NIM : 170710101254
Bank pertama kali didirikan dalam bentuk seperti sebuah firma pada umumnya
pada tahun 1690, pada saat kerajaan Inggris berkemauan merencanakan membangun
kembali kekuatan armada lautnya untuk bersaing dengan kekuatan armada laut Perancis
akan tetapi pemerintahan Inggris saat itu tidak mempunyai kemampuan pendanaan
kemudian berdasarkan gagasan William Paterson yang kemudian oleh Charles
Montagu direalisasikan dengan membentuk sebuah lembaga intermediasi keuangan yang
akhirnya dapat memenuhi dana pembiayaan tersebut hanya dalam waktu duabelas hari.
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan
tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia
Barat oleh para pedagang.Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa
oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia,
Afrika maupun benua Amerika. Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan dimulai
dari jasa penukaran uang.[Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai
meja tempat penukaran uang.[ Dalam perjalanan sejarah kerajaan pada masa dahulu
penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang lain.
[
Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money
Changer).] Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan
berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan
simpanan.Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan
peminjaman uang.Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan
kembali kepada masyarakatyang membutuhkannya.Jasa-jasa bank lainnya menyusul
sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.
Sejarah Perbankan di Indonesia
1
Penders, C.L.M., (1977). Indonesia Selected Documents on Colonialism and Nationalism, 1930-1942,
University of Queensland Press, Queensland
9. The Bank of China.
10. Batavia Bank.
2
Bank BNI. (1996). Bank Negara Indonesia 50 Tahun, Jakarta, hal 160
3
Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1965 tentang Pendirian Bank Tunggal Milik
Negara.
terutama karena Presiden Direktur BDN J.D. Massie saat itu menjabat sebagai Menteri
Penertiban Bank-bank Swasta Nasional yang tentu mempunyai cukup punya pengaruh
untuk berkeberatan atas penyatuan BDN dengan bank-bank lainnya. Massie beralasan
bahwa kebijakan ini akan membingungkan koresponden bank di luar negeri untuk
penyelesaian L/C ekspor maupun impor karena nama bank yang sama. Sementara,
Bapindo tidak terintegrasi ke dalam Bank Berjuang karena bank ini dibawah Dewan
Pembangunan yang diketuai Menteri Pertama Urusan Pembangunan dengan anggota-
anggota Menteri Keuangan, yang juga Ketua Dewan Pengawas Bapindo, dan Gubernur
Bank Indonesia sebagai anggota.4Dengan demikian, melalui kedudukannya itu, pengaruh
Bapindo cukup kuat untuk menghalangi terintegrasi ke dalam BNI. Bank Swasta
Pada tahun 1965 pemerintah hendak mengabungkan seluruh bank swasta atau bank asing
dalam Bank Pembangunan Swasta sebagai satu-satunya bank penghimpun dan
penyalur dari semua dana-dana progresif di sektor swasta dan alat-alat yang dapat
dipergunakan Pembangunan Semesta Berencana dan rencana-rencana lain yang
ditentukan oleh Presiden Republik Indonesia.5
4
Prawiroardjo, Priasmoro (1987). “Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan: Kumpulan Esei
Untuk Menghormati 70 tahun Sumitro Djojo hadikusumo”. di dalam Hendra Asmara. Perbankan
Indonesia 40 tahun. Penerbit Gramedia, Jakarta. hlm. 193-196.
5
Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1965 tentang penunjukan Bank Pembangunan
Swasta sebagai Bank Tunggal swasta untuk pembangunan
(BDN) dan Nederlandsche Handelsmaatschappij (NHM) menjadi Bank Koperasi Tani
dan Nelayan (BKTN) dan kemudian menjadi Bank Expor Impor Indonesia (BEII).[15].
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank-bank milik pemerintah, yaitu:
Bank Sentral
Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No 13 Tahun
1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun 1999.Bank ini sebelumnya
berasal dari De Javasche Bank yang di nasionalkan di tahun 1951.
Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor
Bank ini berasal dari De Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur setelah
menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI) Unit II yang
bergerak di bidang rural dan expor impor (exim), dipisahkan lagi menjadi:
1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU No 21
Tahun 1968.
2. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi Bank Expor
Impor Indonesia.
Bank Negara Indonesia (BNI ’46)
Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah menjadi
Bank Negara Indonesia ’46.
Bank Dagang Negara(BDN)
BDN berasal dari Escompto Bank yang di nasionalisasikan dengan PP No 13 Tahun
1960, namun PP (Peraturan Pemerintah) ini dicabut dengan diganti dengan UU No 18
Tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara. BDN merupakan satu-satunya Bank
Pemerintah yangberada diluar Bank Negara Indonesia Unit.
Bank Bumi Daya (BBD)
BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Hendles Bank, kemudian menjadi
Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara Indonesia Unit
IV dan berdasarkan UU No 19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukumnya adalah UU No 13
Tahun 1962.
Bank Tabungan Negara (BTN)
BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan Pos
tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan terakhir menjadi
Bank Tabungan Negara dengan UU No 20 Tahun 1968.
Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang
Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dan Bank Expor Impor
Indonesia (Bank Exim). Hasil merger keempat bank ini dilaksanakan pada tahun
1999.
https://3db23.wordpress.com/2012/03/05/sejarah-perkembangan-perbankan-di-indonesia/
B. LEMBAGA KEUANGAN BANK & NON-BANK
Lembaga Keuangan Bank
Jenis-jenis Lembaga Keuangan Bank
Lembaga keuangan bank yang termasuk dalam siklus akuntansi perusahaan jasa secara garis
besar terdiri dari 2 jenis antara lain:
1. Bank Umum (Konvensional dan Syariah),
2. Bank Perkreditan Rakyat (Konvensional dan Syariah).
Pengertian Bank Umum dan Penjelasan
Pengertian Bank Umum berdasarkan Undang-undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan yang telah diperbarui dengan UU nomor 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank
yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional serta prinsip syariah yang dalam
kegiatannya menyediakan jasa lalu lintas pembayaran. Bank umum atau bank komersil
(commercial bank) berperan dalam menyediakan jasa lalu lintas pembayaran yang bersifat
umum (semua jasa perbankan yang ada) dan wilayah operasinya bisa di seluruh wilayah.
Kegiatan utama bank umum yang identik dengan bank konvensional yaitu funding atau
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro atau deposito yang
diputarkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending). Funding
atau pengumpulan dana dilakukan dengan balas jasa berupa bunga atau bagi hasil simpanan
kepada nasabah. Pemberian pinjaman (kredit) dikenakan jasa pinjaman dalam bentuk bunga
dan biaya administrasi kepada penerima kredit (debitur). Penyaluran dana kepada masyarakat
(lending) terdiri dari 3 bentuk yaitu kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi.
Bank umum yang pada awalnya hanya berbentuk bank konvensional menyediakan jasa-
jasa bank dalam bentuk lainnya (Services) antara lain transfer (pengiriman uang), inkaso
(collection), kliring (clearing), save deposit box (penitipan uang), credit dan debit card, valuta
asing (Bank Notes), bank garansi, referensi bank, bank draft, Letter of Credit (L/C),
Traveller’s Cheque, jual beli surat-surat berharga, payment point seperti pembayaran pajak,
telepon, air, listrik, Biaya Pembayaran Ibadah Haji (BPIH), transfer uang kuliah dari nasabah
kepada universitas, gaji/ pensiun/ honorarium, deviden, kupon, bonus/hadiah, tantiem, dan
lainnya. Bank bisa juga menjadi pinjaman emisi (underwriter), Penjamin (guarantor), Wali
amanat (trustee), Perantara perdagangan efek (pialang/broker). Bentuk-bentuk badan hukum
bank umum yaitu persero, perseroan daerah, koperasi dan perseroan terbatas.
Dari segi kegiatan, bank umum konvensional dan syariah sama namun dibedakan dari
segi balas jasa atau keuntungan bank. Pada bank konvensional menggunakan sistem bunga,
sedangkan bank syariah tidak menerapkan bunga namun sistem bagi hasil berdasarkan prinsip
syariah. Prinsip syariah dengan menerapkan aturan yang didasarkan pada hukum Islam yang
dilakukan antara bank dan pihak lain (nasabah) untuk penyimpanan dana, pembayaran
kegiatan usaha, atau kegiatan lain sesuai dengan syariat islam. Bentuk hukum bank syariah
berupa perseroan terbatas, perusahaan daerah atau koperasi. Kegiatan usaha bank umum
syariah terdiri dari:
1. Penampungan dana berupa simpanan dari masyarakat dalam 3 bentuk yaitu giro
berdasarkan prinsip wadi’ah, tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah, dan
deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah serta bentuk lainnya berdasarkan
prinsip wadi’ah atau mudharabah.
2. Penyaluran dana dalam bentuk piutang dengan prinsip jual beli yang meliputi
mudharabah, istishna, ijarah, dan salam. Selanjutnya, pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil yang meliputi akad mudharabah dan musyarakah. Serta pembiayaan berdasarkan
prinsip qardh dalam ruang lingkup akuntansi syariah.
3. Pembelian, penjualan dan atau penjaminan risiko surat-surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip jual-
beli atau hiwalah.
4. Surat-surat berharga pemerintah serta BI dengan prinsip syariah yang dibeli oleh bank.
5. Pemindahan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan prinsip
wakalah.
6. Penerbitan tagihan surat berharga dengan prinsip wakalah (pelimpahan kuasa).
7. Sebagai tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga secara aman dengan
prinsip wadi’ah yad amanah.
8. Penitipan beserta seluruh pemberkasan sesuai kontrak dengan prinsip wakalah.
9. Penerimaan dana nasabah yang dialihkan kepada nasabah lain dengan prinsip ujrah
berupa surat berharga sebagai tanda bukti yang tidak tercatat di bursa efek.
10. Letter of Credit (L/C) dengan prinsip walakah, murabahah, mudharabah, musyarakah,
dan wadi’ah juga disediakan oleh bank. Garansi bank juga disediakan bank dengan prinsip
kalafah.
11. Kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip walakah.
12. Penyediaan kartu debet untuk transaksi berdasarkan prinsip ujrah.
13. Kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah
Nasional.
14. Kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf.
15. Kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah dan atau mudharabah.
16. Menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip Syariah sesuai
perundang-undangan yang berlaku.
17. Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul ma’al yaitu menerima dana yang berasal
dari zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah atau dana sosial lainnya.
Larangan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
Melakukan penyertaan modal (pengertian dan jenis jenis modal) kecuali sebagaimana
dimaksud dalam kegiatan usaha Bank Umum di atas
Melakukan usaha perasuransian
Melakukan kegiatan usaha lain di luar kegiatan usaha bank pada umumnya
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Pengertian Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB )
Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah bentuk badan usaha yang melakukan berbagai
aktivitas keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung, mengumpulkan dana dari
masyarakat dan mengedarkan dana kepada masyarakat untuk kegiatan produktif demi
keuntungan perusahaan dan masyarakat diberikan balas jasa atau bunga simpanan.
Kegiatan moneter yang berhubungan dengan uang dan keuangan bisa dilakukan oleh
lembaga keuangan bukan bank karena bank memiliki keterbatasan untuk melakukan
kegiatannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan. LKBB berperan untuk membantu dunia usaha agar produktivitas barang atau
jasa meningkat, melancarkan distribusi barang, dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat.
Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank
1. Perusahaan Asuransi
Perusahaan yang menawarkan berbagai jasa untuk menanggulangi risiko atas kerugian,
kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum pada pihak ketiga karena ketidakpastian di
masa yang akan datang. Ada 2 hal terkait usaha asuransi yaitu polis asuransi dan premi
asuransi. Pengertian Polis Asuransi adalah surat kontrak penerapan asuransi berupa
kesepakatan kedua belah pihak yaitu pemilik dana asuransi dan penyedia jasa
asuransi. Pengertian Premi Asuransi adalah uang pertanggungan yang dibayar oleh
tertanggung kepada pihak penanggung. Keuntungan dari kegiatan asuransi berdasarkan jenis
jenis asuransi yaitu:
Bagi Pemilik Asuransi
Berasal dari premi yang dibayar nasabah
Berasal dari hasil penyertaan modal ke perusahaan lain
Berasal dari hasil bunga investasi surat-surat berharga, namun pada asuransi berbasis
syariah berasal dari bagi hasil surat berharga syariah.
Bagi Nasabah atau Pengguna Jasa Asuransi
Menyediakan rasa aman
Menawarkan simpanan yang bisa ditarik pada saat jatuh tempo
Menghindari risiko kerugian
Mendapatkan penghasilan di masa depan
Mendapat penggantian akibat kerugian kerusakan atau kehilangan
Kebijakan ini mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya
adalah persentasi tertentu dari kewajiban segeranya. Saat ini, kebijakan ini tertuang dalam
ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 5% dari dana pihak ketiga yang diterima bank,
yang wajib dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.Apabila Bank
Indonesia memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter maka cadangan wajib
tersebut dapat ditingkatkan, dan demikian pula sebaliknya.
Bank Indonesia juga berfungsi sebagai lender of the last resort. Dalam melaksanakan fungsi ini,
Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada
bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya
mismatch dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut berjangka waktu maksimal 90 hari, dan
bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang berkualitas tinggi serta mudah
dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman.
Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya
stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan
untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.Secara garis besar,
sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar
tetap mulai tahun 1970 sampai tahun 1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak
tahun 1978, dan sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system) sejak
14 Agustus 1997.Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah
sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar pencerminan
keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan.Untuk menjaga stabilitas nilai tukar,
Bank Indonesia pada waktu-waktu tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya
pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan.
Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri Pemerintah dan bank-bank devisa,
yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Dalam mengelola cadangan devisa
ini, Bank Indonesia lebih mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan daripada
keuntungan yang tinggi. Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap mempertimbangkan
perkembangan yang terjadi di pasar internasional, sehingga tidak tertutup kemungkinan
terjadinya pergeseran dalam portfolio komposisi jenis penempatan cadangan devisa.Dalam
mengelola cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia menerapkan sistem diversifikasi, baik
berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis investasi surat berharga. Dengan cara
tersebut diharapkan penurunan nilai dalam salah satu mata uang dapat dikompensasi oleh jenis
mata uang lainnya atau penempatan lain yang mempunyai nilai yang lebih baik.
7. Kredit Program
Dengan status Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang independen, pemberian kredit
program yang selama ini dilakukan selanjutnya berada di luar lingkup tugas Bank
Indonesia.Tugas pemberian kredit program akan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang ditunjuk Pemerintah. Pengalihan tugas ini dimaksudkan agar Bank Indonesia
dapat lebih memfokuskan perhatian pada pencapaian sasaran-sasaran moneter serta agar dapat
tercipta pembagian tugas yang baik antara Pemerintah dan Bank Indonesia.
https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/tujuan/contents/pilar1.aspx
31 Desember 2012, OJK secara efektif beroperasi dengan cakupan tugas Pengawasan Pasar
Modal dan Industri Keuangan Non-Bank.
18 Maret 2013, dibentuk Tim Transisi OJK Tahap II yang bertugas membantu Dewan
Komisioner OJK yang melasanakan pengalihan fungsi, tugas dan wewenang Pengaturan dan
Pengawasan Perbankan dari BI.
2. Tugas
OJK memiliki tugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan
di sektor perbankan, pasar modal dan IKNB. Setiap sektor keuangan tersebut menjalankan
serangkaian tugas yang hampir semuanya terbilang sama.
Secara rincinya tugas tersebut adalah menyusun peraturan, pembinaan, pengawasan,
penegakan hukum yang telah dibuat dan sebagainya. Adanya tugas tambahan lain, biasanya
tergantung dari keputusan yang diberikan oleh Dewan Komisioner.6
E. BANK UMUM
Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank disebutkan sebagai
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang keuangan,
seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, dan
Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.7
7
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-Umum.aspx