Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi tren saat ini sehingga

masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan dengan

tumbuhan obat herbal. Sebenarnya sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia

mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya

menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal

dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Selain lebih ekonomis efek samping

ramuan herbal sangat kecil. Karena itu pengguna obat herbal alami dengan formulasi

yang tepat sangat penting dan tentunya lebih efektif (Redaksi Agromedia, 2008 dalam

Ismail, 2015).

Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan

obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika,

sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO,

2003 dalam Ismail, 2015). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat

herbal di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi

penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit

tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di

seluruh dunia (Sukandar EY, 2006 dalam Ismail, 2015).

Pemakaian bahan herbal alami untuk menangani penyakit dipercaya dapat

membantu memberikan efek kesembuhan dengan memanfaatkan metabolit sekunder

yang dihasilkan seperti, polifenol. Polifenol (polyphenol) merupakan senyawa kimia

yang terkandung di dalam tumbuhan dan bersifat antioksidan kuat. Polifenol ini berperan

melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dengan cara mengikat radikal
bebas sehingga mencegah proses inflamasi dan peradangan pada sel tubuh. Polifenol

juga bermanfaat menurunkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung,

alzheimer, dan kanker (Fauziah, 2010 dalam Latifah, 2015).

Alkaloid merupakan senyawa golongan Polifenol yang banyak ditemukan di alam.

Hampir seluruh alkoloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai

jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat dalam tumbuhan dikotil

sedangkan untuk tumbuhan monokotil kadar alkoloid yang dimilikinya lebih sedikit.

Oleh karena alkaloid merupakan salah satu bagian penting dalam tanaman,khususnya

dalam bidang pengobatan maka melatar belakangi makalah ini untuk mengetahui lebih

jauh lagi tentang alkaloid.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah defenisis Alkaloid?

2. Bagaimanakah penyiapan sampel yang mengandung senyawa alkaloid?

3. Bagaimanakah proses ekstraksi senyawa alkaloid?

4. Apakah yang dimaksud senyawa metabolid sekunder?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi Alkaloid.

2. Untuk Mengetahui proses penyiapan sampel yang mengandung senyawa alkaloid.

3. Untuk mengetahui proses ekstraksi senyawa alkaloid.

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud senyawa metabolid sekunder.


Ismail. (2015). Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Memilih Obat
Tradisional Di Gampong Lam Ujong. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh: Tidak diterbitkan.

Latifah, dkk. (2015). Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid Dan Uji Aktivitas
Antioksidan Pada Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Dengan Metode
DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhirazil). Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai