Disusun Oleh :
Kelas , Kelompok
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Makalah Fitokimia I yang berjudul “Flavonoid Golongan Isoflavon” ini
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Munawarohthus Sholikha, M.Si, selaku dosen
pengampu atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk membuat makalah ini. kami
juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah berkontribusi
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran dari para pembaca semua sangat kami harapkan demi perbaikan berkelanjutan dari
Akhir kata, semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
ii
2.8 Isolasi.................................................................................................................... 19
2.9 Efek Farmakologis .............................................................................................. 23
3.2 Saran........................................................................................................................ 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan berpuluh-puluh ribu tumbuhan yang
banyak dibudidayakan sebagai tumbuhan pangan, industri, tanaman obat, dan banyak lagi
lainnya. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal berbagai macam
tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Tanaman yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional.
Sebagai tanaman obat, kegunaannya pun tidak terbatas dan menghasilkan zat yang
Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah satu
target para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas biologi
Flavonoid dalam bidang pengobatan banyak digunakan sebagai anti virus, anti
dengan struktur rantai karbon C6-C3-C6 merupakan pigmen yang terdapat pada beberapa
bagian tumbuhan seperti pada akar, bunga, daun, tepungsari, dan buah. Flavonoid jarang
golongan. Hal ini menjadikan suatu masalah yang sangat menarik bagi para peneliti. yaitu
1
terbukti dari adanya berates-ratus penelitian tentang flavonoid dari banyak spesies dengan
teknik isolasi dan pemisahan modern. Misalnya M. Hamburger etal yang mengisolasi 12
glikosida flavonol dari daun Searidaca diversifolia. Nianbai Fang, Mark Leidig, Tom J.
Salah satu golongan flavonoid adalah Isoflavon. Isoflavon terdiri atas struktur
dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino
aromatik fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan
melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan
isoflavon. Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi. Diantaranya telah berhasil
ekstraksi, metode pemisahan, cara identifikasi dan efek farmakologis senyawa tersebut.
2
1.2.8. Apa efek farmakologis isoflavon ?
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar
di dunia tumbuhan. Senyawa flavanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenol yang
terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu,
dan biru serta sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative maupun dalam
bunga. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas
Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi
yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan
dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan
mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai
jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana
dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu
susunan C6-C3-C6.
4
Gambar 2.1 Struktur Umum Flavonoid
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh tumbuh-tumbuhan
dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung
secara bertahap dan melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat,
calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflavon digolongkan
kelompok yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun isoflavon merupakan salah satu
metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak
mensintesanya. Senyawa isoflavon merupakan salah satu komponen yang mengalami proses
metabolisme.
Stuktur kimia dasar dari isoflavon hampir sama seperti flavon, yaitu terdiri dari 2 cincin
benzen (A dan B) dan terikat pada cincin C piran heterosiklik, tetapi orientasi cincin B nya
berbeda. Pada flavon, cincin B diikat oleh karbon nomor 2 cincin tengah C, sedangkan
5
isoflavon diikat oleh karbon nomor 3. Pada umumnya, senyawa isoflavon banyak ditemukan
pada tanaman kacang-kacangan atau leguminosa. Isoflavon pada kedelai terdapat dalam
glisitin.
6
2.3 Biosintesa Isoflavon
Pada isoflavon cincin A dan B dihubungkan oleh tiga unit karbon serta dihubungkan oleh
oksigen pada cincin C. biosintesis cincin B dan C melalui jalur asam sinikimat, sedangkan
cincin A disintesis melalui jalur asetat-malonat. Secara spesifik, isoflavon terbentuk atas dua
cincin benzene yang dihubungkan cincin pirano heterosiklik dan terdapat substitusi fenol
pada posisi tiga cincin pirano. Satu gugus hidroksi dapat dijumpai pada tiap cincin benzena.
Daidzein dan genistein bersifat larut dalam air dan dapat diekstrak dengan pelarut yang
polar seperti butanol, metanol dan sebagainya. Sedangkan aglikolnya yaitu daidzein dan
genistein bersifat tidak larut dalam air dan dapat diekstrak dengan pelarut non polar seperti
eter, kloroform atau etil asetat. Skema biosintesis isoflavon adalah sebagai berikut:
7
Biosintesis isoflavin diawali dari pembentukan fenilalanin sebagai precursor utamanya
yang dihasilkan dari asam shikimate, kemudian akan membentuk cincin B aromatic yang terikat
pada rangkaian 3 atom karbon melalui jalur shikimate. Deaminasi enzimatis yang dikatalis oleh
FAL terjadi dengan hilangnya gugus amina dan pro-hidrogen-S dari asam amino tersebut
sehingga menghasilkan trans-sinamat sebagai precursor cincin B. asam trans sinamat diubah
menjadi kumarat melalui hidroksilasi dan kondensasi p-kumaril koenzim A dengan tiga molekul
molekul unit asetat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim kalkon sintase dan menghasilkan kalkon. Di
mana kalkon merupakan senyawa intermediet dari biosintesis isoflavon. Kalkon dapat menjadi
genistein dan daidzein. Kalkon mengalami reaksi isomerase menjadi narigenin yang selanjutnya
bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C
(asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler
b. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari
Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler
subkutan
c. Senyawa flavon yang banyak terdapat pada kedelei berbentuk senyawa konjugat
dengan senyawa gula melalui ikatan -O- glikosidik. Selama fermentasi, ikatan -O-
glikosidik terhidrolisis, sehingga dibebaskan senyawa gula dan isoflavin aglikon yang
bebas. Senyawa isoflavon aglikon ini dapat mengalami transformasi lebih lanjut
membentuk senyawa transforman baru. Hasil transforman lebih lanjut dari senyawa
8
ini justru menghasilkan senyawa-senyawa yang mempunyai aktifitas biologi lebih
tinggi.
Pada tanaman kedelai, kandungan isoflavon yang lebih tinggi terdapat pada biji
kedelai, khususnya pada bagian hipokotil (germ) yang akan tumbuh menjadi tanaman.
Sebagian lagi terdapat pada kotiledon yang akan menjadi daun pertama dari tanaman.
Senyawa isoflavon ini pada umumnya berupa senyawa kompleks atau konjugasi
dengan senyawa gula melalui ikatan glukosida. Jenis senyawa isoflavon ini terutama
yang terdiri dari : 65% genistin, 23% daidzin dan 15% glisitin. Isoflavon yang
dominan pada kedelai terdapat dalam bentuk glikosida, sedangkan yang dominan
pada produk kedelai yang mengalami fermentasi adalah aglikon. Bentuk glikosida
antioksidan. Bentuk aktif glikosida adalah aglikon, yang dihasilkan dari pelepasan
9
Tabel 1. Kandungan Isoflavanon yang Terdapat dalam Makanan
size content
(mg/serving*)
Soy bean 200 g 120–290 Isoflavones
Soy 50 g 3.2–15.7 Isoflavones
cheeses
(different
types)
Soy flour 75 g 133 Isoflavones
(full fat)
Soy flour 75 g 99 Isoflavones
(low fat)
Tofu, fresh 100 g 22.6–31.1 Isoflavones
(soft or
firm)
Tofu, fried 100 g 48.4 Isoflavones
Berdasarkan hasil pembahasan dari Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Isoflavon dari Kacang Kedelai (Glycine max) yang ditulis oleh I. A. R. Astiti
Asih, yang dipublikasian di halaman Jurnal KIMIA 3 (1), JANUARI 2009 : 33-40, metode
Sekitar 1740 g serbuk biji kedelai dimaserasi dengan metanol teknis sebanyak 10 L. Ekstrak
yang diperoleh kemudian disaring dan diuapkan dengan menggunakan penguap putar vakum
10
(rotary vacuum evaporator) sampai diperoleh ekstrak kental metanol sebanyak 71,82 g.
