Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Konsep-Konsep Dasar
Pengendalian
Sebuah organisasi juga harus dikendalikan; yaitu, perangkat harus ada pada
tempatnya untuk memastikan bahwa tujuan strategisnya dapat tercapai. Akan tetapi,
pengendalian suatu organisasi lebih rumit daripada mengemudikan sebuah mobil. Kita akan
memulai dengan menjelaskan proses pengendalian dalam sistem yang lebih sederhana.
Setiap sistem pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen:
1. Pelacak (detector) atau sensor-sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya
terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2. Penaksir (assessor ) suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa aktual
dengan membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang
seharusnya terjadi.
3. Effector-suatu perangkat (yang sering disebut "feedback") yang mengubah perilaku jika
assessor mengindikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
4. Jaringan komunikasi-perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan assessor
dan antara assessor dan effector.
Manajemen
Sebuah organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu bersama (dalam sebuah organisasi bisnis tujuannya adalah mencapai
tingkatan profit yang memuaskan). Organisasi dipimpin oleh hierarki manajer, dengan Cllief
Executive Officer (CEO) pada posisi puncak, dan para manajer unit bisnis, departemen,
bagian (section), dan subunit lainnya yang peringkatnya berada di bawahnya dalam diagram
organisasi. Kompleksitas suatu organisasi menentukan jumlah lapis an dalam hierarki.
Seluruh manajer dan CEO keduanya memiliki hubungan atasan dan bawahan; mereka
mengawasi kinerja dari orang-orang yang ada di dalam unitnya, dan mereka diawasi oleh
manajer yang mereka berikan laporan kepadanya.
CEO (atau, dalam beberapa organisasi, sebuah tim manajer senior) memutuskan
keseluruhan strategi yang akan memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Tunduk
kepada persetujuan CEO, para manajer dari ber-bagai unit bisnis memformulasikan strategi
tambahan yang memungkinkan unit mereka masing-masing untuk memajukan tujuan-tujuan
ini. Proses pengendalian manajemen adalall proses di mana manajer pada seluruh tingkatan
memastikan ballwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang
dimaksudkan.
Perbandingan dengan Proses Pengendalian yang Lebih Sederhana. Proses
pengendalian yang digunakan oleh manajer mengandung elemen yang sama seperti pada
sistem pengendalian yang lebih sederhana telah digambarkan di atas: detector, assessor,
effector, dan sistem komunikasi. Detector melaporkan apa yang sedang terjadi atas
organisasi; assessor membandingkan informasi ini dengan keadaan yang diinginkan; effector
melakukan tindakan koreksi terhadap perbedaan yang signifikan antara keadaan aktual
dengan keadaan yang diinginkan untuk diterima, dan sistem komunikasi memberitahukan
para manajer apa yang sedang terjadi dan bagaimana membandingkannya dengan keadaan
yang diinginkan.
Bagaimanapun, terdapat perbedaan yang signifikan antara proses pengendalian
manajemen dengan proses yang lebih sederhana yang digambarkan sebelumnya:
1. Tidak seperti halnya dengan thermostat atau sistem suhu tubuh, standar tidaklah
ditetapkan terlebih dahulu.
2. Seperti halnya pengendalian mobil (fetapi tidak seperti regulasi pada suhu tubuh atau
ruangan), pengendalian manajemen tidaklah bersifat otomatis.
3. Tidak seperti dengan pengendalian sebuah mobil, di mana sebuah fungsi dilakukan oleh
seorang individu, pengendalian manajemen memerlukan koordinasi antar-individu.
4. Hubungan dari diterimanya kebutuhan bagi tindakan untuk menetapkan tindakan yang
diperlukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan mungkin tidak jelas.
5. Banyak pengendalian manajemen bersifat self control.
Sistem
Sebuah sistem merupakan suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk
melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas. Sejumlah karakteristik sistem yakni: lebih
kurang membentuk ritme tertentu, terkoordinasi, dan mengulangi serangkaian tahapan
tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Mekanisme Penerapan
Pengendalian
Manajemen
Kebudayaan
Perumusan Strategi
Formulasi strategi merupakan proses memutuskan tujuan organisasi dan strategi
untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Dalam buku ini, kita menggunakan istilah tujuan untuk
menggambarkan tujuan keseluruhan dari sebuah organisasi, dan istilah sasaran untuk
menggambarkan langkah-langkah khusus untuk mencapai tujuan dalam kerangka waktu yang
diberikan.
Bagi beberapa perusahaan, mencapai tingkat ROI (return on investment) memuaskan
merupakan tujuan yang penting; bagi perusahaan lainnya, memperluas pangsa pasar
merupakan hal yang sama pentingnya. Organisasi nirlaba juga memiliki tujuan; yang secara
umum, mereka mencoba memberikan pelayanan semaksimum mungkin dengan dana yang
tersedia. Dalam proses formulasi strategi, tujuan organisasi biasanya diambil dari yang sudah
ada, meskipun sesekali waktu pemikiran strategis dapat memfokuskan pada tujuan mereka
sendiri.
Strategi merupakan perencanaan yang besar, perencanaan yang penting. Mereka
menetapkan secara umum ke arah mana organisasi bergerak yang diinginkan manajemen
senior. Sebuah keputusan dari pabrik mobil untuk memproduksi dan menjual mobil listrik
akan menjadi suatu keputusan strategis.
Kebutuhan untuk memformulasikan strategi biasanya timbul dalam merespons
ancaman yang diterima (misalnya, serangan dari pesaing, pergeseran cita rasa konsumen,
peraturan pemerintah yang baru) atau adanya kesempatan (misalnya, inovasi teknologi,
persepsi yang baru dari perilaku pelanggan, atau pengembangan aplikasi baru dari produk
yang sudah ada). Seorang CEO yang baril, terutama yang berasal dari luar perusahaan,
biasanya merasakan adanya ancaman dan kesempatan berbeda dari yang dirasakan
pendahulunya. Sehingga, perubahan dalam strategi sering terjadi ketika ada pergantian CEO
yang baru.
Pengendalian Tugas
Pengendalian tugas adalah proses untuk memastikan bahwa tugas yang spesifik
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian tugas merupakan transaction-oriented-
yaitu, melibatkan kinerja tugas individual menurut aturan yang dibuat dalam proses
pengendalian manajemen. Pengendalian tugas selalu terdiri dari pengawasan agar aturan-
aturan ini diikuti; sebuah fungsi yang dalam beberapa kasus tidak selalu mem-butuhkan
kehadiran sentuhan manusia. Perangkat mesin yang terkendali secara berurutan, komputer
pengendali proses, dan robot merupakan perangkat pengendali tugas yang bersifat mekanis.
Fungsi mereka, yang melibatkan manusia hanya jika bukti belakangan ini tidak mahal atau
lebih dapat diandalkan; hal ini hanya terjadi jika peristiwa yang tidak biasa begitu seringnya
sehingga pemrograman sebuah komputer dengan aturan tersebut yang digunakan untuk
mengatasi peristiwa ini tidak dapat bermanfaat.
Banyak kegiatan pengendalian tugas yang bersifat scientific; sehingga, keputusan
optimal atau tindakan yang tepat perlu diambil untuk membawa kembali kondisi di luar
kendali kepada keadaan yang diinginkan, yang diprediksi-kan berada dalam batasan yang
dapat diterima. Sebagai contoh, aturan jumlah pesanan yang ekonomis menjelaskan jumlah
dan waktu pesanan pembelian. Pengendalian tugas adalah fokus dari ilmu manajemen dan
teknik riset operasi.
Sebagian besar informasi dalam sebuah organisasi merupakan informasi pengendalian
tugas: jumlah pesanan item oleh pelanggan, berat material, dan jumlah unit komponen yang
digunakan dalam manufaktur produk, jumlah jam kerja karyawan, dan jumlah kas yang
dikeluarkan. Banyak kegiatan sentral organisasi--termasuk pengadaan barang, penjadwalan,
masukan pesanan, logistik, pengen-dalian mutu, dan manajemen kas--merupakan sistem
pengendalian tugas. Beberapa di antaranya, yang bersifat mekanis, dapat menjadi sangat
rumit.
1. Memahami tingkat keutamaan yang relatif dari keanekaragaman, dan ter-kadang berbeda,
tujuan yang mendorong individu untuk bertindak, misalnya, prestasi pribadi dibandingkan
prestasi bersama, peneiptaan nilai bagi pelang-gan dan pemegang saham daripada diri
sendiri, dan sebagainya.
2. Penyelarasan tujuan beragam individu dengan organisasi.
3. Pengembangan tujuan tertentu melalui unit bisnis, area fungsional, dan depar-temen-
departemen yang akan dinilai.
4. Mengkomunikasikan strategi dan tujuan kinerja yang spesifik untuk kese-luruhan
organisasi.
5. Menjelaskan variabel kunci untuk diukur dalam penilaian suatu kontribusi individual
terhadap tujuan organisasi.
6. Mengevaluasi kinerja aktual relatif terhadap ukuran standar dan pembuatan kesimpulan
tentang bagaimana kinerja manajer.
7. Menyelenggarakan pertemuan untuk meninjau kinerja yang produktif.
8. Mendesain struktur penghargaan yang tepat.
9. Mempengaruhi individu untuk mengubah perilaku mereka.
A. DEFINISI
B. TUJUAN
Pada Hakikatnya perusahaan adalah satuan artifisial yang tidak memiliki pikiran maupun
kemampuan mengambil keputusan sendiri.Dalam bisnis, kapasitas untuk menghasilkan laba
biasanya merupakan tujuan yang paling penting.Tujuan perusahaan juga ditentukan oleh
pemimpin manajemen puncak (chief executive office – CEO) yang bersangkutan.Tujuan
perusahaan juga dirancang oleh para pendirinya.Contoh : Henry Ford, Ford Motor Company;
Alfred P. Sloan, General Motor Corporation, dll.
1. Profitabilitas dinyatakan dari dua rasio :
Produk dari dua rasio ini adalah pengembalian atas investasi ( return on investment – ROI
): 5% x 2,5 kali = 12,5%. ROI diperoleh dari pendapatan dikurangin beban dengan investasi.
“Profitabilitas” mengacu pada laba dalam jangka panjang, bukan kuartal atau tahun
berjalan. Karena sejumlah CEO hanya menekankan sebagian dari persamaan tersebut untuk
memfokuskan pada pendapatan penjualannya, banyak perusahaan yang mengabaikan
komponen-komponen dari persamaan.Adanya korelasi yang sangat erat antara pasar saham
dan pengembalian investasi. Akan tetapi, CEO menekankan pada pendapatan. Karena ukuran
perusahaan merupakan tujuan utama dalam prioritas yang dapat mengundang masalah.
Sebagaimana CEO lebih berfokus pada laba, baik dalam satuan uang ataupun sebagian
persentase dari pendapatan.
Konsepnya adalah tujuan yang semestinya bagi sebuah perusahaan yang mencari laba
adalah memaksimalkan nilai pemegang saham yang mengacu pada harga pasar saham
perusahaan. Pertama, istilah “memaksimalkan” menyiratkan bahwa selalu ada cara untuk
mendapatkan jumlah maksimum yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Dalam pihak
manajemen yang mengidentifikasi seluruh alternative yang ada maupun efeknya terhadap
profitabilitas. Kedua, upaya untuk mengoptimalkan nilai pemegang saham mungkin menjadi
tujuan utama, bukan berarti merupakan satu-satunya tujuan bagi banyak organisasi.Jika
perusahaan tidak bisa menghasilkan laba dan perusahaan mampu tanggungjawabnya sebagai
kinerja ekonomi dari suatu perusahaan.
Manajer seharusnya berperilaku secara etis, karena adanya kewajiban yang harus mereka
embani kepada pihak yang berkepentingan terhadaop perusahaan ( stakeholder ) kepada para
pemegang saham. Dengan penolakan terhadap konsep memaksimalkan, kita tidak bermaksud
mempertanyakan validitas sejumlah prinsip yang sudah jelas. Beberapa rangkaian yang
menurunkan biaya tanpa mempengaruhi elemen yang lain, yang meningkatkan biaya dengan
proposi lebih kecil dibanding dengan tingkat kenaikan pendapatan.
3. Risiko Tingkat pengambilan risiko sangat bervariasi, akan tetapi sejumlah
organisasiperusahaan secara terang-terangan menyatakan bahwa tanggung jawab
utama manajemen adalah menjaga aset-aset perusahaan.
4. Pendekatan Stakeholder
Strategi-strategi
perusahaan
Perusahaan mengembangkan strateginya dengan mencocokkan kompetensi intinya
dengan peluang industry.Tampilan 2.1 menggambarkan systematis pengembangan strategi.
Perumusan straregi merupakan prosesyang digunakan oleh eksekutif senior untuk
mengevakuasi keunggulan dan kelemahan dengan peluang dan ancamanyang ada
dilingkungan kemudian memutuskan strategi yang menyesuaikan antara kompetensi inti
perusahaan dengan peluang perusahaan.
Strategi dapat ditemukan pada tingkatannya, yaitu:
1. Strategi untuk organisasi keseluruhan
2. Strategi untuk unit bisnis dalam organisasi.
Tampilan 2.2
Tingkatan Strategi Isu Strategi Opsi Strategi tingkatan Organisasi
Kunci Generik Primer yang Terlibat
Corporate level Apakah Kita Ada Industri tunggal Kantor korporat
Diversifikasi
(tingkatan dalam bauran
yang
korporat/organisasi industri yang
berhubungan
keseluruhan) tepat?
Diversifikasi
Apa industri atau yang tidak
subindustri yang berhubungan
harus kita
masuk?
Business unit level Apakah yang Membangun Kantor
korporat dan
(tingkat unit seharusnya Mempertahankan manajer umum unit bisnis
Memanen Manajer umum unit
bisnis) menjadi misi dari
bisnis
unit bisnis
tersebut Menjual
Bagaimana unit Biaya rendah
bisnis harus Diferensiasi
bersaing untuk
mewujudkan
bisnisnya?
Walaupun pilihan strategi berbeda pada tingkatan hierarkis yang berbeda, kebutuhan
yang jelas untuk konsistensi diseluruh tingkatan dalam strategi dalam tingkatan unit bisnis
dan organisasi keseluruhan (korporat). Strategi pada dua tingkatan organisasi dan opsi
strategi generic (umum), dengan adanya orientasi akan mencoba analisis yang cermat dari
muatan strategi yang tepat. Sebaliknya kami memberi apresiasi yang cukup untuk proses
perumusan strategi sehingga pembaca dapat mengidentifikasikan strtegi pada tingkatan
organisasi dari evaluasi system pemngendalian manajemen perusahaan.
pada tingkatankorporat, salah satu dimensi yang paling signifikan dimana konteks
strategi berbeda adalah tingkatan dan jenis diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan yang
berbeda, seperti yang ditunjukan pada tampilan 2.3 .
Tampilan 2.3
Tinggi industri
tunggal
(Mc
Donald's,
Wrigle)
Tingkat Diversifikasi
Keterkaitan yang
berhubungan
(Procter &
gamble, Dow-
Corning,
Corning
Glass)
Deversifikasi
yang tidak
berhubungan
(Textron, ITT)
Rendah Tingkat Diversifikasi Tinggi
Beroperasi dalam sejumlah industri yang berbeda mengacu pada hakikat hubungan
sinergi operasi lintas unit bisnis.
Terdiri dari perusahaan yang beroperasi dalam sejumlah industri dan bisnisnya saling
berhubungan satu sama lain melalui sinergi operasi.
Sinergi operasi terdiri dari 2 jenis hubungan lintas unit bisnis :
(1) kemampuan untuk membagi sumber daya umum
(2) kemampuan untuk membagi kompetensi inti umum.
Karekteristik dari perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan adalah
perusahaan memiliki kompetensi inti yang bermanfaat bagi banyak unit bisnis perusahaan.
Perusahaan ini tumbuh dengan cara meningkatkan kompetensi inti yang dikembangkan dalam
salah satu bisnisnya saat perusahaan melakukan diversifikasi ke bisnis lain.
Kantor korporat dalam perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan memiliki
peran ganda, yaitu:
1. Serupa dengan suatu konglomerat, eksekutif kepala dari suatu perusahaan dengan
diversifikasi yang berhubungan membuat keputusan mengenai alokasi sumber daya
lintas unit bisnis
2. Namun, tidak seperti konglomerat, yang juga harus mengidentifikasi, memelihara,
memperdalam, dan meningkatkan kompetensi tingkat korporat yang menguntungkan
unit bisnis yang beragam.
Strategi korporat adalah satu rangkaian dengan strategi industri tunggal di satu ujung
spektrum dan diversifikasi yang tidak berhubungan di ujung lain (diversifikasi yang
berhubungan ada di tengah spektrum).
Syarat perencanaan dan pegendalian perusahaan yang menggunakan strategi
diversifikasi tingkat korporat (tingkat dan jenis) yang begitu berbeda.Masalah bagi desainer
system NuCor (perusahaan denga indutri tunggal), Procter & Gamble (perusahaan dengan
diversifikasi yang berhubungan), atau Textron (perusahaan dengan diversifikasi yang tidak
berhubungan).
Tampil 2.4
Perusahaan Perusahaan
Jenis Strategi Perusahaan dengan dengan industri dengan industri
Korporat industri tunggal yang saling yang tidak saling
berhubungan berhubungan
Penyajian strategi
dalam gambar
Merupakan
membagi perusahaan yang
Fitur yang Bersaing hanya dalam kompetensi inti memiliki
membedakan satu industri secara lintas unit otonomi dipasar
bisnis yang sangat
berbeda
McDonald's coeporation Proctor & Gamble ITT
Perdue Farms Emerson Electrik Textron
Lowa Beef Corning glass LIV
Johnson &
Wrigle Litton
Jonhson
Contoh Crown, Cork & Seal Philip Moris Rockwell
Maytag Dow-Corning General Elektrik
Texas Air Du Pont
Ford Motor General Foods
NuCor Gillete
Texas Instruments
AT&T
Tampilan 2.5
Sumber Kas
Tinggi Rendah
Tinggi "Tanda Tinggi
"Bintang"
Tanya"
Tingkat Pertahankan Penggunaan
Bangun
Pertumbuhan Kas
Pasar "Sapi Perah "Anjing"
Kas" Panen Disvestasi
Rendah Rendah
Tinggi Rendah
Pangsa Pasar Relatif
Dari banyak model petrencanaan , dua yang paling banyak digunakan adalah Boston
Consulting Group’s matriks pembagian pertumbuhan 2x2 (Tampilan 2.5) dan General
Electric Company daya tarik industry-kekuatan bisnis 3x3 (Tampilan 2.6).
Bangun
Misi ini menyeratkan tujuan menambah pangsa pasar, bahkan dengan mengorbankan
laba jangka pendek dan arus kas (contoh, boiteknologi merck, peranti electronic black
& Decker)
Pertahankan
Misi strategis ini diarahkan pada perlindungan pangsa pasar unit bisnis dan posisi
persaingan (contoh, computer mainframe IBM)
Panen
Misi ini memiliki tujuan memaksimalkan jangka pendek dan arus kas, bahkan dengan
mengorbankan pangsa pasar (contoh, produk tembakau. American brance, bola lampu
general electric dan sylvinia)
Divestasi
Misi ini menunnjukan suatu keputusan untuk mundur dari bisnis melalui proses
likuidasi pelahan-lahan atau penjualan segera.
Meskipun model perencanaan dapat membantu dalam formulasi misi, tetapi model
tersebut bukanlah suatu petunjuk praktis.Beberapa bisnis dalam kuadran tanda Tanya
mungkin juga divestasi (dijual) bila kebutuhan kas unit bisnis tersebut untuk membangun
persaingan sangat tinggi.
Unit bisnis yang termasuk kuadran bintang scara khusus diberi misi: “pertahankan”
pangsa pasar, tujuannya adalah investasi kas untuk mempertahankan posisi itu.
Unit bisnis yang termasuk dalam kuadran sapi perah kas aadalah sumber utama kas
untuk perusahaan, mempunyai biaya perunit yang paling dan memiliki laba paling
tinggi.Karena beroprasi dalam industry yang pertumbuhannya mengalami penurunan, tidak
perlu menginvestasikan semua kas yang dihasilkannya.
Bisnis dalam kuadran anjing mempunyai posisi persaingan yang lemah dalam
industry yang tidak menarik.
Perancang system pengendalian perlu mengetahui apa misi unit buisnis, karena misi
ini memiliki satu kesatuan rangkaian (continuum) dengan “murni bangun” diujung yang satu
dan “murni panen” diujung yang lain.
Struktur industri harus dianalisis terkait dengan kekuatan kolektif dari lima kekuatan
persaingan.
1) Intensitas persaingan diantara para pesaing yang ada.
2)Daya tawar pelanggan.
3)Daya tawar pemasok.
4)Ancaman dari barang substitusi.
5)Ancaman pendatang baru yang masuk industri.
Tampilan 2.7
Pendatang Baru
Biaya rendah
Rantai nilai untuk bisnis adalah seperangkat kegiatan penciptaan nilai untuk
menghasilkan produk, dari sumber bahan mentah dasar untuk pemasok komponen pada
produk penggunaan akhir pokok yang dikirim ke tangan konsumen akhir.
Keunggulan kompetitif di pasar pada intinya berasal dari penyediaan nilai pelanggan
lebih baik untuk biaya yang sama atau nilai pelanggan yang sama untuk biaya yang lebih
rendah.
Tampilan 2.8
Superior Keunggulan
Keunggulan
Diferensiasi Cost-
Posisi Diferensiasi
Cum
Diferensiasi
relative
Keunggulan Terjepit
Biaya Rendah Ditengah-tengah
Inferior
Inferior Superior
Posisi Biaya Relatif
Analisis rantai nilai berusaha untuk menentukan dibagian dari operasi perusahaan-dari
desain sampai distribusi-nilai pelanggan dapat ditambah atau dikurangi.
Dengan menganalisis biaya, pendapatan dan aktiva secara sistematis, unit bisnis dapat
mencapai keunggulan diferensiasi dengan penguragan biaya (cost-cum-diferentiation).
Kerangka rantai nilai adalah metode untuk membagi rantai tersebut dari bahan baku
dasar sampai pelanggan pemakai akhir kedalam kegiatan spesifik untuk dapat memahami
perilaku biaya dan sumber diferensiasi. Faktanya, dalam perusahaan yang sama, perusahaan
bervariasi dalam proporsi kegiatan yang dilaksanakan dengan sumber daya sendiri.
Tampilan 2.9
Rantai nilai membantu perusahaan memahami system penyaluran niali, tidak hanya bagian
dari rantai nilai ditempat perusahaan beroperasi.
BAB 3
PERILAKU DALAM ORGANISASI
A. KESELARASAN TUJUAN
Tujuan utama dari sistem pengendalian manajemen adalah memastikan (sejauh
mungkin) tingkat “keselaran tujuan (goal congruence)” yang tinggi. Dalam proses yang
sejajar dengan kepentingan pribadi mereka sendiri, yang sekaligus juga merupakan
kepentingan perusahaan. Manajemen senior menginginkan agar organisasi mencapai
tujuan organisasi. Tetapi anggota individual organisasi mempunyai tujuan pribadi
masing-masing yang tidak selalu konsisten dengan tujuan organisasi. Dalam
memgevaluasi praktik pengendalian manajemen, ada dua pertanyaan penting yang
diajukan:
1. Tindakan apa yang memotivasi orang untuk bertindak demi kepentingan diri mereka
sendiri?
2. Apakah tindakan-tindakan ini sesuai dengan kepentingan organisasi tersebut?
B. FAKTOR-FAKTOR INFORMAL YANG MEMPENGARUHI KESELARASAN
TUJUAN
1. Faktor-faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal adalah norma-norma mengenai perilaku yang diharapkan
dalam masyarakat, di mana organisasi menjadi bagiannya. Norma-norma ini
mencakup sikap, yang secara kolektif sering juga disebut etos kerja, yang
diwujudkan melalui loyalitas pegawai terhadap organisasi, keuletan, semangat, dan
kebanggan yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas secara tepat waktu.
2. Faktor-faktor Internal
a. Budaya
Faktor internal yang terpenting adalah budaya di dalam organisasi itu sendiri,
yang meliputi keyakinan bersama, nilai-nilai hidup yang dianut, norma-norma
perilaku serta asumsi-asumsi yang implisit diterima dan secara eksplisit
dimanifestasikan di seluruh jajaran organisasi.
b. Gaya Manajemen
Faktor internal yang barangkali memiliki dampak yang paling kuat terhadap
pengendalian manajemen adalah gaya manajemen. Biasanya, sikap-sikap
bawahan mencerminkan aoa yang mereka anggap sebagai sikap atasan mereka,
dan sikap para atasan itu pada akhirnya berpijak pada apa yang menjadi sikap
CEO. Para manajer memiliki kualitas dan gaya yang beragam.
c. Organisasi Informal
Garis-garis dalam bagan organisasi menggambarkan hubungan-hubungan
formal yaitu, pemegang otoritas resmi dan bertanggung jawab dari setiap
manajer. Kenyataan-kenyataan yang ditemui selama berlangsungnya proses
pengendalian manajemen tidak bisa dipahami tanpa mengenali arti penting dari
hubungan-hubungan yang menyusun di organisasi yang bersifat informal.
d. Persepsi dan Komunikasi
Dalam upaya meraih tujuan-tujuan organisasi, para manajer operasi harus
mengetahui tujuan dan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk
mencapainya. Mereka menyerap informasi ini dari berbagai jalur, baik itu jalur
formal (seperti anggaran dan dokumen-dokumen resmi lainnya) ataupun jalur
informal (seperti dari bahan obrolan yang tidak resmi).
b. Manual
Manual dalam organisasi birokratis jauh lebih rinci dibandingkan dengan aturan
organisasi lain. Organisasi besar memilki panduan dan aturan yang lebih banyak
dibandingkan dengan organisasi-organisasi lain yang lebih kecil. Organisasi
yang tersentralisasi memiliki banyak aturan dibandingkan dengan organisasi
yang terdesentralisasi. Dan yang terakhir, organisasi memiliki unit-unit yang
tersebar secara geografis (seperti jaringan restoran cepat saji) mempunyai lebih
banyak aturan dibandingkan dengan organisasi yang terpusat secara geografis.
c. Pengamanan Sistem
Berbagai pengamanan sistem di rancang ke dalam sistem pemrosesan informasi
untuk menjamin agar informasi yang mengalir melalui sistem itu akan bersifat
akurat dan untuk mencegah kecurangan.
d. Sistem Pnegendalian Tugas
Kebanyakan dari tugas-tugas itu dikendalikan melalui peraturan-peraturan. Jika
sebuah tugas dijalankan menggunakan mesin otomatis, maka sistem otomatis itu
sendiri akan menyediakan pengendalian.
2. Proses Kendali Secara Formal
Suatu perencaan strategis akan melaksanakan tujuan dan strategi organisasi. Seluruh
informasi yang tersedia dipergunakan untuk membuat perencanaan ini. Perencanaan
strategis tersebut kemudian di konversi menjadi anggaran tahunan yang fokus pada
pendapatan dan belanja yang direncanakan untuk masing-masing pusat tanggung
jawab.
D. JENIS-JENIS ORGANISASI
Meskipun kualitas dan ukuran organisasi itu sangat beragam, setidaknya organisasi bisa
dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum :
1. Stuktur fungsional, di dalamnya setiap manajer bertanggung jawab atas fungi-fungsi
yang terspesialisasi seperti produksi atau pemasaran.
2. Struktur unit bisnis, di dalamnya para unit manager bertanggung jawab atas
aktivitas-aktivitas dari masing-masing unit, dan unit bisnis berfungsi sebagai bagian
independen dari perusahaan.
3. Struktur matriks, di dalamnya unit-unit fungsional memiliki tanggung jawab ganda.
E. FUNGSI KONTROLER
Sebenarnya, di banyak organisasi, jabatan orang ini adalah chief financial officer (CFO).
Kontroler biasanya menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Merancang dan mengoperasikan informasi serta sistem pengendalian.
2. Menyiapkan pernyataan keuangan dan laporan keuangan (termasuk pengembalian
pajak) kepada para pemegang saham dan pihak-pihak eksternal lainnya.
3. Menyiapkan dan menganalisis laporan kinerja, menginterpretasikan laporan-laporan
ini untuk para manajer, menganalisis program dan proposal-proposal anggaran dari
berbagai segmen perusahaan serta mengkonsolidasikannya ke dalam anggaran
tahunan secara keseluruhan.
4. Melakukan supervisi audit internal dan mencatat prosedur-prosedur pengendalian
untuk menjamin validitas informasi, menetapkan pengamanan yang memadai
terhadap pencurian dan kecurangan serta menjalankan audit operasional.
5. Mengembangkan personel dalam organisasi pengendali dan berpartisipasi dalam
pendidikan personel manajemen dalam kaitannya dengan fungsi pengendali.
BAB 4
PUSAT TANGGUNG JAWAB: PUSAT PENDAPATAN dan BEBAN
Peranan Laba
Tujuan utama dari setiap perusahaan yang berorientasi pada laba adalah memperoleh laba
yang memuaskan. Oleh karena itu, laba merupakan tolak ukur yang penting atas efektifitas.
Lebih lanjutnya lagi, karena ;aba merupakan selisih anatara pendapatan (ukuran output) dan
biaya (ukuran input), laba juga merupakan ukuran efisiensi. Dengan demikian, laba
mengukur baik efektifitas maupun efisiensi. Ketika ukuran secara menyeluruh itu ada, tidak
perlu untuk mengukur relative penting efektifitas vs efisiensi. Akan tetapi, ketika ukuran
tersebut tidak ada, adalah perlu dan bermanfaat untuk mengklasifikasikan ukuran kinerja
sebagai ukuran yang berkaitan dengan efektifitas dan berkaitan dengan efisiensi. Tetapi
situasi ini memiliki masalah dalam menyeimbangkan kedua jenis ukuran tersebut. Sebagai
contoh, bagaimana seseorang memandingkan antara perfeksionis yang barangkali efektif
tetapi tidak efisien, dengan seorang manajer yang hemat dengan menggunakan lebih sedikit
input namun memproduksi output yang kurang dari optimal?
Pusat Pendapatan
Di pusat pendapatan, suatu output (yaitu, pendaptan) diukur secara moneter, akan
tetapi tidak ada upaya formal yang dilakukan untuk mengaitkan input (yaitu, beban atau
biaya) dengan output. (Jika beban dikaitkan dengan pendapatan, maka unit tersebut akan
menjadi pusat laba). Pada umumnya, pusat pendapatan merupkan unit pemasaran atau
penjualan yang tak memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak
bertanggungjawab atas harga poko penjualan dari barang-barang yang mereka pasarkan.
Penjualan atau pesanan actual diukur dari angggaran dan kuota, dan manajer dianggapa
bertanggungjawab atas beban. yang terjadi secara langsung didalm unitnya, akan tetapi
ukuran utamanaya adalah pendapatan.
Pusat Beban
Pusat beban adalah pusat tanggung jawab yang inputnya diukur secara monoter,
namun outputnya tidak. Ada dua jenis umum dari pusat beban, yaitu pusat beban tekhnik dan
pusat beban kebijakan. Dua jenis istilah ini berkaitan dengan dua jenis biaya. Biaya teknik
adalah biaya-biaya yang jumlahnya secara “tepat” dan “memadai” dapat diestimasikan
dengan keandalan yang wajar-sebagai contoh, biaya pabrik untuk tenaga kerja langsung,
bahan baku langsung, komponen, perlengkapan, dan keperluan-keperluan. Biaya kebijakan
(juga disebut dengan biaya yang dikelola) adalah biaya yang tidak tersedia estimasi
tekniknya. Di pusat beban kebajikan, biaya-biaya yang di keluarkan tergantung pada
penilaian manajemen atas jumlah yang memadai dalam kondisi tertentu.
Variasi Biaya
Tidak seperti dalam dipusat beban teknik yang sangat dipengaruhi oleh perubahan
volume jangka pendek, biaya dalam pusat beban kebijakan cukup terlindungi dari fluktuasi
jangka pendek. Perbedaan ini berawal dari fakta bahwa dalam membuat anggaran untuk pusat
beban kebijakan, para manajer cenderung untuk menyetujui perubahan syang terkait dengan
perubahan volume penjualan yang diantisipasi-misalnya, mengijinkan untuk menambah
tenaga kerja jika volume penjualan bergerak naik, dan untuk mengurangi tenaga kerja jika
volume penjualan sedang menurun. Selama masalah tenaga kerja dan segala biaya yang
berhungan dengan tenaga kerja merupakan pos terbesar dan pusat beban kebijakan, maka
anggaran tahunan untuk pusat beban tersebut akan cenderung untuk memiliki persentase yang
tetrap dari anggaran volumepenjualan.
Selanjutnya, setelah seorang manajer pusat beban kebijakan merekrut tambahan
tenaga kerja atau merencanakan untuk melakukan penghentian sementara sesuai dengan
anggaran yang telah disetujui, adalah tidak ekonomis bagi mereka untuk menyesuaikan
tenaga kerja terhadap fluktuasi jangka pendek; perekrutan dan pelatihan tenaga kerja untuk
kebutuhan jangka pendek sangatlah mahal, dan terkadang pemberhentian tenaga kerja secara
temporer sangat melukai perasaan yang bersangkutan.
Pengukuran Kinerja
Pekerjaan utama bagi seorang manajer pusat beban kebijakan adalah untuk mencapai
output yang di inginkan. Membelanjakan suatu jimlah yang “sesuai dengan anggaran” untuk
mengerjakan hal ini dianggap memuaskan; jumlah yang melebihi anggaran merupakan alas
an untuk prihatin, sementara jumlah yang kurang dari anggaran akan mengindikasikan bahwa
pekerjaan yang direncanakan belum selesai dilaksanakan. Dalam pusat beban kebijakan,
sebagai lawan dari pusat beban teknik, laporan keuangan bukan merupakan suatu alat untuk
mengevaluasi efisiensi dari seorang manajer.
Jika kedua jenis pusat tanggung jawab tersebut tidak dibedakan, maka manajemen
mungkin akan salah memperlakukan laporan kinerja pusat beban kebijakan, sebagai indicator
atas evisiensi unit tersebut, sehingga memotifasi pusat beban tersebut untuk membuat
keputusan untuk membelanjakan kurang dari jumlah yang dianggarkan, dimana hal ini
akhirnya akan menurunkan output. Untuki alas an ini akan tidak bijaksana untuk memberikan
penghargaan kepada para eksekutif yang membelanjakan lebih sedikit dari jumlah anggaran.
Pengendalian atas pengeluaran dapat dilaksanakan dengan mengharuskan adanya persetujuan
dari para atasan sebelum anggaran dilampaui. Terkadang, persentase tertentu dari kelebihan
(katakanlah 5%) dapat diijinkan tanpa perlu persetujuan tambahan. Pengendalian menyeluruh
terhadap pusat beban kebijakan dicapai dengan mengukur kinerja nonfinansial. Sebagai
contoh, indikasi atau kualitas pelayanan terbaik untuk beberapa pusat beban kebijakan
mungkin berupa opini dari para penggunanya.
Pusat administrasi meliputi manajemen senior korporat dan manajemen unit bisnis, serta para
manajer unit-unit yang menyediakan layanan kepada pusat tanggung jawab.
Penyusunan Anggaran
Anggaran yang diajukan untuk pusat administrative maupun pusat pendukung biasanya
terdiri dari suatu daftar pos-pos beban, dengan usulan anggaran dibandingkan dengan seluruh
beban actual pada tahun berjalan. Beberapa perusahaan memintah penyajian yang lebih
terperinci, yang mencakup sebagaian atau semua kompunen dibawah ini:
Bagian yang membahas biaya pokok dari suatu pusat administrative atau pendukung
tersebut termaksud biaya untuk “tetap berada dalam bisnis (being in business)” ditambah
biaya-biaya untuk aktivitas-aktivitas yang secara intrinsic diperlukan untuk mana
keputusan manajemen tidak di perlukan.
Bagian yang membahas aktivitas kebijakan dari pusat administrative atau pendukung
tersebut, termaksud diskritif dari tujuan biaya dan estimasi biaya dari setiap tujuan.
Bagian yang menjelaskan semua pengajuan penambahan dalm anggaran di luar inflasi.
Bagian tambahan tersebut sangat berguna jika anggaran bernilai besar dan/atau
manajemen ingin menentukan tingkat yang sesuai untuk aktivitas pusat. Dalam kondisi
lannya, jumlah rincian bergantung pada penting tidaknya pengeluaran tersebut dan
keinginan manajemen.
Program Litbang
Tidak ada cara ilmiah untuk menentukan skala optimum dari anggaran litbang.
Perusahaan sekadar menggunakan presentasi dari penghasilan rata-rata sebagai dasar (angka
rata-rata dan bukan presentasidari pendapatan tertentu di tahun tertentu karena skala operasi
litbang tidak seharusnya dipengaruhi oleh pergerakan pendapatan jangka pendek). Presentasi
tertentu yang digunakan sebagaian ditentukan oleh perbandingan dengan pengeluaran litbang
perusahaan saingan dan sebagaian lagi oleh riwayat pengeluaran litbang perusahaan itu
sendiri. Bergantung pada situasi, factor-faktor lain juga ikut memainkan peranan: misalnya,
manajemen senior mungkin menyetujui kenaikan anggaran yang cepat dan besar-besaran jika
terlihat telah (akan) ada terobosan baru yang signifikan.
Program litbang sendiri dari serangkaian program ditambah kelonggaran untuk
pekerjaan yang tidak direncanakan. Hal tersebut biasanya ditinjau setiap tahunnya oleh
manajemen senior. Tinjauan ini sering dilakukan oleh komite penelitian yang terdiri dari
CEO, direktur penelitian serata para manajer produksi dan pemasaran (pihak yang terakhir ini
dibatalkan karena merekalah yang akan menggunakan output dari proyek-proyek penelitian
yang sukses). Komite ini membuat keputusan yang luas mengenai proyek-proyek yang akan
dikerjakan, mana yang akan diperluas, mana yang akan dipangkas atau dihentikan. Tentu saja
keputusan-keputusan ini bersifat subjektif, namun berada pada batas-batas kebijakan yang
sudah ditetapkan atas total pengeluaran penelitian. Dengan demikian, program penelitian
ditentukan bukan dengan cara menghitung seluruh jumlah dari proyek yang disetujui, namun
dengan cara membagi “kue penelitian” menjadi irisan-irisan yang tampaknya pling bernilai.
Anggaran Tahunan
Jika suatu perusahaan telah memutuskan suatu program litbang berjangka panjang dan
telah menjalankan program ini dengan sitem persetujuan proyek, maka upaya untuk
menyusun anggaran litbang per tahun akan menjadi persoalan yang sederhana, dengan
melibatkan “kalenderisasi” atas pengeluaran yang diperkirakan selama periode anggaran. Jika
anggaran yang disusun sesuai dengan rencana strategis perusahaan (sebagaimana
seharusnya), maka persetujuaan atas proyek merupakan suatu yang rutinp-semata-mata
membantu dalam perencanaan kas dan pegawai. Penyusunan anggaran akan memungkinkan
manajemen untuk melihat proyek litbang tersebut dengan sebuah pertanyaan; “dengan apa
yang kita ketahui sekarang ini, apakah ini merupakan cara yang terbaik untuk sumber daya
yang kita miliki pada tahun depan?” proses penyusunan anggaran tahunan juga menjamin
anggaran actual tidak melebihi jumlah yang dianggarkan tanpa sepengetahuaan manajemen.
Varians yang penting dari anggaran harus disetujui oleh pihak manajemen sebelum terjadi.
Pengukuran Kinerja
Secara regular biasanya per bulan atau per kuartal, hampir semua perusahaan
membandingkan pengeluaran actual dengan pengeluaran yang dianggarkan dari semua pusat
tanggung jawab dan seluruh proyek yang dijalankan. Perbandingan ini kemudiaan dirangkum
untuk dilaporkan kepada manajer dengan seproggresif mungkin guna membantu para manajer
di pusat tanggung jawab dalam merencanakan pengeluaran mereka dan untuk meyakinkan
para atasan mereka bahwa pengeluaran-pengeluaran tersebut masih dalam batas-batas yang
disepakati.
Dibanyak perusahaan, manajemen merima dua jenis laporan mengenai kegiata-
kegiatan litbang. Jenis laporan yang pertama membandingkan prediksi terakhir mengenai
total biaya dengan jumlah yang disetujui untuk masing-masing proyek. Laporan tersebut
dibuat secara berkala bagi para eksekutif yang mengendalikan pengeluaran untuk kegiatan
penelitian, guna membuat mereka dalam memutuskan apakah perlu ada perubahan dalam
daftar proyek yang disepakati. Jenis laporan keuangan yang ke dua terdiri dari perbandingan
antara pengeluaran yang dianggarkan dengan pengeluaran actual di masing-masing pusat
tanggung jawab. Tujuannya adalah untuk membantu para eksekutif penelitiaan untuk
mengantisipasi pengeluaran dan untuk memastikan bahwa komitmen pengeluaran tersebut
dipenuhi. Kedua jenis pelaporan tersebut tidak memberikan informasi mengenai efektivitas
dari kegiatan penelitiaan dari manajemen. Informasi semacam itu disediakan secara resmi
mulai laporan perkembangan (progress report), yang menjadi salah satu dasar bagi
manajemen untuk melakukan penelian tentang efektivitas proyek yang ada. Akan tetapi;
penting untuk dicatat perangkat utam yang digunakan dalam mengevaluasi efektivitas proyek
adalah diskusi tatap muka.
F. Pusat Pemasaran
Dibanyak perusahaan, dua jenis aktivitas yang sangat berbeda dikelompokkan
dibawah pusat pemasaran, dengan pengendalian yang berbeda satu sama lain. Satu kelompok
aktivitas kelompok aktivitas berkaitan dengan pemenuhan pasokan. Aktivitas ini disebut
sebagai aktivitas pemenuhan pesanan atau pesanan logistic. Kelompok-kelompok aktivitas
lainya berkaitan dengan upaya-upaya untuk mendapatkan pesanan dan tentu saja,
berlangsung sebelum satu pesanan diterima. Hal tersebut merupakan aktivitas pemasaran
yang sesunggunya dan kadang-kadang disebut aktivitas pemasaran, atau disebut aktivitas
pencairan pesanan.
Aktivitas Logistik
Aktivitas-aktivitas logistic adalah aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam
memindahkan barang dari perusahaan ke pelanggan dan mengumpulkan piutang yang jatuh
tempo dari para pelanggannya. Aktivitas-aktivitas ini mencakup transportasi ke pusat
distribusi, pergudangan, pengapalan dan pengiriman. Pengajuan rekening dan aktivitas yang
terkait dengan fungsi kredit dan penagihan piutang. Pusat tanggung jawab yang menjalankan
fungsi-fungsi tersebut secara mendasar serupa dengan pusat beban di pabrik. Banyak yang
merupakan pusat beban teknik yang dapat dikendalikan melalui penerapan standard an
menyesuaikan anggaran untuk mencerminkan biaya-biaya ini pada berbagai tingkatan
volume.
Hampir disemua perusahaan, pekerjaan-pekerjaan dokumen yang meliputi aktivitas-
aktivitas logistic dan penagihan piutang sekarang bisa ditentukan secara cepat dan dengan
biaya rendah melalui internet.
Aktivitas Pemasaran
Aktivitas-aktivitas pemasaran adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh pesanan. Aktivitas-aktivitas ini meliputi uji pemasaran;
pembentukan, pelatihan, dan pengawasan terhadap tenaga penjualan (sale force); periklanan
dan proporsi penjualan-yang seluruhnya memiliki karakteristi-karakteristik yang
menimbulkan permasalahan pengendalian manajemen.
Walaupun dimungkinkan untuk mengukur output organisasi pemasaran; tetapi
aktivitas untuk mengevaluasi efektivitas upaya pemasaran ternyata jauh lebih sulit. Hal ini
disebabkan karena perubahan dalam factor diluar kendali departemen pemasaran (seperti,
kondisi ekonomi dan tindakan-tindakan para pesaing) meyebabkan melesetnya asumsi-
asumsi yang menjadi dasar dari anggaran penjualan.
Dalam kasus apa pun, pemenuhan komitmen anggaran untuk beban pemasaran
bukanlah kriteri utama dalam proses evaluasi, karena dampak dari volume penjualan terhadap
laba cenderung menutupi kjnerja biaya. Jika suatu kelompok pemasaran menjual sebanyak
dua kali lipat dari kuotanya, pihak manajemen tidak akan terlalu memperdulikan jika
kelompok tersebut melebihi biaya yang dianggarkan sebanyak 10% dalam merealisasikan
penjualan tersebut. Target penjualan, dan bukannya target biaya menjadi factor yang penting.
Teknik-teknik pengendalian yang bisa diterapkan terhadap aktivitas-aktivitas logistik
ini secara umum tidak dapat diterapkan terhadap aktivitas-aktivitas pemasaran. Kegagalan
dalam melihat fakta ini dapat mengarah pada keputusan-keputusan yang tidak tepat. Misalnya
saja seringkali terdapat korelasi yang wajar antara volume penjualan dengan tingkat beban
proporsi penjualan untuk iklan. Artinya adalah bahwa beban penjualan bervariasi terhadap
volume penjualan, tetapi kesimpulan yang demikian adalah salah. Anggaran fleksibel yang
disesuaikan terhadap perubahan volume penjualan tidak dapat dipergunakan untuk
mengendalikan biaya penjualan yang menjadi sebelum penjualan terlaksana. Baik anggaran
periklanan atau pun anggaran promosi penjualan sebaiknya tidak disesuaikan untuk
mengakomodasi perubahan-perubahan volume penjualan jangka pendek. Sebagimana
ditunjukkan sebelumnya, banyak perusahaan menganggarkan beban pemasaran sebagai
presentase dari penjualan yang dianggarkan, tetapi gal tersebut dilakukan bukan karena
volume penjulan mengakibatkan munculnya beban pemasaran, namun lebih berdasarkan
keyakinan bahwa semakin tinggi volume penjualan, maka semakin banyak yang dapat
dikeluarkan oleh perusahaan itu untuk periklanan.
Secara ringkas terdapat tiga jenis aktivitas dalam organisasi pemasaran dan sebagai
konsukuensinya, terdapat tiga jenis ukuran aktivitas. Pertama, ada aktivitas logistic, yang
banyak dari biayanya merupakan beban teknik. Kedua, ada penciptaan pendapatan, yang
biasanya dievaluasi dengan cara membandingkan antara pendapatan dengan kualitas fisik
actual yang dijual baik dengan pendapatan dan unit yang dianggarkan. Ketiga, biaya
pencairan pesanan yang merupakan beban kebijakan, kare tidak seorang pun tau berapa
persisnya jumlah optimal yang harus dikeluarkan. Konsukensinya, ukuran efisiensi dan
efektivitas untuk biaya-biaya tersebut sangat subjektif.
BAB 5
PUSAT LABA
Pertimbangan Umum
Pertimbangan ini menyangkut unit-unit bisnis dalam perusahaan dan pelimpahan wewenang
di dalam perusahaan, yaitu
1. Organisasi fungsional, yaitu organisasi dimana fungsi produksi atau pemasaran utama
dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah
2. Organisasi divisional, yaitu ketika suatu organisasi diubah menjadi organisasi dimana
setiap unit utama bertanggung jawab baik atas produksi maupun pemasaran.
OGANISASI LAINNYA
Meskipun para manajer cabang tidak memiliki tanggung jawab manufaktur atau
pembelian, profitabilitas sering kali merupakan satu-satunya ukuran kinerja yang paling baik.
Selain itu pengukuran laba merupakan suatu alat motivasi yng sempurna. Sebagai contoh
pusat laba adalah toko-toko dalam rantai ritel, restoran-restoran pada rantai makanan cepat
saji (fast-food chain), dan hotel-hotel pada rantai hotel.
Pengukur profitabilitas
1. Kinerja Manajemen
Pengukuran ini memiliki fokus pada hasil kinerja manajemen. Pengukuran ini digunakan
untuk perencanaan (planning), koordinasi (coordinating), dan pengendalian
(controlling)kegiatan sehari-hari dari pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan
motivasi yang tepat bagi manajer.
2. Kinerja Ekonomis
Pengukuran ini memiliki fokus pada kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomis.
Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dilokasikan kepusatlaba berdasarkan jumlah
relatif dari beban yang keluarkan oleh pusat laba. Ada dua argumen yang menentang alokasi
ini. Pertama, karena biaya-biaya yang dikeluarkan oleh staf di departemen korporat seperti
bagian keuangan, akuntansi, dan bagian sumber daya manusia tidak dapat dikendalikan oleh
manajerpusat laba, maka manajer tersebut tidak dianggap bertanggung jawab atas biaya
tersebut. Kedua, sulit untuk mengalokasikan jasa staf korporat dengan cara yang secara wajar
mencerminkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pusat laba.
Pertama, unit jasa korporat memiliki kecenderungan untuk meningkatkan dasar kekuatan dan
untuk memperluas keunggulannya tanpa memperhatikan dampaknya terhadap perusahaan
secara keseluruhan.
Kedua, kinerja setiap pusat laba akan lebih realisasi dan lebih diperbandingkan dengan
kinerja para pesaing yang memberikan jasa yang sama.
Ketiga, ketikapara manajer mengentahui bahwa pusat laba merekan tidak akan menunjukan
laba kecuali biaya-termasuk bagian overhead perusahaan yang dialokasikan-tertutupi.
5. LABA BERSIH
Pada pengukuran laba bersih, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domistik berdasarkan
laba bersih (net income), yaitu jumlah laba bersih setelah pajak.
1. Laba setelah pajak sering kali merupakan persentase konstan atas laba sebelump pajak,
dalam kasus mana tidak dapat manfaat dengan memasukan unsur pajak penghasilan
2. Karena banyak keputusan yang mempengaruhi pajak penghasilan dibuat dikantor pusat,
maka tidaklah tepat jika para manajer pusat jikaharus menanggung konsekoensi dari
keputusan-keputuan tersebut.
Pendapatan
Pemilihan metode pengakuan pendapatan sangatlah penting, dalam beberapa kasus dua
atau lebih pusat laba dapat berpartisipasi dalam suatu usaha penjualan yang sukses. Idealnya
setiap pusat laba harus diberikan nilai yang sesuai atas bagiannya dalam transaksi tersebut.
Pertimbangan Manajemen
Sebagian besar kebingungan yang timbul dalam mengukur kinerja manajemen pusat
laba biasanya terjadi sebagai akibat dari kegagalan untuk memisahkan antara pengukuran
kinerja manajer dan pengukuran ekonomis suatu pusat laba. Para manajer harus diukur
berdasarkan pos-pos yang dapat mereka kendalikan, bahkan jika mereka tidak memiliki
pengendalian penuh terhadap pos tersebut.
Dengan mengikuti pedoman-pedoman tersebut tidak berarti bahwa semua masalah
terpecahkan. Salah satu cara untuk membuat penilaian ini dapat diandalkan adalah dengan
mengeleminasi semua pos agar manajer tidak memiiki pengaruh.
BAB 6
PENENTUAN HARGA TRANSFER
Pembagian Laba
Sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan untuk memastikan
keselarasan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan. System ini beroperasi dengan
cara:
Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variable standard
Setelah produk terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, dengan cara
harga penjualan dikurangi biaya variable produksi dan pemasaran.
Beberapa permasalahan dalam penggunaan metode ini, yaitu: a) memakan waktu dan
biaya kemungkinan adanya argument-argumen mengenai cara pembagian kontribusi antara
pusat laba b) membagi laba antara pusat laba secara arbitrer tidak memberikan informasi
yang tepat mengenai profitabilitas dari masing pusat laba c) kontribusi tergantung pada
kemampuan unit pemasaran menjual produk pada harga penjualan actual.
Klasifikasi Produk
Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga
transfer tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar
serta harga pasar. Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka semakin
formal dan semakin spesifik peraturan yang ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka
perolehannsumber daya dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan
buat atau beli (make or buy decisison) yang melebihi jumlah tertentu.
Beberapa perusahaan membagi produknya ke dalam dua kelas:
a. Kelas I, meliputi seluruh produk untuk manajemen senior ingin mengendalikan
perolehan sumber daya. Cirinya: volume besar, sumber internal dan pengendalian manajemen
senior bertujuan menjaga kualitas. Perolehan sumber daya dari jenis ini dapat diubah hanya
dengan izin manajemen senior.
b. Kelas II, seluruh produk lainnya yang ditransfer pada harga pasar. Cirinya: dapat
diproduksi pihak luar, volume relative kecil dan diproduksi dengan peralatan umum (general
purpose equipment). Perolehan sumber daya ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat
baik dari dalam atau luar perusahaan.
BAB 7
MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA
A. Struktur Analisis
Fokus pada laba juga harus dengan mempertimbangkan aktiva yang digunakan
untuk menghasilkan laba tersebut. Tujuan penting dari perusahaan yang berorientasi pada
laba adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang memuaskan atas
modal yang digunakan. Apabila jumlah aktiva yang digunakan tidak ikut diperhitungkan,
maka pihak manajemen akan kesulitan untuk membandingkan kinerja laba dari suatu unit
usaha dengan unit usaha yang lain. Perbedaan laba yang besar tidak akan berarti apabila
unit usaha menggunakan sumber daya yang berbeda, karena semakin banyak sumber daya
yang digunakan maka semakin besar laba yang diperoleh.
Para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama, mereka harus
menghasilkan laba yang mencukupi dari sumber daya yang digunakan. Kedua, mereka
dapat menggunakan sumber daya tambahan hanya jika penggunaan tersebut
menghasilkan tingkat pengembalian yang memadai. Tujuan dari menghubungkan laba
dengan investasi adalah untuk memotivasi para manajer unit usaha guna mencapai
sasaran-sasaran tersebut di atas.
Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) adalah suatu rasio perbandingan.
Pembilangnya (numerator) adalah laba yang dilaporkan pada laporan keuangan,
sedangkan penyebutnya (denominator) adalah aktiva yang digunakan. Nilai tambah
ekonomi (EVA) adalah jumlah uang, bukan rasio EVA dapat diperoleh dengan
mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba operasi bersih (net operating
profit). Beban modal diperoleh dari perkalian antara jumlah aktiva yang digunakan
dengan suatu tingkat tarif (rate).
Untuk memutuskan dasar investasi ada beberapa hal yang akan digunakan untuk
mengevaluasi pusat investasi, yaitu:
1. Praktek-praktek yang akan membuat para manajer unit usaha menggunakan aktiva
mereka dengan efisien dan untuk mendapatkan jumlah dan jenis yang tepat dari aktiva
baru. Ketika laba mereka berkaitan dengan aktiva yang digunakan, para manajer unit
usaha akan mencoba untuk meningkatkan kinerja mereka yang diukur dengan cara ini.
Manajemen senior biasanya ingin agar tindakan yang mereka lakukan untuk tujuan ini
adalah yang terbaik bagi kepentingan perusahaan secara keseluruhan.
2. Praktek-praktek yang paling baik mengukur kinerja suatu entitas ekonomi.
a. Kas
Mayoritas perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pengendalian
pusat memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap
unit usaha memegang saldo kas yang dibutuhkannya untuk menyeimbangkan
perbedaan antara kas masuk dan arus kas keluar. Saldo kas unit usaha hanya akan
merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran harian. Akibatnya, saldo
kas aktual pada tingkat unit usaha cenderung jauh lebih kecil dibandingkan
dengan saldo kas yang diperlukan, ini apabila unit usaha merupakan suatu
perusahaan independen. Oleh karena itu banyak perusahaan yang menggunakan
rumus untuk menghitung kas yang akan dimasukkan dalam dasar investasi. Salah
satu alasan untuk memasukkan kas pada jumlah yang lebih besar daripada saldo
yang biasanya dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih
besar ini diperlukan untuk memungkinkan perbandingan dengan perusahaan luar.
Namun ada beberapa perusahaan yang mengabaikan unsur kas dalam investasi
karena jumlah kas tersebut mendekati kewajiban lancar. Jika demikian maka
jumlah piutang dalam perusahaan akan mendekati jumlah modal kerja.
b. Piutang
Tingkat piutang secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh manajer unit usaha
melalui kemampuan mereka untuk menghasilkan penjualan dan secara langsung
melalui penetapan persyaratan kredit dan persetujuan atas kredit individual dan
batas kredit serta melaui wewenang mereka dalam menagih kredit yang jatuh
tempo. Untuk kemudahan, unsur piutang sering dimasukkan pada saldo aktual di
akhir periode, meskipun rata-rata antar periode secara konsep merupakan ukuran
yang lebih baik atas jumlah yang seharusnya dikaitkan dengan laba.
Apabila unsur piutang dimasukkan ke dalam harga jual atau pada harga pokok
maka akan ada perbedaan pendapat. Suatu pihak akan berpendapat bahwa
investasi riil dari suatu unit dalam piutang adalah hanya sebesar harga pokok
penjualan dan bahwa tingkat pengembalian yang memuaskan atas investasi ini
mungkin sudah mencukupi. Di pihak lain, adalah mungkin untuk mengatakan
bahwa unit usaha dapat menginvestasikan kembali uang yang diperoleh dari
piutang, dan karena itu piutang harus dimasukkan pada harga jualnya.
Alternatif yang lebih sederhana yaitu memasukkan piutang pada nilai buku yang
merupakan harga jual dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih. Apabila unit
usaha tidak mengendalikan kredit maupun penagihannya, maka piutang dapat
dihitung berdasarkan suatu rumus.
c. Persediaan
Untuk persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang, yaitu dicatat pada
jumlah akhir periode meskipun rata-rata antar periode lebih baik secara konsep.
Metode yang dapat digunakan adalah FIFO (First In First Out), Average, atau
LIFO Costing (Last In First Out). Jika perusahaan menggunakan LIFO untuk
tujuan akuntansi keuangan, maka metode penilaian lain biasanya digunakan untuk
pelaporan laba unit usaha, karena saldo persediaan LIFO cenderung sangat rendah
pada periode terjadinya inflasi. Jika persediaan barang dalam proses didanai
melalui pembayaran di muka atau pembayaran cicilan dari konsumen, ini terjadi
jika barang tersebut membutuhkan waktu produksi yang lama.Pembayaran akan
dikurangi dari jumlah persediaan kotor atau dilaporkan sebagai kewajiban.
Ada beberapa perusahaan mengurangkan utang usaha dari persediaan dengan
dasar bahwa utang mencerminkan pendanaan atas sebagian persediaan oleh
pemasok, tanpa biaya untuk unit usaha. Modal perusahaan yang dibutuhkan untuk
persediaan adalah hanya sebesar selisih antara jumlah persediaan kotor dan utang.
Pada saat suku bunga tinggi atau kredit yang diperketat, para manajer mungkin
terdorong untuk mempertimbangkan guna mengorbankan diskon tunai yang
ditawarkan, supaya tambahan pendanaan disediakan oleh pemasok. Di lain pihak,
menunda pembayaran akan mengurangi aktiva lancar bersih yang mungkin bukan
merupakan kepentingan perusahaan karena hal tersebut akan membahayakan
peringkat kredit.
d. Modal Kerja Secara Umum
Perlakuan modal kerja sangatlah bervariasi. Pada satu sisi perusahaan
memasukkan seluruh aktiva lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak
mengeliminasi kewajiban lancar. Penggunaan metode ini dengan alasan dari sudut
pandang motivasional jika unit-unit usaha tidak dapat mempengaruhi utang atau
kewajiban lancar lainnya. Akan tetapi metode ini menyatakan terlalu tinggi
jumlah modal korporat yang diperlukan untuk mendanai unit usaha, karena
kewajiban lancar merupakan sumber modal, seringkali dengan biaya bunga sama
dengan nol.
Di lain pihak seluruh kewajiban lancar dapat dikurangkan dari aktiva lancar.
Metode ini menyediakan ukuran yang baik atas modal yang disediakan oleh
perusahaan, karena perusahaan menginginkan agar unit usaha memperoleh
pengembalian. Akan tetapi ini akan mengimplikasikan tidak adanya kendali para
manajer atas beberapa kewajiban lancar pada setiap unit usaha.
e. Properti, Pabrik, dan Peralatan / Aktiva Tetap
Dalam akuntansi keuangan aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya perolehan, dan
biaya ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui penyusutan.
Hampir semua perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur
profitabilitas atas dasar aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan permasalahan
dalam penggunaa sistem sehingga akan dilakukan analisis pada bagian-bagian
berikut:
1) Akuisisi Peralatan Baru
Apabila perusahaan membeli mesin baru dapat kita lihat dalam laporan laba
rugi bahwa pembelian mesin tersebut akan menaikkan pendapatan sebelum
pajak, tetapi kenaikan ini lebih dibandingkan dengan kenaikan beban modal
(capital charge). Dengan demikian, perhitungan EVA menandakan bahwa
profitabilitas telah menurun, walaupun fakta ekonomi menunjukkan bahwa
laba mengalami kenaikan. Dalam kondisi yang demikian, manajer unit usaha
kemungkinan akan enggan untuk membeli aktiva tersebut, karena telah
terbukti bahwa unit usaha yang memiliki aktiva yang sudah tua atau yang
sudah sepenuhnya disusutkan, akan cenderung melaporkan EVA yang lebih
besar dibandingkan dengan unit usaha yang memiliki aktiva yang lebih baru.
Jika profitabilitas diukur dengan ROI, maka akan terjadi ketidakkonsistenan
yang sama. Jika aktiva yang telah disusutkan dimasukkan ke dalam dasar
investasi pada nilai buku bersih, maka profitabilitas unit usaha tersebut akan
dinyatakan secara salah (misstated) pada nilai buku bersih dan para manajer
unit usaha akan termotivasi untuk mengambil keputusan akuisisi yang tepat.
2) Nilai Buku Kotor
Terjadinya fluktuasi dalam perhitungan EVA dan ROI dapat dihindari dengan
memasukkan unsur aktiva yang dapat disusutkan dalam dasar investasi pada
nilai buku kotornya (gross book value) dan bukan nilai buku bersih (net book
value).
Dari cara di atas akan diketahui bahwa dalam EVA akan menunjukkan
profitabilitas unit usaha tersebut menurun, yang pada kenyataannya tidak
benar, sedangkan dalam ROI yang dihitung berdasarkan nilai buku kotor akan
selalu menyatakan terlalu rendah tingkat pengembalian sebenarnya.
3) Disposisi Aktiva
Apabila pembelian mesin baru dianggap akan menggantikan mesin yang telah
ada dan yang masih memiliki nilai buku yang masih belum disusutkan, maka
dapat diketahui bahwa nilai buku tersebut tidak relevan dalam analisis
ekonomi atas usulan pembelian (kecuali bahwa secara tidak langsung hal
tersebut dapat mempengaruhi pajak penghasilan). Penghapusan nilai buku dari
aktiva lama dapat mempengaruhi perhitungan profitabilitas unit usaha secara
substansial. Peningkatan nilai buku kotor hanya sebesar selisih antara nilai
buku bersih setelah tahun pertama dari mesin yang baru dengan nilai buku
bersih dan mesin yang lama. Dalam kedua kasus tersebut, jumlah yang relevan
dari investasi tambahan akan dinyatakan terlalu rendah, selanjutnya EVA akan
dinyatakan terlalu tinggi. Maka hal ini akan mendorong manajer unit usaha
untuk mengganti mesin lama dengan mesin yang baru, bahkan ketika
penggantian itu tidak dibenarkan secara ekonomi, karena unit-unit usaha yang
paling banyak melakukan penggantian mesin menunjukkan kenaikan
profitabilitas yang besar.
Jika aktiva yang dimasukkan ke dalam dasar investasi pada biaya awalnya,
maka manajer unit usaha akan termotivasi untuk menghilangkan aktiva
tersebut meskipun aktiva itu memiliki suatu kegunaan karena dasar investasi
unit usaha akan berkurang sejumlah biaya penuh dari aktiva tersebut.
4) Penyusutan Anuitas
Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas, dan bukan oleh metode garis
lurus, maka perhitungan profitabilitas unit usaha akan menunjukkan EVA dan
ROI yang tepat. Hal ini disebabkan karena metode penyusutan anuitas
sesungguhnya mengaitkan pengembalian investasi yang implisit dalam
perhitungan nilai sekarang. Hal ini dikarenakan penyusutan anuitas merupakan
kebalikan dari penyusutan yang dipercepat, dimana jumlah penyusutan
tahunan lebih rendah pada tahun-tahun pertama ketika nilai investasinya masih
tinggi dan meningkat setiap tahunnya seiring dengan menurunnya nilai
investasi, tetapi tingkat pengembalian hasil tetap konstan. Namun hanya
sedikit manajer yang menerima ide mengenai penyisihan penyusutan yang
meningkat pada saat umur aset semakin tua. Mereka melihat penyusutan
akuntansi sebagai cerminan dari penurunan kondisi fisik atau kerugian dalam
nilai ekonomis. Oleh karena itu mereka percaya bahwa penyusutan dengan
metode garis lurus, ataupun yang dipercepat, merupakan metode yang paling
menggambarkan kondisi di lapangan. Akibatnya sulit untuk meyakinkan
mereka guna menerima konsep anuitas untuk mengukur laba unit usaha.
Dalam penyusutan anuitas juga mencerminkan beberapa masalah teknis.
Apabila skedul penyusutan yang didasarkan pada estimasi pola arus kas
menyimpang, meskipun total arus kas mungkin menghasilkan tingkat
pengembalian yang sama, laba yang diperkirakan akan lebih tinggi pada
tahun-tahun tertentu dan lebih rendah pada tahun-tahun yang lain. Metode ini
biasanya hanya diterima untuk tujuan akuntansi keuangan.
5) Metode Penilaian yang Lain
Dalam metode ini menggunakan nilai buku bersih tetapi biasanya menetapkan
batas bawah 50%, sebagai biaya awal yang dapat dihapus. Hal ini akan
mengurangi distorsi yang terjadi dalam unit usaha yang memiliki aktiva yang
tua. Namun kesulitan dalam metode ini adalah bahwa suatu unit usaha dengan
aktiva tetap yang memiliki nilai buku bersih di atas 50% nilai buku kotornya
dapat mengurangi dasar investasi dengan sepenuhnya membuang aktiva-aktiva
yang masih bagus. Perusahaan lain biasanya tidak menggunakan catatan
akuntansi tetapi menggunakan estimasi nilai sekarang dari aktiva yang
diperoleh dengan cara menilai aktiva secara berkala dengan menyesuaikan
biaya awal menggunakan suatu indeks perubahan pada harga peralatan, atau
dengan menggunakan nilai asuransi.
Permasalahan utama dalam menggunakan nilai-nilai nonakuntansi adalah
bahwa nilai tersebut cenderung subjektif dibandingkan dengan nilai-nilai
akuntansi yang tampak lebih objektif dan umumnya tidak menimbulkan
pertentangan. Akibatnya data akuntansi memiliki nilai aura realitas bagi
manajemen operasi. Masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan jumlah
nonakuntansi dalam sistem internal adalah bahwa profitabilitas unit usaha
tidak akan konsisten dengan profitabilitas perusahaan yang dilaporkan kepada
para pemegang saham. Meskipun sistem pengendalian manajemen tidak harus
konsisten dengan pelaporan keuangan eksternal, namun sebenarnya beberapa
manajer memandang pendapatan bersih dalam laporan keuangan sebagai
“nama dari permainan”. Akibatnya mereka tidak menyukai sistem internal
yang menggunakan metode berbeda untuk menghitung nilai tanpa
mempedulikan manfaat teoritisnya.
Persolan yang lain dalam menggunakan nilai pasar sekarang adalah
memutuskan bagaimana menentukan nilai ekonomis. Secara konseptual nilai
ekonomis dari sekelompok aktiva sama dengan nilai sekarang dari arus kas
yang dihasilkan oleh aktiva-aktiva tersebut di masa yang akan datang. Padahal
dalam praktiknya tidak dapat ditentukan, meskipun terbitan indeks biaya
penggantian pabrik dan peralatan dapat digunakan, sebagian besar indeks
harga tidak relevan karena tidak adanya ruana untuk dampak dari perubahan
teknologi.
6) Aset-aset yang Disewagunausahakan
Dalam metode ini perusahaan akan menjual aktiva tetapnya kemudian
menyewagunausahakan aktiva tersebut. Maka dapat kita lihat dalam laporan
laba rugi bahwa laba sebelum pajak dari unit usaha tersebut akan menurun
akibat beban sewa baru yang lebih tinggi daripada beban penyusutan yang
dihilangkan. Meskipun demikian, EVA-nya akan naik karena biaya yang lebih
tinggi tersebut diimbangi dengan penurunan beban modal yang dihilangkan.
Oleh karena itu manajer unit usaha lebih terdorong untuk menyewa daripada
memiliki aktiva ketika beban bunga yang terkandung dalam biaya sewa lebih
kecil daripada beban modal yang dikenakan pada dasar investasi dari unit
usaha.
Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan usaha perjanjian pendanaan
yaitu, perjanjian tersebut memberikan cara alternatif untuk menggunakan
aktiva yang seharusnya didapatkan dari pendanaan dengan utang dan modal.
Sewa guna financial (yaitu sewa guna usaha jangka panjang yang setara
dengan nilai sekarang dari arus beban sewa) adalah sama dengan utang yang
dilaporkan juga dalam neraca.
7) Aktiva yang Menganggur
Jika suatu unit memiliki aktiva yang menganggur (idle asset) yang dapat
digunakan oleh unit lain, maka unit tersebut dapat diperbolehkan untuk
mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan dari izin ini
adalah untuk mendorong para manajer unit usaha guna melepas aktiva
menganggur ke unit lain yang mungkin memerlukannya. Tetapi jika aktiva
tetap tersebut tidak dapat digunakan oleh unit lain, maka pemberian izin untuk
menjual/mengganti aktiva tersebut akan menimbulkan tindakan yang
disfungsional. Misalnya hal tersebut akan mendorong manajer unit usaha
untuk menganggurkan aktiva yang tidak menghasilkan tingkat pengembalian
yang sama dengan target laba unit usaha.
8) Aktiva Tidak Berwujud
Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengembangan
(R&D) yang intensif, sedang lainnya cenderung fokus pada pemasaran.
Dengan menghitung aktiva semacam ini sebagai investasi jangka panjang,
manajer unit akan memperoleh manfaat jangka pendek yang lebih sedikit dari
pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut. Apabila biaya R&D
dikapitalisasi, maka setiap pengurangan satu dolar akan mengurangi aktiva
yang digunakan sebesar satu dolar, sehingga beban modal dapat berkurang
sebesar satu dolar dikalikan biaya modal yang hanya memiliki dampak positif
yang jauh lebih kecil terhadap EVA dalam perhitungannya.
9) Kewajiban Tidak Lancar
Kadang-kadang suatu unit usaha menerima modal permanennya dari
kumpulan dana korporat. Korporat memperoleh dana tersebut dari pemberian
pinjaman. Bagi unit usaha jumlah total dari dana tersebut adalah relevan
tetapi tidak dengan sumber daya dari mana dana tersebut berasal. Sehingga
perlu dipisahkan antara perhitungan dana yang dipinjam dengan perhitungan
EVA-nya berdasarkan aktiva yang diperoleh dari sumber umum korporat.
10) Beban Modal
Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk
menghitung beban modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih
tinggi daripada tarif korporat untuk pendanaan dengan utang karena dana yang
terlibat merupakan campuran antara utang dan modal berbiaya lebih tinggi
(higher-cost equity). Biasanya tarif tersebut ditetapkan di bawah estimasi
biaya modal perusahaan sehingga EVA atas rata-rata unit usaha berada di atas
nol. Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal
kerja daripada untuk aktiva tetap. Ini dapat mencerminkan penilaian bahwa
modal kerja lebih kecil resikonya daripada aset tetap, karena dananya
disalurkan untuk periode yang lebih pendek. Dalam kasus lain, tarif yang lebih
rendah merupakan cara untuk menkompensasikan fakta bahwa perusahaan
tersebut memasukkan unsur persediaan dan piutang dalam dasar investasi pada
jumlah kotor.
11) Survei-survei Praktik
Kebanyakan perusahaan memasukkan unsur aktiva tetap ke dalam dasar
investasi pada nilai buku bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut
melakukannya karena ini merupakan jumlah dengan mana aktiva tersebut
dicatat dalam laporan keuangan, dan oleh karenanya sesuai dengan laporan
keuangan tersebut mencerminkan jumlah modal yang digunakan dalam divisi
tersebut. Metode ini memberikan sinyal yang menyesatkan, tetapi mereka
yakin orang-orang harus memberikan kelonggaran untuk kesalahan tersebut
pada saat menginterpretasikan laporan laba unit usaha dan bahwa metode
alternatif perhitungan dasar investasi tidak dapat dipercaya karena sangat
subjektif. Penolakan terhadap pendekatan penyusutan anuitas dengan dasar
bahwa hal itu tidak konsisten dengan cara penghitungan penyusutan untuk
tujuan pelaporan keuangan.
Kedua metode ini biasa digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi unit-unit
usahanya. Masing-masing metode ini juga mempunyai kelebihan.
Dalam penggunaan ROI, maka perusahaan akan memperoleh tiga keuntungan,
yaitu:
1. ROI merupakan perhitungan yang komprehensif dimana semua mempengaruhi
laporan keuangan tercermin dari rasio ini.
2. ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam pengertian absolut.
3. ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi yang
bertanggung jawab terhadap profitabilitas, tanpa mempedulikan ukuran dan jenis
usahanya.
Selain itu data ROI pesaing bersedia sehingga dapat dijadikan sebagai dasar
perbandingan.
Ada beberapa alasan yang membuat EVA lebih unggul daripada ROI, antara lain:
1. Seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi.
Sedangkan dalam pendekatan ROI memberikan insentif yang berbeda untuk investasi
di antara unit-unit usaha.
2. Jika kinerja suatu pusat investasi diukur dengan EVA, maka investasi-investasi yang
menghasilkan laba di atas biaya modal akan meningkatkan EVA.
Keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat
menurunkan laba keseluruhan. Dengan penggunaan EVA sebagai ukuran berkaitan
dengan permasalahan yang berhubungan dengan investasi aset yang ROI-nya berada
di antara biaya modal dan ROI yang sekarang dicapai oleh pusat investasi tersebut.
3. Tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aktiva yang berbeda
pula guna memperhitungkan tingkat resiko yang berbeda.
Sistem pengendalian manajemen dapat dibuat konsisten dengan kerangka kerja yang
digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai investasi modal dan alokasi
sumber daya. Selain itu tanpa mempedulikan profitabilitas unit usaha tertentu, jenis
aktiva yang sama mungkin diharuskan untuk menghasilkan tingkat pengembalian
yang sama dalam perusahaan.
Jadi mengoptimalkan nilai pemegang saham merupakan tujuan penting bagi suatu
perusahaan. Tetapi karena pemegang saham mengukur nilai konsolidasi perusahaan
secara keseluruhan, maka hampir tidak mungkin untuk menggunakannya. Mandat
terbaik untuk nilai pemegang saham pada tingkat unit usaha adalah meminta para
manajer unit usaha untuk menciptakan dan meningkatkan EVA. Sehingga pendekatan
EVA ini mendorong para manajer untuk meningkatkan EVA dengan cara mengambil
tindakan-tindakan yang konsisten dengan peningkatan nilai pemegang saham.
Pengukuran dalam EVA dengan cara sebagai berikut:
EVA = Laba bersih – Beban modal
dengan
Beban modal = Biaya modal x Modal yang digunakan (1)
Cara lain untuk menyatakan persamaan (1) adalah:
EVA = Modal yang digunakan (ROI – Biaya modal) (2)
Ada beberapa tindakan yang bisa meningkatkan EVA berdasarkan kedua persamaan
di atas, antara lain:
a. Peningkatan ROI melalui business process reengineering dan productivity gains,
tanpa menaikkan dasar investasi
b. Divestasi aktiva, produk, dan atau bisnis yang ROI-nya kurang dari biaya modal
c. Investasi agresif yang baru dalam aktiva, produk, dan atau bisnis yang ROI-nya
melebihi biaya modal
d. Peningkatan penjualan, margin laba, atau efisiensi modal (rasio penjualan
terhadap modal yang digunakan), atau penurunan presentase biaya modal, tanpa
mempengaruhi variabel lain dalam persamaan.
Apabila dianalisis lebih lanjut maka akan kita temukan perbedaan antara ROI dan
EVA. Dalam penggunaan metode ROI terdapat beberapa unit usaha yang tujuannya
tidak konsisten dengan biaya aktiva lancar perusahaan. EVA akan memperbaiki
ketidakkonsistenan tersebut. Investasi dikalikan dengan tarif yang tepat, kemudian
dikurangkan dari anggaran laba, hasilnya adalah anggaran EVA. Secara berkala, EVA
dihitung dengan mengurangkan investasi aktual dari laba aktual dan dikalikan dengan
tarif tertentu. EVA memecahkan permasalahan mengenai perbedaan tujuan laba untuk
aktiva berbeda pada unit usaha sama. Metode ini memungkinkan untuk memasukkan
peraturan keputusan yang sama dengan yang digunakan dalam proses perencanaan ke
dalam sistem pengukuran. Semakin rumit proses perencanaan, maka semakin rumit
juga perhitungan EVA-nya. Aktiva tetap yang dimiliki unit usaha dapat
diklasifikasikan dengan tarif, dan tarif yang berbeda dapat diterapkan dalam
mengukur kinerja. Para manajer mungkin akan cenderung untuk enggan berinvestasi
dalam perbaikan kendali kerja, ukuran kendali polusi, atau sasaran sosial yang lain
jika mereka melihat hal itu sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan.