Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“TUMBUH KEMBANG KELUARGA TAHAP TIGA”


Dosen Pembimbing : Umi Azizah,M.kep
Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga

Oleh Kelompok 3

Kelas 3A/ S1 Keperawatan

1. WAHYU TRIANTINI (201701003)


2. APRILLIA ARUM PAMBUDI (201701031)
3. REVINA PUTRI (201701033)
4. DWI ANGGRAINI ( 201701040)
5. MARLINA BATMOMOLIN (201601197)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TA 2019-2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena atas berkat dan
tuntunannya sehingga makalah yang berjudul “Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Tiga” ini bisa diselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan tugas untuk membuat makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, terlebih kepada teman–teman sekelas yang
telah memotivasi penulis sehingga makalah ini bisa diselesaikan.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari keterbatasan kemampuan, dibarengi
dengan berbagai kesulitan dan hambatan, maka penulis menyadari bahwa makalah
ini tidak terhindar dari berbagai macam kekurangan.

Mojokerto, 19 Maret 2020

Penyunsun

II
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan masyarakat. Keluarga
merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga,
memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang lain
yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial
setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama. Keluarga memiliki
keterkaitan yang erat dengan kesehatan setiap anggotanya (Jhonson dan
Leny, 2010).
Kesehatan merupakan kunci utama dalam melakukan berbagai kegiatan.
Kesehatan yang terganggu, akan menghambat setiap orang dalam
beraktivitas. Pemerintah berlomba-lomba mencanangkan berbagai program
guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Program tersebut dapat
berhasil berkat kerjasama lintas sektor. Salah satunya adalah sektor
kesehatan. Dalam ranah kesehatan, peran dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lain tentu menjadi kunci utama. Perawat dituntut terampil dalam
memberikan asuhan keperawatan pada keluarga sehingga program dapat
berjalan dengan baik (Setiadi, 2008).

Asuhan keperawatan keluarga merupakan serangkaian proses yang


diawali dari pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, penentuan
diagnosa prioritas, perencanaan keperawatan serta implementasi dan
evaluasi. Asuhan keperawatan keluarga bersifat komprehensif, mencakup
seluruh anggota keluarga. Membantu dalam menyelesaikan permasalah
keluarga dimulai dari permasalahan fisik hingga masalah dalam tahap
perkembangan keluarga (Padila, 2012).

2
I.2 Rumusan Masalah

a. Apa konsep tumbuh kembang keluarga ?


b. Apa saja tugas Perkembangan Keluarga Pada Tahap tiga ?
c. Apa saja masalah yang ada dalam Tahap tiga ?
d. Apa saja Diagnosa yang kemungkinan ditemukan dalam tahap tiga?
e. Intervensi keperawatan pada setiap masalah/diagnose tersebut?

I.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas dari

mata kuliah “KEPERAWATAN KELUARGA” dan juga sebagai referensi

bagi pembaca dalam mendapatkan informasi tentang pendidikan kesehatan

sehingga pembaca dapat memahami tentang kesehatan masyarakat yang sangat

penting dalam kehidupan sehari-hari.

3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Konsep Dasar Keluarga
II.1.1 DEFINISI

Keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan masyarakat. Keluarga


merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga,
memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang lain
yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial
setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama. Keluarga memiliki
keterkaitan yang erat dengan kesehatan setiap anggotanya (Jhonson dan
Leny, 2010).

II.1.2 Konsep keluarga sebagai klien keperawatan :

Masing – masing ayah sebagai pemimpin kelurga, pencari nafkah,

pendidik, pelindung / pengayom, dan pemberi rasa aman kepada anggota

kelurga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat / kelompok sosial tertentu.

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak – anak,

pelindung kelurga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan kelurga. Selain

itu, sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial

sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spritual.

Fungsi – fungsi kelurga menurut Friedman membagi menjadi 4, yaitu :

1. Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi internal kelurga yang merupakan

dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

4
kebutuhan psikososial. Anggota keluarga yang mengembangkan gambaran

diri yang positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa kasih

sayang.

2. Fungsi sosialisas
Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan

perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu

melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin,

norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga

individu mampu berperan di dalam masyarakat.

3. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi
Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan,

pakaian, perumahan, dan lain – lain.

Pengantar Keperawatan Keluarga

Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau

pemeliharaan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga dan

individu.

5
II.1.3 TIPE KELUARGA

Tipe-tipe keluargaTipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman


tahun 1998 yangdikemukakan untuk mempermudah pemahaman literatur
tentang keluarga adalah :

 .Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah, sebagai


orang tua ataupemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri
dan anak mereka (anakkandung, anak adopsi atau keduanya).
 .Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di
dalamnyaseseorang dilahirkan.
 Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (olehdarah), yang paling lazim menjadi anggota
keluarga orientasi yaitu salah satuteman keluarga inti.

Sedangkan menurut Wahid Iqbal (2006) tipe keluarga ada 15 antaralain :


a) Tradisional nuclearKeluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang tinggal dalam saturumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu ikatan perkawinan,satu/keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
b) Extended familyKeluarga inti ditambah dengan sanak saudara
misalnya nenek, kakek,keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
lain sebagainya.
c) Reconstituted nuclearPembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan suami / istri, tinggaldalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dariperkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanyadapat bekerja di luar
rumah.

6
d) Niddle age / aging coupleSuami sebagai pencari uang, istri dirumah /
kedua-duanya bekerja di rumah,anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah / perkawinan / menitikarier.
e) Dyadic nuclearSuami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya / salahsatu bekerja diluar rumah.
f) Single parentSatu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah / di luar
rumah.
g) Dual carrierSuami istri / keduanya orang karier dan tanpa anak.
h) Commuter marriedSuami istri / keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu,keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
i) Singgle adultWanita / pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginanuntuk kawin
j) Three generationTiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.k.InstitusionalAnak-anak / orang dewasa yang tinggal dalam
suatu panti.
k) ComunalSatu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknyadan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
l) Group marriageSatu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunananya di dalam satukesatuan keluarga dan tiap individu
adalah kawin dengan yang lain dan semuaadalah orang tua dari anak-
anak.
m) Unmarried parent and childIbu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
n) Cohibing coupleDua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpakawin

7
II.1.4 STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA

Setiap anggota keluarga mempunyai struktur formal dan


informal.misalnya,ayah mempunyai peran formal sebagai kepala
keluarga dan pencari nafkah.peran informal ayah adalah sebagai
panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,
kemampuan keluarga untuk saling berbagi,kemampuan sistem
pendukung diantara anggota keluarga,kemampuan perawatan diri,dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999) lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut.
 Fungsi Afektif adalah fungsi internal keluarga untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial,saling mengasuh dan memberikan
cinta kasih,sera saling menerima dan mendukung.
 Fungsi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan individu keluarga,tempat anggota keluarga berinteraksi
social,dan belajar berperan dilingkungan sosial.
 Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan,keturunan dan menambah sumber daya manusia.
 Fungsi Ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga,seperti sandang,pangan,dan papan.
 Fungsi Perawat Kesehatan adalah kemampuan keluarga
untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

8
II.1.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGANYA

KEPERAWATAN KELUARGA

a.Belakangan ini keperawatan keluarga berkembang dengan pesat


karena:
b.Peningkatan pengakuan dalam keperawatan dan masyarakat
tentang perlunya peningkatan kesehatan dan perawatan kesehatan
secara menyeluruh,bukan hanya praktik yang berorientasi pada
penyakit.
c.Peningkatan populasi lanjut usia dan perkembangan penyakit
kronis yang menyebabkabn perawatan diri dan kebutuhan akan
asuhan perawatan keluarga menjadi penting.
d.Perkembangan bidang riset keperawatan keluarga secara pesat.
e.Pengakuan yang luas tentang banyaknya keluarga yang bermasalah
dalam komunitas kita.
f. Penyebarluasan secara umum teori tertentu yang bedasarka pada
keluarga,seperti teori kedekatan dan teori sistem umum.
g.Terapi keluarga dan perkawinan beralih dari terapi pertumbuhan ke
klinik layanan anak,perkawinan,da keluarga.
h.Riset terhadap kedalaman dan keterlibatan komunikasi keluarga
pada tahun 1950-an dan 1960-an munjukkan bahwa ibu-ibu yang
bermasalah dalam pola komunikasinya terkait dengan anak-anak
yang bermasalah.

II.1.6 TUJUAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan


kesadaran,keinginan,dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan,mencegah,memelihara kesehatan mereka sampai pada
tahap yang optimal dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka
secara produktif.

9
Tujuan khusunya adalah meningkatkan
pengetahuan,kesadaran,dan kemapuan keluarga dalam hal :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
2. Mengambil keputusan tentang siapa / ke mana dan
bagaimana pemecahan masalah tersebut.
3. Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi
kesehatan)
4. Mencegah terjadinya penyakit atau timbulnya masalah
kesehatan pada keluarga.
5. Melaksanakan usaha penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan
dirumah.
6. Melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan
keperawatan dirumah
7. Membantu tenaga professional kesehatan atau keperawatan
dalam penanggualangan penyakit atau masalah kesehatan
mereka dirumah,rujukan kesehatan,dan rujukan medik.

10
II.2 KONSEP DASAR KELUARGA TAHAP TIGA ANAK PRASEKOLAH

II.2.1 DEFINISI

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara nol sampai
enam tahun. Mereka biasanya mengikuti program preschool. Di Indonesia
untuk usia 4 – 6 tahun biasanya mengikuti program taman kanak – kanak.

II.2.2 CIRI UMUM USIA PRA SEKOLAH

Menurut Snowman, mengemukakan ciri – ciri anak usia pra sekolah


meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
1) Ciri Fsik Anak Usia Pra Sekolah
Anak usia pra sekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah
memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai
kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah anak melakukan berbagai
kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup. Otot – otot
besar pada anak usia pra sekolah lebih berkembang dan kontrol
terhadap jari dan tangan anak sering mengalami kesulitan apabila
harus memfokuskan pandangannya pada objek – objek yang kecil
ukurannya, itulah sebabnya kordinasi tangan dan matanya masih
kurang sempurna. Rata – rata kenaikan berat badan per tahun
sekitar 16, 7 – 18, 7 kg dan tinggi sekitar 103 – 110 cm. Mulai
terjadi erupsi gigi permanen.
2) Ciri Sosial Anak Usia Pra Sekolah
Anak usia pra sekolah biasanya mudah bersosialisasi
dengan orang disekitarnya. Biasanya mereka mempunyai sahabat
berjenis kelamin sama. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan
tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok
tersebut cepat berganti – ganti. Anak menjadi sangat mandiri,
agresif secara fisik dan verbal, bermain secara asosiatif, dan mulai
mengeksplorasi seksualitas.

11
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma – norma kelompok,
moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi
oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak
dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma –
norma kehidupan masyarakat. Usia pra sekolah memberi
kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan
sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia
rumah bersama ayah ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus
terasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya,
amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin.
Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena
ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat.
3) Ciri Emosional Anak Usia Pra Sekolah
Anak cenderung menekspresikan emosinya dengan bebas
dan terluka. Sikap sering marah dan hati sering diperlihatkan.
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan
emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula
kepribadiaanya. Untuk anak usia pra sekolah, kemampuan
mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak
mengungkapkan emosinya. Jadi, anak pra sekolah dapat diajarkan
bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak – haknya tanpa
harus merugikan orang lain. Saat mainanya direbut, kondisikan
agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal,
“itu mainan saya, ayo kembalikan”, atau dengan mengambil
kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri emosional anak pra sekolah :
a) Anak TK cenderung mengekpresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka, sikap marah sering diperlihatkan oleh
anak pada usia tersebut.

12
b) Iri hati pada anak pra sekolah sering terjadi, mereka
seringkali memperebutkan perhatian.

Ainsworth dan Wing (1972) serta Shite dan Wtting (1973)


menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang
menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut :

a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan


anak.
b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan
dikatakan anak.
c) Berikan kesempatan pada anak untuk meneliti dan
mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
d) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan
berbagai kegiatan secara mandiri.
e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan
keterampilan dalam berbagai tingkah laku.
f) Tentukan batas – batas tingkah laku yang diperbolehkan
oleh lingkungannya.
g) Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h) Sebaiknya apabila berkomuniksi dengan anak, lakukan
dengan hangat dan dengan ketulusan hati.