Ekstrak ini kemudian dihidrolisis dengan HCl 2N selama 2-3 jam. Hasil hidrolisis diekstraksi
dengan n-heksana. Ekstrak n-heksana yang diperoleh diuapkan dengan penguap putar vakum
sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana sebanyak 2,61 g, kemudian ekstrak kental yang
Berdasarkan hasil pembahasan dari Jurnal yang berjudul Konversi Daidzein dan
Genistein oleh Bakteri Anaerob yang Baru Terisolasi dari Usus Tikus yang ditulis oleh
Anastasia Matthies dkk, yang dipublikasian di halaman Jurnal Applied And Environmental
Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Isoflavon dari Kacang Kedelai
(Glycine max) yang ditulis oleh I. A. R. Astiti Asih, yang dipublikasian di halaman Jurnal
KIMIA 3 (1), JANUARI 2009 : 33-40, metode pemisahan senyawa dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Pemisahan dengan KLT digunakan untuk mencari fase gerak yang terbaik yang akan
digunakan dalam kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan pada KLT adalah silika
gel GF254 dan sebagai fase gerak digunakan nheksana, kloroform, etil asetat dan n-
butanol. Bejana kromatografi sebelum digunakan untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan
dengan fase geraknya. Sedikit fraksi positif flavonoid yaitu fraksi n-heksana dilarutkan
dengan pelarutnya (eluen yang akan dipakai) kemudian ditotolkan pada plat kromatografi
11
lapis tipis dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah kering lalu dimasukkan dalam
bejana. Bila fase gerak telah mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat, dan
dikeringkan di udara terbuka. Sebagai penampak noda digunakan asam sulfat. Noda yang
terbentuk diamati dengan lampu UV 254 nm dan 366 nm kemudian dihitung Rf-nya
b. Kromatografi kolom
Fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom adalah silika gel, sedangkan fase
geraknya digunakan fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik pada KLT. Silika
gel 60 (70-100) Mesh terlebih dahulu dipanaskan dalam oven pada suhu 110°C,
kemudian ditambahkan sedikit fase geraknya sehingga menjadi bubur. Pelarut (fase gerak
yang digunakan) dimasukkan ke dalam kolom sampai hampir penuh dan keadaan kran
kolom tertutup. Setelah itu kecepatan aliran kolom diatur dan bubur dimasukkan sedikit
demi sedikit ke dalam kolom sampai seluruh bubur masuk ke dalam kolom. Setelah
bubur masuk, fase diam ini dielusi hingga homogen (kolom ini didiamkan selama 1 hari
sehingga diperoleh pemampatan yang sempurna). Sementara itu sampel dilarutkan dalam
pelarut, kemudian sampel dimasukkan dengan hati-hati melalui dinding kolom dan aliran
fase gerak diatur. Begitu sampel masuk ke dalam fase diam, fase gerak ditambahkan
secara kontinyu sampai terjadi pemisahan. Eluat ditampung pada botol penampung fraksi
penggabungan. Fraksi hasil KLT penggabungan yang mempunyai pola pemisahan sama
(harga Rf sama) digabungkan, kemudian diuapkan dengan penguap putar vakum dan
c. Analisis HPLC
12
Isoflone dan metabolit aromatiknya dipisahkan menggunakan sistem HPLC (Gynkotek,
Munich, Germany) yang dilengkapi dengan pompa model 480, ERC-5515 degasser,
autosampler GINA 50, oven kolom STH 585, detektor dioda array UVD 320S, dan
kolom C18 fase terbalik (LiChrospher100RP-18; 5 m; 250 kali 4mm; Merck, Darmstadt,
Jerman) .Suhu kolom dijaga pada suhu 37 ° C. Fase gerak adalah gradien asam air-asetat
(98/2, vol / vol) (pelarut A) dan metanol (pelarut B) (5 hingga 55% pelarut B dalam 15
menit, 55% pelarut B selama 10 menit, 55 hingga 100% pelarut B dalam 3 menit, dan
100% pelarut B selama 4 menit) pada laju aliran 0,8 ml / menit. Deteksi berada pada 280
nm. Senyawa diidentifikasi berdasarkan waktu retensi dan spektrum UV (200 hingga 355
nm) dibandingkan dengan senyawa referensi standar. Kurva kalibrasi digunakan untuk
kuantifikasi. Untuk mengontrol sistem HPLC dan pemrosesan data, perangkat lunak
2.7 Identifikasi
Menurut Mabry, et al., 1970, Penafsiran bercak dapat dilihat dari segi struktur flavon yaitu
sebagai berikut :
13
Tabel 2. Penafsiran bercak dapat dilihat dari segi struktur flavon
hijau-biru
Fluoresensi Isoflavon tanpa 5-OH bebas
sedikit atau
tanpa perubahan
Tabel 3. Warna bercak Flavonoid dengan sinar tampak dan UV nm 366 (Geissman, 1962)
kuning
lemah
Pada spektofotometer UV-Vis, isoflavon tampak pada panjang gelombang pita I : 245 -
14
Pereaksi geser yang digunakan antara lain :
Spektra ultraviolet isoflavon, flavanon, dan dihidroflavonol dalam metanol memberikan bentuk
yang mirip antara satu dan yang lainnya. Senyawa golongan ini sedikit atau tidak mengalami
konjugasi antara cincin A dan B. Spektra mereka sangat berbeda dengan flavon dan flavonol,
pita serapan I, mempunyai intensitas yang lemah atau bahu sedangkan pita II intensitasnya kuat.
Pita serapan II dari isoflavon biasanya antara 245–270 nm dan relatif tidak mempunyai efek pada
cincin B dengan adanya hidroksilasi, sementara pita serapan II dari flavanon dan dihidroflavonol
a. Natrium metoksida
pada cincin A akan memperlihatkan pergeseran batokromik baik pada pita I maupun pita
II. Puncak pada spektra ultraviolet senyawa 3', 4' – dihidroksi isoflavon dapat digunakan
untuk menentukan bahwa dekomposisi yang berjalan cepat yang menunjukkan adanya 3',
b. Natrium asetat
Natrium asetat hanya dapat mengionisasi isoflavon khususnya pada gugus 7–OH. Gugus
3' atau 4'–OH pada isoflavon tidak dapat terionisasi, berbeda dengan kebanyakan flavon
dan flavonol. Oleh sebab itu interpretasi terhadap pergeseran spektra isoflavon untuk
pergeseran batokromik 6–20 nm pada pita II setelah penambahan natrium asetat (Mabry,
et al., 1970).
15
Gugus ortodihidroksi pada cincin B tak dapat dideteksi dengan NaOAc / H3BO3 pada
dengan kromofor utama. Meskipun demikian ada fakta yang menunjukkan bahwa gugus
dapat dideteksi dengan adanya pergeseran batokromik 10–15 nm pada pita I setelah
Adanya gugus 3', 4'–dihidroksi pada isoflavon, flavanon dan dihidroflavonol tidak dapat
dideteksi dengan AlCl 3 karena cincin B mempunyai sedikit atau tidak ada konjugasi
menunjukkan pergeseran batokromik (biasanya pita I maupun pada pita II) dengan
membandingkan terhadap spektra AlCl 3 atau HCl. Pita serapan II spektra ultraviolet dari
gugus tersebut ditandai dengan pergeseran batokromik pada pita II 10–14 nm (relatif
mempunyai gugus 5–OH bebas tidak berefek setelah penambahan AlCl 3 atau HCl
Berdasarkan hasil pembahasan dari Jurnal yang berjudul Konversi Daidzein dan
Genistein oleh Bakteri Anaerob yang Baru Terisolasi dari Usus Tikus yang ditulis oleh
Anastasia Matthies dkk, yang dipublikasian di halaman Jurnal Applied And Environmental
16
Doi:10.1128/Aem.00555-08 Copyright © 2008, American Society For Microbiology dan
Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Isoflavon dari Kacang Kedelai
(Glycine max) yang ditulis oleh I. A. R. Astiti Asih, yang dipublikasian di halaman Jurnal
KIMIA 3 (1), JANUARI 2009 : 33-40, identifikasi senyawa dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Analisis UPLC-ESI-MS.
Untuk karakterisasi lebih lanjut dengan spektrometri massa (MS) cair kromatografi cair
kinerja tinggi (UPLC), produk akhir metabolisme genistein oleh galur Mt1B8 diisolasi
oleh HPLC dari supernatan fermentasi. Fraksi yang mengandung produk genistein
dikumpulkan secara manual dan digunakan untuk analisis UPLC-MS. Sistem UPLC
(Acquity Ultra Performance LC; Waters, Milford, MA) terdiri dari manajer pelarut,
manajer sampel, dan detektor dioda array dan dihubungkan ke spektrometer massa triple
quadrupole dengan Z-spray API electrospray ionization (ESI) sumber (Quattro Premier
XE; Waters, Milford, MA). Kolomnya adalah kolom UPLC BEH C18 (1,7 m; 50 kali 2,1
mm; Waters, Milford, MA). Kolom suhu dipertahankan pada 25 ° C. Fase gerak adalah
gradien asam format air (95/5, vol / vol; pH 2.0) (pelarut A) dan metanol (pelarut B) (0
hingga 40% pelarut B dalam 3,10 menit, 40% pelarut B selama 0,40 menit , dan 40
hingga 100% pelarut B dalam 1,50 menit) dengan laju aliran 0,35 ml / menit. Alikuot
sampel sebanyak 4 l disuntikkan. Analisis MS-MS dilakukan dalam mode ionisasi positif
menggunakan tegangan kapiler 0,7 kV, suhu blok sumber 100 ° C, dan suhu desolvasi
450 ° C. Gas tumbukan argon pada tekanan 3,1 10 1 Pa. Tegangan kerucut adalah 25 V,
dan energi tumbukan adalah 13 eV. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak
17
b. SPE.
Untuk analisis resonansi magnetik nuklir (NMR), produk akhir metabolisme genistein
oleh strain Mt1B8 diisolasi dari sekitar 50 ml supernatan fermentasi (konsentrasi awal
genistein, 100 M) dengan ekstraksi fase padat (SPE). Kolom octadecyl (C18) (3 ml; 500
mg; Bakerbond, Phillipsburg, NJ) dikondisikan tiga kali dengan 2 ml metanol dan tiga
kolom, dan ini diikuti oleh dua pencucian dengan 2 ml HCl berair 3,7 mM dan satu
pencucian dengan 2 ml metanol berair 40% (vol / vol). Kolom dikeringkan pada suhu
kamar selama 10 menit. Metabolit genistein dielusi dengan 2 ml metanol encer 60%
(vol / vol). Eluat dikumpulkan, dikeringkan dengan sentrifugasi vakum (RC 10.22; Jouan,
c. Analisis NMR.
Produk akhir dari konversi genistein oleh strain Mt1B8 diisolasi dari supernatan
fermentasi oleh SPE seperti yang dijelaskan di atas. Untuk pemurnian lebih lanjut,
sampel 100-l dipisahkan menggunakan sistem HPLC yang dijelaskan di atas. Fraksi yang
dikeringkan dengan sentrifugasi vakum. Spektra 1HNMR (500 MHz) dan 13C NMR
Bruker Avance 500. Untuk 1H NMR dari 5-hydroxy-equol: 2.69–2.74 (m, 1H, 4-H),
4.06–4.09 (m, 1H, 2-H), 4.32–4.35 (m, 1H, 2-H) , 5.69, 5.88 (masing-masing, J 2.2Hz,
2H, 6-H, 8-H), 6.70 (d, J 8.5Hz, 2H, 3 -H, 5 -H), 7.08 (d, J 8.5 Hz, 2H, 2 -H, 6 -H); sinyal
untuk dua proton alifatik (4-H, 3-H) tidak ditugaskan. Untuk 13C NMR 5-hydroxy-equol:
70.10 (C-2), 94.17, 95.18 (C-6, C-8), 115.35 (C-3, C-5), 128.37 (C-2 , C-6),
18
155.44.156.19.156.24.156.44 (C-4, C-5, C-7, C-8a); sinyal untuk empat karbon (C-3, C-
d. Uji Kemurnian
Uji kemurnian dilakukan menggunakan berbagai campuran fase gerak, yaitu n-heksana,
kloroform, etil asetat dan n-butanol. Jika isolat tetap menunjukkan noda tunggal pada plat
kromatogram dengan fase gerak yang berbeda, menunjukkan isolat relatif murni secara
2.8 Isolasi
Prosedur isolasi. STRAIN Mt1B8 diisolasi dari ileum dari seorang wanita 12-weekold
TNF ADALAH C57BL / 6 Prosedur isolasi. STRAIN Mt1B8 diisolasi dari ileum dari seorang
wanita 12-weekold TNF ADALAH C57BL / 6 Prosedur isolasi. STRAIN Mt1B8 diisolasi dari
ileum dari seorang wanita 12-weekold TNF ADALAH C57BL / 6 Prosedur isolasi. STRAIN
Mt1B8 diisolasi dari ileum dari seorang wanita 12-weekold TNF ADALAH C57BL / 6 Prosedur
isolasi. STRAIN Mt1B8 diisolasi dari ileum dari seorang wanita 12-weekold TNF ADALAH
C57BL / 6 tikus (28) dalam perjalanan dari percobaan yang bertujuan identifikasi bakteri yang
berhubungan dengan radang mukosa. Penggunaan hewan telah disetujui oleh Komite Perawatan
dan Penggunaan Hewan Bavarian (persetujuan tidak ada. 55.2-1-54-2531-74-06). Sampel ileum
disiapkan seperti yang dijelaskan sebelumnya (17). STRAIN Mt1B8 diisolasi pada MT1 agar
setelah inkubasi dari suspensi sel ileum murni (100 l) pada 37 ° C Mt1B8 diisolasi pada MT1
agar setelah inkubasi dari suspensi sel ileum murni (100 l) pada 37 ° C selama 9 hari dalam
kondisi anaerob dalam stoples disegel menggunakan AnaeroGen sachet (Oxoid). Komposisi
MT1 agar (pH 7,7) adalah 5 g / liter mucin (katalog ada M1778;. Sigma), 500 mg / liter sistein, 1
19
mg / liter ekstrak ragi, 20 g / liter asam folat, 20 g / liter vitamin B 12, 50 mM NaHCO 3, 10 mM
COONa, 5 mM Na 2 HPO ragi, 20 g / liter asam folat, 20 g / liter vitamin B 12, 50 mM NaHCO
mMCaCl 2, 1 mMMgCl 2, 10 MFeCl 3, dan 1% (wt / vol) agar. kemurnian strain dipastikan
seperti yang 1 mMCaCl 2, 1 mMMgCl 2, 10 MFeCl 3, dan 1% (wt / vol) agar. kemurnian strain
dipastikan seperti yang 1 mMCaCl 2, 1 mMMgCl 2, 10 MFeCl 3, dan 1% (wt / vol) agar.
kemurnian strain dipastikan seperti yang 1 mMCaCl 2, 1 mMMgCl 2, 10 MFeCl 3, dan 1% (wt /
vol) agar. kemurnian strain dipastikan seperti yang 1 mMCaCl 2, 1 mMMgCl 2, 10 MFeCl 3,
dan 1% (wt / vol) agar. kemurnian strain dipastikan seperti yang 1 mMCaCl 2, 1 mMMgCl 2, 10
MFeCl 3, dan 1% (wt / vol) agar. kemurnian strain dipastikan seperti yang 1 mMCaCl 2, 1
mMMgCl 2, 10 MFeCl 3, dan 1% (wt / vol) agar. kemurnian strain dipastikan seperti yang
20
dijelaskan sebelumnya (14). Saring Mt1B8 adalah, gram positif, berbentuk batang bakteri ketat
anaerob yang tumbuh sebagai sel tunggal, sebagaimana ditentukan oleh pengamatan mikroskopis
setelah pewarnaan Gram dan dengan uji KOH (22). Sebuah analisis dari urutan parsial (1338 bp)
dari gen 16S rRNA strain Mt1B8 dilakukan seperti yang dijelaskan sebelumnya (13), dan
hasilnya menunjukkan bahwa strain Mt1B8 adalah anggota keluarga Coriobacteriaceae. Sejak
tiga bakteri equol pembentuk diisolasi dari strain Mt1B8 adalah anggota keluarga
Coriobacteriaceae. Sejak tiga bakteri equol pembentuk diisolasi dari strain Mt1B8 adalah
anggota keluarga Coriobacteriaceae. Sejak tiga bakteri equol pembentuk diisolasi dari tikus dan
Coriobacteriaceae, kami fokus pada konversi avones iso fl oleh ketegangan Mt1B8.
Coriobacteriaceae, kami fokus pada konversi avones iso fl oleh ketegangan Mt1B8. pertumbuhan
bakteri. Saring Mt1B8 secara rutin disimpan dan tumbuh di bawah kondisi ketat pertumbuhan
bakteri. Saring Mt1B8 secara rutin disimpan dan tumbuh di bawah kondisi ketat anoxic di infus
(BHI) kaldu otak jantung (Roth, Karlsruhe, Jerman) dalam tabung Hungate dengan sumbat karet
butil dan topi sekrup. The BHI broth telah dilengkapi dengan 0,5 g / liter sistein hidroklorida
dan H 2- BERSAMA
2 (80:20, vol / vol) fase gas diinokulasi dengan 100 l dari budaya semalam dan diinkubasi pada
37 ° (80:20, vol / vol) fase gas diinokulasi dengan 100 l dari budaya semalam dan diinkubasi
21
pada 37 ° C. pertumbuhan bakteri dipantau turbidometrically dengan menentukan densitas optik
di 600 nm (OD 600). teknik anoxic yang digunakan telah dijelaskan di tempat lain (9).
eksperimen konversi. Untuk percobaan konversi, iso fl avonoids dilarutkan dalam dimetil
eksperimen konversi. Untuk percobaan konversi, iso fl avonoids dilarutkan dalam dimetil
sulfoksida (20 larutan stok mM) dan steril disaring (Millex-GV fi lter; Millipore, Billerica, MA).
Untuk tabung yang berisi 10 ml BHI broth, 50 l (daidzein, genistein, dihydrogenistein) atau 32 l
tabung yang berisi 10 ml BHI broth, 50 l (daidzein, genistein, dihydrogenistein) atau 32 l tabung
(dihydrodaidzein) dari larutan stok ditambahkan dengan menggunakan jarum suntik. Tabung
diinokulasi dengan 200 l dari budaya semalam (ca. 2,8 10 6 sel) strain Mt1B8 dan diinkubasi
pada 37 ° diinokulasi dengan 200 l dari budaya semalam (ca. 2,8 10 6 sel) strain Mt1B8 dan
diinkubasi pada 37 ° diinokulasi dengan 200 l dari budaya semalam (ca. 2,8 10 6 sel) strain
Mt1B8 dan diinkubasi pada 37 ° C. Sebagai kontrol, iso fl avonoids dan bakteri diinkubasi secara
terpisah di media. Sampel diambil pada waktu yang berbeda dengan jarum suntik dan
disentrifugasi pada
14.000
g selama 5 menit. Supernatan (20 l) secara langsung digunakan untuk tinggi g selama 5 menit.
Supernatan (20 l) secara langsung digunakan untuk tinggi g selama 5 menit. Supernatan (20 l)
secara langsung digunakan untuk tinggi kromatografi cair kinerja (HPLC) analisis. Untuk
percobaan induksi, saring Mt1B8 ditumbuhkan di BHI broth dilengkapi dengan daidzein,
genistein, dihydrodaidzein, atau dihydrogenistein di fi nal konsentrasi dari 100 M. Secara paralel,
genistein, dihydrodaidzein, atau dihydrogenistein di fi nal konsentrasi dari 100 M. Secara paralel,
22
budaya yang tumbuh tanpa adanya avonoids iso fl. Setelah inkubasi selama 14 jam, sama iso fl
avonoid atau iso lain fl avonoid ditambahkan ke budaya yang sama pada fi konsentrasi nal dari
100 M. Tabung diinkubasi pada 37 ° C selama 26 jam. Sampel diambil setiap 2 jam untuk 100
M. Tabung diinkubasi pada 37 ° C selama 26 jam. Sampel diambil setiap 2 jam untuk digunakan
dalam analisis HPLC, penentuan OD 600, dan pengukuran protein. Berikut gangguan sel
digunakan dalam analisis HPLC, penentuan OD 600, dan pengukuran protein. Berikut gangguan
sel digunakan dalam analisis HPLC, penentuan OD 600, dan pengukuran protein. Berikut
gangguan sel dengan memanaskan mereka di 0,44 MNaOH, konsentrasi protein ditentukan
dengan metode bicinchoninic asam (BCA-1 kit; Sigma, Deisenhofen, Jerman) dengan albumin
Bioaktivitas fisiologis senyawa isoflavon telah banyak diteliti dan ternyata menunjukkan
berbagai aktivitas berkaitan dengan struktur senyawanya. Aktivitas suatu senyawa ditentukan
pula oleh gugus-gugus yang terdapat 5 dalam struktur tersebut. Dengan demikian, dengan cara
derivatisasi secara kimia dan biologis, isoflavon dapat dibentuk menjadi senyawa-senyawa aktif
yang diinginkan.
struktur bebas (aglikon) dari suatu senyawa. Menurut Hudson (Ahmad, 1990), aktvitas suatu
senyawa ditentukan pula oleh gugus –OH ganda, terutama dengan gugus C=O pada posisi C-3
dengan gugus –OH pada posisi C-2 atau pada posisi C-5. Hasil tranformasi isoflavon selama
23
fermentasi tempe, yaitu daidzein, genistein, glisitein dan Fakor-II, memenuhi kriteria sebagai
senyawa aktif. Sistem gugus fungsi demikian memungkinkan terbentuknya kompleks dengan
logam. Aktivitas estrogenik isoflavon terkait dengan struktur kimianya yang mirip dengan
stilbestrol, yang biasa digunakan sebagai obat estrogenik. Bahkan, isoflavon mempunyai
isoflavon yang aktivitas estrogeniknya lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa isoflavon
lainnya. Aktivitas estrogenik tersebut terkait dengan struktur isoflavon yang dapat
ditransformasikan menjadi equol, dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan
hormon estrogen.
Isoflavon pada kedelai berbentuk senyawa konjugat dengan senyawa gula melalui ikatan -O-
glikosidik. Selama proses fermentasi, ikatan -O- glikosidik terhidrolisa, sehingga dibebaskan
senyawa gula dan isoflavon aglikon yang bebas. Senyawa isoflavon aglikon tersebut dapat
aktivitas biologi tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh Murata (1985) yang membuktikan bahwa
faktor-II (6,7, 4-trihidroksi isoflavon) mempunyai aktivitas antioksidan dan antihemolisis lebih
baik dari daidzein dan genistein. Faktor-II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) merupakan senyawa yang
terbentuk akibat proses fermentasi oleh aktivitas mikroorganisme. Selain itu, Jha (1985)
menemukan bahwa senyawa isoflavon lebih aktif 10 kali lipat dari senyawa karboksi kroman
(vitamin A).
Menurut penelitian Barz, et al. (1993) biosintesa Faktor-II dihasilkan melalui demetilasi
glisitein oleh bakteri Brevibacterium epidermis dan Micrococcus luteus atau melalui reaksi
24
hidroksilasi daidzein. Isoflavon utama pada kedelai terdiri dari genistein (4,5,7-
gensitin dan daidzin. Ditemukan juga sejumlah kecil senyawa isoflavon lainnya seperti glycitein
hampir seluruhnya terdapat dalam bentuk β-glikosida (glikon). Bentuk glikosida dipertahankan
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama
Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat)
kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata
dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang
diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan
kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi alat
komunikasi (molecular messenger) dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat
berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik
bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi). Jenis senyawa isoflavon
di alam sangat bevariasi. Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan
a. Anti-inflamasi
pelepasan histamin, atau aktivitas radical scavenging suatu molekul. Melalui mekanisme
25
tersebut, sel lebih terlindung dari pengaruh negatif, sehingga dapat meningkatkan
viabilitas sel. Senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah
b. Anti-tumor/kanker
isoflavon aglikon (bebas). Genistein merupakan salah satu komponen yang banyak
terdapat pada kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker oleh genistein diterangkan
oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara yang terinduksi
mengandung tirosin;
4) Sifat antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif terhadap
5) Sifat mutagenik pada gen endoglin (gen transforman faktor pertumbuhan betha
atau TGFβ).
Mekanisme tersebut dapat berlangsung apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5μM.
c. Anti-virus
26
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida padavirus diduga terjadi melalui
penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan pada translasi virion atau
disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap
penyakit hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih
d. Anti-alergi
1) Penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel mast, yaitu sel yang mengandung
4) Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja pada hewan percobaan
seperti tikus dan kelinci, tetapi juga manusia. Pada penelitian dengan menggunakan
tepung kedelai sebagai perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang
menurun, tetapi juga trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low
density lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high density
27
lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme lain penurunan
kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme sel lemak
untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan kolesterol (Sekiya
e. Penyakit kardiovaskuler
Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran darah dan penyakit
jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti pada aspek berlainan. Khususnya isoflavon
pada tempe yang aktif sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II),
terbukti berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi 5μg/ml) dan juga
isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada pembuluh darah (Jha, 1997).
Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan resiko CVD (cardio vascular
berbagai gangguan. Estrogen tidak saja berfungsi dalam sistem reproduksi, tetapi juga
berfungsi untuk tulang, jantung, dan mungkin juga otak. Dalam melakukan kerjanya,
estrogen membutuhkan reseptor estrogen (ERs) yang dapat “on/off” di bawah kendali
gen pada kromosom yang disebut -ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan dada,
tulang, dan empedu responsif terhadap -ER tersebut. Isoflavon, khususnya genistein,
dapat terikat dengan -ER. Walaupun ikatannya lemah, tetapi dengan β-ER mempunyai
28
Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik. Efek
estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi
equol. Dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen.
proses kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat berpengaruh
melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap padat dan masif
(Pawiroharsono, 2007).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
29
3.1.1. Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C 3) sehingga
polifenolik. Stuktur kimia dasar dari isoflavon hampir sama seperti flavon, yaitu
terdiri dari 2 cincin benzen (A dan B) dan terikat pada cincin C piran heterosiklik,
3.1.3. Pada isoflavon cincin A dan B dihubungkan oleh tiga unit karbon serta
dihubungkan oleh oksigen pada cincin C. Biosintesis cincin B dan C melalui jalur
spesifik, isoflavon terbentuk atas dua cincin benzene yang dihubungkan cincin pirano
heterosiklik dan terdapat substitusi fenol pada posisi tiga cincin pirano. Satu gugus
hidroksi dapat dijumpai pada tiap cincin benzena. Isoflavon terdiri atas daidzein,
3.1.4. Tanaman penghasil isoflavon yaitu : Capsicum anunuum serta Citrus limon ,
3.1.6. Metode pemisahan isoflavon menggunakan KLT, Kromatografi kolom dan HPLC
30
3.1.8. Aktivitas farmakologi Isoflavon antara lain : Anti-inflamasi, Anti tumor/kanker,
Osteoporosis
3.2 Saran
Penelitian dibidang kimia flavonoid tiap tahun selalu berkembang pesat. Indonesia
dengan kekayaan alamnya yang melimpah, merupakan gudang bagi tersedianya senyawa-
senyawa flavonoid yang berkhasiat, yang yang siap untuk diekplorasi dan dieksploitasi oleh
para ilmuan. Dalam usaha mengeksplorasi dan memanfaatkan senyawa flavonoid ini ini,
perlu ditopang oleh tiga pihak yang bekerjasama yaitu pemerintah, dunia industri, dan para
ilmuan. Untuk itu perlu adanya persamaan persepsi bahwa penelitian adalah investasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
Matthies, A dkk. 2008. Conversion of Daidzein and Genistein by an Anaerobic Bacterium Newly
doi:10.1128/AEM.00555-08
Asih, I.R. 2009. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ISOFLAVON DARI KACANG
Fatmawati, N dkk. 2018. Aktivitas Antimalaria Senyawa Flavanon Terisoprenilasi Dari Kulit
Batang Erythrina fusca L. Jurnal Pharmascience, Vol. 05 , No.01, Februari 2018, hal: 55 -
iv