SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana (SI)
Dalam Ilmu Tarbiyah
OLEH :
NANDA SARI
NIM. 16591048
FAKULTAS TARBIYAH
(IAIN) CURUP
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan memiliki daya saing untuk mampu mempertahankan dirinya pada pesatnya
diperlukan dengan ditempuh melaui jalur pendidikan formal, informal dan non
formal2 yang dapat dijadikan sebagai penunjang dalam membentuk sumber daya
Saat ini pembelajaran yang di laksanakan oleh para pendidik masih ada yang
menganut pembelajaran yang bersifatnya teaching centre atau yang bisa di sebut
dengan pembelajaran berpusat pada guru. Dimana pendidik lebih berperan aktif
sebagai sumber informasi dan peserta didik hanya menerima informasi yang di
bagaimana menalar dan pengembangan materi yang telah diajarkan dan membuat
1
2
Oleh karena itu peserta didik harus mengasah kemampuan berpikir kritis
dengan di latih melalui kegiatan pembelajaran yaitu dengan menjadikan
peserta didik aktif dengan ikut berfikir dan mampu merespon pembelajaran
dengan kritis yang dapat dilihat melalui bagaimana peserta didik dapat
menyikapi suatu hal, berpendapat, dengan kemampuan intelektual dan
pengetahuan yang dimiliki.3
Berpikir kritis merupakan kekuatan berpikir yang harus dibangun oleh peserta
didik sehingga menjadi suatu watak atau kepribadian yang terpatri di dalam
keterampilan berpikir kritis peserta didik mampu bersikap rasional dan mampu
langsung dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA. Karena
SD 01 Rejang Lebong yaitu ibu Rita Sufriyanti S.Pd ditemukan berbagai macam
masalah seperti proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada mata
pelajaran IPA masih bersifat teaching centre sehingga peserta didik kurang
penjelasan dari guru dan sehingga membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam
3
R.H. Ennis, “Critical Thinking Assessment”, Theory into Practice: Teaching for Higher
Order Thinking, The Ohio State University, Taylor and Francis Ltd., vol. 32 no. 3, 1993, h. 180
44
Novia Daniati, Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas VII SMP
Negeri 2 Padang Tentang Materi Pencemaran Lingkungan, Jurnal Pendidikan Biologi UNP,2018.h.2
3
pasif, dan kurang kritis pada saat kegiatan pembelajaran terlebih lagi pada saat guru
bertanya materi yang telah dijelaskan peserta didik hanya terdiam dan tidak bisa
katakan belum berkembang dengan baik. Disamping itu keterampilan berpikir kritis
peserta didik sangat mempengaruhi baik langsung maupun secara tidak langsung
Selain itu masalah lain yang ditemukan ialah guru masih menggunakan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, tidak fokus dan cepat merasa bosan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang dengan nya menjadikan peserta
sementara suatu hal yang akan terjadi, melakukan pengamatan dan observasi dan
antara dugaan sementara nya dan hasil observasi dengan orang lain. Hal tesebut
diterapkan salah satunya yaitu model pembelajaran POE (Predict Observe Explain)
yaitu suatu model pembelajaran dimana peserta didik dituntut harus membangun
4
penegetahuan awal dengan bantuan guru dalam pembelajaran dan menemukan suatu
hal baru dan mampu merekonstruksi pengetahuan nya sesuai dengan hasil
B. Identifikasi Masalah
3. Siswa kurang kritis pada saat kegiatan pembelajaran terlebih lagi pada
saat guru bertanya materi yang telah dijelaskan peserta didik hanya terdiam
5
berpartisipasi aktif dan pasif pada saat kegiatan pembelajaran, tidak fokus
pembelajaran.
C. Batasan Masalah
serta adanya keterbatasan waktu serta tenaga. Oleh sebab itu penelitian ini
difokuskan pada:
2. Hal yang ingin dianalisis yaitu kemampuan berpikir kritis siswa dimana
3. Mata Pelajaran yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu IPA dikelas
D. Rumusan Masalah
pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA
E. Tujuan penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD
2. Secara praktis
a. Bagi sekolah
b. Bagi peneliti
pembelajaran di sekolah.
c. Bagi Guru
kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
variable yang terdapat dalam penelitian dengan suatu bentuk yang nyata atau
spesifik. Adapun defenisi operasional variable penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
menjadikan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dengan melibatkan peserta
a. Predict : Pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu
b. Observe : Pada tahap ini guru ataupun peserta didik melaksanakan kegiatan
c. Explain: Pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk untuk mendiskusikan
kemudian peserta didik membandingkan hasil observasi dan prediksi yang telah
menarik kesimpulan.
3. Pembelajaran IPA di SD
yang mana sangat di perlukan dalam kehidupan terlibih lagi dalam memecahkan
dan menumbuhkan sikap ilmiah dalam mencari kebenaran terhadap suatu fenemona
baik secara konsep maupun teori serta dapat memupuk rasa ingin tahu nya untuk
didik dapat menguasai konsep IPA dan mampu mengembangkan sikap ilmiah dalam
memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan dan menyadarkan peserta didik
KAJIAN TEORI
Model pembelajaran POE merupakan salah satu model yang dapat membantu
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran karena pada model ini peserta didik
tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui
eksperimen.
Model pembelajaran POE ini juga dapat digunakan untuk menemukan ide
inisial peserta didik, menggeneralisasi diskusi dan investigasi serta
memotivasi peserta didik yang ingin menyelidiki konsep menggunakan cara
eksperimen yang dimulai dengan penyajian masalah dimana peserta didik di
ajak untuk membuat dugaan sementara terhadap suatu fenomena kemudian
mengamati secara langsung fenomena tersebut selanjutnya dibuktikan dengan
melakukan suatu percobaan atau eksperimen untuk dapat menemukan
kebenaran dalam bentuk penjelasan.5
Model pembelajaran POE dapat mencakup cara-cara yang dapat ditempuh
oleh seorang guru untuk tujuan meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara langsung dan membantu siswa
dalam meningkatkan pemahaman konsep. Pada model pembelajaran POE ini ada
termotivasi terhadap suatu proses IPA yang akan diajarkan oleh guru.
5
Fahrinnisak, Penerapan Model Pembelajaran Poe Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas
V SD Pangarangan III Sumenep, Jurnal Pendidikan Dasar Alpen : Vol II,2018, h.10
6
Ai Linda Kumala Sari dkk, Pengaruh Strategi POE Berbantuan Permainan Tradisional
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gaya, Jurnal Pena Ilmiah Universitas
Pendidikan Indonesia Sumedang : Vol I, 2016, h.183
11
kerjakan.
juga ada yang menyebutnya sebagai strategi pembelajaran dimana guru menggali
pemahaman peserta didik dengan cara meminta agar mereka melaksanakan tugas
utama dimana tugas utama ini ada tiga macam, yaitu prediksi, observasi dan
memberikan penjelasan atau argument. Ketiga tugas dalam model POE yaitu :7
1. Predict: Pada tahap ini, guru meminta pada peserta didik untuk mengamati
prediksi tersebut. Dalam tahap ini peserta didik diberikan kebebasan dalam
2. Observe: Pada tahap ini, guru ataupun peserta didik melaksanakan kegiatan
3. Explain: Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan
telah dirumuskan. Setelah itu peserta didik diminta untuk menjelaskan hasil
7
Suyono, Implementasi Belajar Pembelajaran, (Jakarta : Remaja Rosda Karya, 2015), h.41
12
pembelajaran POE adalah model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam
ilmiah peserta didik melalui rasa ingin tahu mereka dan lebih kritis dalam mengikapi
suatu fenomena dan menjadikan peserta didik dapat menggali fakta-fakta yang
proses pembelajaran
sebuah prediksi
3. Proses pembelajaran menjadi lebih baik dan menarik, sebab siswa tidak
4. Melatih peserta didik dalam berkomunikasi suatu hal yang berkaitan dengan
berpikir kritis.
penyajian persoalan Ipa dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk
10
R. Lebdiana dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Suhu dan Kalor
Berbasis Poe (Predict Observe Explain) Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa, Jurnal Pendidikan
Fisika Universitas Negeri Semarang, 2015, h. 2.
14
orang bergantung pada jumlah peserta didik dalam kelas serta tingkat
Semakin sukar, semakin diperlukan jumlah peserta didik yang lebih besar
dalam kelompok tersebut agar diperoleh buah fikiran yang lebih variatif.
2. Tanyakanlah kepada mereka tentang apa yang mereka pikirkan terkait apa
yang akan mereka lihat dan mengapa mereka berpikir seperti itu.
2. Sediakan waktu yang cukup agar mereka dapat fokus pada observasinya.
Menurut John Dewey berpikir kritis adalah proses yang continue (terus-
menerus) dan ditelaah. Berpikir dimulai dengan jika seseorang sedang
dihadapkan dengan suatu masalah (perplexity). Ia menghadapi
permasalahan dengan mengharapkan adanya jaan keluar, situasi yang
menghendaki adanya jalan keluar tersebut membuat yang bersangkutan
memanfatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang sudah
dimiliknya. Sehingga terjadi proses tertentu di otaknya sehingga ia
mampu menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakan
sebagai alternatif jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapinya.
Dengan demikian yang bersangkutan melakukan proses berpikir.16
Mengajar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis merupakan
suatu hal yang sangat penting karena dengan menguasai kemampuan tersebut
kedepannya peserta didik mampu menjadi generasi penerus yang memiliki pemikiran
kritis, jujur, bermartabat, dan mampu menjalankan hidupnya dengan penuh percaya
diri.17
15
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Rineka Cipta,2010), h. 98.
16
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebagai Sebuah Pengantar (Jakarta: Erlangga,2010), h. 29.
17
Triwiyok, Analisi Profil Kemampuan Berpikir Kriris Mahasiswa PGSD Dengan Greded
Respons Model Pada Mata IPA , Indonesian Jurnal Of Science Education Institut Agama Islam
16
Selain itu kemampuan berpikir kritis juga dikemukakan oleh bebrapa para
ahli. Berikut ini beberapa pengertian berpikir kritis menurut para ahli:
dan ketrampilan agar mampu menemukan suatu alternatif dan membuat suatu
Selain itu menanamkan kemampuan berpikir kritis bagi anak didik perlu
dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai persoalan yang setiap
saat akan hadir dalam kehidupanya. Dengan demikian mereka akan
tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan, mampu menyelesaikan
persoalan dengan tepat, dan mampu mengaplikasikan materi pengetahuan
yang diperoleh dari bangku sekolah dalam situasi berbeda dalam
kehidupan nyata sehari-hari20
Berdasarkan pendapat ahli diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa
berpikir kritis yaitu suatu kegiatan dalam menganalisa ide atau gagasan menuju
Sumarmo yaitu:21
2. Menyususn klarifikasi,
4. Menyusun penjelasan berdasarkan data yang relevan dan tidak relevan dan
berikut:22
6. Merumuskan eksplanatori.
1. Mengenal masalah.
6. Menganalisa data.
12. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu
dalam kehidupan.
indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dan dapat di amati oleh peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar dalam penelitian ini terdiri dari sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis
19
2. Mengumpulkan informasi
3. Menganalisis data
4. Menarik kesimpulan
C. Pembelajaran IPA DI SD
1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa karena IPA merupakan dasar dari teknologi
3. IPA bukan hanya mata pelajaran yang tidak hanya sekedar menghafal tetapi
peserta didik.
suatu fenemona tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
23
Ibid,112
24
Farida NK, Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. (Malang: Ediide Infografika,20016).h.4
20
bahwasanya pengetahuan mereka masih terbatas, memiliki rasa ingin tahu untuk
ini dapat didukung dengan perkembangan dan peninggkatan rasa ingin tahu peserta
suatu hal yang akan diaplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan masyarakat. 26
memberikan sumbangan yang positif dalam memberdayakan anak. Oleh karena itu,
guru memiliki peranan yang penting dalam membimbing dan mendidik siswa.
25
Ibid,11-12
26
Mujakir, Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dasar, Jurnal Lantadina
Uin Ar-Raniry Banda Aceh, 2015, h. 83.
27
Erna Yayuk, Penerapan Media Digibook (Buku Digital) Untuk Meningkatkan Aktifitas
Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar, Seminar Nasional dan Gelar Produk PGSD
Universitas Muhammadiah Malang, 2019, h.2
21
Oleh sebab itu pembelajara IPA sekolah tidak hanya terfokus pada
penguasaan peserta didik terhadap fakta, teori, konsep, tetapi lebih mementingkan
IPA di sekolah dasar dapat membantu peserta didik dalam menumbuh kembangkan
sikap ilmiah dalam memcari kebenaran fakta suatu konsep maupun teori dan mampu
harus diajarkan dengan baik agar kedepannya dapat memberikan makna belajar yang
baik.
28
Eliyana, Penerapan Pendekatan Keterampila Proses Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN 18 Rejang Lebong , Jurnal Pendidikan
Dasar Institut Agama Islam Negeri Curup, 2017, h.114
29
Farida NK,Op.Cit .h.9
22
peserta didik dapat menguasai konsep IPA dan mampu mengembangkan sikap ilmiah
menempatkan peserta didik sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dalam
30
Galuh Rahayuni, Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Literasi Sains Pada Mata
Pelajaran Ipa Terpadu Dengan Model PBL DAN STM , Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA
Universitas Nahdatul Ulama Al-Ghazali Cilacap, 2016, h.134-135
23
Proses pembelajaran IPA yang berpusat pada peserta didik lebih berpotensi
dalam berpikir dan bertindak kepada peserta didik dalam memahami konsep dan
pemecahan masalah. Pendidik tidak hanya berperan sebagai fasilitator, tetapi juga
sudah sangat jelas bahwa pembelajaran IPA dapat melatih keterampilan berpkir kritis
konsep IPA. Dengan dilatihnya kemampuan berpikir kritis peserta didik hal ini akan
di jadikan kebiasaan pada saat peserta didik dilanda suatu permasalahan, maka ia
akan mengambil keputusan dengan tepat, cepat serta evisien dan menjadi bekal untuk
Pembelajaran IPA SMP , Jurnal Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, h.9
24
siswa meningkat dengan skor rata – rata >2,4 berarti ketuntasan belajar secara
klasikal juga terpenuhi karena lebih dari 85% siswa dinyatakan tuntas, serta
aktifitas siswa meningkatkat 96,25% berada pada kategori sangat baik yang
Perbedaan juga terletak pada fokus penelitian, fokus penelitian Vina Indriana
yaitu siswa pada tingkat SMA sedangkan subjek penelitian penulis yaitu
siswa pada tingkat SD. Pada penelitian Vina Indriana terdapat persamaan
kompetensi dasar siswa melaui matereri hidrolis garam. Hasil uji N-gan untuk
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI SMAN 22 Makasar , Jurnal Daya
Matematis Universitas Negeri Makasar, 2015, h.51
25
kelas eksperimen sebesar 0.24 untuk kelas kontrol kontrol sebesar 0,16. Uji t-
tes menunjukkan t-hitung lebih besar 2,00 sementara t-kritis sebesar 0.63
kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Perbedaan penelitian
Atrianti subjek penelitiannya yaitu siswa tingkat SMA. Selain itu Perbedaan
juga terletak pada fokus penelitian, fokus penelitian Yuli Atrianti yaitu
yaitu kemampuan berpikir kritis. Perbedaan lainnya juga terletak pada teknik
Atrianti dan penulis ialah jenis penelitian yang digunakan yaitu metode
kuantitatif eksperimen.33
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
kognitif fisika siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau dengan sample
berjumblah 29 orang yang diambil secara acak. Hasil dari penelitian ini yaitu
berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0.05 yang diperoleh dari
Yuli Atrianti, Penerapan Model Pembelajaran POE (Predict Observe Explain) Untuk
33
Meningkatkan Ketercapaian Kompensi Dasar Siswa Kelas XI SMAN 1 Tangeran Semarang , Jurnal
Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2015, h.66
26
t hitung (4,10) > t table (1,701), Ha diterima dan Ho di tolak. Dengan demikian
pada penelitian Weni Efrica yaitu siswa pada tingkat SMP sedangkan sample
penelitian peneliti yaitu siswa pada tingkat SD. Selain itu perbedaan lain juga
eksperimen.
E. Hipotesis Penelitian
dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 01
Rejang Lebong.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai
Populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumblah
banyak dan luas. 37Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN
01 Rejang Lebong yang terdiri dari kelas VA dengan jumblah siswa sebanyak 29,
sebanyak 28. Jumblah siswa masing-masing kelas disusun dalam bentuk tabel yaitu
sebagai berikut :
35
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif ,(Bandung:Rosda Karya, 2013).h37
36
Sofian Siregar. Model Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017), h.5
37
Deni Darmawan, Op.Cit .h137
29
Tabel 3.1
NO Jumblah siswa
Laki-laki Perempuan Jumblah
Kelas
1. 5A 11 18 29
2 5B 15 13 28
3. 5C 14 14 28
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tertentu. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan adalah cluster random
sampling, yakni teknik pengambilan sumber data dari sebuah populasi yang
dilakukansecara acak dan berumpunan.38 Pada penelitian ini, kelas VB sebagai kelas
kontrol dengan jumblah siswa 28 orang, dan VC sebagai kelas eksperimen dengan
D. Variable Penelitian
Variable penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
satu variable dengan variable yang lain maka dalam variable penelitian dapat
38
Ibid,h.148
39
Ibid,h. 61
30
perubahannya atau timbulnya variadel dependen. Variable bebas dalam penelitian ini
karena adanya variable bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah
1. Jenis data
diperoleh.
2. Sumber data
Sumber data yang dimaksud yaitu data primer dan data sekunder, yaitu :
a. Data Primer
Yaitu data yang dihimpun dari atau diambil langsung oleh peneliti. Adapun
data primer adalah data yang diambil langsung dari tangan pertama yaitu guru kelas
b. Data Sekunder
31
Yaitu data yang diperoleh dari tangan yang kedua. Adapun data yang
merupakan data sekunder adalah data – data yang diambil peneliti peroleh melalui
dokumen-dokumen.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :40
1. Tes
kritis. Data diperoleh dari dari hasil tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan
Tes yang digunakan adalah Pre test dan Post test yang merupakan tes yang
Tes disusun secara tertulis dalam bentuk soal uraian (essay) yang terdiri dari
paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.41 Soal yang akan diberikan
2. Observasi
40
Sugiyono, Metode PenelitianPenelitian Kuantitatif Kualitatif dan RnD ,(Bandung:Rosda
Karya, 2013).h. 137-138
41
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ,(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2016).h
99-100
32
sistematis terhadap unsur – unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek
yang tersususn berisi item – item tentang kejadian atau tingkah laku yang
Observasi yang dilakukan dengan cara mengamati atau melihat lebih dekat
perubahan yang terjadi pada setia individu sebelum pembelajaran dimulai, saat
partisipatif, dimana peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari – hari
objek yang akan diteliti. Dengan teknik observasi tersebut data yang akan diperoleh
lebih lengkap dan dapat mengetahui hingga tingkatan makna dari setiap perilaku
yang terlihat.42
3. Dokumentasi
catatan, transkip, buku, surat kabar, koram, majalah, prasasti, rapat, dan sebagainya.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data nilai awal peserta didik kelas V pada
42
Ibid,h.310
33
Data ini diperoleh dari nilai ulangan harian pada mata pelajaran IPA sebelum dan
1. Validitas
validitas yang tinggi. Apabila intrumen tersebut memiliki tingkat validitas yang
rendah maka instrument tersebut dapat dinyatakan sebagai instrument yang tidak
a. Validitas Logis
dirancang sesuai dengan teori dan ketentuan yang ada. hal tersebut dapat dinyatakan
suatu instrument tidak perlu di uji validitas nya karena telah sesuai berdasarkan teori
yang ada.
b. Validitas Empiris
valid nya suatu instrument tersebut harus diuji dengan menggunakan rumus korelasi
43
Sugiyono, Op.Cit, h138-139
34
n Σ xy− ( Σ x ) ( Σ y )
Rhitung=
√{ N ¿ ¿¿
Keterangan :
n = Jumblah Responden
x = Skor Variabel
signifikan 5%. Apabila Nilai rhitung lebih besar dengan rtabel maka instrument soal
2. Reliabelitas
sesuatu yang reliable artinya dapat dipercaya. Reliabelitas memiliki tujuan guna
k Σ si
r 11= (1− Σ st )
k −1
Keterangan :
St = Varian total
Tabel 3.2
35
Kriteria Reliabilitas
3. Taraf Kesukaran
ialah jumblah antara instrument soal dari tingkat mudah, sedang, dan sulit. Analisis
B
P
JS
Keterangan :
Tabel 3.3
Daya pembeda soal adalah suatu kemampuan dari sebuah instrument soal
dalam mebedakan antara siswa yang pandai (yang mempunyai keahlian khusus)
dengan siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah. Hal ini bertujuan agar
dapat melihat sejauh mana kemampuan yang dimiliki antara subjek tes.
dua bagian yaitu kelompok atas yang memiliki kemampuan khusus dan kelompok
menggunakan rumus :
BA BB
D = JA - JB
Keterangan :
D = Daya beda
Table 3.4
Besarnnya D Kriteria
0,00 – 0,20 Soal dinyatakan tidak baik
0,21 – 0,40 Soal dinyatakan cukup baik
0,41 – 0,70 Soal dinyatakan baik
0,70 - 1,00 Soal dinyatakan sangat baik
37
1. Uji normalitas
dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas populasi harus
dipenuhi sebagai syarat untuk menentukan perhitungan yang akan dilakukan pada uji
hipotesis berikutnya. Data yang diuji yaitu data kelas eksperimen dan data kelas
( fo−ft ) ❑2
x 2=Σ
ft
Keterangan :
Kriteria yang digunakan jika X2 (apabila taraf yang signifikansi 5%) lebih
besar dari X2 hitung (taraf yang signifikansi 5%) maka dinyatakan normal.
2. Uji homogenitas
Setelah uji normalitas dilakukan juga uji homogenitas. Uji ini untuk
mengetahui kesamaan antara dua keadaan populasi. Dalam penelitian ini uji
homogenitas menggunakan uji homogenitas dua varians yang digunakan guna untuk
mengetahui apabila kedua kelompok memiliki varian yang sama maka kemompok
(Bandung:Alfabeta, 2014).h.60
38
tersebut dikatakan homogen yang di uji dengan menggunakan uji barlet dengan
2 2
Ho = Varian homogen σ =σ
1 2
2 2
Ha = Varian tidak homogen σ ≠σ
1 2
Jika x 2 hitung lebih ≤ x2tabel, maka data dapat dinyakatan sebagai data yang
homogen apabila x 2 hitung lebih ≥ x2 tabel, maka data dapat dinyakatan sebagai data yang
tidak homogen.
3. Uji hipotesis
peserta didik pada mata pelajaran IPA. Uji hipotesis ini untuk melihat perbedaan
hasil tes peserta didik dari kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis pada
penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus uji kesamaan dua rata-rata yaitu :46
45
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2016).h.190
46
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ,
(Bandung:Alfabeta, 2014).h.113
39
Keterangan :
S : Standar deviasi
dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 01
Rejang Lebong.
40
Kriteria yang di gunakan dalam uji hipotesis di atas yaitu apabila t hitung > dari
ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 maka Ho di tolak dan apabila t hitung < dari ttabel maka
H0di terima.
4. Uji N-gain
ketrampilan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
diperoleh dari nilai pre-test dan pot-test. Uji N-gain dapat digunakan dengan
( Spost )−(Spre)
¿ g≥
100 %−¿ Spre> ¿ ¿
Keterangan :
2015).h.305
DAFTAR PUSTAKA
Ai Linda Sari Kumala, dkk, 2016, Pengaruh Strategi POE Berbantuan Permainan
Negeri Yogyakarta
Semarang, 2015
Dimyati dan Mudjiono, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Rineka Cipta
Daniati Novia 2018, Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN
Curup
41
42
Repuplik Indonesia
Fisher Alec, 2010, Berpikir Kritis Sebagai Sebuah Pengantar, Jakarta: Erlangga
Mahasiswa Tadris Ipa Melalui Pendekatan Saintifik Pada Mata Kuliah Ipa
Negeri Bengkulu
Mujakir, 2015, Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dasar, Jurnal
R.H. Ennis, 1993, “Critical Thinking Assessment”, Theory into Practice: Teaching
for Higher Order Thinking, The Ohio State University, Taylor and Francis
Rahayuni Galuh, 2016, Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Literasi Sains
Pada Mata Pelajaran Ipa Terpadu Dengan Model PBL DAN STM , Jurnal
43
Cilacap
Persada
Persada
Bandung:Rosda Karya
Sumarmo Utari, 2012, Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, dan
Indonesia, Vol7
Yayuk Erna, 2019, Penerapan Media Digibook (Buku Digital) Untuk Meningkatkan