Anda di halaman 1dari 3

1.

Masalah keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan ditandai dengan
pola nafas abnormal, pernafasan cuping hidung, fase ekspirasi memanjang
Karena nafas yang tidak beraturan dapat menjadi salah satu faktor yang dapat
menjadi tanda suatu masalah pada tubuh sehingga memudahkan untuk
mencari masalah yang dapat menimbulkan hal tersebut.
b. Resiko Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah faktor resiko : kurang
pengetahuan tentang menejemen penyakit.
Karna pasien mengatakan jika tidak memiliki riwayat adanya diabetes
sehingga kurangnya penegtahuan akan diabetes itu penting dalam mengontrol
kadar gula dalam darah secara berkala. Sehingga dengan tidak stabilnya gula
darah yang tepat sehingga dapat menimbulkanberbagai macam masalah.
Halini yang menjadi salah satu penyebab angka kematian dengan jumlah
tertinggi terhadap pasien yang kurang pengetahuan tersebut.
c. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung dengan faktor resiko : kurang
pengetahuan yang dapat diubah dengan kondisi terkait diabetes militus.
Karena pasien dengan diabet tidak mengatahui jika ia menderita penyakit
tersebut. Pasien rutin kontrol ke poli jantung namun ia hanya minum obat jika
ada keluhan saja sehingga hal ini mengakibatkan retensi terhadap obat
tersebut. Hal ini mengakibatkan yang terjadi adalah komplikasi yang
timbulkan akibat tidak teraturnya dalam minum obat.
2. Data
a. Pasien mengatakan sesak seperti tertimpa beban berat, terdengar suara napas
tambahan rales, pernafasan cuping hidung, terdapat retraksi dada, pola nafas tidak
teratur
b. Hasil gula darah sewaktu 313mg/dl. Pasien mengatakan tidak ada riwayat diabetes
sebelumnya.
c. Terdengar S3 S4 gallop,CRT >3s, hasil ekg PAC(premature atrial contraction),
dan kadar troponin yang meningkat menandakan melebarnya kerusakan pada
jantung.
3. Hasil Lab
a. Gula sewaktu
Dengan hasil 313 mg/dl pasien dinyatakan hiperglikemi dimana pasien
mengidap penyakit diabetes militus dengan kadar yang cukup tinggi sehingga
hal ini harus segera ditangani jika tidak akan menimbulkan kompilkasi yang
mengakibatkan kondisi pasien semakin buruk.
b. Dari hasil kimia darah yang abnormal adalah Natrium(Na+), troponin I, dan
Ca++
Na+ dengan 133 meg/l sebagai indicator dimana adanya gangguan pada cairan
sistemik pada tubuh pasien. Sedangkan troponin I dengan hasil 0,03mg/dl
sebagai indicator melebarnya kerusakan pada jantung. Dan Ca++ dengan hasil
1,02 mmol/l adalah indicator dimana menurunnya jumlah kalsium pada tubuh
pasien.
c. Untuk tes darah lengkap pasien dinyatakan normal sehingga tidak adanya hasil
keabnormalan pada tes tersebut.
4. Analisis fungsi obat
a. Infus ringer laktat 500cc/24 jam. Dimana fungsi infuse adalah menambah
cairan tubuh karena tubuh dengan Na+ yang kurang sehingga infuse
ditambahan supaya dapat memenuhi kebutuhan jumlah cairan pada pasien.
b. Pemberian oksigen binasal 3 liter/menit. Karena pasien mengeluh sesak serta
terdengar suara napas tambahan pada pasien sehingga pasien tampak kesulitan
dalam bernapas, hal ini dilakukan supaya pasien dapat dengan mudah
bernapas tanpa kesulitan dengan otot bantu pernapasan agar mengurangi
jumlah keletihan yang ditimbulkan akibat bernapas.
c. Pemberian obat enteral Syrup Dexanta 10 cc diberikan 3 kali sehari
dikarenakan pasien mengeluh perut terasa sebah/ kembung sehingga dapat
disimpulkan adanya gangguan pada lambung. Karna obat ini berfungsi untuk
mengobati sakit akibat asam lambung
d. Spironolakton 100 mg PO diberikan 1 kali sehari, pasien dengan tensi 124/82
mmHg ini adalah termasuk tanda pasien mengalami hipertensi sehingga
pemberian obat ini dilakukan untuk mengurangi tensi yang cukup tinggi.
e.  Digoxin 0,25 mg PO diberikan 1 kali sehari, ini adalah obat untuk
menormalkan kembali denyut jantung, karna pasien dengan denyut yang
abnormal maka pemberian obat ini dilakukan.
f. obat parenteral drip NTG 1 ampul dalam NS (Normal Saline) 100 cc,
pemberian obat ini dilakukan karna pasien yang mencegah terdapatnya nyeri
dada pada pasien, dan obat ini berguna untuk mempermudah pembuluh darah
untuk mengalirkan darah kejantung.
g. Furosemide IV 1 ampul diberikan 3 kali sehari PRN, hal ini dikarenakan
pasien adanya edema pada ekstermitas bawah dengan derajat 2, sehingga obat
ini diberikan namun obat ini bersifat PRN atau bila perlu sehingga jika
penumpukan cairan sudah tidak ada sehingga obat ini dapat dihentikan.
h. Diet lunak jantung, hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tubuh tanpa
memperberat kerja jantung. Seperti makan-makanan yang mudah untuk
dicerna.
5. Diagnosis : Ketidakefektifan pola nafas
a. Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada trauma cervikal atau fraktur
wajah
b. Breathing : Frekuensi nafas 30x/menit, irama teratur, gerakan dada simetris,suara
nafas vesikuler, tidak ada tanda jejas, terdapat perbesaran hepar, danhasil foto
thorax kardiomegali. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah
memberikan posisi semi fowler, memberikan oksigen binasal 3 liter/menit.
c. Circulation :
Teraba nadi 89x/menit, teratur, tidak ada ketegangan pada vena cordis, tekanan
darah 124/82 mmHg, suhu 36 C, ektremitas hangat, ada edema pada ekstremitas
bawah,capirally refill lebih dari 3 detik , tidak ada perdarahan, kulit elastis, hasil
ekg premature atrial contraction, dan hasil foto thorax kardiomegali. Tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah memberi posisi semi fowler, kolaborasi untuk
pemberian cairan,pemasangan infus RL 500cc 24jam, melakukan EKG,  obat
enteral Syrup Dexanta 10 cc diberikan 3 kali sehari, Spironolakton 100 mg PO
diberikan 1 kali sehari, Digoxin 0,25 mg PO diberikan 1 kali sehari, obat
parenteral drip NTG 1 ampul dalam NS (Normal Saline) 100 cc, Furosemide IV 1
ampul diberikan 3 kali sehari PRN, serta diet lunak jantung.
d. Disability :
Respon pasien baik(alert), kedasaran compos mentis, GCS : 15 (E4, V5, M6),
pupil ishokor, refleks terhadap cahaya baik, pada ekstremitas tidak terjadi fraktur,
kondisi kulit tidak ada lesi, turgor elastis. Data lain terdapat edema pada
ekstermitas bawah derajat 2. Klien mengetahui tentang penyakit jantungnya.
e. Exposure
Tidak terdapat deformitas, contusion, abrasi, penetrasi, maupun laserasi.
Terdapat eodema pada ekstremitas bawah.

Anda mungkin juga menyukai