MANAJEMEN PUSKESMAS
A. TUJUAN
B. PRINSIP
Manajemen Puskesmas
Adalah kegiatan pengelolaan puskesmas yang meliputi semua rangkaian kegiatan mulai dari :
Penjelasan
A. Perencanaan Puskesmas ( P1 )
Merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah
kesehatan setempat.
Dalam pelaksanaannya sangat memerlukan kekhususan, daerah-daerah yang tertinggal atau
terisolasi berbeda dengan daerah-daerah atau desa-desa yang maju, baik tahapan-tahapannya
maupun target-target pencapaiannya, tetapi harus punya sasaran dan indikator yang jelas,
sehingga dalam kurun waktu tertentu bisa mendapatkan hasil yang sama dengan desa-desa yang
lebih maju dan keberhasilannya mungkin lebih singkat.
Perencanaan program kesehatan masyarakat di tingkat Puskesmas sebaiknya berbeda antara satu
desa dengan desa lainnya, terutama yang di wilayahnya memiliki desa-desa terisolir atau
tertinggal jangan di generalisir dengan desa-desa lainnya.
Tujuan khusus :
- Dapat disusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk tahun berikutnya
o Upaya Kesehatan Puskesmas Wajib
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat ‘mutlak
perlu’ yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta
mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan
puskesmas bersifat holistic, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.
Misi ini berkaitan erat dengan program yang dilaksanakan puskesmas.
Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus dilaksanakn
oleh tiap puskesmas, yang dikemas dalam ‘basic six’ yaitu :
1. Upaya kesehatan ibu, anak & kb
2. Upaya promosi kesehatan
3. Upaya kesehatan lingkungan
4. Upaya perbaikan gizi
5. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan dasar
- Dapat disusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) untuk tahun yang berjalan
o Upaya Kes Pusk Wajib
o Upaya Kes Pusk Pengembangan
Penghambat
a. Kelemahan dari dalam organisasi
i. Kemampuan petugas tidak merata
ii. Perbandingan antara tenaga manajemen dengan tenaga teknis tidak seimbang
iii. Petugas tidak cenderung kepada penggerakkan masyarakat, tetapi cenderung
pelayanan pasif
iv. Perkembangan masalah kesehatan yang cepat
b. Tantangan dari luar organisasi
i. Tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah
ii. Masalah kesehatan kurang dipahami oleh pengambil kebijakan di luar
kesehatan dan masyarakat
iii. Pemberian informasi kepada masyarakat kurang
iv. Adanya kepentingan baik politik maupun komunitas sosial yang tidak
menguntungkan
5. Merumuskan kegiatan yang harus dilaksanakan
Setelah kita kaji semua langkah di atas maka kita tinggal merumuskan kegiatan yang akan
dilaksanakan dan menyusun tahap pelaksanaannya
B. Penggerakan, Pelaksanaan, berbentuk Minilokakarya puskesmas (P2)
Pengorganisasian
Merupakan langkah kegiatan pertama untuk menentukan : personil, biaya, tugas dan wewenang,
waktu kegiatan, sasaran, sarana dan prasarana, pencatatan dan pelaporan. Seluruh hal yang
berkaitan dengan pengorganisasian harus disepakati bersama dan dibuat tertulis serta disesuaikan
dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pelaksanaan Pengorganisasian
Merupakan pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh organisasi atau
tim yang telah dibentuk, meliputi :
1. Upaya kesehatan masyarakat
2. Pencatatan dan pelaporan
3. Keterlibatan lintas sektoral dan program
4. Pengelolaan keuangan
5. Pengelolaan obat
6. Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
Lokakarya mini
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, upaya kesehatan diselenggarakan melalui upaya
kesehatan Puskesmas, peran serta masyarakat, dan rujukan upaya kesehatan. Puskesmas mempunyai
fungsi sebagai pusat pengembangan peran serata masyarakat, pusat pembinaan kesehatan masyarakat
dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam rangka membina petugas Puskesmas untuk
bekerjasama dalam tim sehingga dapat melaksanakan fungsi Puskesmas dengan baik, telah
dikembangkan Lokakarya Mini Puskesmas.
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan suatu pertemuan antar petugas Puskesmas dan petugas
Puskesmas dengan sektor terkait (lintas sektoral) untuk meningkatkan kerjasama tim, memantau
cakupan pelayanan Puskesmas serta membina peran serta masyarakat secara terpadu agar dapat
meningkatkan fungsi Puskesmas. Ditinjau dari fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (P1),
Penggerakan Pelaksanaan (P2) dan Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3) maka Lokakarya Mini
Puskesmas merupakan penerapan Penggerakan, Pelaksanaan (P2).
Adapun tujuan dilakukannya lokakarya mini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggerakan pelaksanaan Puskesmas,
bekerjasama dalam tim dan membia kerja sama lintas program serta lintas sektoral,
2. Tujuan Khusus
a) Tergalangnya kerjasama dalam tim antar tenaga Puskesmas dan pelaksana
b) Terselenggaranya lokakarya bulanan antar tenaga Puskesmas dalam rangka
pemantauan hasil kerja tenaga Puskesmas dengan cara membandingkan rencana
kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta
teersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
c) Tergalangnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka pembinaan dan
pengembangan peran serta masyarakat secara terpadu.
d) Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam ranngka mengkaji
kegiatan kerjasama lintas sektoral dan tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya. Manfaatnya adalah mengevaluasi kegiatan yang telah dilakuakan
pada bulan lalu dan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan.
a. Tujuan umum :
b. Tujuan khusus :
a) Masukan
c) Keluaran :
Merupakan tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama. Lokakarya
bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan PoA puskesmas
yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Pelaksanaan lokakarya bulanan rutin
puskesmas senagai berikut :
a) Masukan :
b) Proses :
c) Keluaran :
Lokakarya mini tribulan ini dilakukan sebagai pemantau pelaksanaan kerjasama lintas
sektoral. Tujuan dari pelaksanaan ini dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
a. Dibahas dan dipecahkan masalah dan hambatan lintas sektoral yang dihadapi
b. Dirumuskannya rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk tribulan yang
akan datang.
a. Masukan :
b. Proses :
c. Keluaran :
a. Masukan :
b. Proses :
2) Kesepakatan bersama
Penilaian kinerja dilakukan setahun sekali melalui alat atau instrumen yang telah ditentukan ( Mawas
diri ), awalnya disebut Stratifikasi Puskesmas
a. pengertian penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja /
prestasi Puskesmas.
Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai instrumen mawas diri
karena setiap Puskesmas melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian meliputi
hasil pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu pelayanan (khusus bagi
Puskesmas yang telah mengembangkan mutu pelayanan) atas perhitungan seluruh Puskesmas.
Berdasarkan hasil verifikasi, dinas kesehatan kabupaten / kota bersama Puskesmas dapat
menetapkan Puskesmas kedalam kelompok (I,II,III) sesuai dengan pencapaian kinerjanya.Pada
setiap kelompok tersebut, dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melakukan analisa tingkat
kinerja Puskesmas berdasarkan rincian nilainya, sehingga urutan pencapian kinerjanya dapat
diketahui, serta dapat dilakukan pembinaan secara lebih mendalam dan terfokus.
b. tujuan penilaian kinerja puskesmas
a. Tujuan Umum
Tercapainya tingkat kinerja Puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam mendukung
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan kabupaten / kota.
b. Tujuan Khusus
5) Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta
manajemen Puskesmas pada akhir tahun kegiatan.
6) Mengetahui tingkat kinerja puskesmas pada akhir tahun berdasarkan urutan peringkat
kategori kelompok Puskesmas.
7) Mendapatkan informasi analisis kinerja Puskesmas dan bahan masukan dalam
penyusunan rencana kegiatan Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk tahun
yang akan datang.
c. Manfaat penilaian kinerja puskesmas
1) Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) kunjungan dibandingkan dengan
target yang harus dicapai.
2) Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan
latar belakang serta hambatan masalah kesehatan di wilayah kerjanya berdasarkan adanya
kesenjangan pencapaian kinerja Puskesmas (out put dan out come)
3) Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan tingkat urgensi suatu
kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang berdasarkan
prioritasnya.
4) Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan sumber
daya Puskesmas dan urgensi pembinaa
d. Ruang lingkup penilaian kinerja puskesmas
Ruang lingkup kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil pelaksanaan
pelayanan kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan. Penilaian terhadap kegiatan
upaya kesehatan wajib Puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat kabupaten/kota dan kegiatan
upaya kesehatan pengembangan dalam rangka penerapan ketiga fungsi Puskesmas yang
diselenggarakan melalui pendekatan kesehatan masyarakat, dengan tetap mengacu pada
kebijakan dan strategi untuk mewujudkan visi “ Indonesia Sehat”
PEMBERIAN TABLET Fe
Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi. Suplemen ini biasanya
diberikan pada golongan rawan kurang zat besi, yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur, dan ibu
hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhannya akan
zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makanan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan
tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut
adalah :
1. Meningkatnya konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber hewani
(hem iron) yang mudah diserap seperti hati, ikan, daging selain itu perlu ditingkatkan
juga, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A (buah-buahan dan
sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.
2. Fortifikasi bahan makanan, yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A, dan
asam amino esensial pada baham makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok
sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan yang
mengandung zat besi, dianjurkan mambaca label pada kemasannya.
3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk
meningkatkan kadar Hb secara tepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya
merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang besi yang perlu
diikuti dengan cara lainnya.
Suplementasi tablet zat besi adalah adalah pemberian zat besi folat yang berbentuk tablet, tiap tablet 60
mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat, yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk
mengatasi masalah anemia gizi besi Pemberian suplementasi zat besi menguntungkan karena dapat
memperbaiki status hemoglobin dalam tubuh waktu relatif singkat. Sampai sekarang cara ini masih
merupakan salah satu cara yang dilakukan pada ibu hamil dan kelompok yang berisiko tinggi lainnya,
seperti anak balita, anak sekolah dan pekerja. Di Indonesia, pil besi yang digunakan dalam suplementasi
zat besi adalah “Ferrous Sulfur”, senyawa ini digolong murah dan dapat di absorbsi sampai 20%.
Dosis dan Cara Pemberian Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil
Tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu:
- Dosis pencegahan, diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb, yaitu sehari 1 tablet (60 mg
besi elemental dan 0.25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilan mulai
pemberian pada waktu pertama kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya (K1).
- Dosis pengobatan, diberikan pada sasaran (Hb dari batas ambang) yaitu bila kadar Hb 11 gr%
pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilan .
2.PROGRAM PUSKESMAS
6 Program Pokok Puskesmas
Definisi Puskesmas
Menurut Depkes 1991 “ Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.
Fungsi Puskesmas
1. Pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan pemberdayaan.
2. Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan.
3. Pusat pelayanan tingkat pertama.
Peran Puskesmas
Lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil dalam hal pengorganisasian
masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri
Tujuan Puskesmas
Pembangunan masyarakat yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional yakni peningkatan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat
bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Tugas Puskesmas
Bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah sebagai pusat
pelayanan kesehatan srata pertama yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya
kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.
Jenis pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan
wajib harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang
disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit
4. Kesehatan keluarga dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
1. PROMOSI KESEHATAN
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dalam berbagai tatanan dengan membuka jalur
komunikasi, menyediakan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
prilaku dengan melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk
mengenali, menjaga atau memelihara,meningkatkan dan melindungi kesehatannya.tujuannya untuk
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara
prilaku sehat, serta berperan sdalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
2. KESEHATAN LINGKUNGAN
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya paling besar terhadap
status kesehatan masyarakat di samping faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan prilaku. Bahaya
potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dan bersifat fisik, kimia dan biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaan ‘ Paradigma Sehat ‘ yang mengutamakan upaya-upaya yang bersifat
promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan lingkungan sangat penting. Semua kegiatan
kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat
berperan serta dalam pelaksanaannya harus mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai
pemeliharaan.
1. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat
agar dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikutsertaan sektor lain yang bersangkutan, serta
bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan pemukiman yang
berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam peningkatan kesehatan
lingkungan dan pemukimam yang
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sasaran sanitasi perumahan, kelompok
masyarakat, tempat pembuatan makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum.
6. Kegiatan
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minumam
3. Pengawasan pembuangan kotoran manusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukimam
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi
A. Pengertian
1. Penyakit Menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang beraasal dari sumber penularan
atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi
tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam
bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220). Sedangkan menurut pengertian istilah
“evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan”
(Yunanda : 2009).
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang
bervariatif oleh para pakar evaluasi.
Menurut Stufflebeam dalam Lababa (2008), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and
providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan. Masih dalam Lababa (2008), Worthen dan Sanders mendefenisikan “evaluasi
sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga (worth).
Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif
prosedur tertentu”. Tague-Sutclife (1996 : 1-3), mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of
determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar
menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai
sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.
Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah
yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan
keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program. Evaluasi meliputi mengukur dan menilai
yang digunakan dalam rangka
pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan.
Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria
tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti
menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang
berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya dan
penilaian bersifat kualitatif.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2009 : 3) bahwa mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua
langkah tersebut di atas.
Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto dan Cepi (2008 : 2), bahwa:Evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama
evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Sedangkan
Uzer (2003 : 120), mengatakan bahwa: Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk
memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan
alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka
alternatifalternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan
pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan. Menurut Djaali
dan Pudji (2008 : 1), evaluasi dapat juga diartikan sebagai “proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria
atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek
yang dievaluasi”.
Sedangkan Ahmad (2007 : 133), mengatakan bahwa “evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk
menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek, dan lain-
lain.) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian”. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara
membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat
pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan
kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai
tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
Crawford (2000 : 13), mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah
suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang
telah ditentukan.
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat ditarik
benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat
dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua
konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. “Efektifitas merupakan perbandingan
antara output dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan
output lewat suatu proses” (Sudharsono dalam Lababa, 2008). Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru
dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang
manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah
sesuai dengan keinginannya semula.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut
Arikunto (2002 : 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-
masing komponen.
Menurut Crawford (2000 ; 30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah : 1. Untuk mengetahui apakah
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan. 2. Untuk memberikan objektivitas
pengamatan terhadap prilaku hasil. 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. 4.
untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah
untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang
diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang
sistematis.
3. Teknik Evaluasi
Untuk membuat sebuah keputusan yang merupakan tujuan akhir dari proses evaluasi diperlukan data yang
akurat. Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan teknik dan instrumen yang valid dan reliabel.
Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes
(alternative test). Hisyam Zaini, dkk. dalam Qomari (2008 : 8), mengelompokkan tes sebagai berikut: a.
Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif
adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak
berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa option
untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar. Tes subjektif adalah tes
yang diskor dengan memasukkan penilaian (judgement) dari korektor tes. Jenis tes ini antara lain: tes esai,
lisan. b. Menurut ragamnya; tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (restricted essay), dan tes
esai bebas (extended essay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: tes
benarsalah (true-false), tes menjodohkan (matching), dan tes pilihan ganda (multiple choice). Teknik
nontes dalam evaluasi banyak macamnya, beberapa di antaranya adalah: angket (questionaire),
wawancara (interview), pengamatan (observation), skala bertingkat (rating scale), sosiometri, paper,
portofolio, kehadiran (presence), penyajian
(presentation), partisipasi (participation), riwayat hidup, dan sebagainya.
4. Standar Evaluasi
Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama
(Umar, 2002 : 40), yaitu;
a. Utility (manfaat)
Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas
program yang sedang berjalan.
b. Accuracy (akurat)
5. Model Evaluasi
Ada beberapa model yang dapat dicapai dalam melakukan evaluasi (Umar,
2002 : 41-42), yaitu :
a. Sistem assessment
Yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem.
Evaluasi dengan menggunakan model ini dapat menghasilkan informasi mengenai posisi
terakhir dari sauatu elemen program yang tengah diselesaikan.
b. Program planning
Yaitu evalusi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang
mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhannya.
c. Program implementation
Yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada
kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan.
d. Program Improvement
e. Program Certification
Yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai atau manfaat program. Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat beberapa perbedaan antara
model-model evaluasi, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu
mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi
pengambil kebijakan.
Evaluasi memiliki tujuan-tujuan alternatif dan tujuan-tujuan tersebut mempengaruhi evaluasi suatu
program atau kegiatan. Mengenal pandangan-pandangan yang beraneka ragam dan mengetahui bahwa
tidak semua evaluator setuju pada pendekatan tersebut dalam melakukan evaluasi suatu program/kegiatan
adalah penting. Ada beberapa pendekatan umum dalam melakukan evaluasi yaitu :
a. Pendekatan pertama adalah objective-oriented approach.
Pendekatan Hammond melihat dari tiga dimensi yaitu instruction (karateristik pelaksanaan,
isi, topik, metode, fasilitas, dan organisasi program/proyek), institution (karakteristik
individual peserta, instruktur, administrasi sekolah/kampus/organisasi), dan behavioral
objective (tujuan program itu sendiri, sesuai dengan taksonomi Bloom, meliputi tujuan
kognitif, afektif dan psikomotor)
c. Pendekatan ketiga adalah management-oriented approach. Fokus dari pendekatan ini adalah
program/proyek sebagai suatu sistem sehingga jika tujuan program tidak tercapai, bisa dilihat
Berbeda dengan tiga pendekatan di atas, pendekatan ini tidak berfokus kepada tujuan atau
pelaksanaan program/proyek, melainkan berfokus pada efek sampingnya, bukan kepada
apakah tujuan yang diinginkan dari pelaksana program/proyek terlaksana atau tidak. Evaluasi
ini biasanya dilaksanakan oleh evaluator eksternal.
Dalam pendekatan ini yang dinilai adalah kegunaan materi seperti software, buku, silabus.
Mirip dengan pendekatan kepuasan konsumen di ilmu Pemasaran, pendekatan ini menilai
apakah materi yang digunakan sesuai dengan penggunanya, atau apakah diperlukan dan
penting untuk program/proyek yang dituju. Selain itu, juga dievaluasi apakah materi yang
dievaluasi di-follow-up dan cost effective.
dilaksanakan secara formal atau informal, dalam artian jadwal dispesifikasikan atau tidak
bisa dilakukan oleh individu atau kelompok. Pendekatan ini merupakan pendekatan tertua di
mana evaluator secara subyektif menilai kegunaan suatu program/proyek, karena itu disebut
g. Pendekatan ketujuh adalah adversary-oriented approach. Dalam pendekatan ini, ada dua
pihak evaluator yang masing-masing menunjukkan sisi baik dan buruk, disamping ada juri
yang menentukan argumen evaluator mana yang diterima. Untuk melakukan pendekatan ini,
dengan pendekatan ini bisa para stakeholder. Hasil dari evaluasi ini beragam, sangat
deskriptif dan induktif. Evaluasi ini menggunakan data beragam dari berbagai sumber dan
tidak ada standar rencana evaluasi. Kekurangan dari pendekatan evaluasi ini adalah hasilnya
untuk mengevaluasi suatu program atau proyek diterapkan untuk mendapatkan keefektifan
dan keefisienan program atau proyek tersebut baik secara internal yaitu pihak pengembang
atau pengelola, maupun secara eksternal yaitu pengguna. Bentuk-bentuk pendekatan evaluasi
yang telah ada harus terus dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pengguna sebagai
Tahap evaluasi
• Menentukan apa yang akan dievaluasi. umumnya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah
hal-hal yang menjadi key-success factors-nya
• Merancang (desain) kegiatan evaluasi. tentukan desain evaluasi agar data apa saja yang
dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa saja yang dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta apa
saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
• Pengumpulan data. Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data dapat
dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku dan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
• Pengolahan dan analisis data. data diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan
menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat
dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara Fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan gap.
Besar gap akan disesuaikan dengan tolok ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.
• Pelaporan hasil evaluasi. hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis
evaluasi ini sendiri memiliki dua jenis yang berbeda. Yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Berikut pembahasan tentang kedua evaluasi tersebut:
1.Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah suatu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai selama
dilaksanakannya suatu kegiatan atau program kerja. Umumnya, waktu pelaksanaan evaluasi ini
dilaksanakan secara rutin perbulan atau per tahun.
Sesuai dengan keperluan informasi hasil penilaian. Manfaatnya, memberikan umpan balik kepada
manajer program terkait kemajuan hasil yang telah dicapai serta hambatan-hambatan apa saja yang
dihadapi selama berlangsungnya suatu kegiatan atau program kerja tersebut.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah suatu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai selama
dilaksanakannya suatu kegiatan atau program kerja, secara keseluruhan dari awal sampai akhir
kegiatan.
Waktu pelaksanaan hasil evaluasi ini sendiri diadakan pada saat akhir kegiatan sesuai dengan jangka
waktu yang ditetapkan oleh suatu kegiatan atau program kerja.