Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Saat ini Keberadaan pasar modal dalam perekonomian modern sudah tidak dapat
dihindari oleh negara-negara maju dan berkembang yang ada, termasuk Indonesia. Pasar
modal menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk
memperoleh return melalui dividen yang dibagikan. Dividen merupakan seluruh laba
bersih setelah dikurangi pajak yang dibagikan kepada pemegang saham kecuali ditentukan
lain dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Darmadji dan Fakhruddin; 2017). Besarnya
dividen yang dibagikan ditentukan dari kebijakan dividen oleh Rapat Umum Pemegang
Saham. Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran
dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan
dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Wijaya dan Wibawa;
2014).

Para investor cenderung menyukai stabilitas dividen daripada DPR yang terlalu
tinggi. Karena apabila dividen yang dibagikan tinggi maka risiko yang dimiliki
perusahaan juga relatif tinggi. Perusahaan umumnya melakukan pemisahan antara pemilik
dengan pengelola perusahaan. Pemisahan inimengakibatkan perbedaan kepentingan antara
pemilik dengan pengelola perusahaan. Perbedaan kepentingan ini disebut dengan agency
problem. Menurut Jensen dan Meckling dalam Wijaya dan Wibawa (2010) perusahaan
yangmemisahkan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap
masalah agensi.

Pada penelitian ini, penulis akan mengaitkan dengan kasus yang menimpa salah satu
komisaris PT. Garuda Indonesia yakni Chairul Tanjung yang memiliki 28,08%
memutuskan untuk menolak laporan keuangan PT. Garuda indonesia tahun 2018
disebabkan adanya transaksi kontrak 2019 yang keuntungannya sudah diakui pada tahun
2018 sebesar 239,94 juta dolar. sehingga hal ini akan menyebabkan PT. Garuda Indonesia
akan memberikan pelaporan laba yang tidak sesuai dengan kebenarannya dan akan
berpengaruh kepada kebijakan deviden. Sayangnya tuntutan ketidak wajaran ini tidak

1
ditanggapi serius oleh pihak manajerial PT. Garuda Indonesia. Kasus ini menunjukkan
adanya masalah agensi antara pihak manajerial dan pihak konstitusional.

Kasus masalah agensi lainnya, terjadi pada agustus 2019 salah satu perusahaan
raksasa yakni General Eletric Company diduga melakukan manipulasi laporan keuangan
agar kinerja perusahaan tidak dapat dianalisis sehingga akan mudah bagi perusahaan untuk
membuat kebijakan pembagian deviden yang tidak sesuai dengan laba yang sebenarnya.
hal ini membuat para pemegang saham secara beramai-ramai melakukan penjualan saham
membuat harga saham General Eletric Company hancur.

Pada teori keagenan dijelaskan bahwa pihak manajemen adalah agen, sedangkan
pemegang saham adalah prinsipal. Penelitian Sari, dkk (2016) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial yang merupakan pemegang saham dari pihak manajemen dalam
hal ini akan aktif dalam mengambil keputusan yang tepat untuk dapat mengolah laba.
Ketika kepemilikan manajerial meningkat, maka kepentingan mereka sejajar dengan para
pemegang saham. maka disini pihak manajer akan merasa memiliki perusahaan tersebut
dan melakukan hal terbaik demi perusahaan, dalam hal ini perusahaan mengeluarkan
kebijakan melakukan investasi untuk keuntungan dimasa depan karena melihat investasi
lebih menguntungkan sehingga perusahaan akhirnya mengeluarkan dividen yang rendah.

Penelitian Rozeff dalam Haruman (2008) menyatakan bahwa jika jumlah


kepemilikan dari pihak institusional naik, maka tingkat permintaan akan dividen akan
meningkat karena semakin besar jumlah pemegang saham maka penyebaran kepemilikan
akan semakin besar, sehingga diperlukan tambahan biaya monitoring manajemen dan
timbulah agency cost. Agency cost dipercaya dapat dikurangi melalui peningkatan
kepemilikan institusional dalam perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional,
semakin efektif pengawasan pemegang saham pada perusahaan untuk mengurangi agency
cost. Sehingga, Pemegang saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tidak terlalu
banyak memegang kas, karena kas yang banyak akan mendorong pihak manajemen untuk
menggunakan kas tersebut bagi kepentingan sendiri. Tindakan manajer yang tidak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham ini akan memicu munculnya masalah agensi

2
3

(agency problem), sehingga mengakibatkan timbulnya biaya agensi (agency cost).


Timbulnya masalah agensi ini dapat dikurangi jika pihak manajemen dapat melaksanaan
tanggung jawabnya dengan pengawasan yang memadai dari pemilik modal. Manajemen
dalam hal ini, bertanggung jawab dalam meningkatkan nilai perusahan untuk memberikan
hasil yang positif bagi pemegang saham, investor dan manajemen itu sendiri.

Perusahaan Manufaktur dipilih sebagai sampel dalam penelitian perusahaanindustri


manufaktur dapat menjadi suatu acuan dalam melihat perkembangan industri nasional
yang ada di Indonesia. Perusahaan manufaktur akan tetap eksis dan bertahan meskipun
terjadi ketidakstabilan perekonomian, disebabkan oleh produk yang dihasilkannya.
Alasan memilih penggunaan perusahaan manufaktur dalam penelitian ini dikarenakan
perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang menjual produknya yang dimulai
dengan proses produksi yang tidak terputus mulai dari pembelian bahan baku, proses
pengolahan bahan hingga menjadi produk yang siap dijual, sehingga perusahaan
membutuhkan sumber dana yang akan digunakan pada aktiva tetap perusahaan.
Perusahaan manufaktur lebih membutuhkan sumber dana jangka panjang untuk
membiayai operasi perusahaan mereka salah satunya dengan memanfaatkan pasar modal.

Berdasarkan uraian di atas, , maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan


judul: “Pengaruh Biaya Agensi : Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional terhadap Kebijakan Dividen (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018)”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan
masalah sebagi berikut:
a. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018?
b. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018?
4

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana:
a. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap Kebijakan Dividen
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018
b. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap Kebijakan Dividen
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan informasi khususnya yang berkaitan
dengan biaya agensi..
b. Sebagai upaya untuk mendukung pengembangan ilmu akuntansi pada umumya,
serta khususnya yang berkaitan dengan biaya agensi.

2. Manfaat Praktis
1. Bagi Kepentingan Investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan invetasi khususnya dalam menilai kinerja suatu
perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan management..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Keagenan
Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan
pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga sering sekali terjadi konflik antara
manajemen dengan pemegang saham. Hal tersebut terjadi karena manajer cenderung
berusaha mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai
kepentingan pribadi manajer, karena hal tersebut akan menambah cost perusahaan sehingga
akan menurunkan keuntungan yang diterima pemegang saham. Pemegang saham
menginginkan agar cost tersebut dibiayai oleh utang tetapi manajer tidak menyukai hal
tersebut.

Sartono (2001), Jensen, dan Meckling (1976), mendefinisikan hubungan keagenan


sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih pemilik (principal) menggunakan orang
lain atau manajer (agent) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Masalah keagenan
potensial terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100
persen sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingannya sendiri, dan
bukan memaksimumkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan.
Sebagai contoh dari hal tersebut adalah manajer-pemilik mungkin saja tidak gigih lagi
dalam memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena jatahnya atas kekayaan
tersebut telah berkurang.

Dalam hal pendanaan, para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko
sistematik dari saham perusahaan, sebab mereka melakukan investasi pada portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik. Namun berbeda dengan pihak manajer, manajer hanya peduli
pada risiko perusahaan secara keseluruhan. menurut Fama (1980) penyebabnya adalah (1)
bagian substantif dari kekayaan mereka di dalam spesifik human capital perusahaan, yang
membuat mereka non- diversiviabel (2) manajer akan terancam reputasinya, demikian juga
kemampuan menghasilkan earning perusahaan, jika perusahaan mengalami kebangkrutan.

5
6

Sehingga jika dilihat dari sudut pandang teori keagenan, menurut Jensen dan Meckling
(1976) para manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan mereka sendiri
dalam hal pembagian deviden dan bukan berdasarkan maksimalisasi nilai dalam
pengambilan keputusan pendanaan. Pendapat lain didasarkan pada asumsi bahwa para
manajer yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan keuangan tidak mampu
melakukan diversifikasi dalam human capital.

Sering kali pihak manajer tidak membuat keputusan yang mampu meningkatkan
nilai perusahaan. Karena banyak keputusan yang dibuat oleh manajer justru lebih
menguntungkan manajer itu sendiri dan tidak mengutamakan kepentinagan pemegang
saham. Sehingga anggapan bahwa orang-orang yang terlibat dalam perusahaan akan
berupaya memaksimumkan nilai perusahaan ternyata tidak selalu terpenuhi. Agen memiliki
kepentingan pribadi yang sebagian besar bertentangan dengan kepentingan para pemegang
saham sehingga munculah masalah keagenan. Untuk mengurangi masalah keagenan ini,
Jensen & Meckling (1976) mengidentifikasi adanya dua cara, yaitu para pemegang saham
eksternal melakukan pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan
atas tindakan-tindakan (bonding). Hal ini akan mengurangi kesempatan penyimpangan
yang dapat dilakukan oleh manajer sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan,
namun disisi lain munculah lagi masaalah baru yaitu biaya keagenan yang dapat membuat
nilai perusahaan berkurang. Jensen & Meckling (1976) mengklasifikasikan masalah biaya
keagenan menjadi tiga komponen : pertama, biaya-biaya yang dikeluarkan prinsipal
(monitoring cost); kedua. Bonding expenditure dari agen, dan ketiga residual loss.
Pengeluaran pengawasan dibayar oleh prinsipal untuk mengatur keputusan yang akan
diambil para agen. Bonding expenditures diciptakan oleh agen untuk menjamin bahwa
mereka tidak akan mengambil tindakan yang akan merugikan pihak prinsipal. The residual
loss adalah nilai kerugian yang dialami prinsipal akibat keputusan yang diambil oleh agen,
yang tidak sesuai dari keputusan yang dibuat oleh prinsipal jika ia memiliki informasi dan
bakat sebagaimana agen. Antisipasi atas ketiga biaya yang didefenisikan sebagai biaya
keagenan ini Nampak pada harga saham yang terkoreksi saat perusahaan menjual
sahamnya.
7

2.1.2 Biaya Keagenan


Dalam mengawasi dan memonitor perilaku manajer, pemegang saham harus
bersedia mengeluarkan cost pengeluaran yang disebut agency cost. Menurut Horne dan
Wachowicz (2005) biaya keagenan / agency cost adalah biaya-biaya yang berhubungan
dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak
konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang
saham.

Untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan meningkatkan Kepemilikan


Manajerial, dan dengan mengaktifkan pengawasan melalui investorinvestor institusional.
Dengan memberikan kesempatan manajer untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan
tujuan untuk menyetarakan kepentingan dengan pemegang saham. Dengan keterlibatan
kepemilikan saham, manajer agar bertindak secara berhati-hati karena mereka menanggung
konsekuensi atas keputusan yang diambilnya. Selain itu dengan adanya keterlibatan
kepemilikan saham, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam
mengelola perusahaan. Agency cost juga dapat dikurangi dengan kepemilikan Institutional
dengan cara mengaktifkan pengawasan melalui investor-investor institusional. Dari
kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan terhadap kinerja
manajerial (Dewi, 2008).

2.1.3 Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan


Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa langkah-langkah untuk mengatasi
konflik keagenan ialah dengan meningkatkan insider ownership sehingga dapat membuat
kepentingan pemilik dengan kepentingan manajer menjadi sejajar. Penggunaan utang juga
akan meningkatkan risiko, perusahaan yang menggunakan utang dalam pendanaannya dan
tidak mampu melunasi kembali utang tersebut akan terancam likuiditasnya sehingga pada
gilirannya akan mengancam posisi manajemen.

Masdupi (2005) berpendapat bahwa utang yang terlalu besar akan menimbulkan
konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya
keagenan utang. Utang yang terlalu besar meningkatkan keinginan shareholders untuk
8

memilih proyek-proyek yang lebih berisiko dengan harapan akan memperoleh return yang
lebih tinggi. Apabila proyek berhasil, return akan meningkat dan debtholders hanya
menerima sebesar tingkat bunga. Namun jika proyek tersebut gagal maka mereka dapat
mengalihkan penaggungan risiko pada pihak kreditur.

Menurut Jensen dan Meckling dalam Masdupi (1976), perusahaan yang semakin
besar akan potensial terkena agency problem sebagai akibat terjadinya pemisahan fungsi
pengambil keputusan dan penanggung risiko (risk beating). Dalam hal ini manajer
memiliki kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan-keuntungan
tambahan secara berlebihan, sebab risiko yang ditanggungnya relatif sama dan ini disebut
agency cost of equity. Untuk meminimumkan konflik kepentingan antara insider dengan
pemegang saham, maka diperlukan suatu mekanisme yang dapat membuat kepentingan
yang terkait menjadi sejajar. Hal ini akan menyebabkan munculnya biaya yang disebut
agency cost (biaya keagenan).

2.1.4 Kebijakan Deviden


Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang
saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Dividen
dapat berupa uang tunai maupun saham. Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai
pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham
yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham dapat dinyatakan sebagai persentase atas nilai saham atau sejumlah uang tiap lembar
saham yang dimiliki.

Menurut Ambarwati (2010) pengertian kebijakan dividen adalah kebijakan yang


diambil manajemen perusahaan untuk memutuskan membayarkan sebagian keuntungan
perusahaan kepada pemegang saham dari pada menahannya sebagai laba ditahan untuk
diinvestasikan kepada pemegang saham daripada menahannya sebagai laba ditahan untuk
diinvestasikan kembali agar mendapatkan capital gains. Menurut Gitman dalam Rosdini
(2009), dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham.
Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang saham dan menginformasikan
9

kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Sebab retained earnings (saldo laba)
adalah salah satu

2.2 Penelitian yang Relevan


Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dan terkait yang
mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini :
No Nama Peneliti/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Yulia Astutik/2015 Analisa Pengaruh Agency Cost Insider ownership
Terhadap Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan dan
Pada Perusahaan Manufaktur berhubungan positif, berarti
Yang Terdaftar Di BEI. ketika saham yang dimiliki
pihak manajerial didalam
perusahaan itu meningkat
maka kebijakan dividen yang
akan dibagikan bagi para
pemegang saham akan
meningkat juga dikarenakan
pihak manajemen mempunyai
hak yang sama dengan
investor yang lain untuk
mendapatkan dividen yang
besar.
2 Dyah Dewanti/2013 Pengaruh Biaya Agensi Bedasarkan hasil pengujian,
Terhadap Kebijakan Dividen variabel jaminan aset
Perusahaan Manufaktur yang (Collateral asset) dan struktur
Terdaftar di BEI Tahun 2007- modal berpengaruh terhadap
2011) kebijakan dividen, sementara
variabel institusional
ownership dan dipersion of
ownership tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
10

3 Samidah/2018 Pengaruh Biaya Agensi Semakin besar kepemilikan


Terhadap Kebijakan Dividen saham institusional maka
(Studi Pada Perusahaan Sektor Kebijakan Dividen yang
Industri Barang Konsumsi ditetapkan akan semakin
Yang Terdaftar di Daftar Efek besar. Keberadaan pemilik
Syariah Tahun 2016-2017) institusional diharapkan
mampu melaksanakan fungsi
monitoring yang efektif
terhadap manajemen
perusahaan.

2.3 Kerangka Berpikir


Berikut adalah pengembangan hipotesis dari penelitian ini :
a. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen
Menurut teori keagenan yang disampaikan oleh Jensen dan Meckling dalam Wijaya
dan Wibawa (2010) salah satu cara untuk mengurangi agency cost dalam sebuah
perusahaan yaitu dengan adanya kepemilikan manajerial. Semakin tinggi tingkat
kepemilikan manajerial maka semakin besar informasi yang dimiliki oleh manajemen yang
sekaligus menjadi pemilik perusahaan, sehingga mengakibatkan agency cost semakin kecil,
karena pemilik sekaligus merangkap menjadi agent sehingga dapat menurunkan biaya
pengawasan terhadap agent. Hal ini dikarenakan informasi-informasi yang dimiliki oleh
insider mengenai rencanarencana perusahaan lebih lengkap daripada pemegang saham
yang lain. Pada sisi lain, pembayaran dividen dapat memperkuat posisi perusahaan untuk
mencari tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja perusahaan dimonitor oleh tim
pengawas pasar modal. Adanya pengawasan ini menyebabkan manajer berusaha
mempertahankan kualitas kinerja sehingga akan menurunkan konflik keagenan.

Semakin besar kepemilikan manajerial, maka manajemen akan lebih mengoptimalkan


penggunaan sumber daya yang ada untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Secara empiris
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini diperkuat oleh
hasil penelitian Rozeff dalam Haruman (2008) bahwa semakin tinggi kepemilikan
11

manajerial maka dividen yang dibayarkan akan semakin rendah. Variabel kepemilikan
manajerial mempunyai hubungan yang negatif dengan kebijakan dividen. Penetapan
dividen yang rendah disebabkan karena manajer memiliki harapan investasi yang akan
datang dibiayai oleh sumber internal yang berasal dari laba ditahan bukan dari dana
eksternal yang berasal dari hutang. Hal ini, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pujiastuti (2008).

b. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen


Sesuai dengan agency theory yang mendeskripsikan suatu hubungan atau kontrak
antara perusahaan (pemegang saham) dan agent (manajer), maka dapat kita lihat kekuatan
pada kepemilikan institusional. Ketika suatu perusahaan dikuasai oleh institusional investor
dalam jumlah atau tingkatan yang besar maka akan menimbulkan adanya kekuasaan yang
besar pada institusional investor tersebut.

Kepemilikan Institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi


dari luar perusahaan. Institusi adalah semua pihak yang berbentuk lembaga baik swasta,
pemerintah dan asing yang mempunyai saham di perusahaan tersebut. Adanya jumlah
presentase saham yang dimiliki oleh manajemen dan institusi yang tidak seimbang, maka
akan menimbulkan konflik keagenan. Tingkat saham institusional yang tinggi akan
menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi
perilaku opportunistic manager, yaitu manajer melaporkan laba secara opportunistic untuk
memaksimumkan kepentingan pribadinya (Ujiyantho; 2007). Perusahaan dengan tingkat
agency cost yang rendah cenderung akan membagikan dividen dalam jumlah yang kecil.
Pemilik institusional lebih menyukai return saham yang diperoleh dari dividen dibanding
capital gain. Hal ini disebabkan karena pajak dividen dikurangkan langsung dari
sumbernya, sehingga dividen akan memberikan keuntungan pajak para pemilik
institusional. Santoso dan Prastiwi (2012) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
kepemilikan institusional, maka akan semakin besar dividen yang dibagikan.
12

2.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Dari gambar diatas dapat dirumuskan bahwa :


H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018.
H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini menyajikan data dalam jenis data sekunder. Data sekunder merupakan
data yang tidak langsung diperoleh dari pihak pertama. Sumber data penelitian ini berupa
laporan keuangan dan annual report yang dipublikasikan oleh Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2016-2018 dan panduan lain sebagai
referensi yang dapat menunjang penulisan skripsi ini.

3.2 Metode Penentuan Sampel


Pemilihan sampel diseleksi secara purposive sampling dari seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan untuk memperoleh
sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Teknik purposive sampling merupakan
salah satu pengambilan sampel non probabilitas dimana teknik pemilihan secara tidak acak
yang informasinya diperoleh berdasarkan pertimbangan tertentu dan umumnya disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian. Penelitian ini mengambil sampel dengan kriteria
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun
berturut-turut periode 2016-2018 untuk dijadikan bahan penelitian. Variabel yang dianalisis
dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable), variabel terikat
(dependent variable) yang akan menjelaskan hubungan antara kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Variabel bebas (independent
variable) dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Sedangkan, variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kebijakan
dividen.

3.3 Definisi dan Operasional Variabel


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.3.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel terikat yang menjadi perhatian utama dalam
penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Dividen (DPR).

13
14

a. Kebijakan dividen / Dividend Payout Ratio (DPR)


Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut Sartono (2008)
menyatakan bahwa “Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan
dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan
total laba yang tersedia bagi pemegang saham”. Dividen Payout Ratio (DPR) dapat
dirumuskan sebagai berikut :

3.3.2 Variabel Independen (X)


Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik
secara positif dan negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Kepemilikan Manajerial
Menurut Wijaya dan Wibawa (2010) Kepemilikan presentase saham oleh pihak
manajemen dari dewan komisaris dan direksi yang turut mengambil keputusan kepemilikan
manajerial yang besarnya dapat dihitung dari periode 2016-2018 dalam satuan persentase
sebagai berikut:

b. Kepemilikkan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan total persentase bank, perusahaan asuransi,
perusahaan yang berinvestasi, dana pensiun, dan lembaga keuangan besar lain terhadap
total modal saham sebuah perusahaan. Sesuai dengan penelitian Lucyanda dan Lilyana
(2012), variabel kepemilikan institusional diukur dengan rumus:
15

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2016-2018.

2. Sampel Penelitian
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham perusahaan dengan
kriteria berikut :
a. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga
tahun sesuai dengan periode penelitian yang diperlukan, yaitu 2016-2018
b. Perusahaan manufaktur yang secara konsisten membagikan dividen tunai selama
tiga tahun penelitian yaitu 2016-2018.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dengan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi
pustaka yaitu dengan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti buku, jurnal, dan literatur
lain yang berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan menggunakan data
arsip laporan keuangan yang terdapat pada website (BEI).

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan regresi linier
berganda.Hubungan fungsional antara satu varibel terikat dengan variabel bebas dapat
dilakukan dengan regresi linier berganda.Sebelum menggunakan model regresi linear
berganda dalam menguji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan analisis statistik
deskriptif dan pengujian asumsi klasik.

1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan cara untuk menggambarkan dan
menyajikaninformasi dari sejumlah besar data. Statistik deskriptif dapat mengubah data
mentah menjadi informasi yang dapat menggambarkan fenomena atau karakteristik dari
16

data. Teknik deskriptif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk
menginterpretasikan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing-
masing variabel penelitian.Statistik deskriptif dapat dilihat dari rata-rata (mean), nilai
tengah (median), maksimum, minimum, dan standar deviasi dari masing-masing variabel.
Rata-rata (mean), nilai tengah (median), maksimum, dan minimum menunjukkan
hasilanalisis terhadap dispersi variabel. Sedangkan standar deviasi menunjukkan
penyimpangan variabel terhadap nilai rata-rata (Ghozali; 2006).

2. Analisis Regresi Linear Berganda


Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear. Analisis regresi bertujuan untuk
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dalam sebuah
penelitian.

3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen
baik secara parsial maupun simultan, maka dilakukan uji statistik T.

Uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada dasarnya untuk mengetahui seberapa
jauh pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji
t-statistik biasanya berupa pengujian hipotesis:
H0 = Variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tak bebas
Ha = Variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebas.

Pengujian dua arah dalam tingkat signifikasi α= 5% dan df= n - k (n = jumlah


observasi, k = jumlah parameter), maka hasil pengujian akan menunjukan:
a. Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi ≤ 0,05, maka Ha diterima dan H0
ditolak, artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi > 0,05, maka Ha ditolak dan H0
diterima, artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 5
2.1 Landasan Teori ...................................................................................................................... 5
2.1.1 Teori Keagenan............................................................................................................. 5
2.1.2 Biaya Keagenan ............................................................................................................ 7
2.1.3 Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan...................................................... 7
2.1.4 Kebijakan Deviden ....................................................................................................... 8
2.2 Penelitian yang Relevan ......................................................................................................... 9
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................................ 10
2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................................................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................. 13
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................................. 13
3.2 Metode Penentuan Sampel ................................................................................................... 13
3.3 Definisi dan Operasional Variabel ....................................................................................... 13
3.3.1 Variabel Dependen (Y) ............................................................................................... 13
3.3.2 Variabel Independen (X) ............................................................................................ 14
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................................................ 15
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................................................. 15
3.5 Metode Analisis Data ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 17

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat
dan karunian-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “Pengaruh Biaya Agensi : Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional terhadap Kebijakan Dividen (Studi Kasus : Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2016, 2017. 2018).”
”.
Tulisan ini sebagai wujud pertanggungjawaban penulis sebagai mahasiswa.
Selanjutnya, proposal ini bertujuan untuk mengarahkan kepada para pembaca, khususnya
menambah wawasan bagi para mahasiswa mengenai teori agensi dan hubungannnya
dengan keputusan pemberian dividen pada perusahaan..

Oleh karena itu sangat bermanfaat kiranya apabila proposal penelitian ini hadir
sebagai penambah wawasan baru dan khazanah ilmu yang senantiasa akan bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan proposal ini.
Oleh karena itu, masukan dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari
para pembaca.

Medan, Februari 2020


Penyusun

MASYUDA TANJUNG

Anda mungkin juga menyukai