Anda di halaman 1dari 29

1.

MANAJEMEN PUSKESMAS
A. TUJUAN

B. PRINSIP

Manajemen Puskesmas
Adalah kegiatan pengelolaan puskesmas yang meliputi semua rangkaian kegiatan mulai dari :

A. P1 = Perencanaan, berbentuk perencanaan tingkat puskesmas


B. P2 = Penggerakan Pelaksanaan, berbentuk Minilokakarya puskesmas
C. P3 = Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian, berbentuk Penilaian Kinerja Puskesmas

Penjelasan
A. Perencanaan Puskesmas ( P1 )
Merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah
kesehatan setempat.
Dalam pelaksanaannya sangat memerlukan kekhususan, daerah-daerah yang tertinggal atau
terisolasi berbeda dengan daerah-daerah atau desa-desa yang maju, baik tahapan-tahapannya
maupun target-target pencapaiannya, tetapi harus punya sasaran dan indikator yang jelas,
sehingga dalam kurun waktu tertentu bisa mendapatkan hasil yang sama dengan desa-desa yang
lebih maju dan keberhasilannya mungkin lebih singkat.
Perencanaan program kesehatan masyarakat di tingkat Puskesmas sebaiknya berbeda antara satu
desa dengan desa lainnya, terutama yang di wilayahnya memiliki desa-desa terisolir atau
tertinggal jangan di generalisir dengan desa-desa lainnya.

Tujuan umum : meningkatkan kemampuan manajemen puskesmas untuk meningkatkan


jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat

Tujuan khusus :
- Dapat disusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk tahun berikutnya
o Upaya Kesehatan Puskesmas Wajib
 Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat ‘mutlak
perlu’ yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta
mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan
puskesmas bersifat holistic, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.
Misi ini berkaitan erat dengan program yang dilaksanakan puskesmas.
Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus dilaksanakn
oleh tiap puskesmas, yang dikemas dalam ‘basic six’ yaitu :
1. Upaya kesehatan ibu, anak & kb
2. Upaya promosi kesehatan
3. Upaya kesehatan lingkungan
4. Upaya perbaikan gizi
5. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan dasar

o Upaya Kesehatan Puskesmas Pengembangan


 Dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan
kemampuan Puskesmas
 Bila ada masalah kes tapi pusk tidak mampu maka pelaksanaan oleh dinkes
kabupaten/Kota
 Upaya Lab(medis dan kesehatan masyarakat) dan Perkesmas serta
Pencatatan Pelaporan mrpkn kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib atau
pengembangan

- Dapat disusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) untuk tahun yang berjalan
o Upaya Kes Pusk Wajib
o Upaya Kes Pusk Pengembangan

Adapun langkah-langkah/ tahapan yang ditempuh dalam perencanaan kesehatan adalah:


1. Analisa situasi
Adalah mempelajari atau mengkaji situasi yang ada melalui data-data, observasi dan
pengalaman yang dirumuskan menjadi suatu kesimpulan tentang keadaan umum, keadaan
khusus dan masalah yang ada.
2. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
Setelah masalah yang ada diketahui, maka kita perlu mengkaji lebih dalam lagi untuk
menetapkan priotitas masalah. Penentuan ini sangat penting karena menentukan masalah
yang tepat sangat penting untuk mencapai tujuan program.
Cara menetapkan prioritas masalah :
 Pan American Health Organization ( PAHO ) yang menggunakan parameter dari
Prevalens ( Magnitude ), Keparahan ( Severity ), Kesiapan, teknologi (Vulnerability),
Community atau Political concern
 Desease burden adalah beban yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan dengan
metode DALY ( Disability Adjusted Life Years )
 Metode Delbeque dan metode Delphi, yang merupakan Nominal Group Process
3. Merumuskan tujuan program dan target yang akan dicapai
Dalam menentukan tujuan program diperlukan perhatian terhadap beberapa faktor, yaitu
Potensi organisasi, Target program, dan Target waktu
Tujuan harus SMART, yang berarti :
 Spesific ( Interpretasi sama )tujuan harus ditulis dengan kalimat yang kalau dibaca
siapa saja akan memiliki interpretasi yang sama, atau ditambahkan penjelasan tentang
maksud dari kalimat tujuan tersebut.
 Measurable ( dapat diukur ), tujuan harus bisa diukur secara kuantitaif, kecuali
beberapa hal yang bisa diukur secara kualitatif, misal : warna. Bau dan lainnya.
 Apropriate ( sesuai dengan strategi nasional, tujuan program atau institusi ), tujuan
yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan tujuan di atasnya yang terkait dengan
program yang dibuat, misal : tujuan program tahunan puskesmas tidak boleh
bertentangan dengan tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Realistic ( dapat dilaksanakan ), tujuan harus realistis, yaitu masuk akal dan bisa
dicapai.
 Time bound ( rencana sesuai target waktu ) tujuan harus mempunyai batasan waktu
pencapaian dengan jelas.
4. Mengkaji faktor-faktor yang membantu dan menghambat tujuan
Kajian ini penting dilakukan untuk mengetahui sebesar apa kemampuan organisasi untuk
mencapai tujuan. Hal-hal yang menjadi faktor pendorong dan penghambat, antara lain :
Pendorong
a. Kekuatan di dalam organisasi
i. Adanya aturan dan pedoman-pedoman kerja yang disiapkan oleh Depkes
maupun dinas-dinas di daerah
ii. Tersedianya anggran baik dari Pusat maupun Daerah
iii. Adanya fasilitas dan sarana kesehatan sampai di kecamatan-kecamatan
iv. Penyebaran petugas yang sudah cukup merata
b. Peluang yang ada, diluar organisasi
i. Adanya instansi lintas sektoral yang dapat menunjang kegiatan
ii. Adanya sistem pemerintahan yang jelas sampai ke tingkat desa atau
kelurahan
iii. Masyarakat desa sudah terbiasa dengan gotong-royong
iv. Adanya tokoh panutan di desa

Penghambat
a. Kelemahan dari dalam organisasi
i. Kemampuan petugas tidak merata
ii. Perbandingan antara tenaga manajemen dengan tenaga teknis tidak seimbang
iii. Petugas tidak cenderung kepada penggerakkan masyarakat, tetapi cenderung
pelayanan pasif
iv. Perkembangan masalah kesehatan yang cepat
b. Tantangan dari luar organisasi
i. Tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah
ii. Masalah kesehatan kurang dipahami oleh pengambil kebijakan di luar
kesehatan dan masyarakat
iii. Pemberian informasi kepada masyarakat kurang
iv. Adanya kepentingan baik politik maupun komunitas sosial yang tidak
menguntungkan
5. Merumuskan kegiatan yang harus dilaksanakan
Setelah kita kaji semua langkah di atas maka kita tinggal merumuskan kegiatan yang akan
dilaksanakan dan menyusun tahap pelaksanaannya
B. Penggerakan, Pelaksanaan, berbentuk Minilokakarya puskesmas (P2)

Pengorganisasian
Merupakan langkah kegiatan pertama untuk menentukan : personil, biaya, tugas dan wewenang,
waktu kegiatan, sasaran, sarana dan prasarana, pencatatan dan pelaporan. Seluruh hal yang
berkaitan dengan pengorganisasian harus disepakati bersama dan dibuat tertulis serta disesuaikan
dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pelaksanaan Pengorganisasian
Merupakan pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh organisasi atau
tim yang telah dibentuk, meliputi :
1. Upaya kesehatan masyarakat
2. Pencatatan dan pelaporan
3. Keterlibatan lintas sektoral dan program
4. Pengelolaan keuangan
5. Pengelolaan obat
6. Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana

Lokakarya mini

Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, upaya kesehatan diselenggarakan melalui upaya
kesehatan Puskesmas, peran serta masyarakat, dan rujukan upaya kesehatan. Puskesmas mempunyai
fungsi sebagai pusat pengembangan peran serata masyarakat, pusat pembinaan kesehatan masyarakat
dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam rangka membina petugas Puskesmas untuk
bekerjasama dalam tim sehingga dapat melaksanakan fungsi Puskesmas dengan baik, telah
dikembangkan Lokakarya Mini Puskesmas.
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan suatu pertemuan antar petugas Puskesmas dan petugas
Puskesmas dengan sektor terkait (lintas sektoral) untuk meningkatkan kerjasama tim, memantau
cakupan pelayanan Puskesmas serta membina peran serta masyarakat secara terpadu agar dapat
meningkatkan fungsi Puskesmas. Ditinjau dari fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (P1),
Penggerakan Pelaksanaan (P2) dan Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3) maka Lokakarya Mini
Puskesmas merupakan penerapan Penggerakan, Pelaksanaan (P2).
Adapun tujuan dilakukannya lokakarya mini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggerakan pelaksanaan Puskesmas,
bekerjasama dalam tim dan membia kerja sama lintas program serta lintas sektoral,
2. Tujuan Khusus
a) Tergalangnya kerjasama dalam tim antar tenaga Puskesmas dan pelaksana
b) Terselenggaranya lokakarya bulanan antar tenaga Puskesmas dalam rangka
pemantauan hasil kerja tenaga Puskesmas dengan cara membandingkan rencana
kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta
teersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
c) Tergalangnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka pembinaan dan
pengembangan peran serta masyarakat secara terpadu.
d) Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam ranngka mengkaji
kegiatan kerjasama lintas sektoral dan tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya. Manfaatnya adalah mengevaluasi kegiatan yang telah dilakuakan
pada bulan lalu dan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan.

3. Penggalangan / peningkatan kerjasama dalam Tim


Lokakarya yang pada dasarnya dilaksanakan setahun sekali dilingkungan
Puskesmas sendiri, dalam rangka meningkatkan kerjasama antar petugas
Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas.
4. Lokakarya Bulanan Puskesmas
Sebagai tidak lanjut lokakarya pengggalangan / peningkatan kerjasama dalam
Tim, setiap awal bulan berikutnya diadakan pertemuan antar tenaga Puskesmas
untuk membandingkan rencana kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatan serta
cakupan daerah binaan. Bilaman dijumpai masalah, dibahas dan dipecahkan
bersama, serta kemudian menyusun rencana kerja bulan berikutnya bagi setiap
tenaga.
5. Penggalangan / peningkatan kerja sama lintas sektoral
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor
yang bersangkutan diperlukan penggalangan kerjasama lintas sektor, yang
dilaksanakan dalam satu pertemuan setahun sekali. Untuk itu perlu dijelasklan
manfaat bersama dari upaya pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan bagi sektor-sektor yang bersangkutan. Sebagai hasil pertemuan adalah
kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembanngkan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Khususnya dalam rangka
peningkatan kesejahteraan ibu dan kelangsungan hidup anak. Harapannya
peningkatan pelayanan kesehatan, laporan kegiatan tepat waktu.
Salah satu bentuk upaya dalam penggalangan maupun pemantauan berbagai kegiatan adalah
melalui pertemuan lokakarya mini puskesmas. Pada dasarnya ruang lingkup kegiatan lokmin itu,
mencakup dua hal pokok, yang meliputi :

1. Lokmin Lintas Program :

a. Meningkatkan kerjasama antar petugas internal puskesmas


b. Mendapatkan kesepakatan sesuai rencana pelaksanaan kegiatan
c. Meningkatkan motivasi tugas seluruh staf puskesmas
d. Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah disusun.

2. Lokmin Lintas Sektor :

a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral,

b. untuk membina dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang


kesehatan

berdasarkan waktunya, lokakarya mini dibagi menjadi 2 :

1. Lokakarya mini bulanan


Lokarya bulanan ini mempunyai beberapa tujuan yang terbagi menjadi 2 :

a. Tujuan umum :

Terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas dalam rangka pemantauan


hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan
lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan
kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja
bulan berikutnya.

b. Tujuan khusus :

a. Diketahuinya hasil kegiatan puskesmas bulan lalu

b. Disampaikannya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai


kebijakan serta program

c. Diketahuinya hambatan atau masalah kegiatan bulan lalu

d. Dirumuskannya cara penyelesaian masalah

e. Disusunnya rencana kerja bulan baru

Lokakarya mini bulanan diselenggarakan dalam dua tahap, yaitu :

1. Lokakarya mini bulanan yang pertama

Merupakan lokakarya penggalangan tim yang diselenggarakan dalam rangka


pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana pelaksanaan kegiatan
(RPK). Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama sebagai berikut :

a) Masukan

1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika tentang peran, tanggung


jawab staf dan kewenangan puskesmas

2) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru yang


berkaitan dengan puskesmas

3) Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan (PoA)


puskesmas
b) Proses :

1. Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan dan


daerah binaan

2. Analisis beban kerja tiap petugas

3. Pembagian tugas baru termasuk pembagian daerah binaan

4. Penyusunan rencana kegiatan puskesmas tahunan berdasarkan RPK

c) Keluaran :

1. Rencana kegiatan puskesmas tahunan

2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan berdasarkan


PoA

3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan

2. Lokakarya mini bulanan rutin

Merupakan tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya
bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan PoA puskesmas
yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Pelaksanaan lokakarya bulanan rutin
puskesmas senagai berikut :

a) Masukan :

1) Laporan hasil kegiatan bulan lalu

2) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten/kota

3) Informasi tentang hasil rapat di kecamatan

4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b) Proses :

1) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan menggunakan


PWS
2) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan standar pelayanan

3) Merumuskan alternatif pemecahan masalah

c) Keluaran :

1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

2) Rencana kerja bulan yang baru

2. Lokakarya mini tribulan

Lokakarya mini tribulan ini dilakukan sebagai pemantau pelaksanaan kerjasama lintas
sektoral. Tujuan dari pelaksanaan ini dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Tujuan umum

Terselenggaranya lokakarya lintas sektoral dalam rangka mengkaji hasil kegiatan


kerja sama lintas sektoral dan tersusunnya rencanan kerja tribulan selanjutnya.

b. Tujuan khusus

a. Dibahas dan dipecahkan masalah dan hambatan lintas sektoral yang dihadapi

b. Dirumuskannya rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan yang
akan datang.

Lokakarya tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap :

1. Lokakarya mini tribulan pertama

Merupakan lokakarya yang diselenggarakan tim dalam rangka pengorganisasian.


Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat terlaksanakannya kegiatan sektoral
yang terkait dengan kesehatan. Pelaksanaan lokakarya mini tribulan pertama
sebagai berikut :

a. Masukan :

1) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok

2) Informasi tentang program lintas sektor

3) Informasi tentang program kesehatan


4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru.

b. Proses :

1) Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor

2) Analisis masalah peran bantu masing-masing sektor

3) Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor

c. Keluaran :

1) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung


program kesehatan

2) Rencana kegiatan masing-masing sektor

2. Lokakarya mini tribulan rutin

Merupakan tindak lanjut dari lokakarya penggalangan kerjasama lintas sektoral


yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap.
Pelaksanaan lokakarya mini tribulan rutin adalah :

a. Masukan :

1) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan


dukungan sektor terkait

2) Inventarisasi maslah/hambatan dari masing-masing sektor


dalam pelaksanaan program kesehatan

3) Pemberian informasi baru

b. Proses :

1) Analisis masalah dan hambatan pelaksanaan program kesehatan

2) Analisis masalah dan hambatan dukungan dari masing-masing


sektor

3) Merumuskan cara penyelesaian masalah

4) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk


tribulan yang baru
c. Keluaran :

1) Rencana kerja tribulan yang baru

2) Kesepakatan bersama

C. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian, berbentuk Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)

Pemantauan adalah memantau pelaksanaan kegiatan puskesmas, melalui :


1. Melihat langsung
2. Melihat catatan hasil kegiatan
3. Melalui laporan
4. Pertemuan lokakarya mini
Manfaatnya adalah untuk mengetahui :
1. Pelaksanaan sesuai rencana atau tidak
2. Adanya kendala/ hambatan dalam pelaksanaan
3. Keterlibatan staf, lintas sektoral
4. Penggunaan sarana dan anggaran

Pengawasan dilakukan oleh Pimpinan Puskesmas melalui


1. Pengawasan secara berjenjang
2. Pembinaan pegawai

Manfaat pengawasan adalah untuk mengetahui :


1. Adanya penyimpangan pelaksanaan
2. Adanya kelemahan perencanaan
3. Adanya kelemahan personil
4. Adanya pemborosan atau tidak

Penilaian kinerja dilakukan setahun sekali melalui alat atau instrumen yang telah ditentukan ( Mawas
diri ), awalnya disebut Stratifikasi Puskesmas
a. pengertian penilaian kinerja puskesmas

Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja /
prestasi Puskesmas.
Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai instrumen mawas diri
karena setiap Puskesmas melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian meliputi
hasil pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu pelayanan (khusus bagi
Puskesmas yang telah mengembangkan mutu pelayanan) atas perhitungan seluruh Puskesmas.
Berdasarkan hasil verifikasi, dinas kesehatan kabupaten / kota bersama Puskesmas dapat
menetapkan Puskesmas kedalam kelompok (I,II,III) sesuai dengan pencapaian kinerjanya.Pada
setiap kelompok tersebut, dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melakukan analisa tingkat
kinerja Puskesmas berdasarkan rincian nilainya, sehingga urutan pencapian kinerjanya dapat
diketahui, serta dapat dilakukan pembinaan secara lebih mendalam dan terfokus.
b. tujuan penilaian kinerja puskesmas
a. Tujuan Umum
Tercapainya tingkat kinerja Puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam mendukung
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan kabupaten / kota.
b. Tujuan Khusus
5) Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta
manajemen Puskesmas pada akhir tahun kegiatan.
6) Mengetahui tingkat kinerja puskesmas pada akhir tahun berdasarkan urutan peringkat
kategori kelompok Puskesmas.
7) Mendapatkan informasi analisis kinerja Puskesmas dan bahan masukan dalam
penyusunan rencana kegiatan Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk tahun
yang akan datang.
c. Manfaat penilaian kinerja puskesmas
1) Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) kunjungan dibandingkan dengan
target yang harus dicapai.
2) Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan
latar belakang serta hambatan masalah kesehatan di wilayah kerjanya berdasarkan adanya
kesenjangan pencapaian kinerja Puskesmas (out put dan out come)
3) Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan tingkat urgensi suatu
kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang berdasarkan
prioritasnya.
4) Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan sumber
daya Puskesmas dan urgensi pembinaa
d. Ruang lingkup penilaian kinerja puskesmas
Ruang lingkup kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil pelaksanaan
pelayanan kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan. Penilaian terhadap kegiatan
upaya kesehatan wajib Puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat kabupaten/kota dan kegiatan
upaya kesehatan pengembangan dalam rangka penerapan ketiga fungsi Puskesmas yang
diselenggarakan melalui pendekatan kesehatan masyarakat, dengan tetap mengacu pada
kebijakan dan strategi untuk mewujudkan visi “ Indonesia Sehat”

e. Pelaksanaan penilaian kinerja


a. Bahan dan pedoman
Bahan yang dipakai pada penilaian kinerja Puskesmas adalah hasil pelaksanaan
pelayanan kesehatan manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan, sedangkan dalam
pelaksanaannya mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis hasil/masalah
sampai dengan penyusunan laporan berpedoman pada Buku Pedoman penilaian kinerja
Puskesmas dari Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
R.I. th 2006.
b. Teknis pelaksanaan
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan Data

PEMBERIAN TABLET Fe

Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi. Suplemen ini biasanya
diberikan pada golongan rawan kurang zat besi, yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur, dan ibu
hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhannya akan
zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makanan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan
tersebut.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut
adalah :
1. Meningkatnya konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber hewani
(hem iron) yang mudah diserap seperti hati, ikan, daging selain itu perlu ditingkatkan
juga, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A (buah-buahan dan
sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.
2. Fortifikasi bahan makanan, yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A, dan
asam amino esensial pada baham makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok
sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan yang
mengandung zat besi, dianjurkan mambaca label pada kemasannya.
3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk
meningkatkan kadar Hb secara tepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya
merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang besi yang perlu
diikuti dengan cara lainnya.

Suplementasi Zat Besi Pada Ibu Hamil

Pengertian Suplementasi Tablet Zat Besi

Suplementasi tablet zat besi adalah adalah pemberian zat besi folat yang berbentuk tablet, tiap tablet 60
mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat, yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk
mengatasi masalah anemia gizi besi Pemberian suplementasi zat besi menguntungkan karena dapat
memperbaiki status hemoglobin dalam tubuh waktu relatif singkat. Sampai sekarang cara ini masih
merupakan salah satu cara yang dilakukan pada ibu hamil dan kelompok yang berisiko tinggi lainnya,
seperti anak balita, anak sekolah dan pekerja. Di Indonesia, pil besi yang digunakan dalam suplementasi
zat besi adalah “Ferrous Sulfur”, senyawa ini digolong murah dan dapat di absorbsi sampai 20%.
Dosis dan Cara Pemberian Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil

Tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu:

- Dosis pencegahan, diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb, yaitu sehari 1 tablet (60 mg
besi elemental dan 0.25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilan mulai
pemberian pada waktu pertama kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya (K1).
- Dosis pengobatan, diberikan pada sasaran (Hb dari batas ambang) yaitu bila kadar Hb 11 gr%
pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilan .

2.PROGRAM PUSKESMAS
6 Program Pokok Puskesmas

Definisi Puskesmas
Menurut Depkes 1991 “ Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.

Fungsi Puskesmas
1. Pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan pemberdayaan.
2. Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan.
3. Pusat pelayanan tingkat pertama.
Peran Puskesmas
Lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil dalam hal pengorganisasian
masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri

Tujuan Puskesmas
Pembangunan masyarakat yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional yakni peningkatan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat
bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

Tugas Puskesmas
Bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah sebagai pusat
pelayanan kesehatan srata pertama yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya
kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.
Jenis pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan
wajib harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang
disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.

Kesehatan dasar Basic six atau 6 Program pokok puskesmas yaitu :

1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit
4. Kesehatan keluarga dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan

1. PROMOSI KESEHATAN
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dalam berbagai tatanan dengan membuka jalur
komunikasi, menyediakan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
prilaku dengan melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk
mengenali, menjaga atau memelihara,meningkatkan dan melindungi kesehatannya.tujuannya untuk
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga  dan masyarakat dalam membina dan memelihara
prilaku sehat, serta berperan  sdalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Sasaran dari promosi kesehatan adalah :

1. Pelaksanaan posyandu dan pembinaan kader


2. Penyuluhan kesehatan
3. Prilaku hidup bersih dan sehat
4. Advokasi program dan program prioritas
5. Promosi kesehatan tentang narkoba
6. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
7. Pembinaan dana sehat

2. KESEHATAN LINGKUNGAN
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya paling besar terhadap
status kesehatan masyarakat di samping faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan prilaku. Bahaya
potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dan bersifat fisik, kimia dan biologi.

Sejalan dengan kebijaksanaan ‘ Paradigma Sehat ‘ yang mengutamakan upaya-upaya yang bersifat
promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan lingkungan sangat penting. Semua  kegiatan
kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat
berperan serta dalam pelaksanaannya harus mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai
pemeliharaan.

1. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat
agar dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat  keluarga dan masyarakat yang lebih baik.

Tujuan Khusus

1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikutsertaan sektor lain yang bersangkutan, serta
bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan pemukiman yang
berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam peningkatan kesehatan
lingkungan dan pemukimam yang
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sasaran sanitasi perumahan, kelompok
masyarakat, tempat pembuatan makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum.
6. Kegiatan

Kegiatan-kgiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas meliputi :

1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minumam
3. Pengawasan pembuangan kotoran manusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukimam
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi

3. PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

A.    Pengertian
1.    Penyakit Menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang beraasal dari sumber penularan
atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.

2.    Kejadian Luar Biasa (KLB)


Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan
kehebohan/ketakutan di kalangan masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya
peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadiankesakitan/kematian tersebut kepada kelompok
penduduk dalam kurun tertentu.

3.    Wabah Penyakit Menular


Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
mennnimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit yang mennular)

4.    Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M)


Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya :
a.    Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan di tempat
kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk rujukan.
b.    Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada KLB, DBD, Kaporisasi
pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.
c.    Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan , pengamatan/pemantauan (surveinlans ketat) dan
logistik.

5.    Program Pencegahan


Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain
dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
6.    Cara Penularan Penyakit Menular
Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu:
a.    Penularan secara kontak
b.    Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar
c.    Pennularan melalui vektor
d.    Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato.

7.    Surveilans Evidemiologi Penyakit Menular


Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan terhadap kesakitan/kematian dan
penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secar sistematik, terus menerus dengan tujuan
untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem kewaspadaan dini. Secara
singkat dapat dikatakan: Pengumpulan Data/Informasi Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance For
Action).
B.    Program Pemberantasan Penyakit Menular
a.    Program imunisasi
b.    Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
c.    Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
d.    Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan
pneumonia
e.    Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
f.    Program rabies
g.    Program Surveilans
h.    Pemberantasan P2B2 demam berdarah

4.KESEHATAN KELUARGA DAN REPRODUKSI


A.    Pengertian
Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtra dari suami istri, anak dan
anggota keluarga lainnya (UU RI no 23 th 1992)
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh. Bukan hanya bebas dari
penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya.(WHO)
B.    Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam mengatur biologik keluarga
termasuk fungsi reproduksinya serta berperan serta aktif dalam mencegah dan menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga serta meningkatkan kualitas hidup keluarga
Tujuan Khusus
1.    Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan masalah kesehatan
keluarga dan masalah reproduksi 
2.    Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi, manfaat dan
resiko dari: obat, alat, perawatan, tindakan serta kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat
3.    Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
4.    Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
5.    Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman
6.    Pencegahan dan penanganan engguguran kandungan yang tidak dikehendaki
7.    Pelayanan infertilitas
8.    Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia lanjut pada usia lanjut
penapisan masalah malignasi
C.    Kebijaksanaan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan Reproduksi Sesuai dengan
intervensi nasional penanggulangan masalah kesehatan reproduksi di indonesia berdasarkan rekomendasi
strategi regional WHO untuk negara-negara Asia Tenggara, maka kegiatan pelayanan reproduksi adalah:
1.    Kesehatan Ibu Dan Anak
2.    Kesehatan Anak Usia Sekolah
3.    Kesehatan Remaja, termasuk pencegahan serta penanganan PMS (Penyakit Menular akibat
Hubungan Seks, HIV/AIDS)
4.    Keluarga Berencana
5.    Kesehatan Usia Lanjut (Program Pengembangan Puskesmas)
D.    Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan program di wilayah kerja dinilai dari:
1.    Angka Kematian Bayi
2.    Angka Kematian Ibu
3.    Prosentase Ibu Hamil Yang Mempunyai Berat Badan Dan Tinggi Yang Normal
4.    Prosentase Ibu Hamil Dengan Anemia
5.    Prosentase Balita Dengan Berat Badan Dan Tinggi Sesuai Umur
    Kesehatan ibu dan anak
A.    Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam
menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan
perlindungan bayi, anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses tumbuh
kembang.
Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibbu dan anak dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari
1.    Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas
2.    Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah
B.    Tujuan
Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan berkualitas denagn partisipasi penuh pengguna jasa dan keluarganya dalam
mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak antar
kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman dalam lingkungan yang kondusif sehat, denagn asuhan
antenatal yang ade kuat, dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik.
Tujuan Khusus
a.    Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada ibu hamil termasuk KB berupa pelayanan
antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta perawatan bayi baru lahir.
b.    Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan neonatal serta merujuk ke
fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai kebutuhan
c.    Memantau cangkupan pelayanan kebidanan dasar dan penagganan kedaruratan kebidanan neonatal 
d.    Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
e.    Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam upaya KIA
f.    Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir yang meliputi usaha
pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat, menyusui dini dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata
laksana neonatal sakit
g.    Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra sekolah yang meliputi
perawatn bayi baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi
h.    Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang pada seluruh balita dan
anak pra sekolah yang melipui perkembangan motorik, kemampuan berbicara dan kognitif serta
sosialisasi dan kemandirian anak
i.    Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk
pelayanan pra rujukan dan tindak lanjutnya
C.    Sasaran
Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang tinggal dan beraada di wilayah kerja
Puskesmas serta yang berkunjung ke Puskesmas.
    Kesehatan Anak Usia Sekolah
A.    Pengertian
Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta
membentuk prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan perguruan agama
Anak usia sekolah (7-21 tahun) sesuai proses tumbuh kembang di bagi 3 subkelompok yaitu: 
a.    Pra- remaja    (7-9 tahun)
b.    Remaja    (10-19 tahun)
c.    Dewasa Muda    (20-21 tahun)
B.    Tujuan 
Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
Tujuan Khusus
a.    Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinssip hidup sehat serta
berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan sekolah, perguruan agama, di rumah tangga
maupun di lingkungan masyarakat
b.    Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalah gunaan narkotika dan
bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya
c.    Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi peserta didik ddik sekolah dan diluar
sekolah
d.    Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah
C.    Sasaran 
Masyarakat sekolah dari tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat pendidikan menengah termasuk
perguruan agama,beserta lingkungannya, serta perguruan tinggi (tingkat 1 dan 2)
    Kesehatan Remaja
A.    Pengertian
Adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian, pembimbingan dan pengendalian segala upaya
untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan peningkatan peran serta aktif remaja dalam perawatan
kesehatan diri dan kesehaatan keluarga, dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas ssektoral
B.    Tujuan 
Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan keluarga, guna membina
kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya
dalam pembangunan nasional
Tujuan Khusus
a.    Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan biologik yang terjadi pada dirinya
b.    Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja
c.    Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja
d.    Menurunnya angka kejadian Penyakit akibat hubungan seksual(PHS) di kalangan remaja 
e.    Meningkatnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan remaja. 
C.    Sasaran
Sasaran untuk wilayah Puskesmas
a.    Sasaran Remaja
i.    Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam institusi pendidikan formal dan non formal di
wilayah Puskesmas
ii.    Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam kelompok pekerja
iii.    Remaja berusia 10-19 tahun dalam kelompok masyarakat (Olahraga, Kesenian, PMI Remaja,
Pramuka, Karang Taruna)
b.    Sasaran Pembina Remaja
i.    Perkumpulan orang tua murid
ii.    Pimpinan/supervisor/pembimbing kegiatan remaja
iii.    Pimpinan kelompok pekerja/industri yang beranggotakan remaja
c.    Sasaran Pengelola Kegiatan
i.    Pimpinan pengelola program/upaya pelayanan kesehatana.
ii.    Petugas Pelayanan Kesehatan
    Keluarga Berencana
A.    Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia
subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan pasangan usia subur dan
keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan
guna menurunkan angka kelahiran nasional
B.    Tujuan
Tujuan Umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna jasa pelayanan dan keluarganya
dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur mempunya kesempatan yang terbaik dalam
mengatur jumlah, waktu dan jarak antar kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga
kecil, bahagia dan sejahtra.
Tujuan Khusus
a.    Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada pasangan usia subur dan
keluarganya
b.    Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan metode kontrasepsi serta
merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai dengan kebutuhan
c.    Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda kontrasepsi
d.    Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
e.    Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam upaya KB
f.    Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia subur, serta anggota
keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan fungsi reproduksinya
g.    Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas dan merunjuk ke fasilitas
rujukan primer sesuai dengan kebutuhan 
h.    Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang berobat ke fasilitas rawat
jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan lanjutnya
C.    Sasaran
a.    Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b.    Calon pasangan usia subur
c.    Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d.    Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e.    WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase intervensi pelayanan KB.

5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


A.    Pengertian
Adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan
terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat
B.    Program
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi: 
1.    Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
2.    Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
3.    Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari:
a.    Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
b.    Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
c.    Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi  Protein (KEP) Dan Kurang Energi Kronis
(KEK)
d.    Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
e.    Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain
f.    Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
4.    Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)
C.    Tujuan
Tujuan Umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
Tujuan Khusus
1.    Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai denagn gizi seimbang
2.    Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari berbagai institusi
pemerintahan serta swasta
3.    Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas Puskesmas lainnya dalam
merencanakan, melaksanakan, membina, memantau dan mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
4.    Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga terhadap pencegahan dan
penanggulangan masalah kelainan gizi
5.    Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan tersedianya informasi situasi
pangan dan gizi.
D.    Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko menderita kelainan gizi antara
lain:
1.    Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
2.    Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan
usia lanjut (usila)
3.    Semua penduduk rawan gizi (endemik)
4.    Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
5.    Pekerja penghasilan rendah.

6.    Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan


1.    Pelayanan Medik Rawat Jalan
A.    Pengertian
Adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan (dokter) baik secara sendiri ataupun
atas koordinasi bersama dengan sesama profesi maupun pelaksana penunjang pelayanan kesehatan lain
sesuai dengan wewenangnya, untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang
ditemukan dari pengguna jasa pelayanan kesehatan, dengan tidak memandang umur dan jenis kelamin,
yang dapat diselenggarakan pada ruang praktek.
B.    Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa dan keluarganya yang partisipatif,
sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif
secara sosial dan ekonomi dengan baik
Tujuan Khusus
a.    Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengatasi masalah kesehatannya sendiri, trutama melalui peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan
penyakit
b.    Meningkatkan kesehatan ‘pengguna jasa pelayanan, dan komunikasi yang dilayani oleh Puskesmas
c.    Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan partisipasi keluarga terhadap
perawatan untuk:
i.    Mengurangi penderitaan karena sakit
ii.    Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
iii.    Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan sosial
d.    Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
C.    Sasaran
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan Puskesmas adalah semua anggota masyarakat
dengan tidak memandang umur, dan tidak membedakan strata sosial.
2.    Pelayanan Kedaruratan Medik
A.    Pengertian
Adalah pelayanan medik terdepan yang merupakan penatalaksanaan kecelakaan dan keadaan kedaruratan
medik berkenaan dengan perubahan keadaan baik fisiologik, anatomik dan mental psikologikal dari
pengguna jasa pelayanan, yang terjadi mendadak, yang tindakan mengatasinya harus segera dilaksanakan
di mulai dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan medik untuk menyelamatkan kehidupan.
B.    Tujuan
Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan pertolongan medik segera
dengan menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan untuk mengambil fungsi vital tubbuh serta
meringankan penderitaaan dari pengguna pelayanan.
C.    Prinsip Kerja
Pelayanan kedaruratan medik mempunyai prinsip-prinsip kerja khusus yang harus dilaksanakan, yaitu:
a.    Pertolongan harus cepat dan tepat
b.    Pertolongan harus memenuhi standar pelayanan tingkat primer, yaitu :
i.    Menstabilkan kondisi medik untuk evakuasi ke tempat rujukan
ii.    Memperbaiki jalan nafas dan pernafasan spontan, agar terjaminnya oksigenasi yang adekuat ke
seluruh tubuh terutama otak
iii.    Memperbaiki sirkulasi darah
iv.    Menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri
v.    Melakukan tindakan invasif medik yang diperlukan
c.    Memberikan informed consent kepada keluarga penderita
3.    Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
A.    Pengertian
Adalah pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan medik ataupun kesehatan
yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, yang dilaksanakan sendiri atau bersama menurut
fungsinya masing-masing, gguna mengantisifasi proses penyakit gigi dan mulut dan permasalahannya
secara keseluruhan, yang dapat dilaksanakan dalam prosedur pelayanan di kamar praktek dan dengan
pembinaan kesehatan wilayah setempat.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi:
a.    Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi dengan program-program lain di
Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi esensial yang terbanyak di butuhkan oleh masyarakat dengan
mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahan penyakit gigi.
b.    Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan khusus, tindakan, pengobatan dan
pemulihan masalah kesehatan gigi dan mulut serta pelayanan asuhan sistemik kesehatan gigi dan mulut.
B.    Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkannya partisipasi anggota masyarakat dan
keluarganya untuk bersama-sama mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat
yang optimal
Tujuan Khusus
a.    Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam kemampuan pemeliharaan diri di
bilang kesehatan gigi dan mulut dalam mencari pertolongan sedini mungkin
b.    Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan, keluarga dan komunikasinya
c.    Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang berkualitas serta melibatkan partisipasi
keluarga terhadap perawatan untuk:
i.    Menghentikan perjalanan penyakit gigi dan mulut yang diderita
ii.    Terhindarnya/berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan gigi dan mulut
iii.    Mengurangi penderita karena sakit
iv.    Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
v.    Memulihkan kesehatan gigi dan mulut
d.    Menurunnya prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat terutama pada
kelompok masyarakat yang rawan
C.    Sasaran
Kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu:
a.    Anak sekolah dasar (upaya kesehatan gigi sekolah)
b.    kelompok ibu hamil dan menyusui
c.    Anak pra sekolah
d.    Kelompok masyarakat lain berpenghasilam rendah
e.    Lansia

3. Problem solving masalah karies


4.Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi
tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam
bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220). Sedangkan menurut pengertian istilah
“evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan”
(Yunanda : 2009).

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang
bervariatif oleh para pakar evaluasi.
Menurut Stufflebeam dalam Lababa (2008), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and
providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan. Masih dalam Lababa (2008), Worthen dan Sanders mendefenisikan “evaluasi
sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga (worth).

Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif
prosedur tertentu”. Tague-Sutclife (1996 : 1-3), mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of
determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar
menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai
sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.

Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah
yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan
keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program. Evaluasi meliputi mengukur dan menilai
yang digunakan dalam rangka
pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan.

Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria
tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti
menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang
berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya dan
penilaian bersifat kualitatif.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2009 : 3) bahwa mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua
langkah tersebut di atas.

Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto dan Cepi (2008 : 2), bahwa:Evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama
evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Sedangkan
Uzer (2003 : 120), mengatakan bahwa: Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk
memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan
alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka
alternatifalternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan
pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan. Menurut Djaali
dan Pudji (2008 : 1), evaluasi dapat juga diartikan sebagai “proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria
atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek
yang dievaluasi”.
Sedangkan Ahmad (2007 : 133), mengatakan bahwa “evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk
menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek, dan lain-
lain.) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian”. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara
membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat
pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan
kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai
tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
Crawford (2000 : 13), mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah
suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang
telah ditentukan.

Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat ditarik
benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat
dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua
konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. “Efektifitas merupakan perbandingan
antara output dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan
output lewat suatu proses” (Sudharsono dalam Lababa, 2008). Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru
dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang
manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah
sesuai dengan keinginannya semula.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut
Arikunto (2002 : 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-
masing komponen.

Menurut Crawford (2000 ; 30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah : 1. Untuk mengetahui apakah
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan. 2. Untuk memberikan objektivitas
pengamatan terhadap prilaku hasil. 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. 4.
untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah
untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang
diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang
sistematis.

3. Teknik Evaluasi

Untuk membuat sebuah keputusan yang merupakan tujuan akhir dari proses evaluasi diperlukan data yang
akurat. Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan teknik dan instrumen yang valid dan reliabel.
Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes
(alternative test). Hisyam Zaini, dkk. dalam Qomari (2008 : 8), mengelompokkan tes sebagai berikut: a.
Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif
adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak
berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa option
untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar. Tes subjektif adalah tes
yang diskor dengan memasukkan penilaian (judgement) dari korektor tes. Jenis tes ini antara lain: tes esai,
lisan. b. Menurut ragamnya; tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (restricted essay), dan tes
esai bebas (extended essay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: tes
benarsalah (true-false), tes menjodohkan (matching), dan tes pilihan ganda (multiple choice). Teknik
nontes dalam evaluasi banyak macamnya, beberapa di antaranya adalah: angket (questionaire),
wawancara (interview), pengamatan (observation), skala bertingkat (rating scale), sosiometri, paper,
portofolio, kehadiran (presence), penyajian
(presentation), partisipasi (participation), riwayat hidup, dan sebagainya.

4. Standar Evaluasi

Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama
(Umar, 2002 : 40), yaitu;

a. Utility (manfaat)

Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas
program yang sedang berjalan.

b. Accuracy (akurat)

Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan


tinggi.
c. Feasibility(layak)

Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.

5. Model Evaluasi

Ada beberapa model yang dapat dicapai dalam melakukan evaluasi (Umar,
2002 : 41-42), yaitu :
a. Sistem assessment

Yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem.
Evaluasi dengan menggunakan model ini dapat menghasilkan informasi mengenai posisi
terakhir dari sauatu elemen program yang tengah diselesaikan.
b. Program planning

Yaitu evalusi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang
mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhannya.
c. Program implementation

Yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada
kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan.

d. Program Improvement

Yaitu evaluasi orang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi,


bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisispasi masalah-masalah yang mungkin
dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.

e. Program Certification

Yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai atau manfaat program. Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat beberapa perbedaan antara
model-model evaluasi, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu
mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi
pengambil kebijakan.

6. Pendekatan-pendekatan terhadap Evaluasi

Evaluasi memiliki tujuan-tujuan alternatif dan tujuan-tujuan tersebut mempengaruhi evaluasi suatu
program atau kegiatan. Mengenal pandangan-pandangan yang beraneka ragam dan mengetahui bahwa
tidak semua evaluator setuju pada pendekatan tersebut dalam melakukan evaluasi suatu program/kegiatan
adalah penting. Ada beberapa pendekatan umum dalam melakukan evaluasi yaitu :
a. Pendekatan pertama adalah objective-oriented approach.

Fokus pada pendekatan ini hanya tertuju kepada tujuan


program/proyek dan seberapa jauh tujuan itu tercapai. Pendekatan ini membutuhkan kontak
intensif dengan pelaksana program/proyek yang bersangkutan.

b. Pendekatan kedua adalah pendekatan three-dimensional cube atau

Hammond’s evaluation approach.

Pendekatan Hammond melihat dari tiga dimensi yaitu instruction (karateristik pelaksanaan,
isi, topik, metode, fasilitas, dan organisasi program/proyek), institution (karakteristik
individual peserta, instruktur, administrasi sekolah/kampus/organisasi), dan behavioral
objective (tujuan program itu sendiri, sesuai dengan taksonomi Bloom, meliputi tujuan
kognitif, afektif dan psikomotor)

c. Pendekatan ketiga adalah management-oriented approach. Fokus dari pendekatan ini adalah

sistem (dengan model CIPP: contextinput-proses-product). Karena pendekatan ini melihat

program/proyek sebagai suatu sistem sehingga jika tujuan program tidak tercapai, bisa dilihat

di proses bagian mana yang perlu ditingkatkan.

d. Pendekatan keempat adalah goal-free evaluation.

Berbeda dengan tiga pendekatan di atas, pendekatan ini tidak berfokus kepada tujuan atau
pelaksanaan program/proyek, melainkan berfokus pada efek sampingnya, bukan kepada
apakah tujuan yang diinginkan dari pelaksana program/proyek terlaksana atau tidak. Evaluasi
ini biasanya dilaksanakan oleh evaluator eksternal.

e. Pendekatan kelima adalah consumer-oriented approach.

Dalam pendekatan ini yang dinilai adalah kegunaan materi seperti software, buku, silabus.
Mirip dengan pendekatan kepuasan konsumen di ilmu Pemasaran, pendekatan ini menilai
apakah materi yang digunakan sesuai dengan penggunanya, atau apakah diperlukan dan
penting untuk program/proyek yang dituju. Selain itu, juga dievaluasi apakah materi yang
dievaluasi di-follow-up dan cost effective.

f. Pendekatan keenam adalah expertise-oriented approach. Dalam pendekatan ini, evaluasi

dilaksanakan secara formal atau informal, dalam artian jadwal dispesifikasikan atau tidak

dispesifikasikan, standar penilaian dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. Proses evaluasi

bisa dilakukan oleh individu atau kelompok. Pendekatan ini merupakan pendekatan tertua di
mana evaluator secara subyektif menilai kegunaan suatu program/proyek, karena itu disebut

subjective professional judgement.

g. Pendekatan ketujuh adalah adversary-oriented approach. Dalam pendekatan ini, ada dua

pihak evaluator yang masing-masing menunjukkan sisi baik dan buruk, disamping ada juri

yang menentukan argumen evaluator mana yang diterima. Untuk melakukan pendekatan ini,

evaluator harus tidak memihak, meminimalkan bias individu dan mempertahankan

pandangan yang seimbang.

h. Pendekatan terakhir adalah naturalistic & participatory approach. Pelaksana evaluasi

dengan pendekatan ini bisa para stakeholder. Hasil dari evaluasi ini beragam, sangat

deskriptif dan induktif. Evaluasi ini menggunakan data beragam dari berbagai sumber dan

tidak ada standar rencana evaluasi. Kekurangan dari pendekatan evaluasi ini adalah hasilnya

tergantung siapa yang menilai (Salehudin, 2009 : 5-7). Berbagai pendekatan

untuk mengevaluasi suatu program atau proyek diterapkan untuk mendapatkan keefektifan

dan keefisienan program atau proyek tersebut baik secara internal yaitu pihak pengembang

atau pengelola, maupun secara eksternal yaitu pengguna. Bentuk-bentuk pendekatan evaluasi

yang telah ada harus terus dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pengguna sebagai

tujuan utama suatu program dijalankan.

Tahap evaluasi
• Menentukan apa yang akan dievaluasi. umumnya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah
hal-hal yang menjadi key-success factors-nya
• Merancang (desain) kegiatan evaluasi. tentukan desain evaluasi agar data apa saja yang
dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa saja yang dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta apa
saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
• Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat
dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
• Pengolahan dan analisis data. data diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan
menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat
dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara Fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan gap.
Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.
• Pelaporan hasil evaluasi. hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis
evaluasi ini sendiri memiliki dua jenis yang berbeda. Yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Berikut pembahasan tentang kedua evaluasi tersebut:

1.Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah suatu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai selama
dilaksanakannya suatu kegiatan atau program kerja. Umumnya, waktu pelaksanaan evaluasi ini
dilaksanakan secara rutin perbulan atau per tahun.

Sesuai dengan keperluan informasi hasil penilaian. Manfaatnya, memberikan umpan balik kepada
manajer program terkait kemajuan hasil yang telah dicapai serta hambatan-hambatan apa saja yang
dihadapi selama berlangsungnya suatu kegiatan atau program kerja tersebut.

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah suatu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai selama
dilaksanakannya suatu kegiatan atau program kerja, secara keseluruhan dari awal sampai akhir
kegiatan.

Waktu pelaksanaan hasil evaluasi ini sendiri diadakan pada saat akhir kegiatan sesuai dengan jangka
waktu yang ditetapkan oleh suatu kegiatan atau program kerja.

Anda mungkin juga menyukai