4) Perkembangan bahasa usia pra-sekolah

a) Anak usia 3tahun dapat menyatakan 900 kata ,

menggunakan tiga sampai empat kalimat dan berbicara

dengan tidak putus-putusnya ( ceriwis )

b) Anak usia 4tahun dapat menyatakan 1500 kata,

menceritakan cerita yang berlebihan dan menyanyikan lagu

13
sederhana ( mi merupakan usia puncak untuk pertanyaan '

mengapa' )

c) Anak usia 5tahun dapat mengatakan 2100 kata ,

mengetahui empat warna atau lebih, nama-nama haru

dalam seminggu dan nama bulan.

5) Perkembangan psikososial ( menurut erikson )

Menurut erikson, anak usia pra-sekolah berada pada tahap

ke -3 : inisiatif vs kesalahan. Tahap mi dialami anak pada saat usia

4-5 tahun ( preschool age ) . Antara usia 3dan 6 tahun, anak

menghadapi krisis psikososial dimana erikson mengistilahkannya

sebagai ' inisiatif melawan rasa bersalah ' ( initiative versus guilt ).

Pada usia mi, anak secara normal telah menguasai rasa otonomi

dan memindahkan untuk menguasai rasa inisiatif. Anak pra

sekolah adalah seorang pembelajar yang energik, antusiasme dan

pengganggu dengan imajinasi aktif. Perkembangan rasa bersalah

terjadi pada waktu anak dibuat merasa bahwa imajinasi dan

aktivitasnya tidak dapat diterima . Anak pra-sekolah mulai

menggunakan lasana sederhana dan dapat bertoleransi terhadap

keterlambatan pemuasan dalam periode yang lama.

6) Perkembangan moral ( menurut kohlberg)

Anak pra sekolah berada pada tahap pre konvensional pada

tahap perkembangan moral yang berlangsung sampai usia 10

14
tahun. Pada fase mi, kesadaran timbul dan penekanannya pasa

kontrol eksternal. Standar moral anak berada pada orang lain dan ia

mengobservasi mereka untuk menghindari hukuman dan

mendapatkan ganjaran.

15
II.3 TUGAS PERKEMBANGAN USIA PRASEKOLAH

Anak usia pra sekolah berada pada masa kanak-kanak awal.

Periode ini berasal sejak anak dapat bergerak sambil berdiri sampai

mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang tinggi dan

penemuan-penemuan periode ini merupakan saat perkembangan fisik

dan kepribadian yang besar. Perkembangan motorik berlangsung terus

menerus. Pada usia ini, anak-anak membutuhkan bahasa dan

hubungan sosial yang lebih luas, mempelajari standar peran,

memperoleh kontrol dan penguasaan dini, semakin menyadari sifat

ketergantungan dan kemandirian , dan mulai membentuk konsep lain.

Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku dan

keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan

usia atau fase perkembangannya, seperti tugas yang berhubungan

dengan kematangannya , persekolahan, pekerjaan, pengalaman

beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan

kebahagiaan hidupnya .

Menurut Elizabeth Hurlock ( 1999 ) tugas tugas perkembangan

anak usia 4-5 tahun adalah sebagai berikut.

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk

permainan yang umum.

2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri

sebagai makhluk yang sedang tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman usiannya.

16
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang

tepat

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk

membaca,menulis,dan berhitung

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan

untuk kehidupan sehari-hari

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan

tingkatan nilai

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok

sosial dan lembaga-lembaga

9. Mencapai kebebasan pribadi

17
Tabel 1-2. Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap

perkembangan (Lanjutan)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (utama)


3. keluarga dengan anak usia pra-  Membantu anak untuk
bersosialisasi
sekolah  Beradaptasi dengan anak yang
baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain
 (tua) juga harus terpenuhi
 Mempertahankan hubungan
yang sehat, baik didalam atau
luar keluarga (keluarga lain dan
lingkungan sekitar)
 Pembagian waktu untuk
individu, pasangan dan anak
(biasanya keluarga mempunyai
tingkat kerepotan yang tinggi)
 Pembagian tanggung jawab
anggota keluarga
 Merencanakan kegiatan dan
waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan
anak

18
II.4 MASALAH-MASALAH PADA TAHAP TIGA

1.   Masalah kesehatan

Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti;

diare, cacar air, difteri, dan campak.

2.    Hubungan keluarga

Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan

kehadiran anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak

diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak sering membuat olah

untuk mendapatkan perhatian orang tua.

3.    Bahaya fisik

4.    Kecelakaan

Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang

menghasilkan keterampilan tertentu

5.    Keracunan

Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia

lihat tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.

6.    Bahaya Psikologis

Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu

berprestasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang

bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami regresi, yaitu kembali ke

perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap

jempol.

7.    Gangguan tidur

19
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur

REM (rapid eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi

buruk biasanya akan benar-benar terbangun dan dapat mengingat

kembalimimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang terjadi

sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan

yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi

mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa

menunjukkan masalah psikis.

8.   Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)

Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak

berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan

pada umur 3-4 tahun. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah

dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri,

membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya

sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri.Tetapi

sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih

mengompol pada malam hari.Cara terbaik untuk menghindari masalah

pelatihan buang air (toilet training) adalah dengan mengenali kesiapan

anak.

20
II.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN MASALAH TAHAP TIGA

Berdasarkan dengan masalah-masalah yang sering ditemui pada

keluarga dengan anak usia pra sekolah, diagnose yang mungkin

muncul diantaranya :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Resiko Cidera

c. Resiko Trauma

d. Resiko Keracunan

e. Resiko Infeksi

f. Gangguan Penanganan Pemeliharaan Rumah /

Penatalaksanaan Rumah

g. Gangguan Pemenuhan Nutrisi

h. Perubahan Menjadi Orang Tua

i. Perubahan / Gangguan Tumbuh Kembang

j. Gangguan Komunikasi Verbal

k. Gangguan Proses Keluarga

l. Isolasi Sosial

21
II.6 INTERVENSI

Perencanaan / intervensi pada asuhan keperawatan ditetapkan berdasarkan

dengan diagnosa yang telah diperoleh dari hasil pengkajian dan analisa

data, serta sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan oleh

perawat dan pasien. Dalam menetapkan intervensi, sebagai perawat

hendaknya mengacu pada peran perawat dalam lingkup perawatan

keluarga  dengan anak usia pra sekolah, yaitu :

a. Monitor perkembangan awal masa kanak-kanak, perujukan bila

ada indikasi

b. Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan

c. Koordinator dengan layanan pediatri

d. Penyedia dan pelaksana imunisasi

e. Konselor pada nutrisi dan latihan

f. Pendidik dalam isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan

kesehatan

g. Pendidik tentang higiene perawatan gigi

h. Konselor pada keamanan lingkungan di rumah

i. Fasilitator dalam hubungan interperson

22
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang rumit,


sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis. Dimana dalam
proses keperawatan keluarga akan relatif berbeda pada fokus perawatannya.
Perbedaan fokus perawatan tergantung pada konseptualisasi keluarga.
Dalam prakteknya, proses keperawatan keluarga menggunakan dua tingkatan
yaitu tingkatan ini digunakan untuk mengkaji dan melaksanakan keperawatan
keluarga dengan mengikuti langkah-langkah dalam proses keperawatan keluarga
yaitu, Pengkajian (pengkajian terhadap keluarga dan pengkajian dan anggota
keluarga secara individu), identifikasi masalah keluarga dan individu (diagnosa
keperawatan ), rencana perawatan, intervensi dan evaluasi perawatan.

III.2 Saran

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga melalui


pendalaman keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan
guna mencapai kebutuhan kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu
dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak yang
peduli terhadap kesehatan keluarga.

23
DAFTAR PUSTAKA

H. Zaidin Ali, S. M. (2007). PENGANTAR KEPERAWATAN KELUARGA.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hanilawati, S. N. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Talakar: As

Salam.

Suprajitno, S. (2003). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA : APLIKASI

DALAM PRAKTIK. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai