Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA PADA

KLIEN DENGAN WAHAM DI RUMAH SAKIT JIWA


Dr. RM.SOEDJARWADI
PROPINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh:

FIRAH AZZAHRA
193203101

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN WAHAM

Telah Disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Rizqi Wahyu Hidayati, S.Kep, Ns., M.Kep) ( Sri Suyani, S.Kep, Ns) (Firah Azzahra)

A. Definisi Waham

2
Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Direja, 2011).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus
internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu
keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.
Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain
itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan
sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan.
Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain.
Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada isi pikir dan
pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan
psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya.Misalnya :
harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait denganperasaan bersalah atau
perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika
(Kusumawati, 2010).
B. Klasifikasi Waham
Jenis waham menurut Keliat (2009):
1. Waham kebesaran
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “saya ini
pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya tambang emas”.
2. Waham agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.Contoh, “kalau
saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari”.
3. Waham somatik

3
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh: “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus
mengatakan bahwa ia sakit kanker).
4. Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurka
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
5. Waham nihilistik
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meniggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan nyata. Misalnya,
“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”
6. Waham sisip pikir
Keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam
pikirannya.
7. Waham siar pikir
Keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir
Keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya.
C. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi terjadinya waham, yaitu:
1. Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang
menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami,
ini termasuk hal-hal berikut :
a. Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak
yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal,
temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik.

4
b. Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Faktor-faktor seperti
dopamin neurotransmitter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara
dopamin dan neurotransmitter lain, serta masalah-masalah pada sistem
respon dopamine.
2. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif
belum didukung oleh penelitian.Sayangnya teori psikologik terdahulu
menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga
menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa profesional).
3. Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
D. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011), faktor presipitasi terjadinya waham antara lain:
1. Biologi
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif
termasuk:
a. Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi.
b. Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
2. Stres Lingkungan

5
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3. Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu,
seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau
lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
E. Penatalaksanaan Tanda Dan Gejala
Menurut Kusumawati (2010) tanda dan gejala waham yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan yang
diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian

F. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

a. Pikiran logis a. Proses pikir kadang a. Gangguan proses

6
b. Persepsi akurat menyimpang/ ilusi pikir:waham
c. Emosi konsisten b. Reaksi emosional b. Halusinasi
d. Perilaku sesuai berlebihan dan kurang c. Kerusakan emosi
e. Hubungan c. Perilaku tidak sesuai d. Perilaku tidak sesuai
sosialterorganisir d. Menarik diri e. Isolasi sosial
Rentang respons neurobiologis waham (Keliat, 2009).
G. Proses Terjadinya Waham
Proses terjadinya waham menurut Keliat (2009)dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis.Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman
dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan
tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self
ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat
jauh.Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external

7
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosia ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif

8
serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
H. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah. Dalam tatanan keperawatan
jiwa respons neurobiologis medis
1. Psikofarmakologi
Obat antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya
perubahan perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses
piker kacau). Obat-obatan untuk pasien skizophrenia yang umum diunakan
adalah sebaga berikut :
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu. Gangguan perasaan  dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu
bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai
efek samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik,
mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra
pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan
endoktrin (amenorhe).Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung.
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur,
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung.Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung.
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine.Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan

9
kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine.Kontraindikasi terhadap hypersensitive
Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis.
2. ECT tipe katatonik
Terapi kejang listrik atau electro convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada
awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi
biasanya dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali)
3. Psikoterapi
Adapun yang termasuk dalam psikoterapi untuk membantu mengatasi klien
dengan masalh waham adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi
keluarga, terapi supportif, dll.
I. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi Resiko tinggi mencederai diri, orang lain
verbal dan lingkungan

Faktor pencetus :
Perubahan isi pikir:
1. Proses pengolahan
waham
informasi yang
berlebihan
Harga diri rendah 2. Mekanisme
penghantaran listrik

Faktor penyebab :

1. Genetis
2. Neurobiologis
J. Pengkajian 3. Neurotransmiter
4. Virus
Pengkajian pada klien dengan waham, antara lain: 5. Psikologis

1. Identifikasi klien

10
Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
4. Faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologi, dan sosial budaya.
5. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu
6. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan.Kaji fungsi organ jika ada keluhan.
7. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
8. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian
dan daya tilik diri.
9. Kebutuhan persiapan pulang

11
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
11. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Proses Pikir: Waham

12
L. Rencana Keperawatan

No Rencana Tindakan
Diagnosis Tujuan
. Tindakan (Pasien) Tindakan (Keluarga)
1 Gangguan Proses TUM : Tindakan Psikoterapeutik
Pikir: Waham SP I
Setelah dilakukan tindakan 1) Bina hubungan saling percaya.
1. Diskusikan masalah yg
keperawatan, diharapkan klien 2) Adakan kontak sering dan singkat
dirasakan dalam merawat
mampu berpikir sesuai realitas secara bertahap.
pasien.
(waham teratasi). 3) Observasi tingkah laku klien.
2. Jelaskan pengertian, tanda &
4) Tanyakan keluhan yang dirasakan
TUK: gejala, dan proses terjadinya
klien.
waham (gunakan booklet).
Setelah melakukan interaksi 5) Lakukan strategi pelaksanaan
3. Jelaskan cara merawat: tidak
dengan klien selama … s.d. …. psikoterapeutik :
disangkal, tidak
kali, diharapkan klien mampu
SP I diikuti/diterima (netral).
berpikir sesuai realia (waham
4. Latih cara mengetahui
teratasi) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tanda dan gejala waham.
kebutuhan pasien dan
2. Bantu orientasi realitas: Panggil
mengetahui kemampuan
nama, orientasi waktu, orang dan
pasien.
TUK SP 1:Klien dapat membina tempat/lingkungan.
5. Anjurkan membantu pasien
hubungan saling percaya dengan 3. Diskusikan kebutuhan pasien yang
sesuai jadual dan memberi
perawat, klien dapat tidak terpenuhi.
pujian.
mengidentifikasi tanda dan gejala 4. Bantu pasien memenuhi

13
waham, klien berorientasi kebutuhannya yang realistis.
berdasarkan realita, kliean dapat 5. Masukan pada jadual kegiatan
memenuhi kebutuhannya yang pemenuhan kebutuhan.
realistis.

TUK SP2 :Klien dapat SP II SP II


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan
kegiatan yang melatih dalam membimbing pasien
kebutuhan pasien dan berikan memenuhi kebutuhannya. Beri
kemampuan dalam jadwal harian. pujian.
pujian.
2. Latih cara memenuhi
2. Diskusikan kemampuan yang kebutuhan pasien.
3. Latih cara melatih
dimiliki.
kemampuan yang dimiliki
3. Latih kemampuan yang dipilih, pasien.
4. Anjurkan membantu pasien
berikan pujian.
sesuai jadwal dan memberi
4. Masukkan pada jadwal pemenuhan pujian.
kebutuhan dan kegiatan yang telah
dilatih.

TUK SP3 :Klien dapat SP III SP III


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan keluarga

14
kegiatan minum obat yang baik 1. Evaluasi kegiatan pemenuhan dalam membimbing
memenuhi kebutuhan pasien
dalam jadwal harian. kebutuhan pasien, kegiatan yang
dan membimbing pasien
dilakukan pasien dan berikan pujian. melaksanakan kegiatan yang
telah dilatih. Beri pujian.
2. Jelaskan tentang obat yang diminum
2. Jelaskan obat yang diminum
(6 benar: jenis, guna, dosis, oleh pasien dan cara
membimbingnya.
frekuensi, cara, kontinuitas minum
3. Anjurkan membantu pasien
obat) dan tanyakan manfaat yang sesuai jadwal dan memberikan
pujian.
dirasakan pasien.
3. Masukkan pada jadwal pemenuhan
kebutuhan, kegiatan yang telah
dilatih dan obat.

TUK SP3 :Klien dapat SP IV SP IV


mempraktikan dan memasukkan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan
kemampuan yang dimiliki dalam dalam membimbing
kebutuhan pasien,kegiatan yang memenuhi kebutuhan pasien,
jadwal harian. membimbing pasien
telah dilatih, dan minum obat
melaksanakan kegiatan yang
Berikan pujian. telah dilatih dan minum obat.
Berikan pujian.
2. Diskusikan kebutuhan lain dan cara
2. Jelaskan follow up ke
memenuhinya. RSJ/PKM, tanda kambuh,
rujukan.
3. Diskusikan kemampuan yang
3. Anjurkan membantu pasien

15
dimiliki dan memilih yang akan sesuai jadwal dan memberikan
pujian.
dilatih. Kemudian latih.
4. Masukkan pada jadwal pemenuhan
kebutuhan, kegiatan yang telah
dilatih, minum obat.

DAFTAR PUSTAKA

Direja, A.H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Keliat, B.A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

__________. (2009). Model praktik Keperawatan Profesional jiwa.Jakarta : EGC.

Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010).Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Nurjanah, I. (2009). Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta: Mocomedia.

Purba, J.M., Eka, S., Mahnum, L. N., & Hardiyah. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.
Medan: USU press.

Rasmun.(2008). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Edisi 1.Jakarta : CV. Agung Seto.

Sinaga, B.R. (2007). Skizofrenia dan Diagnosis Banding, Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

16
Stuart,& Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai