Laporan Lengkap FIXXX-dikonversi PDF
Laporan Lengkap FIXXX-dikonversi PDF
PENDAHULUAN
1
Ozon adalah salah satu dari gas penyusun atmosfer. Ozon terdiri atas dua
jenis yaitu ozon dekat permukaan bumi (ozon troposfer) dan ozon yang berada di
stratosfer. Lapisan stratosfer mengandung 90 % dari total ozon yang terdapat di
atmosfer. Ozon di stratosfer berperan sebagai pelindung bumi dari radiasi sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang 280-320 nm yang berbahaya bagi
kehidupan (Ambarsari, 2015).
I.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dikemukakan tujuan penelitian
sebagai berikut:
2
2. Menambah wawasan di bidang atmosfer.
3. Menambah pengalaman mengenal dunia kerja.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah:
1. Bagi mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan metode yang
selama ini telah diterima di bangku kuliah pada dunia kerja.
2. Bagi universitas dapat memperkenalkan Program Studi Geofisika
Universitas Hasanuddin di instansi-instansi yang terkait dalam
pelaksanaan Kerja Praktik, sehingga dapat membangun hubungan kerja
sama satu sama lain.
3. Bagi perusahaan/instansi dapat memberi manfaat berupa hubungan kerja
sama antara perusahaan dengan universitas, serta perusahaan dapat
menjadi sarana dalam memajukan disiplin ilmu terkait.
3
BAB II
PROFIL INSTANSI
4
II.2 Visi dan Misi LAPAN Pasuruan
Adapun Visi dan Misi LAPAN tahun 2020 s/d 2024, yaitu (LAPAN, 2020):
II.2.1 Visi
Menjadi penyedia dukungan teknis yang cepat, akurat dan responsif
dalam hal pengamatan antariksa dan atmosfer yang andal serta layanan
ke daerah.
II.2.2 Misi
1. Menyediakan produk dan layanan hasil pengamatan antariksa dan
atmosfer yang andal di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer
Pasuruan dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan
Pemerintahan Negara;
2. Mewujudkan birokrasi Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer
Pasuruan berkelas dunia untuk mendukung pengambilan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Negara;
5
7. Pelaksanaan urusan keuangan, sumber daya manusia, aparatur, tata usaha,
penatausahaan Barang Milik Negara dan rumah tangga.
6
II.5 Logo LAPAN
Logo LAPAN seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 menggambarkan
wahana antariksa yang sedang meluncur dan melambangkan lembaga
keantariksaan yang bertekad mencapai cita-cita tinggi menuju Indonesia yang
maju dan mandiri. Empat komponen pada logo LAPAN yang beriringan,
melambangkan empat kompetensi LAPAN diantaranya sains antariksa dan sains
atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, penginderaan jauh serta kajian
kebijakan penerbangan dan antariksa. Warna yang digunakan dalam logo LAPAN
yaitu warna biru langit yang merupakan ciri LAPAN sebagai lembaga
kentariksaan serta warna kuning api (dengan atau tanpa gradasi warna) adalah
warna nyala api sebagai lambing semangat pendorong menuju kemajuan dan
kemandirian. Kemudian, tulisan LAPAN yang futuristik menggambarkan
transformasi LAPAN yang bervisi masa depan (LAPAN, 2019).
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Atmosfer
III.1.1 Pengertian Atmosfer
Atmosfer bumi merupakan selubung gas yang menyelimuti permukaan
padat dan cair pada bumi. Atmosfer tersusun dari campuran berbagai unsur dan
senyawa kimia. Unsur penyusun atmosfer paling banyak adalah Nitrogen,
Oksigen, dan Argon. Selain itu juga terdapat uap air, karbon dioksida, dan ozon.
Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang, sehingga mempengaruhi
energi radiasi elektromagnetik yang sampai ke pemukaan bumi. Radiasi
gelombang elektromagnetik akan mengalami hambatan, disebabkan oleh partikel-
partikel yang ada di atmosfer. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk
serapan, pantulan, dan hamburan (scattering). Komponen atmosfer yang
merupakan penyerap efektif radiasi matahari adalah uap air, karbondioksida, dan
ozon. Menurut Sinambela, dkk. 2006, berkurangnya konsentrasi ozon stratosfer
akan menaikkan intensitas radiasi UV berbahaya yang sampai di permukaan bumi
(Mairisdawenti, 2014).
Sebagai media lingkungan, atmosfer berfungsi untuk menampung berbagai
macam gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti Oksigen, Karbon
dioksida, dan uap air. Keberadaan berbagai macam gas tersebut apabila sesuai
kadar maka tidak akan berpengaruh banyak terhadap aktivitas manusia namun
sebaliknya apabila keberadaan gas-gas tersebut melebihi ukuran yang seharusnya
maka dikhawatirkan dapat membahayakan umat manusia dan kehidupan di Bumi.
Berikut beberapa sifat yang dimiliki oleh atmosfer, yaitu (Iswantari, 2014).
1. Selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi Bumi sampai ketinggian
560 km dari permukaan Bumi.
2. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak dapat dirasakan, tidak dapat diraba
(kecuali bergerak sebagai angin).
3. Mempunyai berat (56 x 1014 ton) dan dapat memberikan tekanan 99% dari
beratnya berada sampai ketinggian 30 km dan separuhnya berada di bawah 6
km.
8
4. Memberikan tahanan jika suatu benda melewatinya berupa panas akibat
pergesekan (misalnya meteor hancur sebelum mencapai permukaan bumi).
Sangat penting untuk kehidupan dan sebagai media untuk proses cuaca.
Sebagai selimut yang melindungi bumi terhadap tenaga penuh dari matahari
pada waktu siang, menghalangi hilangnya panas pada waktu malam.
Wilayah Indonesia dikenal dalam terminologi ilmu atmosfer dengan nama
Benua Maritim (the Maritime Continent). Istilah ini pertama kali dikemukakan
oleh Ramage (1968) yang menunjukkan luasnya wilayah Indonesia seperti benua,
tetapi didominasi oleh air (laut), dan juga dibatasi oleh dua samudera (Hindia dan
Pasifik) serta dua benua Asia di utara dan Australia di selatan. Dengan kondisi
seperti itu, maka atmosfer di sebagian besar wilayah Indonesia relatif basah
hampir sepanjang tahun, akibat banyaknya kandungan uap air yang terbentuk,
sehingga mempermudah terbentuknya kumpulan awan-awan kumulonimbus (Cb)
yang dikenal dengan istilah Super Cloud Cluster (SCC) yang menunjukkan
besarnya perubahan energi yang terjadi sebagai dasar penggerak dari sirkulasi
permukaan bumi secara keseluruhan (global circulation). Energi inilah yang
menggerakan faktor-faktor pengendali sistem iklim di wilayah Indonesia dan
sekitarnya (Harijono, 2008).
9
Gambar 3.1 Pembagian lapisan atmosfer1
III.1.2.1 Troposfer
Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya paling ideal
untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari
sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan
dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang
lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam lapisan ini, hampir semua jenis
cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin, tekanan dan kelembaban yang kita
rasakan sehari-hari berlangsung (Prawirowardoyo, 1996).
Menurut data hasil observasi pengukurun ozon vertikal pada tanggal 16
Desmber 2019 suhu udara permukaan sekitar 25,01 ºC, dan semakin naik ke atas,
suhu semakin turun dengan laju penurunan sebesar 4,5º C tiap kilometer. Pada
lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan, angin, musim salju, kemarau, dan
vertikal, 2019).
III.1.2.2 Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari
ketinggian sekitar 18 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif
1
Website
10
stabil dan sangat dingin yaitu -41,07° C Pada lapisan ini angin yang sangat
kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu. Lapisan ini juga merupakan
tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di
lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi
pada lapisan ini. Lapisan ini banyak mengandung ozon walaupun kadar ozon di
atmosfer hanya berkisar 9,89 ppmv walaupun hanya sebagian kecil namun
peranan ozon sangat penting yaitu melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet
(Observasi ozon vertikal, 2019).
III.1.2.3 Mesosfer
Lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang dengan
pertambahan ketinggian hingga lapisan keempat. Udara yang di sini akan
mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek yang datang dari angkasa dan
menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai ke bumi
terbakar lapisan ini. Kurang lebih 25 mil atau 40km (50-80 km) di atas permukaan
bumi, saat suhunya berkurang dari 290 K hingga 200 K, terdapat lapisan transisi
menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian
bertambah, hingga menjadi sekitar -143° C (dekat bagian atas dari lapisan ini,
yaitu kurang lebih 81 km di atas permukaan bumi) (Neiburger, 1995).
III.1.2.4 Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km.
lapisan ini berada di atas mesopause sampai pada ketinggian 650 km. lapisan ini
terkadang dinamai ionosfer, karena pada lapisan ini gas-gas akan mengalami
ionisasi. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi
pada lapisan ini yaitu sekitar 1982° C. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi
sinar ultra violet. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk
lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat
memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini
berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh (Lakitan,
1994).
11
III.1.2.5 Ionesfer
Lapisan ionosfer terletak sekitar 80 km sampai 450 km diatas permukaan
bumi. Dalam lapisan ini, molekul-molekul nitrogen dan oksigen banyak
melepaskan elektron setelah menyerap sinar ultraviolet. Akibatnya, pada lapisan
ini banyak terdapat ion-ion positif dan elektron bebas. Peristiwa seperti ini disebut
dengan ionisasi. Pada keadaan tertentu elektron bebas dapat menumbuk ion
positif. Akibat tumbukan tersebut, ion positif berubah menjadi atom netral.
Peristiwa seperti ini disebut rekombinasi. Ionosfer dapat memantulkan gelombang
radio, pemantulan tersebut dapat berlangsung beberapa kali antara lapisan
ionosfer dengan permukaan bumi. Akibatnya, gelombang radio dapat mencapai
tempat yang sangat jauh. Itulah sebabnya kita dapat mendengar siaran radio atau
televisi dari pemancar yang letaknya sangat jauh (Iswantari, 2014).
III.1.2.6 Eksosfer
Eksosfer merupakan lapisan udara kelima, eksosfer terletak pada
ketinggian antara 800-1000 km dari permukaan bumi. Lapisan ini merupakan
lapisan atmosfer paling luar. Pada lapisan ini hampir tidak ada tekanan udara
dengan kata lain, berat udara pada lapisan ini sama dengan nol (tidak ada
pengaruh gravitasi bumi). Akibatnya, molekul-molekul gas pada lapisan ini dapat
meninggalkan atmosfer menuju luar angkasa. Pada lapisan eksosfer merupakan
tempat terjadinya gerakan atom-atom secara tidak beraturan. Lapisan ini
merupakan lapisan paling panas, sering disebut pula dengan ruang antar planet
dan geostasioner. Lapisan eksosfer sangat berbahaya, karena merupakan tempat
terjadinya kehancuran meteor dari angkasa luar (Iswantari, 2014).
12
dan malam. Atmosfer penting bagi kehidupan di bumi, karena tanpa atmosfer
maka manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat hidup. Atmosfer juga bertindak
sebagai pelindung kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang
hari dan mencegah hilangnya panas ke ruang angkasa pada malam hari (Tjasyono,
2009).
Proses pendinginan dan pemanasan bumi berubah menurut waktu dan
tempat sehingga perubahan atmosfer pun akan berubah. Akibatnya, tekanan dan
kerapatan serta lapisan atmosfer berbeda-beda antara siang dan malam baik
musim dingin maupun di musim panas. Serta di daerah perairan atau daratan dan
dataran rendah maupun tinggi (Hondoko, 1995). Atmosfer terdiri dari 3 macam
partikel halus dan ringan diantaranya adalah udara kering, uap air dan aerosol.
2
Susilo Prawirowardoyo
13
• Nitrogen
Nitrogen yang masuk ke dalam atmosfer berasal dari peluruhan sisasisa hasil
pertanian dan letusan gunung berapi, sedangkan pengeluaran nitrogen dari
atmosfer disebabkan oleh proses biologis dalam tumbuhtumbuhan dan kehidupan
di laut. Nitrogen akan dibentuk menjadi nitrogen oksida oleh petir dan oleh
pembakaran suhu tinggi di dalam mesin kendaraan bermotor dan pesawat terbang.
Sehingga kadar nitrogen menjadi konstan.
• Oksigen
Oksigen dihasilkan dari proses fotosintesis pada tumbuhan. Pada proses ini
dedaunan menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen. Oksigen diambil
dari atmosfer melalui proses pernafasan manusia, dan juga proses peluruhan
bahan organik.
• Ozon
Ozon merupakan komponen atmosfer yang memiliki peranan sangat penting.
