PENDAHULUAN
Para investor cenderung menyukai stabilitas dividen daripada DPR yang terlalu
tinggi. Karena apabila dividen yang dibagikan tinggi maka risiko yang dimiliki
perusahaan juga relatif tinggi. Perusahaan umumnya melakukan pemisahan antara pemilik
dengan pengelola perusahaan. Pemisahan inimengakibatkan perbedaan kepentingan antara
pemilik dengan pengelola perusahaan. Perbedaan kepentingan ini disebut dengan agency
problem. Menurut Jensen dan Meckling dalam Wijaya dan Wibawa (2010) perusahaan
yangmemisahkan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap
masalah agensi.
Pada penelitian ini, penulis akan mengaitkan dengan kasus yang menimpa salah satu
komisaris PT. Garuda Indonesia yakni Chairul Tanjung yang memiliki 28,08%
memutuskan untuk menolak laporan keuangan PT. Garuda indonesia tahun 2018
disebabkan adanya transaksi kontrak 2019 yang keuntungannya sudah diakui pada tahun
2018 sebesar 239,94 juta dolar. sehingga hal ini akan menyebabkan PT. Garuda Indonesia
akan memberikan pelaporan laba yang tidak sesuai dengan kebenarannya dan akan
berpengaruh kepada kebijakan deviden. Sayangnya tuntutan ketidak wajaran ini tidak
1
ditanggapi serius oleh pihak manajerial PT. Garuda Indonesia. Kasus ini menunjukkan
adanya masalah agensi antara pihak manajerial dan pihak konstitusional.
Kasus masalah agensi lainnya, terjadi pada agustus 2019 salah satu perusahaan
raksasa yakni General Eletric Company diduga melakukan manipulasi laporan keuangan
agar kinerja perusahaan tidak dapat dianalisis sehingga akan mudah bagi perusahaan untuk
membuat kebijakan pembagian deviden yang tidak sesuai dengan laba yang sebenarnya.
hal ini membuat para pemegang saham secara beramai-ramai melakukan penjualan saham
membuat harga saham General Eletric Company hancur.
Pada teori keagenan dijelaskan bahwa pihak manajemen adalah agen, sedangkan
pemegang saham adalah prinsipal. Penelitian Sari, dkk (2016) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial yang merupakan pemegang saham dari pihak manajemen dalam
hal ini akan aktif dalam mengambil keputusan yang tepat untuk dapat mengolah laba.
Ketika kepemilikan manajerial meningkat, maka kepentingan mereka sejajar dengan para
pemegang saham. maka disini pihak manajer akan merasa memiliki perusahaan tersebut
dan melakukan hal terbaik demi perusahaan, dalam hal ini perusahaan mengeluarkan
kebijakan melakukan investasi untuk keuntungan dimasa depan karena melihat investasi
lebih menguntungkan sehingga perusahaan akhirnya mengeluarkan dividen yang rendah.
2
3
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Kepentingan Investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan invetasi khususnya dalam menilai kinerja suatu
perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan management..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam hal pendanaan, para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko
sistematik dari saham perusahaan, sebab mereka melakukan investasi pada portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik. Namun berbeda dengan pihak manajer, manajer hanya peduli
pada risiko perusahaan secara keseluruhan. menurut Fama (1980) penyebabnya adalah (1)
bagian substantif dari kekayaan mereka di dalam spesifik human capital perusahaan, yang
membuat mereka non- diversiviabel (2) manajer akan terancam reputasinya, demikian juga
kemampuan menghasilkan earning perusahaan, jika perusahaan mengalami kebangkrutan.
5
6
Sehingga jika dilihat dari sudut pandang teori keagenan, menurut Jensen dan Meckling
(1976) para manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan mereka sendiri
dalam hal pembagian deviden dan bukan berdasarkan maksimalisasi nilai dalam
pengambilan keputusan pendanaan. Pendapat lain didasarkan pada asumsi bahwa para
manajer yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan keuangan tidak mampu
melakukan diversifikasi dalam human capital.
Sering kali pihak manajer tidak membuat keputusan yang mampu meningkatkan
nilai perusahaan. Karena banyak keputusan yang dibuat oleh manajer justru lebih
menguntungkan manajer itu sendiri dan tidak mengutamakan kepentinagan pemegang
saham. Sehingga anggapan bahwa orang-orang yang terlibat dalam perusahaan akan
berupaya memaksimumkan nilai perusahaan ternyata tidak selalu terpenuhi. Agen memiliki
kepentingan pribadi yang sebagian besar bertentangan dengan kepentingan para pemegang
saham sehingga munculah masalah keagenan. Untuk mengurangi masalah keagenan ini,
Jensen & Meckling (1976) mengidentifikasi adanya dua cara, yaitu para pemegang saham
eksternal melakukan pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan
atas tindakan-tindakan (bonding). Hal ini akan mengurangi kesempatan penyimpangan
yang dapat dilakukan oleh manajer sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan,
namun disisi lain munculah lagi masaalah baru yaitu biaya keagenan yang dapat membuat
nilai perusahaan berkurang. Jensen & Meckling (1976) mengklasifikasikan masalah biaya
keagenan menjadi tiga komponen : pertama, biaya-biaya yang dikeluarkan prinsipal
(monitoring cost); kedua. Bonding expenditure dari agen, dan ketiga residual loss.
Pengeluaran pengawasan dibayar oleh prinsipal untuk mengatur keputusan yang akan
diambil para agen. Bonding expenditures diciptakan oleh agen untuk menjamin bahwa
mereka tidak akan mengambil tindakan yang akan merugikan pihak prinsipal. The residual
loss adalah nilai kerugian yang dialami prinsipal akibat keputusan yang diambil oleh agen,
yang tidak sesuai dari keputusan yang dibuat oleh prinsipal jika ia memiliki informasi dan
bakat sebagaimana agen. Antisipasi atas ketiga biaya yang didefenisikan sebagai biaya
keagenan ini Nampak pada harga saham yang terkoreksi saat perusahaan menjual
sahamnya.
7
Masdupi (2005) berpendapat bahwa utang yang terlalu besar akan menimbulkan
konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya
keagenan utang. Utang yang terlalu besar meningkatkan keinginan shareholders untuk
8
memilih proyek-proyek yang lebih berisiko dengan harapan akan memperoleh return yang
lebih tinggi. Apabila proyek berhasil, return akan meningkat dan debtholders hanya
menerima sebesar tingkat bunga. Namun jika proyek tersebut gagal maka mereka dapat
mengalihkan penaggungan risiko pada pihak kreditur.
Menurut Jensen dan Meckling dalam Masdupi (1976), perusahaan yang semakin
besar akan potensial terkena agency problem sebagai akibat terjadinya pemisahan fungsi
pengambil keputusan dan penanggung risiko (risk beating). Dalam hal ini manajer
memiliki kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan-keuntungan
tambahan secara berlebihan, sebab risiko yang ditanggungnya relatif sama dan ini disebut
agency cost of equity. Untuk meminimumkan konflik kepentingan antara insider dengan
pemegang saham, maka diperlukan suatu mekanisme yang dapat membuat kepentingan
yang terkait menjadi sejajar. Hal ini akan menyebabkan munculnya biaya yang disebut
agency cost (biaya keagenan).
kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Sebab retained earnings (saldo laba)
adalah salah satu
manajerial maka dividen yang dibayarkan akan semakin rendah. Variabel kepemilikan
manajerial mempunyai hubungan yang negatif dengan kebijakan dividen. Penetapan
dividen yang rendah disebabkan karena manajer memiliki harapan investasi yang akan
datang dibiayai oleh sumber internal yang berasal dari laba ditahan bukan dari dana
eksternal yang berasal dari hutang. Hal ini, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pujiastuti (2008).
13
14
a. Kepemilikan Manajerial
Menurut Wijaya dan Wibawa (2010) Kepemilikan presentase saham oleh pihak
manajemen dari dewan komisaris dan direksi yang turut mengambil keputusan kepemilikan
manajerial yang besarnya dapat dihitung dari periode 2016-2018 dalam satuan persentase
sebagai berikut:
b. Kepemilikkan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan total persentase bank, perusahaan asuransi,
perusahaan yang berinvestasi, dana pensiun, dan lembaga keuangan besar lain terhadap
total modal saham sebuah perusahaan. Sesuai dengan penelitian Lucyanda dan Lilyana
(2012), variabel kepemilikan institusional diukur dengan rumus:
15
2. Sampel Penelitian
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham perusahaan dengan
kriteria berikut :
a. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga
tahun sesuai dengan periode penelitian yang diperlukan, yaitu 2016-2018
b. Perusahaan manufaktur yang secara konsisten membagikan dividen tunai selama
tiga tahun penelitian yaitu 2016-2018.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan cara untuk menggambarkan dan
menyajikaninformasi dari sejumlah besar data. Statistik deskriptif dapat mengubah data
mentah menjadi informasi yang dapat menggambarkan fenomena atau karakteristik dari
16
data. Teknik deskriptif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk
menginterpretasikan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing-
masing variabel penelitian.Statistik deskriptif dapat dilihat dari rata-rata (mean), nilai
tengah (median), maksimum, minimum, dan standar deviasi dari masing-masing variabel.
Rata-rata (mean), nilai tengah (median), maksimum, dan minimum menunjukkan
hasilanalisis terhadap dispersi variabel. Sedangkan standar deviasi menunjukkan
penyimpangan variabel terhadap nilai rata-rata (Ghozali; 2006).
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen
baik secara parsial maupun simultan, maka dilakukan uji statistik T.
Uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada dasarnya untuk mengetahui seberapa
jauh pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji
t-statistik biasanya berupa pengujian hipotesis:
H0 = Variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tak bebas
Ha = Variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebas.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat
dan karunian-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “Pengaruh Biaya Agensi : Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional terhadap Kebijakan Dividen (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018).”
”.
Tulisan ini sebagai wujud pertanggungjawaban penulis sebagai mahasiswa.
Selanjutnya, proposal ini bertujuan untuk mengarahkan kepada para pembaca, khususnya
menambah wawasan bagi para mahasiswa mengenai teori agensi dan hubungannnya
dengan keputusan pemberian dividen pada perusahaan..
Oleh karena itu sangat bermanfaat kiranya apabila proposal penelitian ini hadir
sebagai penambah wawasan baru dan khazanah ilmu yang senantiasa akan bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan proposal ini.
Oleh karena itu, masukan dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari
para pembaca.
MASYUDA TANJUNG