Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Universitas Bengkulu merupakan kampus yang berada di Bengkulu, kampus


ini masih terdapat kawasan hutan dari berbagai tipe. Kampus ini memiliki kawasan
hutan yang masih alami dan di dalamnya hidup dan berkembang beranekaragam jenis
hewan. Berdasarkan penampakan tipologi ekosistem, Universitas Bengkulu memiliki
ekosistem yang cukup bervariasi antara lain ekosistem sawah, hutan sekunder, hutan
rawa dan padang rumput.
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya
mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas
hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton
bersifat heterotrofik, yang maksudnya tidak dapat memproduksi sendiri bahan
organik dari bahan anorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya ia
sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya.
Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen bahan organik. Ukurannya yang
paling umum berkisar 0,2 –  2 mm, tetapi ada juga yang  berukuran besar misalnya
ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling
umum ditemui antara lain kopepod (copepod ), eufausid ( euphausid  ), misid
(mysid), amfipod ( amphipod  ),kaetognat (chaetognath).
Pada suatu danau jika banyak nya terdapat plankton dan makro bentos ini
akan mnyebabkan banyak nya populasi ikan dan biota-biota air di dalamnya. Karena
pentinya lankton dan makro bentos dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai
plankton dan makro bentos, maka perlu dilakukan penelitian tentang jenis – jenis
plankton dan makro bentos di area danau universitas Bengkulu.
1.2 Tujuan
Dapat mengetahui jenis-jenis plankton dan makrobentos di area danau
Universitas Bengkulu.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Plankton
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir.
Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, serta termasuk ekosistem air
mengalir adalah sungai.
1. Air tergenang/ lentik (asal kata lenis = tenang) contoh : danau, kolam, dan
rawa.
2. Air mengalir / lotik (asal kata lotus = tercuci) contohnya: mata air, aliran
air/sungai dan selokan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat.
Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan
hidup.
1. Berdasarkan aliran energi
Organisme dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Autotroph (produsen), tanaman hijau dan mikroorganisme kemosintetik.
b. Pagotroph (konsumen makro), herbivora, predator, parasit.
c. Saprotroph (konsumen mikro atau pengurai), diklasifikasikan sesuai dengan
bahan organik yang diuraikan .
2. Berdasarkan kebiasaan hidup
Organisme dibedakan sebagai berikut yaitu : 
a. Plankton 
Terdiri atas fitoplankton dan zooplankton, organisme mengapung yang arah
pergerakannya kira-kira tergantung arus. Walaupun beberapa zooplankton
menunjukkan gerakan berenang yang aktif yang membantu mempertahankan posisi
vertical, plankton secara keseluruhan tidak dapat bergerak melawan arus. 
b. Nekton
Organisme yang dapat berenang dan bergerak dengan kemauan sendiri,
misalnya ikan,amfibi, serangga air besar. 

2
c. Neuston
Organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat
pada permukaan
air, misalnya serangga air.
d. Perifiton
Merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan
atau benda lain, misalnya keong. 
e. Bentos
Hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada  endapan. Bentos
dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,  misalnya cacing dan remis.

Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di
perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan
dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton)
atau yang hidup di dasar Taut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai
zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari,
menjelangdewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi
nekton atau bentos.
Berdasarkan bentuk hidupnya plankton dibagi menjadi dua golongan yaitu
fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Fitoplankton
mempunyai sifat autotrof yang mampu merubah  bahan anorganik menjadi bahan
organik dan penghasil oksigen yang sangat mutlak diperlukan bagi kehidupan
makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatannya. Sedangkan zooplankton tidak dapat
memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik. Zooplankton bersifat herbivore
dan karnivore. Zooplankton yang  bersifat herbivor akan memakan fitoplankton,
sedangkan zooplankton yang  bersifat karnivor memakan zooplankton herbivore
(Nybakken,1992).
Fitoplankton mempunyai peran sangat penting dalam suatu perairan, selain
berada pada dasar rantai makanan sedangkan zooplankton merupakan herbivor
pemangsanya (Khasanah dkk, 2013).

3
Berdasarkan daur hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Holoplankton
2. Meroplankton
3. Tikoplankton
Selain itu Zooplankton dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya menjadi
lima sebagai berikut :
1. Mikropankton, mempunyai ukuran 20- 200 μm dan organisme utamanya yaitu
Ciliata,  Foraminifera, Nauplius, Rotifera, Copepoda.
2. Mesoplankton, mempunyai ukuran 200μm -2 m dan organisme utamanya
yaitu Cladocera, Copepoda, Larvacea.
3. Makroplankton, mempunyai ukuran 2-20 mm dan organisme utamanya yaitu
Pteropada, Copepoda, Euphausiid, Chaetognatha.
4. Mikronekton, mempunyai ukuran 20-200 mm dan organisme utamanya yaitu
Chepalopoda, Euphausiid, Sargestid, Myctopid.
5. Megaloplankton, mempunyai ukuran >20 mm dan organisme utamanya yaitu
Scyphozoa, Thaliacea.
Kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton, karena
fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Di perairan fitoplankton
mempunyai peranan sebagai produsen yang merupakan sumber energi bagi
kehidupan organisme lainnya. Kepadatan zooplankton sangat tergantung pada
kepadatan fitoplankton, karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton,
dengan demikian kuantitas atau kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang
tinggi kandungan fitoplanktonnya.

2.2 Makrozoobentos
Zoobentos adalah hewan yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup
di dasar endapan. Hewan ini merupakan organisme kunci dalam jaring makanan
karena dalam sistem perairan  berfungsi sebagai pedator, suspension feeder,
detritivor, scavenger dan parasit. Makrobentos merupakan salah satu kelompok

4
penting dalam ekosistem perairan. Pada umumnya mereka hidup sebagai suspension
feeder, pemakan detritus, karnivor atau sebagai pemakan plankton (Odum, 1993)
Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan atau tinggal dalam
sedimen dasar perairan. Benthos mencakup organisme nabati yang disebut
fitobenthos dan organisme hewani yang disebut zoobenthos. Ketika air surut,
organisme akan kembali ke dasar perairan untuk mencari makan. Beberapa
makrozoobenthos yang umum ditemui di kawasan mangrove Indonesia adalah
makrozoobenthos dari kelas Gastropoda, Bivalvia, Crustacea, dan Polychaeta
(Marfaung, 2013).
Makrozoobentos merupakan salah satu organisme akuatik menetap di dasar
perairan yang memiliki pergerakan relatif lambat serta daur hidup relatif lama
sehingga memiliki kemampuan merespon kondisi kualitas air secara terus menerus
(Zulkifli dkk, 2011). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa komponen biota
akuatik (ikan, plankton dan bentos) dapat difungsikan untuk  biomonitoring kondisi
lingkungan. Timbulnya variasi dalam suatu populasi tergantung pada sensitifitasnya
terhadap fluktuasi perubahan lingkungan, yakni interaksi antar spesies yang ada.
Setiap spesies akan enunjukkan efek yang berbeda dalam menanggapi suatu
kompetisi, dan iodiversitas yang meningkat pada suatu komunitas akan sangat
mendukung terwujudnya stabilitas komunitas tersebut (Ives dkk, 1999).
Berdasarkan cara makannya, makrobentos dikelompokkan menjadi 2:
1. Filter feeder, yaitu hewan bentos yang mengambil makanan dengan
menyaring air.
2. Deposit feeder, yaitu hewan bentos yang mengambil makanan dalam
substrat dasar.
Kelompok pemakan bahan tersuspensi (filter feeder) umumnya tedapat
dominan disubstrat berpasir misalnya moluska bivalva, beberapa jenis echinodermata
dan crustacea. Sedangkan pemakan deposit banyak tedapat pada substrat berlumpur
seperti jenis polychaeta.
Berdasarkan keberadaannya di perairan, makrobentos digolongkan menjadi
kelompok epifauna, yaitu hewan bentos yang hidup melekat pada  permukaan dasar

5
perairan, sedangkan hewan bentos yang hidup didalam dasar  perairan disebut
infauna. Tidak semua hewan dasar hidup selamanya sebagai  bentos pada stadia lanjut
dalam siklus hidupnya. Hewan bentos yang mendiami daerah dasar misalnya, kelas
polychaeta, echinodermata dan moluska mempunyai stadium larva yang seringkali
ikut terambil pada saat melakukan  pengambilan contoh plankton (Setyobudiandi,
1997).

6
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Teknik Lapangan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 30 April 2019,
tepatnya pada pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai dan berlokasi di Danau Ilmu
UNIB samping Gedung Laboratorium Pertanian.

3.2 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah water sampler, keping
seki, net plankton, ponar grab, pH meter, dan termometer.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1  Net Plankton

Net plankton digunakan untuk menyaring air serta plankton yang berada
didalamnya secara horizontal dan vertikal dengan menggunakan bot. Dalam
penggunaan plankton net ini digunakan dua metode yaitu sampling secara horizontal
merupakan metoda pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk
sebaran plankton horizontal dapat diketahui. Plankton net pada suatu titik di danau,
ditarik perlahan menuju ke titik lain, sampel diambil seiring pergerakan secara
perlahan , plankton net ditarik untuk jarak dan waktu tertentu. Jumlah air yang
tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan jarak dikalikan diantara
dua titik tersebut dengan diameter plankton net. Flowmeter untuk peningkatan
ketelitian. Dengan cara horizontal sampel terbatas pada satu lapisan saja. Yang kedua,
sampling secara vertical merupakan cara termudah untuk sampel diambil dari seluruh
kolom air (coposite sample). Plankton net diturunkan sampai ke kedalaman yang
diinginkan dengan pemberat dibawahnya. Setelah itu plankton net ditariknya keatas
dengan kecepatan konstan (Setyobudiandi, 1997).

7
3.3.2 Secchi Disk

Secchi disk digunakan untuk mengukur kecerahan (m) . Secchi disk  ini
dicelupkan ke dalam danau dan dicatat jarak pertama kali secchi disk tidak terlihat
dan jarak secchi disk pertama kali terlihat dari dalam danau.  Nilai kedalamannya
dicatat dengan cara panjang tali Secchi Disk yang basah diukur dengan meteran. Nilai
keduanya lalu dirata-ratakan untuk memperoleh nilai kecerahan (Marfaung, 2013).

3.3.3 Water sample

            Water sampler digunakan untuk pengambilan sampel air pada kedalaman


tertentu dengan sistem pengambilan air vertical dimasukkan ke dalam air sungai
secara vertikal maupun horizontal. Setelah semua water sampler berada di dalam air,
tutup water sampler dengan messenger, dan angkat ke atas. Kemudian, ukur oksigen,
suhu dan pH yang terdapat pada air tersebut (Setyobudiandi, 1997).

3.3.4 Ponar Grab.

Ponar Grab secara khusus cocok untuk pengambilan sampel dasar yang lunak
dan berlumpur. Pengeruk ini adalah alat standart yang digunakan secara luas untuk
studi kuantitatif dasar lunak. Badan pengeruk adalah suatu kotak bujur sangkar atau
segi empat. Pembukaan yang lebih rendah ditutup dengan sepasang gigi mirip sekop,
yang digerakkan oleh per. Bila menutup gigi-gigi akan menutup kotak secara rapat
dan bila ditarik terpisah, keseluruhan dasar kotak akan terbuka. Pengeruk diturunkan
dengan gigi-gigi dibiarkan terbuka, pada saat mencapai dasar, sebuah pemberat
diturunkan. Ini akan melepaskan per yang memegang gigi-gigi terbuka. Gigi-gigi
akan menutup, dan selama proses ini bahan dasar diserok dengan gigi-gigi itu. Kotak
pengeruk dibuat dengan ukuran khusus sedemikian, sehingga daerah dasar yang
diketahui dapat diambil sampelnya (Marfaung, 2013).

8
BAB IV

HASIL

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa hasil yang didapat ialah
plankton dalam jenis Perifiton yang merupakan tumbuhan atau hewan yang
melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong dengan jumlah
yang didapat yaitu 11 individu.
Pada alat water sampler yang berguna untuk penyaringan air, air yang
didapatkan kemudian diukur kadar pHnya dengan pH meter dan hasil yang
didapatkan yaitu 8,7 kadar pH. Yang kedua, kandungan oksigen pada air tersebut
diukur dengan menggunakan alat ukur yang disebut DO meter dan hasil yang didapat
yaitu 52. Lalu, ukur juga suhunya dengan menggunakan alat ukur termometer dan
hasil yang didapatkan ialah 32,5oC.

9
DAFTAR PUSTAKA

Khasanah, R.I., Sartimbul, A., dan Herawati, E.Y. 2013. Kelimpahan dan
Keanekaragaman Plankton di Perairan Selat Bali. Jakarta : UI Press.

Marfaung, A, A, F. 2013. Keanekaragaman Makrozoobenthos di Ekosistem


mangrove Silvofishery dan mangrove Alami kawasan Ekowisata pantai
Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Skripsi. Program Studi Ilmu
Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan. Sulawesi : Universitas Hasanuddin Press.

Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta :


Gramedia.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar ekologi. Ed. Ke-3. Terj. dari  Fundamentals of


Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soegianto, A. 2010. Ekologi Perairan Tawar. Surabaya : Airlangga University Press

Zulkifli, Hilda dan Setiawan, Doni. 2011. Struktur Komunitas Makrozoobentos di


Perairan Sungai Musi Kawasan Pulokerto sebagai Instrumen Biomonitoring.
 Jurnal Natur Indonesia. 14(1) : 27-32.

10
LAMPIRAN

Perifiton yaitu keong-keongan

11

Anda mungkin juga menyukai