Anda di halaman 1dari 26

1

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN SYOK

DISUSUN OLEH

NURSYAMSI AQMARINA

201701082

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

T.A 2019
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah
shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat
dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis,
pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat
serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik).
Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka morbiditas
dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive Care Unit
(ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita tersebar
diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap hari.
Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di seluruh
dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen
ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009;
Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel-
sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat
sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan
alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi
kematian atau cacat organ tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan
membahas mengenai Asuhan keperawatan kegawatdaruratan syok.
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan
mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien
dengan syok.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
c. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
d. Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
e. Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.

C. Manfaat Penulisan
Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa memahami konsep
dasar syok dan mengaplikasikanya dalam Asuhan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk
menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan
disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah,
pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang
tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran
menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun
dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama adalah
penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan penyampaian
oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa mekanisme
hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi rusak karena
tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic. Jika sel
melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat yang
merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard
sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi
gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat
seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple
Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ
mencapai > 90%.
5

B. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000):
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui
vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot
skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor
humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan
volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase
kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung
untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun,
tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.

2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu
mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan
adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga
terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan, metabolisme
terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi
kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah dan tak mampu
berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous
return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah
ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat
menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati
intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
6

Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat


vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia
jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan
bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut
memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung).
Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa
usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri
dan penurunan fungsi detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC
bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas
mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan
perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya
terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler
dan timbunan asam karbonat di jaringan.
3. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak
dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya
ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi
memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial,
daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
7

C. Pathway

D. Jenis - Jenis Syok


Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
1. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan
cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat
perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah
terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
a) Penyebab
1) Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang
sering/frekuensi, peritonitis)
2) Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
8

3) Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan


post partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina
terganggu)).

b) Diagnosa
a. Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan pucat,
Capillary refill time memanjang > 2 detik
b. Tachikardia
c. Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah,
Penurunan produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis,
kesadaran menurun
c) Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus
cairan kristaloid, pada perdarahan diberikan sejumlah kristaloid melebihi
yang hilang.
Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)

Klasifikasi Klinis Pengelolaan


Dehidrasi ingan - Nadi normal atau Penggantian volume cairan
meningkat yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan - Selaput lendir kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 5 % kering Ringer Laktat atau Ringer
BB Asetat

Dehidrasi sedang - Nadi cepat Penggantian volume cairan


- Tekanan darah  yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan - Selaput kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 8 % lendirkering Ringer Laktat atau Ringer
BB - Oliguria Asetat
- Status mental
tampak lesu dan
lemas

Dehidrasi berat - Nadi sangat Penggantian volume cairan


cepat, kecil, sulit yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan
diraba kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 10
- -Tekanan darah Ringer Laktat atau Ringer
% BB
turun Asetat
- Anuria
- Selaput lendir
9

pecah-pecah
- Kesadaran
menurun

Tabel 2.1 Syok Hipovolemik


2. Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang
beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang.
Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin
besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang banyak mengakibatkan syok.
Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok berlangsung, makin besar
risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering disebut “The Golden Hour”.
Dalam periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat
diberikan, yakni menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan
voleume darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di jaringan akibat syok
menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis
(Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
a) Perdarahan Menyebabkan :
1) Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah
dan jumlah oksigen jaringan menurun
2) Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas
transport oksigen per unit volume darah menurun Tubuh
memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang beredar)
65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata EBV ; 70
ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20% EBV), terjadilah
perubahan hemodinamik :
(1) Nadi meningkat
(2) Kekuatan kontraksi miokard meningkat
(3) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
(4) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan
nadi turun

b). Prinsip Penanganan:


10

Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan


oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik terjaga.
Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus kristaloid
sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dan
dapat diberikan cairan golongan plasma substitute (cairan koloid).

c). Trauma Status (Advanced Trauma Life support)

Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah


perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.

Klasifikasi Klinis Pengelolaan

Kelas I : - Takikardia Tidak perlu penggantian


kehilangan volume minimal, volume
darah < 15% <100 x/menit

Kelas II : - Takikardia
kehilangan volume (100-120 Penggantian volume darah
darah 15-30% x/menit) yang hilang dengan cairan
- Penurunan kristaloid sejumlah 2-4 kali
pulse pressure volume darah yang hilang.
- Penurunan
produksi urine
(20-30 cc/jam)

Kelas III : - Tachypnea Penggantian volume darah


kehilangan volume (30-40 yang hilang dengan cairan
x/menit) kristaloid dan darah.
darah 30-40%
- Penurunan
produksi urine
(5-15 cc/jam)

Kelas IV : - Tachypnea Penggantian volume darah


Kehilangan volume (>35 x/menit) yang hilang dengan cairan
darah - Takikardia kristaloid dan darah.
>40% (>140x/menit)
- Perfusi pucat,
dingin, basah
- Perubahan
mental
11

Tabel 2.2 Syok Hemoragik

3. Syok Anafilaktik
a. Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang
disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi
Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa
melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan
tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis
b. Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen)
mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
c. Diagnosa
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan
darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal –
hal lain) atau riwayat setelah pemberian obat-obatan.
d. Tindakan
a. C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid
(RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan atau intra
muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak
(0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila ternyata jantung tidak
berdenyut).
b. Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
c. Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.

4. Syok Septik
a. Definisi
12

Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan
oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi
dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk
aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan
nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan secara menyeluruh.
b. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang
mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada
perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
c. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat
bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien
sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60%
disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi
saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah
sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter
intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah
staphylococcus aureus dan pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan
shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan
sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum
adalah:
1) Demam
2) Berkeringat
3) Sakit kepala
4) Nyeri otot
d. Diagnosis
1) Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
13

2) Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.


e. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial
Pressure 60 mmHg)
1) Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang sumber
infeksi (pembedahan)
2) Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan
vasopressor (Dopamine atau dikomnbinasi dengan
Noradrenaline).

5. Syock Kardiogenik
a) Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama
sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung;
manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang
lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland,
2010)
b) Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan – keadaan
antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan Tension
pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada yang
membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan yang
disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard. Missal : decomp
cordis, trauma langsung pada jantung, kontusio jantung. Tamponad
jantung dan tension pneumothoraks dikelompokkan dalam syok
obstructive (syok karena obstruksi mekanik)
c) Diagnose
a. Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
14

b. Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).


c. Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung
(bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension pneumothoraks
(hipersonor dan pergeseran letak trakea).
d) Tindakan
a. Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
b. Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
c. Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring
EKG.
d. Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di
ICS II- mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga
pleura (dekompresi).

E. Manifestasi Klinis
1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik
<100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah
diketahui.
2. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
3. Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.
4. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
5. Asidosis metabolik.
6. Pemantauan hemodinamik :
a. Tekanan darah arteri
b. Tekanan vena sentral
c. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
d. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu
kulit. (Mansjoer, 2000)

F. Penatalaksanaan
15

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk


memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab
syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan
kausal.

1. Airway dan Breathing


Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian
Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya
terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan
pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan
intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang,
16

darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air


harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa
air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
pemberian cairan yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan
ketat, mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan
organ majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan
pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz"
kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik
untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa
menambah konsumsi oksigen miocard.
1) Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
2) Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
3) Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
4) Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
5) Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas
jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
4. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai
lebih tinggi dari jantung
5. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber
perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas
sumber perdarahan (Mansjoer, 2000)

G. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan
alveolus kapiler karena hipoksia.
17

3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian


jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.
18

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK

A. PENGKAJIAN
1. Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila
perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
b. Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti
ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang
cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal
biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah
luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam
rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak
yang dapat dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol
perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh
mengganggu pemasangan infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat
membantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi
motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak
19

2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang
mengetahui kejadiannya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan
mual, kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan
obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti
klien sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia),
Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok
kardiogenik dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase
lanjut syok (sering kering pada syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg
(lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap
hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
20

4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase


kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik,
respirasi meningkat jika kondisi menjelek)

5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan.


Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di
jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik,
kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok
hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2
karena adanya aliran pintas di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit,
kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah
3) EKG

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain
(Santosa, 2005):
a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen,
penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan
transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.
21

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria intervensi
Kolaborasi
Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan - Cardiac Pump - Evaluasi adanya nyeri
irama jantung, stroke effectiveness dada
volume, pre load - Circulation - Catat adanya disritmia
dan afterload, Status jantung
kontraktilitas jantung. - Vital Sign - Catat adanya tanda dan
Status gejala penurunan
DO/DS: - Tissue cardiac putput
- Aritmia, perfusion: - Monitor status
takikardia, perifer pernafasan
bradikardia - Monitor balance cairan
- Palpitasi, Setelah dilakukan - Monitor respon pasien
oedem asuhan terhadap efek
- Kelelahan Selama......penurunan pengobatan
- Peningkatan/pen kardiak antiaritmia
urunan JVP output klien teratasi - Atur periode latihan
- Distensi vena dengan kriteria hasil: dan istirahat untuk
jugularis - Tanda Vital menghindari
- Kulit dingin dan dalam rentang Kelelahan
lembab normal - Monitor adanya
- Penurunan (Tekanan darah, dyspneu, fatigue,
denyut nadi Nadi,respirasi) tekipneu dan ortopneu
perifer - Dapat - Monitor TD, nadi,
- Oliguria, kaplari mentoleransi suhu, dan RR
refill lambat aktivitas, tidak - Monitor VS saat
- Nafas pendek/ ada kelelahan pasien berbaring,
sesak nafas - Tidak ada duduk, atau berdiri
- Perubahan edema paru, - Monitor TD, nadi, RR,
warna kulit perifer, dan sebelum, selama, dan
- Batuk, bunyi tidak ada asites setelah aktivitas
jantung S3/S4 - Tidak ada - Monitor jumlah, bunyi
- Kecemasan penurunan dan irama jantung
kesadaran - Monitor frekuensi dan
- AGD dalam irama pernapasan
batas normal - Monitor suhu, warna,
- Tidak ada dan kelembaban kulit
distensi vena - Monitor sianosis
leher - Monitor adanya
- Warna kulit tekanan nadi yang
normal melebar, bradikardi,
22

peningkatan sistolik

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah
Kolaborasi Hasil
Perfusi jaringan NOC : NIC :
tidak - Cardiac pump - Monitor nyeri dada
efektif b/d gangguan Effectiveness (durasi, intensitas dan
afinitas Hb oksigen, Circulation status faktor-faktor
penurunan - Tissue Prefusion : presipitasi)
konsentrasi Hb, cardiac, - Observasi perubahan
Hipervolemia, periferal ECG
Hipoventilasi, - Vital Sign Statusl - Auskultasi suara
gangguan transport jantung dan paru
O2, Setelah dilakukan asuhan - Monitor irama dan
gangguan aliran selama…ketidakefektifan jumlah denyut jantung
arteri dan vena perfusijaringan - Monitor angka PT,
DS: kardiopulmonal teratasi PTT dan AT
- Nyeri dada dengan kriteria hasil: - Monitor elektrolit
- Sesak nafas (potassium dan
DO - Tekanan systole magnesium)
- AGD dan diastole - Monitor status cairan
abnormal dalam rentang - Evaluasi oedem perifer
- Aritmia yang diharapkan dan denyut nadi
- Bronko - CVP dalam batas - Monitor peningkatan
spasme normal kelelahan dan
- Kapilare - Nadi perifer kuat kecemasan
refill > 3 dtk dan simetris - Jelaskan pembatasan
- Retraksi dada - Tidak ada oedem intake kafein, sodium,
- - Penggunaan perifer dan kolesterol
asites dan lemak
otot-otot
- Denyut jantung, - Kelola pemberian obat-
tambahan AGD, ejeksi obat: analgesik, anti
- fraksi dalam batas koagulan,
normal nitrogliserin,
- Bunyi jantung vasodilator dan
abnormal tidak diuretik.
ada - Tingkatkan istirahat
- Nyeri dada tidak (batasi pengunjung)
ada
- Kelelahan yang
ekstrim tidak
ada
23

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan - Fluid balance - Pertahankan
dengan:Kehilangan - Hydration catatan intake
volume cairan secara - Nutritional Status : dan output
aktif, Kegagalan Food and Fluid yang akurat
mekanisme pengaturan Intake - Monitor status
hidrasi
DS : Setelah dilakukan tindakan - nadi adekuat,
- Haus keperawatan selama…. tekanan darah
defisit volume ortostatik ),
DO: cairan teratasi dengan jika
- Penurunan turgor kriteria hasil: diperlukan
kulit/lidah Monitor hasil
- Membran - Mempertahankan lab yang sesuai
mukosa/kulit urine output dengan retensi
kering sesuai dengan usia cairan
- Peningkatan dan BB, BJ - (BUN , Hmt ,
denyut nadi, urine normal, osmolalitas
penurunan - Tekanan darah, urin, albumin,
tekanan darah, nadi, suhu tubuh total protein )
penurunan dalam batas normal - Monitor vital
- volume/tekanan - Tidak ada tanda sign setiap
nadi tanda dehidrasi, 15menit – 1
- Pengisian vena - Elastisitas turgor jam
menurun kulit baik, - Kolaborasi
- Perubahan status - membran mukosa pemberian
mental lembab, tidak cairan IV
- Konsentrasi urine - ada rasa haus yang - Monitor status
meningkat berlebihan nutrisi
- Temperatur tubuh - Orientasi terhadap - Berikan cairan
meningkat waktu dan oral
- Kehilangan berat tempat baik - Berikan
badan secara - Jumlah dan irama penggantian
tibatiba pernapasan nasogatrik
- Penurunan urine dalam batas normal sesuai output
output - Elektrolit, Hb, Hmt (50 –
- HMT meningkat dalam batas 100cc/jam)
- Kelemahan normal - Persiapan
- pH urin dalam batas untuk tranfusi
normal - Pasang kateter
- Intake oral dan jika perlu
- Monitor intake
intravena adekuat
dan urin output
setiap 8 jam
24

D. IMPEMENTASI
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan
tindakan sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam
tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan
keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien
dan keluarga dapat menjadi mandiri.
E. EVALUASI
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
c. Tercapainya volume cairan secara adequat

BAB IV
PENUTUP
25

A. KESIMPULAN

Kesimpulan Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari


kemampuan mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi
penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit
pertama pasien mengalami syok. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat
ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien
tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta
memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen
ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009;
Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel-
sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel
yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat
sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan
alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi
kematian atau cacat organ tubuh menetap.

B. SARAN

Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi


seorang perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan
klien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.


26

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.
Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and
Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of
Critical
https://www.academia.edu/9746397/Syok. syifana.aqullia.2010.laporanpendahuluan

syok.

Anda mungkin juga menyukai