Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

“PEMERIKSAAN SIMPLISIA AKAR DAN RIMPANG SECARA KIMIA


DAN MIKROSKOPI”

OLEH :

KELOMPOK 1

STIFA C

NAMA ASISTEN : NINGSIH PURNAMASARI

LABORATORIUM BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR

MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis
sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan
sebagai fluduger, yaitu penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu
pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang
obat.  Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak
masyarakat didunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini
adalah obat. Sering kita lihat bahwa sebagian dari masyarakat 
memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan pada bidang
farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan
sebagai obat-obatan.
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan
yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan.
Kecuali dinyatakan lain suhu pengering simplisia tidak lebih dari 60°C.
simplisia segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan.
Simplisia nabati adalah bentuk serbuk dari simplisia nabati dengan ukuran
derajat kehalusan tertentu. Sesuai dengan derajat kehalusannya, dapat
berupa serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus, dan sangat halus.
Serbuk simplisia nabati tidak boleh mengandung fragmen jaringan dan
benda asing yang bukan merupakan komponen asli dari simplisia yang
bersangkutan antar lain telur nematode, bagian dari serangga dan hama
serta sisa tanah (Depkes, 2009).
Herbarium atau simplisia sangat berhubungan dengan farmasi
karna dengan adanya herbarium atau simplisia seorang farmasis dapat
mengambil senyawa yang terkandung dalam tanaman tersebut untuk
diracik dan akan berkhasiat menjadi bahan obat.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud percobaan dalam praktikum ini yaitu untuk mengetahui
fragmen-fragmen dan senyawa yang terkandung dalam suatu simplisia
melalui pengamatan secara mikroskopik dan uji kualitatif.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mampu Mengamati perubahan warna pada simplisia yang di
tambahkan dengan asam sulfat pekat dan asam sulfat encer serta dapat
melakukan identifikasi simplisia dengan metode mikroskopik.
I.3 Prinsip Percobaan
Pengamatan fragmen pengenal sampel simpisia dengan cara
mikroskopik dan kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TEORI UMUM
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah
bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan
proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :1989).
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu ( Dep.Kes RI,1989).:
a.    Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan
cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b.    Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Mel depuratum).
c.    Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng
dan serbuk tembaga
Rimpang atau Rhizoma sesungguhnya adalah batang beserta
daunnya yang terdapat di dalam tanah,bercabang-cabang dan tumbuh
secara horizontal (mendatar), dan dari ujungnya dapat tumbuh tunasyang
muncul di atas tanah dan dapat tumbuh menjadi individu baru. Jika tunas
di ujung rhizoma danketiak tumbuh menjadi tanaman baru, tanaman
tersebut tetap bergabung dengan tanaman induknya sehingga
membentuk rumpun (Marjoni, 2017)
Ciri-ciri umum rimpang yaitu panjang rimpang 15-35 cm, lebar
rimpang 7-19 cm, tebal rimpang 1, 5-2, 8cm, warna kulit rimpang
coklat keputihan, bentuk ruas panjang pipih besar, panjang ruas pertama
3-8cm, jumlah ruas 3-5 /rimpang, warna daging rimpang putih kekuningan,
rasa daging rimpang hangat,aroma rimpang kurang menyangat, diameter
akar 0, 1-0,28 cm, panjang akar 12-20 cm, batang semuberair
(herbacious) bentuk batang bulat, warna hijau, jumlah batang 3-5 rumpun,
lilit batang 3-5 cm,tinggi batang semu 40-80 cm (Marjoni, 2017).
Rimpang adalah salah satu organ modifikasi batang bukan akar
dengan ciri sebagai berdaun, berfungsi sebagai alat pekembangbiakan
(reproduksi) secara vegetatif, beruas-ruas, mempunyai kuncup-kuncup
tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, telah menjelma menjadi sisik-
sisik yang tipis seperti selaput dan tidak hijau (Marjoni,2017).
II.2 Klasifikasi Sampel
1. Klasifikasi Rimpang Lengkuas (Galangae Rhizoma) (Departemen
Kesehatan, 1978).
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Upafamili : Alpinioideae
Bangsa : Alpinieae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia Galanga
2. klasifikasi temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) (Departemen
Kesehatan, 1978).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledonae.
Ordo : Zingiberales.
Keluarga : Zingiberaceae.
Genus : Curcuma.
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb
3. klasifikasi sereh (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) (Hembing, 1992).
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub-Classis : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae 
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon citratus (DC.) Stapf
4. Klasifikasi kunyit (Curcuma domestica Val.) (Rukmana, 1994)
Kerajaan : plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
5. Klasifikasi jahe (Zingiber officinale) (Departemen Kesehatan, 1978).
Divisi : Spermatophyta.
Sub-divisi : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledoneae.
Ordo : Zingiberales.
Famili : Zingiberaceae.
Genus : Zingiber.
Species : Zingiber officinale

II.3 Uraian Bahan


1. Asam sulfat (FI edisi III, hal 58)

Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM


Nama Lain : Asam Sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosit, tidak
berwarna, jika ditambahkan kedadalm air
menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan

2. Klorahidrat (FI III, 1979)


Nama Resmi : CHLORALIHYDRAS
Nama Lain : Klorahidrat
RM/BM : C2H3Cl3O2 / 165,40
Pemerian : Hablur transparan, tidak meleleh basah; tidak
berwarna, bau tajam, dan khas; rasa kaostik
dan agak pahit. Melebur pada suhu lebih
kurang 55 ͦ dan perlahan-lahan menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu gelas objek, gelas penutup, gegep,
lampu spritus, mikroskop, pipet tetes, tabung reaksi, tissue.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam sulfat
(H2SO4) pekat, asam sulfat (H2SO4) encer, jahe (Zingiber officinale,
kloralhidrat, kunyit (Curcuma domestica Val.), rimpang lengkuas (Alpinia
galanga), sereh (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf), temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb).
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pengamatan Mikroskop
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil sampel simplisia yang akan diperiksa.

3. Diletakkan diatas gelas objek.

4. Ditetesi dengan larutan kloralhidrat.

5. Difiksasi diatas lampu spiritus, dan dijaga jangan sampai mendidih

6. Ditutup dengan gelas penutup,lalu diamati di bawah mikroskop dengan


perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
III.2.2 Pengamatan kualitatif
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil kurang lebih 2 mg serbuk sampel simplisia

3. Dimasukkan kedalam tabung reaksi

4. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat


5. Diamati dan catatat reaks warna yang terjadi lalu bandingkan dengan
buku Farmakope Herbal Indonesia

6. Diulang percobaan dengan menggunakan asam sulfat encer


BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 TABEL PENGAMATAN


A. Tabel pengamatan Mikroskop
No Nama Sampel Hasil Keterangan
.
1 Temulawak 1. serabut
(Curcuma skelerenkim
xanthorrhiza 1
Roxb)

2 Jahe 1
1. Butir amilum
(Zingiber
officinale)

3 Kunyit 1. Butir amilum


1

(Curcuma
domestica Val.)
4 Lengkuas 1
1. Berkas
(Galange pengangkut
rhizoma)

5 Sereh 1 1. Epidermis atas


(Cymbopogon dengan stomata
citratus (DC.) bentuk halter
Stapf)

B. Tabel Uji Identifikasi


No Nama Sampel Hasil Keterangan
.
1 Temulawak 1. Penambahan H2SO4
(Curcuma
pekat menghasilkan warna
xanthorrhiza
Roxb) hitam pekat.

(1)
2. Penambahan H2SO4
encer menghasilkan warna
kuning pekat

(2)
2 Jahe 1. Penambahan H2SO4
(Zingiber
pekat menghasilkan warna
officinale)
hitam pekat.

(1)
2. Penambahan H2SO4
encer menghasilkan warna
kuning.

(2)
3 Kunyit 1. Penambahan H2SO4
(Curcuma
pekat menghasilkan warna
domestica Val.)
merah kehitaman.

(1)

2. Penambahan H2SO4
encer menghasilkan warna
orange terang.

(2)
4 Lengkuas 1. Penambahan H2SO4
(Galange
pekat menghasilkan warna
rhizoma)
coklat kehitaman.

(1)

2. Penambahan H2SO4
encer menghasilkan warna
kuning.

(2)
5 Sereh 1. Penambahan H2SO4
(Cymbopogon
pekat menghasilkan warna
citratus (DC.)
Stapf) coklat kehitaman.

(1)
2. Penambahan H2SO4
encer menghasilkan warna
kuning

(2)
IV.2 Pembahasan
Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih
dahulu, sampai derajat kehalusan tertentu. Untuk mengetahui kebenaran
dan mutu simplisia, maka dilakukan analisis ynag meliputi analisis
kuantitatif dan kualitatif. Pengujian mikroskopik termasuk dalam analisis
kuantitatif. Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop
yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan.
Percobaan kali ini dilakukan identifikasi simplisia secara
mikroskopik pada sampel rimpang lengkuas (Alpinia galanga).
Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi
jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat kemudian
difiksasi di atas lampu spiritus (jangan sampai mendidih). Kemudian
pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 40.
Kloralhidrat digunakan pada percobaan ini untuk menjernihkan preparat
sehingga dapat melarutkan berbagai zat lain yang tidak diperlukan pada
pemeriksaan simplisia pada mikroskop dan memudahkan agar terlihat
lebih jelas jaringan atau sel yang ada pada simplisia yang sedang diamati.
Selain kloralhidrat dilakukan juga pengamatan serbuk dalam air.
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini sesuai dengan
literatur. Faktor kesalahan pada pemeriksaan mikroskopis adalah pada
saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas terlalu panas
atau sampai mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop,
objek menjadi tidak jelas. hasil yang diperoleh pada saat diamati dibawah
mikroskop tidak terlalu kelihatan dengan jelas.
Pada pengamatan secara kualitatif didapatkan bahwa sampel
rimpang lengkuas (Alpinia galanga), dengan penambahan 2-3 tetes asam
sulfat (H2SO4) pekat, pekat terjadi perubahan warna menjadi (+) hitam.
Pada penambahan asam sulfat encer terjadi perubahan warna menjadi
(+) kuning pucat. Asam sulfat merupakan pereaksi yang digunakan untuk
mengidentifikasi kandungan kimia dalam serbuk simplisia rimpang
lengkuas (Alpinia galanga).
Percobaan kali ini dilakukan identifikasi simplisia secara
mikroskopik pada sampel rimpang jahe (Zingiber officinale). Pemeriksaan
secara mikroskop dengan cara sampel diambil secukupnya kemudian di
tetesi dengan kloralhidrat lalu di fiksasi, setalah itu di lakukan pengamatan
dibawah mikroskop dengan perbesaran 40. Pada percobaan identifikasi
dengan penambahan asam sulfat pekat dan encer dapat di lihat
perubahan warna yang terjadi pada sampel tersebut, dimana dengan
penambahan asam sulfat pekat dapat berubah warna menjadi hitam dan
penambahan asam sulfat encer berubah warna menjadi kuning pucat.
Pada percoban iidentifikasi seara mikroskop dengan sampel sereh, di
amati di bawah mikroskop yang sebelumnya telah ditetesi kloralhidrat lalu
di fikasi dapat di lihat fargmen pengenalnya di bawah mikroskop kemudian
di bandingkan dengan literatur.menurut buku farmakope herbal indonesia
fragmen pengenal dari sereh sesuai dengan apa yang di amati. Dengan
uji identifikasi yang lain yaitu dengan penambahan asam sulfat pekat dan
encer dapat di lihat perubahan warnanya.

Pada percobaan semplisia kunyit dan temulawak di amati


dibawah mikroskop masing-masing ditambahkan kloralhidrat sebagai
mediumnya kemudian di fiksasi, setelah itu di lakukan pengamatan di
bawah mikroskop masing-masing perbesaran 40 amati fragmen pengenal
pada sampel tersebut. Dengan identifikasi selanjutnya penambahan
asam sulfat pekat dan encer. temulawak penambahan asam sulfat pekat
berwarna hitam pekat, kemudian temulawak dengan penambahan asam
sulfat encer berwarna kuning agak kecoklatan.sedangkan pada sample
kunyit penambahan asam sulfat pekat berubahwarna menjadi coklat
kehitaman dan penambahan asam sulfat encer berubah warna menjadi
kuning.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2009. Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama. Depkes RI:


Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indinesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta

Steenis, Van C.G.G.J. 2008.Flora. Pradnya Paramita: Jakarta

Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012, Cara Produksi Simplisia Yang


Baik, Seafast Center, Bogor, 10-11.

Marjoni R.M. 2017. Farmakognosi (Teori Ringkas Dan Praktik) Untuk


Diploma III Farmasi,: CV Trans Info Media: Jakarta.
Rukmana, R., 1994, Kunyit, 13, 17-18, 25-27, Kanisius, Yogyakarta.

Jayaprakasha GK, Jaganmohan RL, Sakariah KK. 2006. Antioxidant


activities of curcumin, demethoxycurcumin and bisdemethoxy
curcumin. Food Chemistry. 98: 720-24.

Wijaya H. M. Hembing (1992), Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia,


Cet 1 ,Jakarta.
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Perubahan warna yang terjadi pada simplisia rimpang jahe setelah
ditambahkan H2SO4 pekat menghasilkan warna hitam pekat, sedangkan
pada penambahan H2SO4 encer menghasilkan warna kuning cerah. Dan
pada identifikasi simplisia dengan metode mikroskopik didapatkan
fragmen-fragmen pengenal yaitu, berkas pengangkut, jaringan gabus
tengensial, serabut dan pembuluh kayu pada sampel.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk dosen
Sebaiknya dosen selalu mendampingi praktikan pada saat praktikum
berlangsung.
V.2.2 Saran untuk laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan di laboratorium lebih di perhatikan lagi
ketersediaannya agar pada saat proses praktikum berlangsung dengan baik.
V.2.3 Saran untuk asisten
sebaiknya asisten dapat mendampingi praktikannya pada saat praktikum
berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai