Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

BAHASA INDONESIA

Ragam Bahasa Indonesia


ABSTRAK TUJUAN
Ragam Bahasa merupakan variasi Mahasiswa mampu memahami
bahasa menurut pemakaian, yang Tatap Muka berbagai ragam bahasa Indonesia
berbeda-beda menurut topik yang dengan baik dan benar

03
dibicarakan,hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang
Fakultas: TEKNIK dibicarakan, serta medium Kode Mata Kuliah:U2119001
Program Studi: TEKNIK INFORMATIKA
pembicara Drs. Yasan Endrawan, MM

2019 Bahasa Indonesia


2 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
PEMBAHASAN

I. Pendahuluan

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh
masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak
semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada
penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus
Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting
untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan
dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia
tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan
mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam
bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa
merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan
ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan,
karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi,
pidato,ceramah,dll.

Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalnya pidato pesiden, pidato dari ketua
OSIS, ataupun pidato dari pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah
dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar. Pidato
sama halnya dengan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang
keagamaan.kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara.

Ragam bahasa indonesia terbagi atas lima bagian, yaitu :

 Tempat : Dialek Jakarta, dialek Manado, dsb.


 Penutur : Golongan Cendekiawan dan bukan golongan Cendekiawan.
2019 Bahasa Indonesia
3 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
 Sarana : Ragam Lisan dan Ragam Tulisan.
 Bidang Penggunaan : Ragam Ilmu, Ragam Surat Kabar, dsb.
 Suasana Penggunaan : Ragam Resmi dan Ragam Santai.

II. Ragam Bahasa

Seiring dengan perubahan masyarakat, bahasa pun mengalami perubahan. Perubahan itu
berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak
mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul
mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut
ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini
karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam
penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai
dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam
bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam
situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa
baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.

2019 Bahasa Indonesia


4 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri dari:

1. Ragam bahasa lisan


2. Ragam bahasa tulis

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis.
Jadi dalamragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita
berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata
dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur
dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan
bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragambahasa itu
berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik
benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan
kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidahyang berbeda satu dari yang lain.

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :

 Faktor Budaya atau letak Geografis


 Faktor Ilmu pengetahuan
 Faktor Sejarah

Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu berdasarkan
media, berdasarkan cara pandang penutur dan berdasarkan topik pembicaraan.

A. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media


1. Ragam Lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di
dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam
ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

2019 Bahasa Indonesia


5 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,
ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-
masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ciri-ciri ragam lisan:

 Memerlukan orang kedua/teman bicara;


 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
 Berlangsung cepat;
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’

2. Ragam Tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.

Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut.

2019 Bahasa Indonesia


6 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
1) Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten
2) Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat, dan sebagainya secara eksplisit dan
konsisten
3) Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten
(pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg)
4) Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten
(penggunaan urutan kata yang tepat)
5) Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis)
6) Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten
7) Pemakaian preposisi yang tepat
8) Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya
9) Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai
bahasa Indonesia baku
10) Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD)
11) Pemakaian peristilahan resmi

Ciri-ciri ragam tulis :

 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;


 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
 Harus memperhatikan unsur gramatikal;
 Berlangsung lambat;
 Selalu memakai alat bantu;
 Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
 Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan
tanda baca.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan
kosa kata):

 Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam Bahasa Lisan:
1) Nia sedang baca surat kabar.
2) Ari mau nulis surat.

2019 Bahasa Indonesia


7 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
3) Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
4) Mereka tinggal di Menteng.
5) Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
6) Saya akan tanyakan soal itu.
b. Ragam Bahasa Tulis:
1) Nia sedangmembaca surat kabar.
2) Ari mau menulis surat.
3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
4) Mereka bertempat tinggal di Menteng.
5) Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
6) Akan saya tanyakan soal itu.

 Kosa kata

Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:

1. Ragam Lisan

1) Ariani bilang kalau kita harus belajar


2) Kita harus bikin karya tulis
3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

2. Ragam Tulis

1) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.


2) Kita harus membuat karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan
(EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia
mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan
sebagaimana pedoman yang ada.

2019 Bahasa Indonesia


8 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi
standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan
aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes
sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan
perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modern (Alwi, 1998:
14).

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:

1. Topik yang sedang dibahas,

2. Hubungan antarpembicara,

3. Medium yang digunakan,

4. Lingkungan, atau

5. Situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah sebagai
berikut:

 Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,


 Penggunaan kata tertentu,
 Penggunaan imbuhan,
 Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
 Penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam
nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung
menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita,
dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar,
kita akan menggunakan kata gue.

2019 Bahasa Indonesia


9 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam
standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan
bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam
ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.

Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda
lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang
kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.

Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan
nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah
dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat
kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang.
Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk
menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak
disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam
ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

B. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam
terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi.

Contoh ragam dialek adalah ‘Gue udah baca itu buku.’

Contoh ragam terpelajar adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’

Contoh ragam resmi adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’

Contoh ragam tak resmi adalah ‘Saya sudah baca buku itu.’             

C. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan

2019 Bahasa Indonesia


10 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam
hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra.

Ciri-ciri ragam ilmiah:

 Bahasa Indonesia ragam baku;


 Penggunaan kalimat efektif;
 Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
 Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata
dan istilah yang bermakna kias;
 Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
 Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

1) Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)


2) Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
3) Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
4) Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
5) Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)

Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.

III. Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia

Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering
dijumpai  penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan
yang disampaikan. Penyimpangan / kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Hiperkorek

Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa karena “membetulkan” bentuk yang sudah


benar sehingga menjadi salah.

2019 Bahasa Indonesia


11 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Contoh:

 insaf (betul) menjadi insyaf (hiperkorek)


 pihak (betul) menjadi fihak (hiperkorek)
 asas (betul) menjadi azas (hiperkorek)

2. Pleonasme

Pleonasme adalah kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam pemakaian kata yang
sebenarnya tidak diperlukan.

Pleonasme ada tiga macam :

1) Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata


 zaman dahulu (benar)
 dahulu kala (benar)
 zaman dahulu kala (pleonasme)
2) Bentuk jamak dinyatakan dua kali
 ibu-ibu (benar)
 para ibu (benar)
 para ibu-ibu (pleonasme)
3) Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya
sudah cukup jelas
 maju ke depan
 kambuh kembali

3. Kontaminasi

Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa Inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu
bahasa, kata itu diterjemahkan dengan ‘kerancuan’. Rancu artinya ‘kacau’ dan kerancuan
artinya ‘kekacauan’. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat,
seperti morfem dan kata.

Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk.


Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau.
Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga
menjadi suatu hal yang tumpang tindih.Contoh kontaminasi imbuhan:
2019 Bahasa Indonesia
12 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
(meng+kesamping+kan) → mengesampingkan (benar)
    (men+samping+kan)   →  menyampingkan (benar)
                                                          ↓
                                             mengenyampingkan
                                                   (kontaminasi)
Contoh kontaminasi frase:

 Kadang-kadang (benar)
 Ada kala(nya) (benar)
 Kadang kala (kontaminasi)
 Berulang-ulang (benar)
 Berkali-kali (benar)
 Berulang kali (kontaminasi)

Contoh kontaminasi kalimat:

 Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (benar)


 Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat. (benar)
 Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)

4. Perombakan Bentuk Pasif

Perombakan bentuk pasif ada tiga :

a. Pemakaian awalan di-untuk bentuk pasif yang seharusnya tidak berawalan di-
Contoh:

 Buku itu dibaca oleh saya. (tidakbaku)


 Buku itu saya baca. (baku)

b. Penghilangan awalan di-untuk bentuk pasif yang seharusnya menggunakan awalan

di-

Contoh:

 Buku itu dibaca oleh mereka. (baku)


 Buku itu mereka baca. (tidakbaku)

2019 Bahasa Indonesia


13 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
c. Penyisipan kata diantara dua kata dari sebuah frase terikat

Contoh:

 Buku itu saya akan baca. (tidakbaku)


 Buku itu akan saya baca. (baku)

5.Kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan pemakaian / penghilangan


kata tugas Kesalahan pemakaian kata tugas dalam berbahasa Indonesia ada tiga
macam : 

a. Ketidak tepatan kata tugas yang digunakan 

Contoh :

 Hasil dari pada penelitian itu sangat memuaskan.(tidak tepat)


 Hasil penelitian itu sangat memuaskan. (baku).

b.Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan

Contoh :

 Kepada mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (tidak


baku)
 Mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (baku)

c.Penghilangan kata tugas yang diperlukan

Contoh :

 Dia bekerja sesuai peraturan yang berlaku. (tidakbaku)


 Dia bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. (baku)

6.Pengaruh bahasa daerah

Pengaruh bahasa daerah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa


Indonesia ada dua macam:

a. Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu pemakaian awalan ke- (yang


seharusnya awalan ter-) dan penghilangan imbuhan.

2019 Bahasa Indonesia


14 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Contoh pemakaian awalan ke- :

 ketabrak, kepukul (tidakbaku)


 tertabrak, terpukul (baku)

Contoh penghilangan imbuhan:

 Hasil penelitiannya beda dengan hasil penelitian saya. (tidakbaku)


 Hasil penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian saya. (baku)

b. Pengaruh dalam susunan kalimat, penggunaan akhiran –nya

Contoh :

 Rumahnya Pak Ahmad sangat besar. (tidakbaku)


 Rumah Pak Ahmad sangat besar. (baku)

7.Pengaruh bahasa asing

Pengaruh bahasa asing yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia


ialah pemakaian kata tugas (kata ganti penghubung) seperti: yang mana, dimana,
kepada siapa.

Contoh :

 Baju yang mana baru saya beli, telah sobek. (tidakbaku)


 Baju yang baru saya beli, telah sobek. (baku)
 Bandung dimana saya dilahirkan sekarang sangat panas. (tidakbaku)
 Bandung tempat saya dilahirkan sekarang sangat panas. (baku)
 Orang kepada siapa ia berlindung, kemarin meninggal dunia.(tidakbaku)
 Orang tempat ia berlindung, kemarin meninggal dunia.(baku)

2019 Bahasa Indonesia


15 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Satata, Sri, Devi S, dan Dadi W. 2012. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan

Kepribadianional. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Solihin, dkk. 2003. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Uhamka Press.

2019 Bahasa Indonesia


16 Drs. Yasan Endrawan, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai