MIOMA UTERI
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di RSI Sultan Agung Semarang
Periode 23 September 2019 – 23 November 2019
Disusun oleh:
Nugraha Wirawan
30101507529
Pembimbing:
dr. Gunawan Kuswondo, Sp.OG
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. SK
2. Umur : 40 tahun 10 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 01-38-85-xx
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Wonosalam, Pilangrejo, Demak
8. Pendidikan : SMP
9. Status : Sudah Menikah
10. Tanggal Masuk : 8 Oktober 2019
11. Masuk Jam : 14.30 WIB
12. Ruang : Baitunnissa II
13. Kelas : BPJS Non PBI Kelas III
B. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 9 Oktober 2019
pukul 07.00 WIB.
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan (♀) P4A0 berusia 40 tahun datang ke Poli
Obsgyn RSI Sultan Agung Semarang dengan keluhan keluar darah dari
jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu. Darah yang keluar awalnya berjumlah
seperti saat menstruasi tapi lama kelamaan semakin banyak. Darah yang
keluar terjadi terus menerus. Darah yang keluar berwarna merah, tetapi
lama kelamaan juga disertai dengan gumpalan. Dalam satu hari, pasien
bisa terus menerus mengganti celananya ± 4 kali sehari.
Pasien juga merasakan perut bagian bawahnya agak membesar
selama 2 bulan ini tidak nyeri. Pasien juga merasa sering buang air kecil.
Pasien merasa BAB normal. Mual dan muntah tidak dirasakan.
3. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang
• Menikah saat berusia 22 tahun
• Lama menikah yaitu 18 tahun
4. Riwayat Obstetri
• P2A0
1. Lahir bayi laki-laki, usia 25 tahun, lahir spontan, BB
lupa, sehat
2. Lahir bayi perempuan, usia 20 tahun, lahir spontan, BB
lupa, sehat
• Riwayat abortus : disangkal
• Riwayat operasi : disangkal
5. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : ±28 hari, teratur 1 bulan sekali
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : Banyak (ganti celana ±4 kali sehari)
Dismenore : (-)
HPHT : 23 Juli 2019
6. Riwayat KB
Pasien menggunakan KB Suntik pertama kali pada bulan Mei
tahun 2019.
7. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Reproduksi: disangkal
Riwayat penyakit stroke : disangkal
Riwayat operasi :
Kuretase berulang
pemasangan DJ Stent pada bulan September 2019
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit yang sama : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Keganasan : disangkal
9. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang petani dan suami pasien bekerja sebagai
supir. Biaya pengobatan ditanggung BPJS Non PBI kelas III.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS (tanggal 9 Oktober 2018 pukul 07.00)
o Keadaan Umum : Baik
o Kesadaran : Composmentis
Antropometri
o TB : 158 cm
o BB : 68 kg
o BMI : 27,2 (Overweight)
Tanda Vital
o Tekanan darah : 120/80mmHg
o Nadi : 82 x/menit
o RR : 22 x/menit
o Suhu : 36,50C
2. STATUS INTERNUS
o Kepala : Mesocephale
o Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Hidung : Discharge (-)
o Telinga : Discharge (-)
o Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
o Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
o Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran tiroid (-)
o Kulit : Turgor kembali lambat (-), ptekiae (-)
o Mammae : Simetris, tidak ada benjolan abnormal
o Pulmo
Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : Stemfremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan
(-)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
o Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan.
Auskultasi: suara jantung I dan II murni, regular, suara
tambahan (-)
o Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (-), bekas
operasi (-).
Auskultasi: bising usus (+)
Perkusi : Timpani seluruh region abdomen
Palpasi : Nyeri tekan seluruh region abdomen (-), lien
dalam batas normal, hepar dalam batas normal
o Ekstrimitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
D. STATUS GINEKOLOGI
o Abdomen
o Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (-),
bekas operasi (-), massa (-), sikatrik (-)
o Auskultasi : bising usus (+) normal
o Perkusi : Timpani seluruh region abdomen
o Palpasi : Nyeri tekan seluruh region abdomen (-)
o Genitalia Eksterna
o Inspeksi :
Vulva : tidak ada kelainan, fluxus (+), fluor (+)
Uretra : tidak ada kelainan
Vagina : tidak ada kelainan
Klitoris: tidak ada kelainan
Glandula bartholini: tidak ada kelainan
Perineum: tidak ada kelainan
o Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Vulva : tidak ada kelainan
Uretra : tidak ada kelainan
Vagina : tidak ada kelainan
Glandula bartholini: tidak ada kelainan
o Pemeriksaan Inspekulo
o Vagina : dinding tidak terdapat kelainan, rugae (-)
o Porsio vaginalis
Ukuran : normal
Warna : kemerahan
Fluksus: (+) merembes
Peradangan: (-)
o Genitalia Interna (VT)
o Portio : berukuran sebesar jempol kaki, licin
o OUE : tertutup
o Corpus Uterus
Letak : anteversio
Bentuk : bulat
Ukuran : sebesar kepala bayi
Konsistensi: kenyal
Permukaan: rata
o Adneksa : massa (-)
o Parametrium : infiltrat (-)
o Cavum douglasi: penonjolan (-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin (dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
Hemoglobin 10,2 (L) 11.7-15.5 g/dl
Hematokrit 32.1 (L) 33-45 %
Leukosit 9.25 3.6-11.0 Ribu/uL
Trombosit 359 150-440 Ribu/pul
Golongan Darah/Rh O/Positif
APTT/PTTK 23,7 21.8-28.0 Detik
Kontrol 25,5 21.0-28.4 Detik
PPT 9,1 (L) 9.3-11.4 Detik
Kontrol 11.0 9.2-12.4 Detik
IMUNOSEROLOGI
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif -
KIMIA
GDS 116 (H) 76-110 mg/dl
Ureum 11 10-50 mg/dl
Kreatinin Darah 0,86 0.5-0.9 mg/dl
Natrium 135,4 135-147 mg/dl
Kalium 3.76 3.5-5 mg/dl
Chloride 101,1 95-105 mg/dl
F. RESUME
Pasien perempuan (♀) P4A0 berusia 40 tahun datang ke Poli Obsgyn
RSI Sultan Agung Semarang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir
sejak 3 bulan yang lalu. Darah yang keluar awalnya berjumlah seperti saat
menstruasi tapi lama kelamaan semakin banyak. Darah yang keluar terjadi
terus menerus. Darah yang keluar berwarna merah, lama kelamaan juga
disertai dengan gumpalan. Dalam satu hari, pasien bisa terus menerus
mengganti celananya ± 4 kali sehari.
Pasien juga merasakan perut bagian bawahnya terus bertambah besar
selama 2 bulan ini tidak nyeri.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : ±28 hari, teratur 1 bulan sekali
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : Banyak (ganti celana ±4 kali sehari)
Dismenore : (-)
HPHT : 23 Juli 2019
Riwayat Obstetri
P2A0
1. Lahir bayi laki-laki, usia 25 tahun, lahir spontan, BB lupa, sehat
2. Lahir bayi perempuan, usia 20 tahun, lahir spontan, BB lupa, sehat
STATUS GENERALIS (tanggal 9 Oktober 2019 pukul 07.00)
o Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : dalam batas normal
Status Ginekologi
o Genitalia Eksterna
Perdarahan merembes tidak aktif, vaginal discharge (+), darah (+)
o Inspekulo
Tampak darah keluar pada OUE
o Genitalia Interna (VT)
Vulva : fluxus (+), Fluor (+)
Portio : sebesar jempol kaki
Uterus : sebesar kepala bayi
Pemeriksaan penunjang
o Darah rutin
Hb rendah
Ht rendah
PPT rendah
GDS meningkat
o Pemeriksaan Patologi Anatomi
Uterus besar (12x12x11cm), myometrium sesuai dengan leyomioma
uteri
G. DIAGNOSIS KERJA
Pasien wanita P2A0 usia 40 tahun 10 bulan dengan Mioma Uteri.
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Adenomiosis
2. Miosarkoma Uteri
I. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap
2. Inf. cairan RL 500 CC (20 tpm)
3. Inj Cefotaxim 2 x 1 gram
4. Pro Ekstirpasi total abdominal histerektomi pada tanggal 10 Oktober
2019
J. EDUKASI
1. Istirahat cukup
2. Minum obat teratur
3. Edukasi untuk menerapkan pola makan yang sehat, tinggi buah, sayur,
dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan
direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai
kemampuan secara teratur dan menghindari gaya hidup sedenter
4. Edukasi untuk tenang dan tidak cemas menjelang akan dilakukannya
operasi
K. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Follow up (9 Oktober 2019 – 07.00 WIB)
S O A P
- Keluar - TD : 130/80 P2A0 dengan - Planning Tx:
darah dari - Nadi : 80x/m Mioma Uteri Infus RL 20 tpm
jalan lahir - RR : 20 x/m - Monitoring TTV &
Suhu : 36.5ºC KU
Hb : 10.4 (L) - Pro Total Abdominal
- Histerektomi pada
tanggal 10 Oktober
2019
C. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil
dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di
dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari
transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa
yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen
yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial
normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan
aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori
genioblast. Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat
dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Pemberian
agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth
factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih
banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting
pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan
karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause
sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang
berkembang setelah menopause bahkan setelah oforektomi bilateral pada
usia dini.
D. Klasifikasi mioma uteri
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena.
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali
tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
• Mioma Uteri Submukosa
Mioma submucosa menempati lapisan di bawah endometrium
dan menonjol ke dalam (kavum uteri). Pengaruhnya pada
vaskularisasi dan luas permukaan endometrium menyebabkan
terjadinya perdarahan ireguler.
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt.
Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar
melalui ostium serviks. Hal ini dapat menyebabkan dismenore.
Ketika mioma gebrut telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi
nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak
regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang
lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma
uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup
besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu
memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi.
I. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
- Bila anemi beri tablet Fe dan pemberian NSAID untuk pengobatan nyeri.
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan
karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau
pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus
Mioma
Konservatif
Operatif
J. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :
• Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
• Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
• Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
• Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.
• Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan
dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti
daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor
ovarium atau mioma bertangkai.
• Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya.
Daftar Pustaka
Bath RA, Kumar P. 2006. Experience with uterine leiomyoma at a teaching
referral hospital in India. Journal of Gynecologic Surgery 22: 143-150.
Beckmann RB, Charles. 2010. Obstetrics and Gynecology. sixth edition.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkin. pp :389-392
Cunningham, FG. 1995. Mioma uteri Obstetri William Edisi 18. Jakarta : EGC,
pp: 447-451.
Marc A. Fritz, M. 2011. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility.
Eighth Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkin. pp : 148-155
Sarwono, 2011, Ilmu Kandungan, ed. 2, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
Sarwono, 2010, Ilmu Kebidanan, ed. 3, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta