Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT

OBSERVE EXPLAIN) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR


KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD
NEGERI 01 REJANG LEBONG

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana (SI)
Dalam Ilmu Tarbiyah

OLEH :

NANDA SARI
NIM. 16591048

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) CURUP

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di tuntut mampu menghasilkan generasi penerus yang berkualitas

dan memiliki daya saing untuk mampu mempertahankan dirinya pada pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi berdasarkan UU SISDIKNAS No

20 tahun 2003 pasal 1 yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1
Untuk memperoleh kemampuan yang diperlukan maka pendidikan sangat

diperlukan dengan ditempuh melaui jalur pendidikan formal, informal dan non

formal2 yang dapat dijadikan sebagai penunjang dalam membentuk sumber daya

manusia yang berkualitas.

Saat ini pembelajaran yang di laksanakan oleh para pendidik masih ada yang

menganut pembelajaran yang bersifatnya teaching centre atau yang bisa di sebut

dengan pembelajaran berpusat pada guru. Dimana pendidik lebih berperan aktif

sebagai sumber informasi dan peserta didik hanya menerima informasi yang di

samopaikan oleh guru. Sehingga, peserta didik belum berorientasi terhadap

bagaimana menalar dan pengembangan materi yang telah diajarkan dan membuat

kemampuan berpikir kritis peserta didik belum berkembang dengan baik.


1
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1
2
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 10

1
2

Oleh karena itu peserta didik harus mengasah kemampuan berpikir kritis
dengan di latih melalui kegiatan pembelajaran yaitu dengan menjadikan
peserta didik aktif dengan ikut berfikir dan mampu merespon pembelajaran
dengan kritis yang dapat dilihat melalui bagaimana peserta didik dapat
menyikapi suatu hal, berpendapat, dengan kemampuan intelektual dan
pengetahuan yang dimiliki.3
Berpikir kritis merupakan kekuatan berpikir yang harus dibangun oleh peserta

didik sehingga menjadi suatu watak atau kepribadian yang terpatri di dalam

kehidupan peserta didik untuk memecahkan segala persoalan hidupnya. Dengan

keterampilan berpikir kritis peserta didik mampu bersikap rasional dan mampu

memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya.

Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan baik langsung maupun tidak

langsung dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA. Karena

pembelajaran IPA merupakan mata pembelajaran di lembaga pendidikan formal yang

kompleks, terdiri dari fakta-fakta, konsep, dan terdapat prinsip-prinsip yang

berhubungan dengan alam dan erat kaitannya dengan proses penemuan.44

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara oleh guru kelas VC

SD 01 Rejang Lebong yaitu ibu Rita Sufriyanti S.Pd ditemukan berbagai macam

masalah seperti proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada mata

pelajaran IPA masih bersifat teaching centre sehingga peserta didik kurang

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan hanya mendengarkan dan mencatat

penjelasan dari guru dan sehingga membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam

memahami materi pembelajaran yang di jelaskan.

3
R.H. Ennis, “Critical Thinking Assessment”, Theory into Practice: Teaching for Higher
Order Thinking, The Ohio State University, Taylor and Francis Ltd., vol. 32 no. 3, 1993, h. 180
44
Novia Daniati, Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas VII SMP
Negeri 2 Padang Tentang Materi Pencemaran Lingkungan, Jurnal Pendidikan Biologi UNP,2018.h.2
3

Hal tersebut menjadikan peserta didik hanya menerima pembelajaran secara

pasif, dan kurang kritis pada saat kegiatan pembelajaran terlebih lagi pada saat guru

bertanya materi yang telah dijelaskan peserta didik hanya terdiam dan tidak bisa

menjawab. Sehingga membuat keterampilan berpikir kritis peserta didik dapat di

katakan belum berkembang dengan baik. Disamping itu keterampilan berpikir kritis

peserta didik sangat mempengaruhi baik langsung maupun secara tidak langsung

dalam pembelajaran IPA.

Selain itu masalah lain yang ditemukan ialah guru masih menggunakan

metode pembelajaran konvensional. Hal tersebut menjadikan peserta didik kurang

berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, tidak fokus dan cepat merasa bosan

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang dengan nya menjadikan peserta

didik dapat berpartisipasi aktif. Sebagai contoh dengan memberikan dugaan

sementara suatu hal yang akan terjadi, melakukan pengamatan dan observasi dan

kegiatan yang menjadikan peserta didik untuk mampu mengkomunikasikan kaitan

antara dugaan sementara nya dan hasil observasi dengan orang lain. Hal tesebut

menjadikan proses pembelajaran jadi lebih bermakna dan mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Dalam pembelajaran IPA banyak sekali metode pembelajaran yang dapat

diterapkan salah satunya yaitu model pembelajaran POE (Predict Observe Explain)

yaitu suatu model pembelajaran dimana peserta didik dituntut harus membangun
4

penegetahuan awal dengan bantuan guru dalam pembelajaran dan menemukan suatu

hal baru dan mampu merekonstruksi pengetahuan nya sesuai dengan hasil

pemebelajaran yang di peroleh.

Dengan melakukan kegiatan tersebut peserta didik harus berpartisipasi aktif

dalam proses pembelajaran, sehingga pemahaman dan pengalaman yang diperoleh

dapat diimplementasikan dalam memecahkan permasalahan di kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict Observe Explain)

Terhadap Kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD

Negeri 01 Rejang Lebong.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan

masalah yang terkait dengan dengan judul penelitian yaitu :

1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih bersifat teaching

centre sehingga peserta didik kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

dan hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru.

2. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru dan siswa hanya menerima

pembelajaran secara pasif dan menjadikan peserta didik kesulitan dalam

memahami materi pembelajaran.

3. Siswa kurang kritis pada saat kegiatan pembelajaran terlebih lagi pada

saat guru bertanya materi yang telah dijelaskan peserta didik hanya terdiam
5

dan tidak bisa menjawab. Sehingga menyebabkan keterampilan berpikir kritis

peserta menjadi belum berkembang dengan baik.

4. Kemampuan berpikir kritis peserta didik sangat diperlukan dalam

pembelajaran IPA baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Model pembelajaran yang digunakan masih menggunakan model

pembelajaran konvensional sehingga menjadikan peserta didik kurang

berpartisipasi aktif dan pasif pada saat kegiatan pembelajaran, tidak fokus

dan cepat merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

6. Diperlulukannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kriris dan menjadikan peserta didik aktif dalam

pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan melihat kondisi permasalahan yang ada

serta adanya keterbatasan waktu serta tenaga. Oleh sebab itu penelitian ini

difokuskan pada:

1. Model pembelajaran yang di gunakan sebagai alternatif yaitu model

pembelajaran POE (Predict Observe Explain).

2. Hal yang ingin dianalisis yaitu kemampuan berpikir kritis siswa dimana

indikator yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa yaitu merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi, menganalisis,

dan menarik kesimpulan.

3. Mata Pelajaran yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu IPA dikelas

V dengan pokok bahasan perubahan wujud benda.


6

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah model pembelajaran POE (Predict Observe Explain) pada

mata pelajaran IPA di kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong ?

2. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA

di kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong ?

3. Apakah model pembelajaran POE (Predict Observe Explain) terdapat

pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA

di kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong ?

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran setelah diterapkannya

model pembelajaran POE (Predict Observe Explain) pada mata pelajaran

IPA siwa kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong.

2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran

IPA siwa kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong.

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara model pembelajaran POE

(Predict Observe Explain) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada

mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :


7

1. Secara teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsi bagi khazanah

ilmiah mengenai pengaruh model pembelajaran Predict Observe Explain

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD

Negeri 01 Rejang Lebong Tahun Ajaran 2019/2020.

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah

Dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan dalam

merancang kegiatan pembelajaran siswa kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong.

b. Bagi peneliti

Bagi para peneliti yang melaksanakan penelitian serupa dapat dijadikan

sebagai penambah pengetahuan mengenai peningkatan mutu pendidikan dengan

penggunaan metode pembelajaran POE (Predict Observe Explain) dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah.

c. Bagi Guru

Sebagai penambah sumber informasi pembelajaran bagi guru pengenai

pengaruh model pembelajaran Predict Observe Explain dalam pembelajaran IPA

kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi

guru dalam menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan.

G. Defenisi Operasional Variabel Penelitian


8

Defenisi operasional variable adalah suatu upaya untuk menjelaskan variable-

variable yang terdapat dalam penelitian dengan suatu bentuk yang nyata atau

spesifik. Adapun defenisi operasional variable penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Model pembelajaran Predict Observe Explain

Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang dapat

menjadikan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dengan melibatkan peserta

didik secara langsung dan membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman

konsep. Model pembelajaran ini terdiri 3 langkah utama yaitu :

a. Predict : Pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu

fenomena tentang apa yang akan di demonstrasikan atau dieksperimenkan,

kemudian peserta didik merumuskan sebuah dugaan sementara terhadap suatu

fenomena tersebut beserta alasan mengapa merumuskan prediksi tersebut.

b. Observe : Pada tahap ini guru ataupun peserta didik melaksanakan kegiatan

percobaan atau eksperimen guna membuktikan apakah prediksi atau dugaan

sementara yang telah dirumuskan benar atau tidak.

c. Explain: Pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk untuk mendiskusikan

fenomena yang diamati dari percobaan sebelumnya secara berkelompok,

kemudian peserta didik membandingkan hasil observasi dan prediksi yang telah

dirumuskan. Setelah itu peserta didik diminta untuk menjelaskan hasil

observasinya di depan kelas

2. Kemampuan berpikir kritis


9

Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan dalam menganlisa ide

gagasan menuju yang lebih sederhana, memilah, mengidentifikasi mengkaji dan

mengembangkannya menuju jalan yang lebih baik. Indikator kemampuan berpikir

kritis yaitu merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi, menganalisis, dan

menarik kesimpulan.

3. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di SD merupakan salah satu mata pelajaran di tingkat dasar

yang mana sangat di perlukan dalam kehidupan terlibih lagi dalam memecahkan

masalah. Sehingga dalam menjalankan kehidupannya, peserta didik mampu berpikir

dan menumbuhkan sikap ilmiah dalam mencari kebenaran terhadap suatu fenemona

baik secara konsep maupun teori serta dapat memupuk rasa ingin tahu nya untuk

mengembangkan sendiri pengetahuan baru yang telah di dapat kemudian mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar juga berjutuan untuk menjadikan peserta

didik dapat menguasai konsep IPA dan mampu mengembangkan sikap ilmiah dalam

memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan dan menyadarkan peserta didik

akan kekuasaan sang pencipta.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran POE (Predict Observe Explain)

1) Pengertian Model Pembelajaran POE (Predict Observe Explain)

Model pembelajaran POE merupakan salah satu model yang dapat membantu

mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran karena pada model ini peserta didik

tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui

eksperimen.

Model pembelajaran POE ini juga dapat digunakan untuk menemukan ide
inisial peserta didik, menggeneralisasi diskusi dan investigasi serta
memotivasi peserta didik yang ingin menyelidiki konsep menggunakan cara
eksperimen yang dimulai dengan penyajian masalah dimana peserta didik di
ajak untuk membuat dugaan sementara terhadap suatu fenomena kemudian
mengamati secara langsung fenomena tersebut selanjutnya dibuktikan dengan
melakukan suatu percobaan atau eksperimen untuk dapat menemukan
kebenaran dalam bentuk penjelasan.5
Model pembelajaran POE dapat mencakup cara-cara yang dapat ditempuh

oleh seorang guru untuk tujuan meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses

pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara langsung dan membantu siswa

dalam meningkatkan pemahaman konsep. Pada model pembelajaran POE ini ada

beberapa hal yang dapat dilakukan guru yaitu:6

1. Merancang atau membuat suatu demonstrasi yang dapat menjadikan siswa

termotivasi terhadap suatu proses IPA yang akan diajarkan oleh guru.
5
Fahrinnisak, Penerapan Model Pembelajaran Poe Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas
V SD Pangarangan III Sumenep, Jurnal Pendidikan Dasar Alpen : Vol II,2018, h.10
6
Ai Linda Kumala Sari dkk, Pengaruh Strategi POE Berbantuan Permainan Tradisional
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gaya, Jurnal Pena Ilmiah Universitas
Pendidikan Indonesia Sumedang : Vol I, 2016, h.183
11

2. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang kegiatan yang akan mereka

kerjakan.

POE merupakan singkatan dari prediction-observation-explanation. POE ini

juga ada yang menyebutnya sebagai strategi pembelajaran dimana guru menggali

pemahaman peserta didik dengan cara meminta agar mereka melaksanakan tugas

utama dimana tugas utama ini ada tiga macam, yaitu prediksi, observasi dan

memberikan penjelasan atau argument. Ketiga tugas dalam model POE yaitu :7

1. Predict: Pada tahap ini, guru meminta pada peserta didik untuk mengamati

suatu fenomena tentang apa yang akan di demonstrasikan atau di

eksperimenkan, kemudian peserta didik merumuskan sebuah dugaan

sementara terhadap suatu fenomena yang telah di demonstrasikan tersebut

dan guru meminta peserta didik memberikan alasan mengapa merumuskan

prediksi tersebut. Dalam tahap ini peserta didik diberikan kebebasan dalam

memberikan gagasan yang muncul dalam pemikirannya.

2. Observe: Pada tahap ini, guru ataupun peserta didik melaksanakan kegiatan

percobaan atau eksperimen guna membuktikan apakah prediksi atau dugaan

sementara yang telah dirumuskan benar atau tidak.

3. Explain: Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan

fenomena yang diamati dari percobaan sebelumnya secara berkelompok,

kemudian peserta didik membandingkan hasil observasi dan prediksi yang

telah dirumuskan. Setelah itu peserta didik diminta untuk menjelaskan hasil

observasinya di depan kelas.

7
Suyono, Implementasi Belajar Pembelajaran, (Jakarta : Remaja Rosda Karya, 2015), h.41
12

Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang dilandaskan


dengan teori konstrutifime yang beranggapan bahwa melalui kegiatan
prediksi, observasi dan menjelaskan suatu hasil pengamatan dalam
pembelajaran maka dampaknya terhadap peserta didik ialah meningkatnya
struktur kognitif peserta ddiik yang dapat meningkatkan hasil belajar,selain
itu peserta didik dapat merefleksikan pengalaman dan pengetahuan yang ia
miliki di kehidupan. 8
Dari pendapat ahli diatas peneliti menarik benang merah bahwa model

pembelajaran POE adalah model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam

mengasah kemampuannya untuk menggali gagasannya dengan mandiri pada realita

yang sebenarnya dengan mengikuti kegiatan percobaan atau eksperimen guna

menyelidiki seberapa jauh kemampuan memprediksi, mengobservasi, dan

menjelaskan dalam proses pembelajaran serta mampu menjalin komunikasi interaktif

dengan teman sekelas.

Selain itu model pembelajaran POE dapat menumbuh kembangkan sikap

ilmiah peserta didik melalui rasa ingin tahu mereka dan lebih kritis dalam mengikapi

suatu fenomena dan menjadikan peserta didik dapat menggali fakta-fakta yang

terjadi melaui kegiatan percobaan maupun saat mendemonstrasikan dan

mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

2) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran POE

Model pembelajaran POE juga memiliki kelebihan dan kekurangan seperti

model-model pembelajaran pada umumnya yaitu :

Kelebihan model pembelajaran POE : 9


Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Assessment (Surabaya: Remaja Rosda
8

Karya, 2012), h. 93.


9
Hikmah Wardatun dkk , Pengaruh Model Pembelejaran POE (Predict-Observe-Explain)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 24 Sukoharjo, Jurnal Pendidikan
Biologi Universitas Sebelas Maret, 2013 ,h. 11
13

1. Menjadikan peserta didik berpartisipasi aktif serta telibat langsung dalam

proses pembelajaran

2. Menjadikan peserta didik lebih kreatif terutama dalam hal menyampaikan

sebuah prediksi

3. Proses pembelajaran menjadi lebih baik dan menarik, sebab siswa tidak

hanya mendengar tetapi juga mengamati langsung peristiwa peristiwa yang

terjadi melalui percobaan.

4. Melatih peserta didik dalam berkomunikasi suatu hal yang berkaitan dengan

prediksi dan hasil observasi dengan orang lain sehingga

5. Menjadikan pembelajaran lebih bermakna serta melatih peserta didik untuk

berpikir kritis.

6. Menjadikan peserta didik dapat merekonstruksi pengetahuannya.

Kelemahan model pembelajaran POE :10

1. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama yang berkaitan dengan

penyajian persoalan Ipa dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk

membuktikan prediksi yang akan diajukan kepada siswa.

2. Memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus bagi guru, sehingga guru

dituntut untuk bekerja lebih profesional.

3. Memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan

proses pembelajaran siswa

3) Sintaks Model Pembelajaran POE

10
R. Lebdiana dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Suhu dan Kalor
Berbasis Poe (Predict Observe Explain) Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa, Jurnal Pendidikan
Fisika Universitas Negeri Semarang, 2015, h. 2.
14

Sintaks dari model pembelajaran POE yaitu :11

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil berkisar antara 3-8

orang bergantung pada jumlah peserta didik dalam kelas serta tingkat

kesukaran materi ajar.

Semakin sukar, semakin diperlukan jumlah peserta didik yang lebih besar

dalam kelompok tersebut agar diperoleh buah fikiran yang lebih variatif.

b. Siapkan demonstrasi yang terkait dengan topik yang akan dipelajari.

Upayakan agar kegiatan ini dapat membangkitkan minat peserta didik,

sehingga mereka akan berupaya melakukan observasi yang cermat.

c. Jelaskan kepada peserta didika apa yang anda lakukan.

Langkah 1: Melakukan Prediksi (predict)12

1. Mintalah kepada peserta didik secara perorangan menuliskan prediksinya

tentang apa yang akan terjadi.

2. Tanyakanlah kepada mereka tentang apa yang mereka pikirkan terkait apa

yang akan mereka lihat dan mengapa mereka berpikir seperti itu.

Langkah 2: Melakukan observasi (observation)13

1. Lakukanlah sebuah demonstrasi.

2. Sediakan waktu yang cukup agar mereka dapat fokus pada observasinya.

3. Mintalah kepada peserta didik menuliskan apa yang mereka amati

Langkah 3: Menjelaskan (explain)14


11
Warsono, Hariyanto, Op,Cit, h. 93.
12
Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktifistik Aktif dan Menyenangkan
(Jakarta : Diantara Primamitra,2013), h.102.
13
Ibid,102
14
Ibid,,h.103
15

1. Mintalah peserta didik memperbaiki atau menambahkan penjelasan

kepada hasil observasinya.

2. Setelah setiap peserta didik siap dengan makalah untuk penjelasan,

laksanakan diskusi kelompok

B. Kemampuan Berpikir Kritis

1) Pengertian Berpikir Kritis

Keinginan seorang anak perlu sertakan dengan suatu skill atau

kemampuan. Kemampuan akan memperkokoh motivasi anak untuk guna

menjalankan segala macam perkembanganya.15 Salah satu kemampuan yang harus

dikuasai oleh anak yaitu kemampuan berpikir kritis.

Menurut John Dewey berpikir kritis adalah proses yang continue (terus-
menerus) dan ditelaah. Berpikir dimulai dengan jika seseorang sedang
dihadapkan dengan suatu masalah (perplexity). Ia menghadapi
permasalahan dengan mengharapkan adanya jaan keluar, situasi yang
menghendaki adanya jalan keluar tersebut membuat yang bersangkutan
memanfatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang sudah
dimiliknya. Sehingga terjadi proses tertentu di otaknya sehingga ia
mampu menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakan
sebagai alternatif jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapinya.
Dengan demikian yang bersangkutan melakukan proses berpikir.16
Mengajar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis merupakan

suatu hal yang sangat penting karena dengan menguasai kemampuan tersebut

kedepannya peserta didik mampu menjadi generasi penerus yang memiliki pemikiran

kritis, jujur, bermartabat, dan mampu menjalankan hidupnya dengan penuh percaya

diri.17

15
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Rineka Cipta,2010), h. 98.
16
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebagai Sebuah Pengantar (Jakarta: Erlangga,2010), h. 29.
17
Triwiyok, Analisi Profil Kemampuan Berpikir Kriris Mahasiswa PGSD Dengan Greded
Respons Model Pada Mata IPA , Indonesian Jurnal Of Science Education Institut Agama Islam
16

Selain itu kemampuan berpikir kritis juga dikemukakan oleh bebrapa para

ahli. Berikut ini beberapa pengertian berpikir kritis menurut para ahli:

a) Kemampuan berpikir kritis di definisikan sebagai proses berpikir dengan

benar dalam mendapatkan sebuah pengetahuan baru yang relevan, berpikir

nalar, reflektif, bertanggung jawab, dan mahir dalam berpikir.18

b) Berpikir kritis adalah kegiatan dalam memperoleh pengetahuan, pemahaman,

dan ketrampilan agar mampu menemukan suatu alternatif dan membuat suatu

keputusan dengan cara induktif, deduktif serta evaluative daengan berpikir

secara mendalam tentang hal yang akan di capai.19

Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang sangat penting bagi

peserta didik karena dengan kemampuan tersebut menjadikan mereka bersikap

rasional dan mampu memilih jalan alternatife yang hendak di capai.

Selain itu menanamkan kemampuan berpikir kritis bagi anak didik perlu
dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai persoalan yang setiap
saat akan hadir dalam kehidupanya. Dengan demikian mereka akan
tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan, mampu menyelesaikan
persoalan dengan tepat, dan mampu mengaplikasikan materi pengetahuan
yang diperoleh dari bangku sekolah dalam situasi berbeda dalam
kehidupan nyata sehari-hari20
Berdasarkan pendapat ahli diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa

berpikir kritis yaitu suatu kegiatan dalam menganalisa ide atau gagasan menuju

Negeri Bengkulu, 2019, h. 25-23.


18
Raden Gamal Tamrin Kusuma, Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Tadris Ipa Melalui Pendekatan Saintifik Pada Mata Kuliah Ipa Terpadu, Indonesian Jurnal Of
Science Education Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2019, h. 71-84
19
Alec Fisher, Op.Cit.,h.28
20
Ibid. h. 65.
17

yang lebih sederhana,memilah, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya

menuju jalan yang lebih baik.

2) Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Ada beberapa indikator berpikir kritis seperti yang diungkapkan oleh

Sumarmo yaitu:21

1. Menganalisis dan mengevaluasi argument dan bukti,

2. Menyususn klarifikasi,

3. Membuat pertimbangan yang bernilai,

4. Menyusun penjelasan berdasarkan data yang relevan dan tidak relevan dan

mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi.

Menurut Ennis indikator kemampuan berpikir kritis yaitu sebagai

berikut:22

1. Memfokuskan diri pada pertanyaan.

2. Menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban dan argument.

3. Mempertimbangkan sumber yang terpercaya.

4. Mengamati dan menganalisis deduksi.

5. Menginduksi dan menganalisis induksi.

6. Merumuskan eksplanatori.

7. Merumuskan kesimpulan dan hipotesis.

8. Menarik pertimbangan yang bernilai.


21
Utari Sumarmo, Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, dan Kreatif Matematik,
Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia : Vol7, 2012, h. 17-33.
22
Kokom komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung: Refika
Aditama, 2011), h. 267
18

9. Menetapkan suatu aksi.

10. Berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu terdapat pendapat lain yang berkaitan dengan indikator

kemampuan berpikir kritis menurut Edwar Glaser yaitu :

1. Mengenal masalah.

2. Menemukan cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah tersebut.

3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan .

4. Mengenal asumsi-asumsi dan nilia-nilai yang tidak dinyatakan.

5. Memahami dan menggunakan kata yang tepat, jelas dan khas.

6. Menganalisa data.

7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

8. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah.

9. Menarik kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan.

10. Menguji kesimpulan dan kesamaan yang seseorang ambil.

11. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman

yang lebih luas.

12. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu

dalam kehidupan.

Berdasarkan pendapat ahli diatatas peneliti menarik kesimpulan bahwa

indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dan dapat di amati oleh peserta

didik pada jenjang pendidikan dasar dalam penelitian ini terdiri dari sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis
19

2. Mengumpulkan informasi

3. Menganalisis data

4. Menarik kesimpulan

C. Pembelajaran IPA DI SD

1) Hakikat pembelajaran IPA DI SD

1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa karena IPA merupakan dasar dari teknologi

yang menentukan kemajuan pembangunan suatu bangsa.

2. IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan bagi anak

untuk berpikir kritis dan objektif.

3. IPA bukan hanya mata pelajaran yang tidak hanya sekedar menghafal tetapi

juga di lakukan melaui kegiatan percobaan yang dilakukan sendiri oleh

peserta didik.

4. IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yang menjadikan peserta didik dapat

membentuk kepribadiannya secara menyeluruh.

Usman Samatowa meyatakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar


hendaknya membuka kesempatan untuk peserta didik untuk memupuk
rasa ingin tahunya secara alami. Hal tersebut akan membantu peserta
didik dalam mengembangkan kemampuan bertanya, cara berpikir ilmiah,
dan mencari jawaban berdasarkan bukti nyata. Fakus pembelajaran IPA
hendaknya ditujukan untuk menumbuhkan minat dan pengembangan
peserta didik yang sesuai dengan kehidupannya. 23
Menurut Farida pembelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu

suatu fenemona tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

prinsip saja, melainkan suatu proses penemuan.24

23
Ibid,112
24
Farida NK, Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. (Malang: Ediide Infografika,20016).h.4
20

Pendidikan IPA dapat ditingkatkan apabila peserta didik dapat berperan


tidak hanya sebagai penerima namun peserta didik harus mengalami
sendiri pengalamannya dalam memehami pembelajaran, sehingga pada
akhirnya siswa dapat menerapkan hal tersebut dalam kehidupan sehari-
hari, selain itu pembelajaran IPA juga diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik melaui permasalahan – permasalahan
yang ada dalam kehidupan agar kedepannya peserta didik terbiasa untuk
berfikir dan bersikap ilmiah.25
Aspek pokok dalam pembelajaran IPA ialah peserta didik dapat meyadari

bahwasanya pengetahuan mereka masih terbatas, memiliki rasa ingin tahu untuk

menggali berbagai pengetahuan baru dan mampu menerapkannya di kehidupan. Hal

ini dapat didukung dengan perkembangan dan peninggkatan rasa ingin tahu peserta

didik, menganalisis suatu informasi, membuat sebuah keputusan, dan menganalisa

suatu hal yang akan diaplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan masyarakat. 26

Dengan begitu, pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat

memberikan sumbangan yang positif dalam memberdayakan anak. Oleh karena itu,

guru memiliki peranan yang penting dalam membimbing dan mendidik siswa.

Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam

memperdayakan anak didiknya melaui pembelajaran IPA di sekolah yaitu :

1. Melibatkan peserta didik dengan aktifitas yang nyata dengan alam.

2. Menjadikan peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.27

25
Ibid,11-12
26
Mujakir, Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dasar, Jurnal Lantadina
Uin Ar-Raniry Banda Aceh, 2015, h. 83.
27
Erna Yayuk, Penerapan Media Digibook (Buku Digital) Untuk Meningkatkan Aktifitas
Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar, Seminar Nasional dan Gelar Produk PGSD
Universitas Muhammadiah Malang, 2019, h.2
21

Oleh sebab itu pembelajara IPA sekolah tidak hanya terfokus pada

penguasaan peserta didik terhadap fakta, teori, konsep, tetapi lebih mementingkan

bagaimana konsep IPA tersebut ditemukan.28

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti berpendapat bahwa pembelajaran

IPA di sekolah dasar dapat membantu peserta didik dalam menumbuh kembangkan

sikap ilmiah dalam memcari kebenaran fakta suatu konsep maupun teori dan mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu pembelajaran IPA

harus diajarkan dengan baik agar kedepannya dapat memberikan makna belajar yang

baik.

2) Tujuan Pembelajaran IPA Di SD

Menurut BSNP mengemukakan tujuan dari pembelajaran IPA di sekolah

dasar adalah sebagai berikut:29

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran berdasarkan keberadaan,

keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep Ipa yang bermanfaat

dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangakan sikap ingin tahu, berbudi pekerti baik serta memiliki

kesadaran akan adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, tekhnologi, dan masyarakat.

28
Eliyana, Penerapan Pendekatan Keterampila Proses Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN 18 Rejang Lebong , Jurnal Pendidikan
Dasar Institut Agama Islam Negeri Curup, 2017, h.114
29
Farida NK,Op.Cit .h.9
22

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTS.

Dari tujuan pembelajaran IPA yang telah disebutkan peneliti menarik

kesimpulan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan untuk menjadikan

peserta didik dapat menguasai konsep IPA dan mampu mengembangkan sikap ilmiah

dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan serta menyadarkan

peserta didik akan kekuasaan sang pencipta.

3) Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran IPA

Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih melaui pelajaran IPA dengan

menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat

pada peserta didik merujuk dalam teori konstruktivisme dimana mampu

menempatkan peserta didik sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dalam

dirinya yang memerlukan berbagai aktifitas dalam dikembangkan menjadi

pemahaman yang bermakna. 30

30
Galuh Rahayuni, Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Literasi Sains Pada Mata
Pelajaran Ipa Terpadu Dengan Model PBL DAN STM , Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA
Universitas Nahdatul Ulama Al-Ghazali Cilacap, 2016, h.134-135
23

Proses pembelajaran IPA yang berpusat pada peserta didik lebih berpotensi

melatih dan menumbuhkembangkan keterampilan berpikir. Pada proses

pembelajaran yang berpusat pada siswa, peserta didik mengkronstuksi

pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya sendiri yang

dimiliki, dengan bantuan dan bimbingan guru. Pendidik memberikan kebebasan

dalam berpikir dan bertindak kepada peserta didik dalam memahami konsep dan

pemecahan masalah. Pendidik tidak hanya berperan sebagai fasilitator, tetapi juga

sebagai mediator dalam pembelajaran.

Dari beberapa indikator kemampuan berpikir kritis yang telah disebutkan

sudah sangat jelas bahwa pembelajaran IPA dapat melatih keterampilan berpkir kritis

peserta didik. Keterampilan relasi dimunculkan dengan memberikan peserta didik

berpartisipasi dalam menganalisa hubungan suatu peristiwa atau fenomena dengan

konsep IPA. Dengan dilatihnya kemampuan berpikir kritis peserta didik hal ini akan

di jadikan kebiasaan pada saat peserta didik dilanda suatu permasalahan, maka ia

akan mengambil keputusan dengan tepat, cepat serta evisien dan menjadi bekal untuk

menjadi daya saing di masa yang akan datang. 31

D. Penelitian Yang Relevan

1. Vina Indriana dkk, Penerapan Pendekatan Pemebelajaran POE (Predict,

Observe, Explain) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir kreatif Siswa

Kelas XI IPA I SMAN 22 Makasar. Universitas Negeri Makasar. Jenis

Putri Anjarsari, Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir (Thingking Skills) Dalam


31

Pembelajaran IPA SMP , Jurnal Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2014, h.9
24

penelitian yang digunakan adalah Penelitian tindakan kelas . Hasil

menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah baik, karena siswa yang

mendapatkan nilai 50-100 sebanyak 87,5% dan kemampuan berpikir kreatf

siswa meningkat dengan skor rata – rata >2,4 berarti ketuntasan belajar secara

klasikal juga terpenuhi karena lebih dari 85% siswa dinyatakan tuntas, serta

aktifitas siswa meningkatkat 96,25% berada pada kategori sangat baik yang

artinya ada respon positif siswa terhadap pembelajaran POE. Perbedaan

penelitian Vina Indriana dengan penelitian penulis terletak pada penggunaan

metode penelitian. Vina Indriana menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas, sedangkan penulis menggunakan metode kuantitatif eksperimen.

Perbedaan juga terletak pada fokus penelitian, fokus penelitian Vina Indriana

pada kemampuan berpikir kreatif sedangkan fokus penelitian penulis yaitu

kemampuan berpikir kritis. Selain perbedaan penelitian Vina Indriana terletak

pada subjek penelitian pada penelitian Vina Indriana subjek penelitiannya

yaitu siswa pada tingkat SMA sedangkan subjek penelitian penulis yaitu

siswa pada tingkat SD. Pada penelitian Vina Indriana terdapat persamaan

teknik pengumpulan data yaitu menggunakan tes.32

2. Yuli Atrianti dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan

Ketercapaian Kompetensi Dasar Siswa. Hasil penelitian didapatkan bahwa

penerapan model pembelajaran POE dapat meningkatakan ketercapaian

kompetensi dasar siswa melaui matereri hidrolis garam. Hasil uji N-gan untuk

Vina Indriana, Penerapan Pendekatan Pembelajaran POE (Predict Observe Explain)


32

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI SMAN 22 Makasar , Jurnal Daya
Matematis Universitas Negeri Makasar, 2015, h.51
25

kelas eksperimen sebesar 0.24 untuk kelas kontrol kontrol sebesar 0,16. Uji t-

tes menunjukkan t-hitung lebih besar 2,00 sementara t-kritis sebesar 0.63

sehingga dapat disimpulkan bahwa ketercapaian kompetensi dasar siswa

kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Perbedaan penelitian

Yuli Atrianti dengan penelitian penulis terletak pada subjek penelitian

peneliti mengambil subjek penelitian siswa SD sedangkan penelitian Yuli

Atrianti subjek penelitiannya yaitu siswa tingkat SMA. Selain itu Perbedaan

juga terletak pada fokus penelitian, fokus penelitian Yuli Atrianti yaitu

ketercapaian kompetensi dasar siswa sedangkan fokus penelitian dari penulis

yaitu kemampuan berpikir kritis. Perbedaan lainnya juga terletak pada teknik

pengambilan data pada penelitian ini teknik pengambilan data yang

digunakan yaitu angket sedangkan teknik pengambilan data yang digunakan

penulis tidak menggunakan angket. Adapun persamaan penelitian Yuli

Atrianti dan penulis ialah jenis penelitian yang digunakan yaitu metode

kuantitatif eksperimen.33

3. Weni Efrica, dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Pada Pembelajaran Fisika

Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar

kognitif fisika siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau dengan sample

berjumblah 29 orang yang diambil secara acak. Hasil dari penelitian ini yaitu

berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0.05 yang diperoleh dari

Yuli Atrianti, Penerapan Model Pembelajaran POE (Predict Observe Explain) Untuk
33

Meningkatkan Ketercapaian Kompensi Dasar Siswa Kelas XI SMAN 1 Tangeran Semarang , Jurnal
Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2015, h.66
26

t hitung (4,10) > t table (1,701), Ha diterima dan Ho di tolak. Dengan demikian

hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya sehingga, dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran POE

pada pembelajaran Fisika siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau

secara signifikan dapat mencapai kriteria ketuntas yang meningkat.34

Perbedaan penelitian Weni Efrica terletak pada sample penelitian. Sample

pada penelitian Weni Efrica yaitu siswa pada tingkat SMP sedangkan sample

penelitian peneliti yaitu siswa pada tingkat SD. Selain itu perbedaan lain juga

terdapat pada fokus penelitian. Pada penelitian Weni Efrica fokus

penelitiannya yaitu hasil belajar fisika sedangkan fokus penelitian penulis

yaitu kemampuan berpikir kritis. Persamaan penelitian Weni Efrica dengan

penelitian penulis yaitu teknik pengumpulan data yang sama-sama

menggunakan teknik tes. Selain teknik pengumpulan data persamaan lain

juga terdapat pada jenis penelitian yaitu menggunakan jenis penelitian

eksperimen.

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Adanya pengaruh antara model pembelajaran Predict Observe Explain

dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD

Negeri 01 Rejang Lebong.


34
Weni Efrica, Penerapan Model Pembelajaran POE (Predict Observe Explain) Pada
Pembelajaran Fisika Kelas VII SMP 13 Lubuklinggau, Jurnal Pendidikan Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia, 2015, h.2
27

2. Hipotesis nol (H0)

Tidak ada pengaruh model pembelajaran Predict Observe Explain dengan

kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 01

Rejang Lebong.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan penelitian kuantitatif

yang mana penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan

yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai

apa yang ingin kita ketahui.35

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian

dengan melakukan sebuah studi objektif, sistematis, dan terkontrol untuk

memprediksi atau mengontrol fenemena. Penelitian eksprimen bertujuan untuk

mencari pengaruh treatment (perlakuan tertentu). 36

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumblah

banyak dan luas. 37Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN

01 Rejang Lebong yang terdiri dari kelas VA dengan jumblah siswa sebanyak 29,

kelas VB dengan jumblah siswa 28 orang,dan kelas VC dengan jumblah siswa

sebanyak 28. Jumblah siswa masing-masing kelas disusun dalam bentuk tabel yaitu

sebagai berikut :

35
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif ,(Bandung:Rosda Karya, 2013).h37
36
Sofian Siregar. Model Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2017), h.5
37
Deni Darmawan, Op.Cit .h137
29

Tabel 3.1

Jumblah Siswa Kelas V SD N 01 Rejang Lebong

NO Jumblah siswa
Laki-laki Perempuan Jumblah
Kelas
1. 5A 11 18 29
2 5B 15 13 28
3. 5C 14 14 28

Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tertentu. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan adalah cluster random

sampling, yakni teknik pengambilan sumber data dari sebuah populasi yang

dilakukansecara acak dan berumpunan.38 Pada penelitian ini, kelas VB sebagai kelas

kontrol dengan jumblah siswa 28 orang, dan VC sebagai kelas eksperimen dengan

jumblah siswa 28 orang.

D. Variable Penelitian

Variable penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan hubungan antara

satu variable dengan variable yang lain maka dalam variable penelitian dapat

dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:39

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

38
Ibid,h.148
39
Ibid,h. 61
30

Variable independen adalah variable yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variadel dependen. Variable bebas dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran Predict Observe Explain

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat,

karena adanya variable bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah

kemampuan berpikir kristis siswa kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong.

E. Data dan Sumber Data

1. Jenis data

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

Menggunakan analisis statistik dalam mengelola dan menganalisis data yang

diperoleh.

2. Sumber data

Sumber data yang dimaksud yaitu data primer dan data sekunder, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu data yang dihimpun dari atau diambil langsung oleh peneliti. Adapun

data primer adalah data yang diambil langsung dari tangan pertama yaitu guru kelas

V dan siswa kelas V SD Negeri 01 Rejang Lebong.

b. Data Sekunder
31

Yaitu data yang diperoleh dari tangan yang kedua. Adapun data yang

merupakan data sekunder adalah data – data yang diambil peneliti peroleh melalui

dokumen-dokumen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :40

1. Tes

Instrumen yang berupa tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir

kritis. Data diperoleh dari dari hasil tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan

kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tes yang digunakan adalah Pre test dan Post test yang merupakan tes yang

diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) di kelas eksperimen sedangkan

model pembelajaran yang dugunakan untuk kelas kontrol yaitu ceramah.

Tes disusun secara tertulis dalam bentuk soal uraian (essay) yang terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau

paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.41 Soal yang akan diberikan

berkenaan dengan materi perubahan wujud benda dengan berpedoman pada

indikator kemampuan berpikir kritis.

2. Observasi

40
Sugiyono, Metode PenelitianPenelitian Kuantitatif Kualitatif dan RnD ,(Bandung:Rosda
Karya, 2013).h. 137-138
41
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ,(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2016).h
99-100
32

Observasi dapat dijadikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap unsur – unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek

penelitian. Dalam menggunakan observasi cara yang paling efeksi adalah

melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format

yang tersususn berisi item – item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi.

Observasi yang dilakukan dengan cara mengamati atau melihat lebih dekat

terhadap kondisi lingkungan objek penelitian, sehingga dapat digambarkan secara

jelas tentang kondisi objek peneliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui

perubahan yang terjadi pada setia individu sebelum pembelajaran dimulai, saat

berlangsungnya pemebelajaran dan sesudah pembelajaran.

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi

partisipatif, dimana peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari – hari

objek yang akan diteliti. Dengan teknik observasi tersebut data yang akan diperoleh

lebih lengkap dan dapat mengetahui hingga tingkatan makna dari setiap perilaku

yang terlihat.42

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, koram, majalah, prasasti, rapat, dan sebagainya.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data nilai awal peserta didik kelas V pada

materi sebelumnya dimana sistem pembelajarannya belum memperoleh perlakuan.

42
Ibid,h.310
33

Data ini diperoleh dari nilai ulangan harian pada mata pelajaran IPA sebelum dan

sesudah penggunaan model pemebelajaran POE.

G. Uji Coba Instrumen43

1. Validitas

Validitas merupakan alat ukur guna untuk menunjukkan tingkat validnya

suatu instrument. Instrument dapat dikatakan valid apabila mempunyai tingat

validitas yang tinggi. Apabila intrumen tersebut memiliki tingkat validitas yang

rendah maka instrument tersebut dapat dinyatakan sebagai instrument yang tidak

valid. Validas terdiri dari sebagai berikut :

a. Validitas Logis

Validitas logis merupakan instrument yang dapat dinyatakan valid yang

diperoleh berdasarkan hasil penelaran. Hal tersebut dikatenakan instrument tersebut

dirancang sesuai dengan teori dan ketentuan yang ada. hal tersebut dapat dinyatakan

suatu instrument tidak perlu di uji validitas nya karena telah sesuai berdasarkan teori

yang ada.

b. Validitas Empiris

Validitas empiris ialah uji coba instruemen dimana instruemn dapat

dinyatakan teruji kevalitannya berdasarkan dengan pengalaman. Valid atau tidak

valid nya suatu instrument tersebut harus diuji dengan menggunakan rumus korelasi

Product Moment yaitu :

43
Sugiyono, Op.Cit, h138-139
34

n Σ xy− ( Σ x ) ( Σ y )
Rhitung=
√{ N ¿ ¿¿

Keterangan :

n = Jumblah Responden

x = Skor Variabel

y = Skor total dari variable (jawaban repon)

Nilai rhitung dikonsultasikan dengan nilai r Product Moment, dengan taraf

signifikan 5%. Apabila Nilai rhitung lebih besar dengan rtabel maka instrument soal

tersebut dapat dinyatakan ter uji validitasnya.

2. Reliabelitas

Realiabelitas adalah instrument yang dapat diuji kepercayaan atau

kebenarannya guna digunakan untuk mengumpulkan data apabila instrument tersebut

sesuai dengan kenyataannya. Reliabelitas menunjukkan pada taraf kebenarannya

sesuatu yang reliable artinya dapat dipercaya. Reliabelitas memiliki tujuan guna

untuk melihat seberapa ajengnya suatu instrument dengan menggunakan rumus :

k Σ si
r 11= (1− Σ st )
k −1

Keterangan :

r11 = Koofisien reliabilitas tes

K = Banyaknya instrument yang valid

Σ si = Jumblah varian butir

St = Varian total

Tabel 3.2
35

Kriteria Reliabilitas

Koefisien Realiabilitas(r11) Kriteria


R 11 ≤ 0,20 Sangat rendah
0.20 <r11 ≤ 0,040 Rendah
0.40 <r11 ≤ 0,060 Sedang
0.60 <r11 ≤ 0,080 Tinggi
0.80 <r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

3. Taraf Kesukaran

Untuk membuat suatu instrument yang baik diperlukan keseimbangan dari

tingkat kesukaran dari instrument tersebut. Keseimbangan yang dimaksud disini

ialah jumblah antara instrument soal dari tingkat mudah, sedang, dan sulit. Analisis

taraf kesukaran dapat di ketahui dengan menggunakan rumus :

B
P
JS

Keterangan :

P = Indeks/taraf kesukaran utuk tiap soal

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.

Js = banyaknya siswa yang memberikan jawaban soal

Kriteria dari taraf kesukaran ialah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kriteria Dari Taraf Kesukaran

Besarnya P Kriteria Soal


0 - 0,30 Sulit
0,31 – 0,70 Sedang
0.71 – 1,00 Mudah
36

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah suatu kemampuan dari sebuah instrument soal

dalam mebedakan antara siswa yang pandai (yang mempunyai keahlian khusus)

dengan siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah. Hal ini bertujuan agar

dapat melihat sejauh mana kemampuan yang dimiliki antara subjek tes.

Daya pembeda dapat dihitung berdasarkan pembagian kelompok menjadi

dua bagian yaitu kelompok atas yang memiliki kemampuan khusus dan kelompok

bawah yang merupakan yang memiliki kemampuan yang rendah dengan

menggunakan rumus :

BA BB
D = JA - JB

Keterangan :

D = Daya beda

BA = Siswa kelompok atas yang menjawab soal benar

BB = Siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar

JA = Jumblah siswa kelompok atas

JB = Jumblah siswa kelompok bawah

Table 3.4

Kriteria Daya Beda Soal

Besarnnya D Kriteria
0,00 – 0,20 Soal dinyatakan tidak baik
0,21 – 0,40 Soal dinyatakan cukup baik
0,41 – 0,70 Soal dinyatakan baik
0,70 - 1,00 Soal dinyatakan sangat baik
37

H. Teknik Analisis Data

1. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil

dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas populasi harus

dipenuhi sebagai syarat untuk menentukan perhitungan yang akan dilakukan pada uji

hipotesis berikutnya. Data yang diuji yaitu data kelas eksperimen dan data kelas

kontrol yang digunakan dengan menggunakan rumus :44

( fo−ft ) ❑2
x 2=Σ
ft

Keterangan :

X2 = Harga chi kuadrat

Fo = Frekuensi yang diobservasi

Ft = Frekuensi yang teoritis

Kriteria yang digunakan jika X2 (apabila taraf yang signifikansi 5%) lebih

besar dari X2 hitung (taraf yang signifikansi 5%) maka dinyatakan normal.

2. Uji homogenitas

Setelah uji normalitas dilakukan juga uji homogenitas. Uji ini untuk

mengetahui kesamaan antara dua keadaan populasi. Dalam penelitian ini uji

homogenitas menggunakan uji homogenitas dua varians yang digunakan guna untuk

mengetahui apabila kedua kelompok memiliki varian yang sama maka kemompok

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ,


44

(Bandung:Alfabeta, 2014).h.60
38

tersebut dikatakan homogen yang di uji dengan menggunakan uji barlet dengan

menggunakan rumus :45

x 2=( ¿ 10 ) < B−Σ (n1 – 1) log Si2)21

Untuk mengetahui kedua kelompok mempunyai varian yang dapat dikatakan

homogen dapat dinyatakan dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut :

2 2
Ho = Varian homogen σ =σ
1 2

2 2
Ha = Varian tidak homogen σ ≠σ
1 2

Kriteria homogenitas yaitu sebagai berikut :

Jika x 2 hitung lebih ≤ x2tabel, maka data dapat dinyakatan sebagai data yang

homogen apabila x 2 hitung lebih ≥ x2 tabel, maka data dapat dinyakatan sebagai data yang

tidak homogen.

3. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran Predict Observe Explain (POE) terhadap kemampuan berpikir kritis

peserta didik pada mata pelajaran IPA. Uji hipotesis ini untuk melihat perbedaan

hasil tes peserta didik dari kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis pada

penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus uji kesamaan dua rata-rata yaitu :46
45
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2016).h.190
46
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ,
(Bandung:Alfabeta, 2014).h.113
39

Keterangan :

X1 : Rata-rata kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen

X2 : Rata-rata kemampuan berpikir kritis di kelas kontrol

n1 : Jumblah sampel dikelas eksperimen

n2 : Jumblah sampel dikelas kontrol

S1 : Standar deviasi dikelas eksperimen

S2 : Standar deviasi dikelas eksperimen

S : Standar deviasi

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

a. Hipotesis Alternatif (Ha)

Adanya pengaruh antara model pembelajaran Predict Observe Explain

dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD

Negeri 01 Rejang Lebong.

b. Hipotesis nol (H0)

Tidak ada pengaruh model pembelajaran Predict Observe Explain dengan

kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 01

Rejang Lebong.
40

Kriteria yang di gunakan dalam uji hipotesis di atas yaitu apabila t hitung > dari

ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 maka Ho di tolak dan apabila t hitung < dari ttabel maka

H0di terima.

4. Uji N-gain

Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan

berpikir kritis sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. Uji peningkatan

ketrampilan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

diperoleh dari nilai pre-test dan pot-test. Uji N-gain dapat digunakan dengan

menggunakan rumus :47

( Spost )−(Spre)
¿ g≥
100 %−¿ Spre> ¿ ¿

Keterangan :

¿ g>¿ = Nilai N-gain

¿ Spost>¿ = Nilai rata-rata pre test

¿ Spre> ¿ = Nilai rata-rata post test

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan ,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,


47

2015).h.305
DAFTAR PUSTAKA

Ai Linda Sari Kumala, dkk, 2016, Pengaruh Strategi POE Berbantuan Permainan

Tradisional Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gaya‘,

Jurnal Pena Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia Sumedang Vol I,

Anjarsari Putri, 2014, Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir (Thingking Skills)

Dalam Pembelajaran IPA SMP, Jurnal Pendidikan IPA FMIPA Universitas

Negeri Yogyakarta

Atrianti Yuli, 2015, Penerapan Model Pembelajaran POE (Predict Observe

Explain) Untuk Meningkatkan Ketercapaian Kompensi Dasar Siswa Kelas XI

SMAN 1 Tangeran Semarang , Jurnal Kimia FMIPA Universitas Negeri

Semarang, 2015

Darmawan Deni 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung:Rosda Karya

Dimyati dan Mudjiono, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Rineka Cipta

Daniati Novia 2018, Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Kelas VII SMP Negeri 2 Padang Tentang Materi Pencemaran Lingkungan,

Jurnal Pendidikan Biologi Universitas Negeri Padang

Eliyana, 2017, Penerapan Pendekatan Keterampila Proses Untuk Meningkatkan

Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN

18 RejangLebong, Jurnal Pendidikan Dasar Institut Agama Islam Negeri

Curup

Efrica Weni, 2015, Penerapan Model Pembelajaran POE (Predict Observe

Explain) pada Pembelajaran Fisika Kelas VII SMP 13 Lubuklinggau, Jurnal

41
42

Pendidikan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru

Repuplik Indonesia

Fisher Alec, 2010, Berpikir Kritis Sebagai Sebuah Pengantar, Jakarta: Erlangga

Fahrinnisak, 2018, Penerapan Model Pembelajaran Poe Terhadap Hasil Belajar

Ipa Siswa Kelas V SD Pangarangan III Sumenep, Jurnal Pendidikan Dasar

Alpen Vol II,

Gamal Raden Tamrin Kusumah, 2019, Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis

Mahasiswa Tadris Ipa Melalui Pendekatan Saintifik Pada Mata Kuliah Ipa

Terpadu Indonesian Jurnal Of Science Education Institut Agama Islam

Negeri Bengkulu

Indriana Vina, 2015, Penerapan Pendekatan Pembelajaran POE (Predict Observe

Explain) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI

SMAN 22 Makasar, Jurnal Daya Matematis Universitas Negeri Makasar

Komalasari Kokom, 2011, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi,

Bandung: Refika Aditama

Mujakir, 2015, Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dasar, Jurnal

Lantadina Uin Ar-Raniry Banda Aceh

R.H. Ennis, 1993, “Critical Thinking Assessment”, Theory into Practice: Teaching

for Higher Order Thinking, The Ohio State University, Taylor and Francis

Ltd., vol. 32 no. 3

Rahayuni Galuh, 2016, Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Literasi Sains

Pada Mata Pelajaran Ipa Terpadu Dengan Model PBL DAN STM , Jurnal
43

Penelitiandan Pembelajaran IPA Universitas Nahdatul Ulama Al-Ghazali

Cilacap

R. Lebdiana dkk, 2015, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Suhu dan

Kalor Berbasis Poe(Predict Observe Explain) Untuk Meremediasi

Miskonsepsi Siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Negeri Semarang

Samatowa Usman, 2010, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta: PT Indeks

Permata Puri Media.

Siregar Sofian, 2017, Model Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan

Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS,Jakarta: Kencana

Sudijono Anas, 2015, Pengantar Statistik Pendidikan ,Jakarta:Raja Grafindo

Persada

Sudijono Anas, 2016, Pengantar Evaluasi Pendidikan ,Jakarta:Raja Grafindo

Persada

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RnD

Bandung:Rosda Karya

Sugiono, 2014, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D Bandung:Alfabeta

Sumarmo Utari, 2012, Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, dan

Kreatif Matematik,Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan

Indonesia, Vol7

Suparno Paul, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktifistik Aktif dan

Menyenangkan (Jakarta : Diantara Primamitra, 2013

Suyono, 2015, Implementasi Belajar Pembelajaran, Jakarta: Remaja Rosda Karya


44

Triwiyoko, 2019, Analisi Profil Kemampuan Berpikir Kriris Mahasiswa PGSD

Dengan Greded Respons Model Pada Mata IPA Indonesian Jurnal Of

Science Education Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1

Wardatun Hikmah, dkk, 2013, Pengaruh Model Pembelejaran POE (Predict-

Observe-Explain) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA

Negeri 24 Sukoharjo, Jurnal Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret

Warsono, Hariyanto, 2012, Pembelajaran Aktif Teori dan Assessment, Surabaya:

Remaja Rosda Karya

Yayuk Erna, 2019, Penerapan Media Digibook (Buku Digital) Untuk Meningkatkan

Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar, Seminar

Nasional dan Gelar Produk PGSD Universitas Muhammadiah Malang


45

Anda mungkin juga menyukai