Distribusi ozon di atmosfer tidak homogen dengan konsentrasi ozon terbesar
terdapat pada ketinggian 25 sampai 40 km yang disebut lapisan stratosfer.
Lapisan stratosfer mengandung 90 % dari total ozon yang terdapat di atmosfer.
Ozon di stratosfer berperan sebagai pelindung bumi dari radiasi sinar ultraviolet
dengan panjang gelombang 280-320 nm yang berbahaya bagi kehidupan
(Ambarsari, 2015).
Ozon adalah lapisan gas yang molekulnya terdiri dari tiga atom oksigen.
Keberadaan oksigen sangat penting dalam kehidupan walaupun volemenya di
atmosfer sedikit. Ozon berasal dari terbelahnya molekul oksigen di bawah
pengaruh radiasi ultraviolet menjadi atom oksigen, atom oksigen hasil belahan
ini masing-masing kemudian bertumbukan dan bergabung dengan molekul
oksigen lain membentuk ozon. lapisan ozon (Lakitan, 1994).
Proses pembentukan dan penguraian Ozon
Banyak reaksi kimia di atmosfer yang memicu terjadinya perusakan ozon.
Akan tetapi, di stratosfer reaksi utama penyebab terbentuknya molekul ozon
adalah akibat reaksi fotolisis oleh sinar UV dengan panjang gelombang (ℷ) di
bawah 250 nm yang dapat memutus ikatan O2 seperti dijelaskan berikut ini :
O2 + hv → O + O (1)
14
Atom O yang terbentuk bereaksi sangat cepat dengan molekul O2 untuk
membentuk O3 :
O + O2+ → O3 (2)
O3 + hv → O2 + O (3)
O + O3 → 2O2 (4)
• Karbondiosida
Karbon dioksida yang masuk ke dalam atmosfer berasal dari proses alami
maupun buatan. Proses alami berasal dari pernafasan manusia dan peluruhan
bahan organik sedangkan buatan berasal dari pembakaran hutan maupun asap
15
pabrik. Sedangkan kandungan karbondioksida yang paling banyak dikeluarkan
atmosfer adalah melalui fotosintesis yaitu 30% dari karbon dioksida di dunia tiap
tahun (Prawirowardoyo, 1996).
III.1.3.3 Aerosol
Aerosol adalah pertikel yang ukurannya lebih besar dari molekul, cukup
kecil sehingga bisa melayang di dalam atmosfer. Partikel ini dapat berupa padat
dan cair, misalkan debu, garam laut, sulfat dan nitral. Komposisi normal aerosol
di atmosfer terdiri dari :
Debu 20% (daerah kering)
Kristal garam 40% (pecahan ombak lautan)
Asap 15% (cerobong pabrik, pembakaran)
Lain-lain 25% (mikro organisme)
16
III.3 Korelasi Pearson
Koefisien korelasi merupakan ukuran yang menyatakan keeratan hubungan
antara dua variabel. Koefisien korelasi bivariat yang paling lama dan banyak
digunakan adalah korelasi yang dikembangkan oleh Karl Pearson. Perhitungan
dalam korelasi ini didasarkan pada data sebenarnya (variabel asli). Secara
statistik, koefisien korelasi momen hasil kali Pearson atau sering disingkat dengan
koefisien korelasi Pearson yang dinotasikan dengan r dirumuskan sebagai berikut:
1 𝑛
∑𝑖=1(𝑋𝑖−𝑥 )(𝑌𝑖−𝑌 )
𝑛
r= 1 𝑛 1 𝑛 (6)
[( ∑𝑖=1(𝑋𝑖−𝑥) 2 ( ∑𝑖=1(𝑌𝑖−𝑌)2 ]1/2
𝑛 𝑛
17
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
18
IV.2 Waktu dan Lokasi Observasi
Waktu pelaksanaan observasi ozon vertikal 16 Desember 2019 di Badan
Penelitian Atmosfir dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) Pasuruan, Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. LAPAN
Pasuruan berada pada koordinat 7,50o LS dan 112,60o BT dengan ketinggian 50 m
di atas permukaan laut.
19
a. GPS: berfungsi menunjukkan lokasi dan waktu pengambilan data.
b. PTU: sensor yang menunjukkan hasil data untuk tekanan, temperatur
dan kelembaban.
c. Transmitter: berfungsi mentransmisikan/mengirimkan raw data ke
receiver.
20
3. Antena meneruskan data ke radio penerima, kemudian radio penerima
meneruskan data yang didapatkan ke komputer untuk di-monitoring
dan disimpan sebagai data perusahaan milik LAPAN Pasuruan.
21
2. Reaksi kimia yang terjadi mengakibatkan adanya beda potensial antara
tabung anoda dan katoda. Adanya beda potensial ini mengakibatkan
terjadinya arus listrik.
3. Arus listrik yang mengalir kemudian diukur. Arus inilah yang
kemudian dikonversikan ke harga konsentrasi ozon O3.
4. Data konsentrai ozon yang didapat kemudian dikirim ke iMet
Radiosonde lalu dipancarkan ke antenna penerima.
22
IV.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Larutan KI
Tabung katoda yang digunakan pada observasi ozon vertikal diisi dengan
larutan KI yang akan bereaksi dengan ozon O3.
2. Gas Hidrogen
Gas hidrogen digunakan untuk mengisi dan menerbangkan balon cuaca.
23
Berikut adalah penjelasan prosedur akuisisi data berdasarkan gambar di atas:
1. Sensor ECC (Electrochemical Contentration Cell) mengukur konsentrasi
ozon atmosfer dengan reaksi kimia. lnstrumen ini dipasang pada balon
cuaca dan mengukur konsentrasi ozon perlapisan ketinggian.
2. Data ozon diukur dan diproses dengan Desain Sistem Inovative V7.
Sistem V7 dapat mengurangi kesalahan, meningkatkan ketepatan dan
pemecahan terhadap masalah, serta meningkatkan visualisasi data.
3. Data ozon yang didapatkan kemudian digabungkan menjadi sebuah paket
data menggunakan Software pengumpulan data O3 dan dikirim pada iMet
Radiosonde.
4. iMet Radiosonde mengukur data tekanan, suhu udara dan kelembaban.
Menggunakan sensor PTU. Sedangkan GPS pada iMet Radiosonde
digunakan untuk menyimpan data lokasi dan waktu.
5. Paket data yang telah diperoleh ditransmisikan ke stasiun penerima
(receiver) dengan frekuensi transmitter 403 mHz.
6. Modem dengan 1200 baud disambungkan pada receiver yang kemudian
digunakan untuk mengumpulkan data sementara receiver menerima
transmisi data.
7. Kemudian komputer (PC) merekam informasi yang dihasilkan oleh
modem sehingga dapat di-monitoring.
24
IV.6 Analisis Korelasi
Analisis korelasi yang dilakukan pada laporan ini menggunakan tools
MATLAB dengan metode Uji Korelasi Pearson. Dengan menggunakan tools
MATLAB maka hasil yang diperoleh dapat dianalisa lebih lanjut terkait korelasi
temperature dengan ozon yang ada di beberapa kawasan di Jawa Timur. Uji
Korelasi Pearson juga menggunakan tools Ms. Excel untuk validasi dan
membandingkan hasil korelasi yang ada pada MATLAB. Hasil korelasi kemudian
dianalisis dan dibandingkan kebenarannya dengan teori yang sudah ada
sebelumnya.
25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Split data dilakukan dengan memilih Text to Columns pada tab Data
sehingga terlihat tampilan seperti gambar di atas. Klik Next untuk
menyelesaikan proses split sehingga data pada excel akan terlihat seperti
berikut:
26
Gambar 5.3 Tampilan data setelah dilakukan split
4. Mengambil data yang akan digunakan yaitu data temperatur, ozon (O3)
dan ketinggian lalu pindahkan ke sheet baru agar lebih mudah untuk
diolah. Data yang digunakan diambil dari ketinggian 0.05 – 33 km. Data
dari observasi ozon vertikal di LAPAN Pasuruan hanya merekam hingga
33 km karena balon yang digunakan telah mengalami burst pada
ketinggian tersebut.
27
5. Pada data hasil observasi ozon vertikal terdapat nilai konsentrasi ozon
yang mencapai 99999 mPa di beberapa ketinggian (terlihat seperti gambar
di bawah). Hal ini disebabkan karena adanya data yang hilang (lost data)
akibat komunikasi antara ozonesonde dengan radiosonde. Data ini disebut
data error dan dapat mengganggu hasil olah data. Oleh karena itu perlu
dilakukan penghapusan data untuk setiap nilai konsentrasi ozon bernilai
99999 agar tidak mempengaruhi hasil olah data.
6. Setelah data error yang bernilai 99999 telah dihapus secara keseluruhan,
maka data temperatur dan konsentrasi ozon dapat diolah ke tahap
selanjutnya.
28
V.2. Profil Temperatur dan Konsentrasi Ozon
Data akuisisi temperatur dan ozon yang telah dipisahkan dari data yang
lain kemudian dianalisa secara statistik untuk mengetahui nilai rata-rata, nilai
maksimum dan nilai minimum data temperature dan konsentrasi ozon. Sebelum
melihat karakteristik profil konsentrasi ozon pada lapisan stratosfer maka perlu
untuk mengetahui karakteristik profil temperatur dan konsentrasi ozon
keseluruhan atmosfer seperti pada gambar berikut ini:
35
30
Ketinggian (km)
25
20
15 Temperatur
10
0
-100 -50 0 50
Temperatur (Celcius)
29
V.2.2 Profil Konsentrasi Ozon di Atmosfer
25
20
15 Ozon O3
10
5
0
0 5 10 15 20
Konsentrasi Ozon O3
Pada gambar diatas, konsentrasi ozon maksimal yang terekam berada pada
ketinggian 28.6 km dengan nilai sebesar 14.29 mPa. Sedangkan konsentrasi ozon
minimum yang terekam berada pada ketinggian 15.47 km dengan nilai sebesar
0.5195 mPa. Adapun nilai rata-rata temperatur pada atmosfer ialah 5.42 mPa.
29
Ketinggian (km)
27
25
23
21
19
17
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi Ozon (mPa)
30
Pada gambar diatas, konsentrasi ozon maksimal yang terekam berada pada
ketinggian 28.6 km dengan nilai sebesar 14.29 mPa. Sedangkan konsentrasi ozon
minimum yang terekam berada pada ketinggian 18.00 km dengan nilai sebesar
2.1864 mPa. Adapun nilai rata-rata temperatur pada stratosfer ialah 9.689 mPa.
31
Gambar 5.9 Menginputkan data
32
Setelah coding kedua diatas di-run maka hasil dari uji Korelasi Pearson
menggunakan tools MATLAB dapat dilihat pada gambar berikut:
Dari hasil diatas dapat dilihat nilai korelasi yang diperoleh dari uji
Korelasi Pearson menggunakan MATLAB mencapai 0.9296 yang berarti bahwa
antara temperatur dan konsentrasi ozon memiliki hubungan yang sangat kuat
dimana nilai temperatur naik sesuai dengan nilai kenaikan ozon atau dapat
dikatakan bahwa kedua variable tersebut saling mempengaruhi. Data yang
digunakan merupakan data dari ketinggian 18 – 28 km pada lapisan stratosfer.
33
Hasil dari hubungan temperatur dan ozon ini membuktikan sebuah
pernyataan bahwa pada lapisan stratosfer terdapat lapisan yang disebut lapisan
isotermis dimana pada bagian atas lapisan isotermis (20-45 km) suhu udara
bertambah tinggi seiring dengan kenaikan ketinggian dari permukaan bumi
(Iswantari dkk, 2014). Seperti diketahui bahwa konsentrasi ozon terbesar berada
pada lapisan stratosfer, sehingga partikel ozon yang terkandung didalamnya pun
relatif besar. Partikel-partikel tersebut tentunya selalu bergerak secara dinamis dan
bertumbukan satu sama lain. Menurut teori kinetik gas, tumbukan antarmolekul
(gas) yang bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda menghasilkan tekanan
gas. Semakin banyak partikel yang saling bertumbukan dalam suatu wilayah,
maka tekanan yang dihasilkan pun semakin besar, hal ini dapat dibuktikan melalui
rumus berikut:
𝑝𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑝 ≈𝑇
Dimana:
p = tekanan
V = volume
n = jumlah molekul
R = konstanta gas universal
T = temperatur
Rumus diatas menyatakan bahwa jumlah n -dalam hal ini jumlah molekul
ozon- berbanding lurus dengan tekanan. Semakin besar nilai n maka tekanan yang
dihasilkan pun semakin besar. Besarnya tekanan berbanding lurus dengan
kenaikan temperatur. Sehingga tekanan besar yang ada pada lapisan stratosfer
yang disebabkan oleh partikel ozon membuat temperatur di lapisan itupun
semakin tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil olah data hubungan temperatur
dan ozon di lapisan stratosfer dengan trendline pada Gambar 5.13.
34
lebih lanjut terkait korelasi temperatur dan konsentrasi ozon. Hasil uji korelasi
pearson dengan regresi linear dapat dilihat pada gambar berikut:
-20
y = 1.9564x - 82.289
-30 R² = 0.9296
Temperatur (km)
-40
-50
-60
-70
-80
-90
Konsentrasi Ozon (mPa)
35
Dari data temperatur dan konsentrasi ozon pada 16 Desember 2019 maka
didapatkan pengolahan data x dan y untuk memperoleh nilai Korelasi Pearson
menggunakan Ms. Excel. Hasil pengolahan data dari Ms. Excel kemudian dapat
digunakan sebagai pembanding dengan hasil korelasi yang didapatkan
menggunakan MATLAB. Uji Korelasi Pearson menggunakan Ms. Excel dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.1. Hasil pengolahan data untuk memperoleh nilai korelasi pearson
ƩY -125335.54
ƩX 19175.0006
ƩY2 8083584.03
ƩX2 221187.8715
ƩXY -1145156.375
(Ʃy)2 15708997587
(Ʃx)2 367680648
a 137044588.7
b 142139117
r 0.964158154
r2 0.929600946
36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
1. Pengolahan data observasi ozon vertikal menggunakan metode kuantitatif
yaitu dengan regresi linier untuk menganalisa korelasi temperatur dan
ozon vertikal pada lapisan stratosfer. Tools yang digunakan untuk
mendapat hasil korelasi ialah MATLAB dan Ms. Excel.
2. Profil konsentrasi ozon vertikal di lapisan stratosfer pada ketinggian 18 km
- 28 km memiliki konsentrasi ozon maksimal sebesar 14.29 mPa yang
terekam berada pada ketinggian 28.6 km. Sedangkan konsentrasi ozon
minimum sebesar 2.1864 mPa yang terekam berada pada ketinggian 18.00
km. Adapun nilai rata-rata temperatur pada stratosfer ialah 9.689 mPa.
3. Hubungan temperatur dan ozon vertikal di lapisan stratosfer menurut hasil
uji Korelasi Pearson yang didapatkan ialah senilai 0.9296 atau memiliki
hubungan yang sangat kuat. Hubungan ini menjelaskan bahwa nilai
temperature naik sesuai dengan nilai kenaikan ozon di lapisan stratosfer
atau dapat dikatakan bahwa kedua variable tersebut saling mempengaruhi.
VI.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, berikut beberapa saran
yang dapat kami berikan:
1. Pada penelitian selanjutnya mengenai uji korelasi antara temperature dan
ozon vertikal, peneliti dapat menggunakan metode yang berbeda dari yang
kami gunakan sehingga dapat dibandingkan hasil yang didapatkan.
2. Data yang kami gunakan ialah data satu hari, sehingga pada penelitian
selanjutnya bisa menggunakan data ozon vertikal yang lebih banyak lagi
dari sebelumnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, 2015. Efek Radikal Hidroxyl (Oh) Dan Nitric Oxide (No) Dalam
Reaksi Kimia Ozon Di Atmosfer. Bandung: Berita Dirgantara Vol. 16 No. 2
: 47-54.
Harijono dan Sri Woro B, 2008. Analisis Dinamika Atmosfer Di Bagian Utara
Ekuator Sumatera Pada Saat Peristiwa El-Nino Dan Dipole Mode Positif
Terjadi Bersamaan. Jakarta: Badan Meterorologi dan Geofisika (BMG),
Jurnal Sains Dirgantara, vol 5, no 2.
Nugroho Sigit dkk, 2008. Kajian Hubungan Koefisien Korelasi Pearson (r),
Spearman-rho (ρ), Kendall-Tau (τ), Gamma (G) , dan Somers (dyx).
Bengkulu : Jurnal Gradien Vol.4 No.2: 372-381.
Tjasyono dan Bayong, 2009. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung : Remaja
Rosdakarya, cet. III.
38