Anda di halaman 1dari 25

Uji klinik untuk obat pengembangan baru

Siti Asfijah Abdoellah, SSi, Apt, MMedSc


Kasubdit Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus
Direktorat Registrasi Obat

Disampaikan pada
Forum The 1st Technofarmalkes 2019 : Indonesian Health Tech Innovation
10-11 September 2019 1
OUTLINES

PENDAHULUAN
01

02 REGULASI PRODUK OBAT PENGEMBANGAN BARU

03 UJI KLINIK

TANTANGAN DAN PERAN BPOM DALAM


04 PENGEMBANGAN OBAT

2
PENDAHULUAN
Indonesia melakukan impor bahan
Riset Kesehatan Dasar (2018)
baku obat sekitar 90 % untuk
memenuhi kebutuhan
Penyakit Tidak Prevalensi (%) pelayanan kesehatan
Menular Tahun 2013 Tahun 2018
Kanker 1,4 1,8 Kekayaan Biodiversity Indonesia no.2
Stroke 7 10,9 terbesar di dunia

Gagal Ginjal Kronik 2 3,8


Diabetes Mellitus 6,9 8,5
Hipertensi 25,8 34,1 Pengembangan Obat Baru

UJI KLINIK
•  TBC 0,4 %
Penyakit Menular
•  Pnemonia 0,4% Menghasilkan Obat yang :
•  HIV meningkat dari 30.935 •  Bermutu
kasus (2015) menjadi 48.300 •  Berkhasiat
kasus (2017) •  Aman

INPRES No. 6 Tahun 2016
tentang Percepatan Pengembangan
Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya


saing industri farmasi dan alat kesehatan dalam
negeri melalui peningkatan pengembangan industri
farmasi dan alat kesehatan.

Ditujukan untuk :

MenKo Menteri Menteri BUMN Kepala Badan POM


Perekonomian Keuangan

MenKo Menteri Menteri


Perindustrian Menteri Riset,
Pembangunan Kesehatan Teknologi &
Manusia & Pendidikan Tinggi
Kebudayaan Menteri Menteri Pertanian
Perdagangan
Kepala LKPP Kepala BKPM

4
INSTRUKSI UMUM
INPRES No.6 Tahun 2016

•  Menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan


sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan dalam rangka
Jaminan Kesehatan Nasional.

•  Meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat


kesehatan di dalam negeri dan ekspor.

•  Mendorong penguasaan teknologi dan inovasi dalam


bidang farmasi dan alat kesehatan.

•  Mempercepat kemandirian dan pengembangan produksi


bahan baku obat, obat, dan alat kesehatan untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor serta
memulihkan dan meningkatkan kegiatan industri/uYlisasi
kapasitas industri.

5
INSTRUKSI KHUSUS UNTUK BPOM
INPRES NO. 6 tahun 2016

•  Memfasilitasi pengembangan obat dalam rangka


mendukung akses dan ketersediaan obat untuk masyarakat
sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan dalam
rangka Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);

•  Mendukung investasi pada sektor industri farmasi dan alat


kesehatan melalui fasilitasi dalam proses serYfikasi fasilitas
produksi dan penilaian atau evaluasi obat; dan

•  Mendorong pelaku usaha untuk meningkatkan kepatuhan


terhadap regulasi dan standar dalam rangka menjamin
keamanan, mutu dan khasiat serta peningkatan daya saing
industri farmasi.
VISI DAN MISI BADAN POM
Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan
VISI Masyarakat dan Daya Saing Bangsa.

MISI 1.  Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan


berbasis risiko untuk melindungi masyarakat
2.  Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam
Sesuai dengan
memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan INPRES 6 Tahun
serta memperkuat kemitraan dengan pemangku 2016
kepenYngan.
3.  Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.
REGULASI OBAT PENGEMBANGAN BARU

8
Kerangka Regulatori Obat Pengembangan Baru
Pra OPB OPB
Pra-Registrasi Regis-trasi Paska-Registrasi

Pertemuan Pembahasan Regulatori


OPB Pra-Fase III Pra-Reg

Skala Lab Skala pilot Skala lebih besar Skala komersial

Penemuan Obat
K a r a k t e r i s a s i P r o d u k

Uji Non Klinik



Toksisitas
Farmakologi
FarmakokineWk
in vivo, in vitro
Farmakodinamik , dll Fase I Fase II Fase III Fase IV

Pengajuan OPB Pengajuan Registrasi


PROSES PENGEMBANGAN OBAT BARU
Fasilitasi fast track 9
registrasi (100HK)
Izin Edar
Uji Klinik Fase III 8
Dossier Registrasi
Uji pada manusia:
- Dose ranging
Konsultasi IND
Uji Klinik Fase II

7
- FarmakokineYk, farmakodinamik
- Keamanan
- Efikasi

Uji Klinik Fase I - Product transfer (OpYmalisasi Proses Produksi, MA transfer)


Produksi di 6 - Penetapan spesifikasi
fasilitas GMP - Stabilitas

Uji Pre Klinik Farmakologi,


Konsultasi Pre IND 5 Toksikologi pada hewan,
uji in vivo in vitro Formulasi
Pra OPB 4 Metode Analisa

- Sintesis, pemurnian, karakterisasi


awal 3 Penemuan molekul baru,
- Penetapan spesifikasi modifikasi molekul
Penyusunan rencana
2
peneliYan

Studi literatur
1
survey pasar
UJI KLINIK OBAT

11
DEFINISI UJI KLNIK (Obat)

Kegiatan penelitian dengan mengikutsertakan subjek manusia


disertai adanya intervensi produk uji, untuk menemukan atau
memastikan efek klinik, farmakologik dan atau/atau
farmakodinamik lainnya, dan/atau mengidentifikasi setiap
reaksi yang tidak diinginkan, dan/atau mempelajari absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi dengan tujuan untuk
memastikan keamanan dan/atau efektifitas produk yang
diteliti.
PEDOMAN CARA UJI KLINIK YANG BAIK
DI INDONESIA

Adopsi ICH E6
Good Clinical Practices (GCP)

Keputusan Kepala BPOM Nomor 02002/SK/KBPOM


Tahun 2001 yang direvisi menjadi Peraturan Kepala
BPOM No. 21 Tahun 2015 tentang Tata Laksana
Persetujuan Uji Klinik
JENIS UJI KLINIK YG DIATUR

Uji klinik menggunakan produk yang belum memiliki izin


Prapemasaran edar di Indonesia atau yang telah memiliki izin edar untuk
indikasi/posologi baru.

Pascapemasaran
Uji klinik menggunakan produk yang
telah memiliki izin edar untuk
konfirmasi khasiat dan keamanan.
LINGKUP
MANDATORI NON MANDATORI
§  OBAT
§  OBAT HERBAL §  PANGAN OLAHAN

§  SUPLEMEN §  KOSMETIKA
KESEHATAN
CLINICAL TRIAL PROCESS
BEFORE DURING AFTER

Documents Development Informed Consent Statistical Process

Investigator Selection Subject Enrollment Final Report


and Participation

Ethic&Authority Approval Presentation and


Monitoring Publication Report

Investigator Meeting Data Management Data Field and


Registration Obtained
CLINICAL TRIAL PHASE

Phase I Phase II Phase III Phase IV


Pharmacology Exploratory Confirmatory
A Post MarkeYng Surveillance
Safety
Safe dosage range P
Efficacy Confirm product safety
IdenYfy side effects
Tolerability
Efficacy
Monitoring of-
P aher it is used in the
PharmacokineYcs Side Effect R
Adverse ReacYons general populaYon for
Pharmacodynamics
Route of administraYon O long term

Phase IIIb V
Phase IIIa
SAD
(Single
MAD
(MulYple Food Phase IIa Phase IIb
(used for the
(to obtain
addiYonal safety A
(assess dosing (study data/to support
Ascending
Dose)
Ascending
Dose)
Effect requirements) efficacy)
approval of
the drug)
publicaYon, L
markeYng
claims)
KERANGKA REGULATORI PENGAWASAN UJI KLINIK

Mekanisme

Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik &


Persetujuan Pemasukan produk obat UK Inspeksi CUKB
Clinical Trial Authoriza;on Good Clinical Prac;ce Inspec;on

Pemeriksaan dan verifikasi di tempat


pelaksanaan uji klinik dan tempat lain
Evaluasi dokumen UK yang terkait dengan uji klinik oleh
Badan POM

Verifikasi/Pemantauan
Pengawasan Uji Klinik di Indonesia

Perlindungan terhadap subjek uji klinik terutama terkait


keamanan

T Memastikan manfaat penelitian ilmiah


U
J
U Memastikan konsistensi penilaian terhadap uji klinik
A
N Memastikan kredibilitas dan validitas data sebagai
penunjang registrasi

Memastikan obat uji klinik yang digunakan memenuhi


persyaratan mutu
PERAN BPOM DAN TANTANGAN
DALAM PENGEMBANGAN
OBAT BARU

19
Peran BPOM dalam Percepatan Pengembangan dan
Pemenuhan Persyaratan Produk Biologi
3
Kawalan Regulasi dalam Hilirisasi Hasil PeneliWan
Perka BPOM No. 16 Tahun 2015 Tentang Tata Laksana Dan Penilaian Obat
Pengembangan Baru

Komite MTA

Sintesis zat akWf baru Pengujian Non Klinik Formulasi, scale-up (GMP/CPOB) Pelaksanaan
(keamanan obat)
Fase I: Uji Klinik pada subjek sehat
sakit / pasien (khasiat obat)
Fase II: Uji Klinik pada subjek

Uji Klinik

Evaluasi dan Pemberian


Nomer izin Edar (NIE) Registrasi Obat ke BPOM Fase III: Uji Klinik dengan
Produksi Skala Komersial
jumlah subjek lebih banyak
-  Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 (konfirmasi keamanan &
-  Permenkes 1010/Menkes/Per/XI/2008 Registrasi Obat -  Perka Bpom No. 21 Tahun 2015 Tentang Tata khasiat obat)
-  Perka Bpom HK.03.1.23.10.11.08481/2011 Kriteria Dan Tata Laksana Registrasi Obat Laksana Persetujuan Uji Klinik
-  Perka Bpom No. 17 Tahun 2015 Tentang Pedoman Penilaian Produk Biosimilar -  Perka Bpom HK.00.05.3.1818/2005 Tentang
-  ACTD (ASEAN Common Technical Documents) & ACTR (ASEAN Common Technical Pedoman Uji Bioekivalensi
Requirements)
Peran BPOM dalam Percepatan Pengembangan dan
Pemenuhan Persyaratan Produk Biologi
1
Sinergi dengan Kementerian/Lembaga terkait

•  Koordinasi dalam fasilitasi riset : sosialisasi dan pelaYhan


peneliY
•  Koordinasi dalam pengawasan (joint review)
•  Harmonisasi regulasi

2
Regulasi terkait pengembangan obat dan
registrasi

•  Asistensi regulatory kepada peneliY/ produsen dalam


pengembangan obat
•  Simplifikasi prosedur dan persyaratan
TANTANGAN DALAM PENGEMBANGAN OBAT
Kurangnya kesiapan peneliY dan site peneliYan untuk melaksanakan uji
klinik sesuai dengan standar Good Clinical PracBce (GCP)/Cara Uji Klinik
yang Baik (CUKB).

Adanya regulasi terkait pelayanan kesehatan yang Ydak dapat
mengakomodir pasien sebagai subyek peneliYan (uji klinik).

Terbatasnya fasilitas yang dimiliki RSUD/Puskesmas baik untuk
diagnosYk radiologi, laboratorium, maupun sarana perawatan.


Redundant Ethical Clearance untuk mulBcenter clinical studies sehingga
menambah biaya dan memperpanjang waktu untuk disetujuinya
protokol uji klinik.

Dukungan
Pengembangan:
•  Penelitian
•  Pengembangan
•  Dukungan Dana Peningkatan Efektivitas
Bahan Obat &
Penelitian Pengawasan :
Obat
•  Supervisi Akademis •  Penguatan Sistem Dan
•  Pemanfaatan Hasil Manajemen
Penelitian Pengawasan,
•  Pendampingan

A cademia
Penelitian,
•  Edukasi Masyarakat

B usiness G overnment

C ommunity

HASIL PENELITIAN
BERMANFAAT BAGI
KESEHATAN
MASYARAKAT

23
PENUTUP
•  Untuk menghasilkan suatu produk obat berkhasiat, aman dan bermutu
diperlukan proses pengembangan dari tahap praklinik sampai tahap klinik
•  Setiap tahapan pengembangan obat mempunyai titik kritis yang harus
diantisipasi agar tidak terjadi kegagalan
•  BPOM sebagai regulatori dibidang obat mempunyai tugas untuk mengawal
tahapan pengembangan obat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan
persyaratan khasiat, keamanan dan mutu.
•  Untuk menjaga integritas data uji klinik pengembangan obat, BPOM
melakukan inspeksi pelaksanaan uji klinik agar sesuai dengan kaidah Good
Clinical Practice

24
Terima Kasih

25

Anda mungkin juga menyukai