan percaya kepadanya sebagai cara menangani kehidupan.
5. Mempercayai bahwa manusia dapat belajar banyak sekali untuk menguasai
lingkungannya guna kepentingan dan tujuannya, ia lebih menguasai lingkungannya dari
pada lingkungannya menguasainya.
6. Dapat memperhitungkan, bahwa orang – orang dan lembaga – lembaga lain di
sekililingnya dapat di andalkan untuk memenuhi atau melakukan kewajiban dan
tanggung jawabnya. Artinya ia mempercayai dunia yang di atur oleh hukum di bawah
kontrol manusia.
Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa : ciri – ciri masyarakat moderan
yaitu, siap menghadapi tantangan dan penglman baru. Sadar akan martabat orang lain,
mempercayai adanya keadilan yang hak adalah hak dan kewajiban adalah kewajiban.
pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu
perasaan setiap warga / anggota masyarakat yang amat kuat hakekatnya”. bahwa seseorang
merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di manapun ia hidup
dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan
kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara
lain :
a. Warga pedesaan memiliki hubungan yang lebih erat mendalam ketimbang hubungan
mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.
b. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan.
c. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian
d. Golongan orang – orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan
penting.
e. Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal.
f. Kehidupan keagamaan lebih kental
g. Banyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik dari kota
Masyarakat perkotaan adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya.
Tekanan pengertian “ kota” lebih ditekankan pada sifat serta ciri – ciri kehidupannya yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota
yaitu :
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di
desa
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada
orang lain. Hal yang penting adalah manusia perorangan atau individu.
c. Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batasan – batasan
yang nyata.
d. Kemungkinan – kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota dari pada warga desa karena sistem pembagian kerja yang tegas tersebut
diatas.
e. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan
interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada
faktor pribadi.
f. Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu, sehingga
pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan –
kebutuhan seorang individu.
g. Perubahan – perubahan sosial tampak dengan nyata di kota – kota, karena kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Warga pedesaan, suatu masyarakat mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian. Walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang
genteng, dan bata, tukang membuat gula. Namun demikian, tidaklah berarti setiap orang
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : masyarakat pedesaan adalah, masyarakat yang
hubungan kekeluargaan, dan kerja samanya masih kental. Selain itu pada umumnya pekerjaan
mereka adalah petani. Sedangkan masyarakat perkotaan adalah : masyarakat yang mempunyai
kesibukan masing- masing sehingga hubungan kekeluargaan sudah kurang, selain itu di lihat dari
kerjasamanya sudah karang. Masyarakat kota juga cepat menerima pengaruh dari luar.
Perubahan sosial ekonomi yang terjadi dalam masyarakat tidak terlepas dari pengaruh
alam, pengaruh manusia, dan pengaruh produksi. Ketiga faktor ini menyebabkan perubahan yang
terjadi di lingkungan sosial. Menurut Hartomo,dkk ( 2008 : 285 ) mengatakan bahwa “ Di dalam
kehidupan manusia tidak bisa lepas dengan peristiwa – peristiwa ekonomi, atau peristiwa –
peristiwa ekonomi selalu timbul di dalam kehidupan manusia. Hal tersebut di sebabkan di satu
pihak kebutuhan manusia tidak terbatas dilain pihak alat pemuas kebutuhan manusia terbatas
adanya”. Sementara itu Mohamad Hatta ( 1985 : 12 ) mengatakan bahwa “ dalam masa ekonomi
pertama pengaruh alamlah yang terbesar. Dalam masa kedua tenaga manusia yang terutama. Dan
perubahan berarti suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan
sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan.
Lebih lanjut Astrid (Dalam Abdul Syani, 1995 : 103) mengatakan bahwa “ perubahan itu
perubahan – perubahan yang tertuju pada kemajuan keadaan dan hidup masyarakat, kemajuan –
kemajuan tersebut dimaksudkan untuk dinikmati oleh individu – individu dalam masyarakat”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, perubahan sosial ekonomi adalah:
perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan tidak terlepas dari pengaruh alam. Peristiwa
ekonomi sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena alat pemuas
Agar dapat memperjelas tentang perubahan sosial, maka selanjutnaya perlu disajikan
sejumlah definisi dari perubahan sosial dari beberapa ahli antropologi dan sosiologi, diantaranya,
yang dikutip dalam Soerjono Soekanto ( 2006 : 262- 263) adalah sebagai berikut :
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa, perubahan sosial merupakan
perubahan yang terjadi di masyarakat dalam hubungan sosial. Atau perubahan yang terjadi dalam
Secara umum terjadinya perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat, tentu diperlukan
pengetahuan berkaitan dengan apa yang menyebabkan terjadinya perubahan itu. Menurut
Soerjono Soekanto ( 2006 : 275 – 282 ) menjelaskan bahwa: “ pada umumnya dapat dikatakan
bahwa mungkin ada sumber sebab – sebab tersebut yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri
dan ada yang terletak di luar”. Sebab – sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri,
kebudayaan masyarakatnya. Di antara orang – orang tersebut banyak yang menerima kekurangan
– kekurangan tersebut sebagai suatu hal yang harus di terima saja. Orang lain mungkin tidak
puas dengan keadaan, tetapi tidak mampu memperbaiki keadaan tersebut. Keinginanan akan
kualitas juga merupakan pendorong bagi terciptanya penemuan – penemuan baru. Perlu di
ketahui bahwa penemuan baru dalam kebudayaan rohaniah dapat pula menyebabkan terjadinya
perubahan – perubahan.
3. Pertentangan Masyarakat
Pertentangan mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan.
Pertentangan – pertentangan mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok. Umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat
kolektif. Segala kegiatan di dasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan
individu walaupun diakui tetapi mempunyai fungsi sosial. Tidak jarang timbul
pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan kelompoknya, yang dalam
hal – hal tertentu dapat menimbulkan perubahan – perubahan.
Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab – sebab yang
1. Sebab – sebab yang berasal dari lingkungan Alam yang ada di sekitar manusia.
Terjadinya gempa bumi, topan, dan lain – lain mungkin menyebabkan masyarakat –
masyarakat yang mendiami suatu daerah – daerah tersebut terpaksa harus
meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat
tinggalnya yang baru, mereka harus menyesuikan diri dengan keadaan alam yang
baru tersebut. Kemungkinan hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya perubahan -
perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.
2. Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula menyebabkan perubahan – perubahan
karena biasanya negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada negara
yang kalah. Contohnya adalah negara – negara yang kalah dalam perang dunia kedua
banyak sekali mengalami perubahan dalam lembaga kemasyarakatannya.
menjadi dua yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat. Oleh karena itu, menurut Soerjono
Soekanto ( 2006 : 283 ) mengatakan bahwa “ di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses
perubahan, terdapat faktor – faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi”. Faktor –
Menurut Soerjono Soekanto faktor – faktor yang mendorong jalannya proses perubahan yaitu
perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya
kebudayaan sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkukung pola – pola
Hal ini memungkinkan di sebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau
Suatu sikap masyarakat yang mengagung – agungkan tradi dan masa lampau serta
anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapa diubah manghambat jalannya proses perubahan.
Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan diakui oleh
golongan konservatif.
Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu kebudayaan
integrasi tinggi.
f. Prasangka terhadap hal – hal baru atau asing atau sikap yang tertutup
Setiap usaha perubahan pada unsur – unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan
sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat
i. Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidk mungkin di perbaiki.