Anda di halaman 1dari 8

DASAR TEORI

3.1 Kebakaran
3.1.1 Pengertian Api
Api adalah suatu proses dari karakteristik pembakaran melalui
panas yang merupakan reaksi berantai (berkesinambungan) dari bahan
bakar, udara (O2) dan panas.
3.1.2 Pengertian Kebakaran
Menurut NFPA (National Fire Protection Association) kebakaran
merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3 buah unsur yaitu
bahan yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat diudara, dan panas yang
dapat berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan
kematian manusia.
3.1.3 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran merupakan penggolongan jenis bahan yang
terbakar. Dengan adanya pengklasifikasian tersebut dapat mempermudah
dalam pemilihan media pemadaman yang dipergunakan untuk
memadamkan kebakaran. Klasifikasi kebakaran juga berguna untuk
menentukan sarana proteksi kebakaran untuk menjamin keselamatan
nyawa tim pemadam kebakaran.
Sistem Bahan Pemadaman
No Kelas Kebakaran Pemadam Foam CTF Pow-
Air CO2
Kebakaran (busa) BCF der
Kelas A (padat) Pendinginan
1. Kertas, kayu, Peruraian Baik Boleh Boleh Boleh Boleh
pakaian, dll. Isolasi
Kelas B (cair)
Minyak, gas, Baha-
2. Isolasi Baik Baik Boleh Boleh
lemak, dan ya
sejenisnya
3. Kelas C (arus) Isolasi Baha- Baha- Baik Boleh Baik
Listrik/ koorstiling, ya ya
kebakaran pada
alat-alat listrik,
generator, meter
listrik
Kelas D (kimia)
Seng, magnesium, Isolasi, Baha- Baha- Baha-
4. Boleh Baik
serbuk alumunium, Pendinginan ya ya ya
sodium, titanium

3.2 Pengertian Sistem Proteksi Kebakaran


Bedasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008
tentang “Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan”, sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana,
baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik
untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara
pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap
bahaya kebakaran.

3.3 Sistem Pencegahan Kebakaran


Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik jika
sebelumnya dilakukan suatu persyaratan pada bangunannya sendiri. Adapun
klasifikasi bangunan-bangunan menurut ketentuan struktur utamanya terhadap
api, dibagi dalam kelas A, B, C, dan D.
a. Kelas A
Struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan
yang masuk dalam kelas ini adalah: bangunan untuk kegiatan umum,
seperti hotel, pertokoan dan pasar raya, perkantoran, rumah sakit, bangunan
industri, tempat hiburan, museum, dan bangunan dengan penggunaan
ganda/campuran.
b. Kelas B
Struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 2 jam.
Bangunanbangunan tersebut meliputi perumahan bertingkat, asrama,
sekolah dan tempat ibadah.
c. Kelas C
Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utama selama
1 jam, biasanya untuk bangunan-bangunan yang tidak bertingkat dan
sederhana.
d. Kelas D
Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C, dan
diatur tersendiri, seperti instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/mesin.

Pengaturan lingkungan dengan ketentuan yang meliputi pengaturan blok


dengan kemudahan pencapaian, ketinggian bangunan, jarak bangunan, dan
kelengkapan lingkungan, serta pengaturan ruang-ruang efektif, ruang sirkulasi,
penempatan tangga yang tepat dengan pintu kebakaran.
Beberapa persyaratan yang diperlukan untuk mencegah bahaya kebakaran
pada bangunan antara lain :
a. Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api.
b. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan disebelahnya atau
terhadap lingkungannya.
c. Melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyaratan.
d. Mempunyai pencegahan terhadap sistem elektrikal.
e. Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir.
f. Mempunyai alat kontrol untuk ducting pada sistem pengkodisian udara.
g. Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem automatic
smoke, dan heat ventilating.
h. Mempunyai alat kontrol terhadap lift.
i. Melakukan komunikasi dengan stasiun komando untuk sistem pemadam
kebakaran.
3.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah alat pemadam api yang mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.
Jenis APAR yang digunakan ini ada dua, yaitu powder dan CO. APAR jenis
powder yang digunakan sebesar 4,5 kg dan diletakkan di semua area. APAR
jenis powder dipilih karena APAR powder adalah jenis APAR yang paling aman
untuk segala jenis kebakaran.

3.5 Sistem Tanda Bahaya Kebakaran (Fire Alarm System)


Fire alarm system adalah sistem peralatan yang dipasang secara tetap
(fixed) untuk dapat memberikan informasi bila terjadi kebakaran dengan
menampilkan tanda berupa sinyal, dering bel, dan lain-lain bila ada bahaya
kebakaran.
Ada dua jenis fire alarm system yang digunakan yaitu:
a. Smoke Detector (pengindra asap)
Alat ini berkerja apabila ion asap masuk ke ruang deteksi radio aktif
sehingga terjadi perbedaan partikel (positif dan negatif) pada ruang tersebut
yang mengakibtakan rangkaian elektronik kontak menjadi aktif yang
mengakibatkan terjadi hubung singkat.
Smoke detector ditempatkan di semua area kecuali tidak tempat parkir
dikarenakan jika ditempatkan di tempat parkir maka sistem deteksi ini akan
bekerja lebih sensitif oleh adanya asap dari kendaraan.
Alat ini menggunakan addressable system dimana titik lokasi yang
terindikasi terjadi kebakaran dapat dideteksi secara langsung. Alat ini
terhubung dengan Panel Kontrol Kebakaran (PKK). Kemudian PKK
terhubung dengan ring bell system.
Smoke Detector

b. Heat Detector (pengindra panas)


Alat ini bekerja apabila panas pada ruangan deteksi berbeda secara tiba-
tiba yang mengakibatkan diafragma tertekan ke atas sehingga menimbulkan
chemical contact atau hubung singkat. Heat detector (deteksi panas) hanya
ditempatkan di tempat parkir.
Sama halnya smoke detector, alat ini juga menggunakan addressable
system dan terhubung dengan PKK kemudian terhubung juga dengan ring
bell system.

Heat Detector
c. Break Gass (Tombol Tekan dengan Memecahkan Kaca secara Manual)
Pengoperasian dari alat ini yaitu dengan menekan kaca sehingga akan
melepaskan switch yang mengakibatkan hubungan singkat.
d. Ring Bell
Bel sirine tanda bahaya akan berbunyi jika salah satu alat tersebut aktif
(terjadi hubungan singkat).
e. MCFA (Main Control Fire Alarm)
Alat ini adalah bagian dari control panel yang fungsinya sebagai
monitor/pengamat seperti halnya control panel.

3.6 Sistem Hydrant Kebakaran (Fire Hydrant System)


Fire Hydrant System adalah suatu sistem instalasi alat pemadam kebakaran
dengan menggunakan air sebagai sarana pemadamnya, melalui katup yang
dilengkapi dengan selang untuk mengarahkan air ke sumber api. Ada dua jenis
hydrant yaitu hydrant gedung (in door) sejumlah tujuh buah dan hydrant halaman
(out door)

3.7 Sistem Pemancar Air Otomatis (Water Sprinkler System)


Water Sprinkler System adalah suatu sistem yang bekerja secara otomatis
dan dirancang untuk memadamkan kebakaran atau setidak-tidaknya mencegah
meluasnya kebakaran melalui pemancar air, dimana setiap kepala sprinkler akan
terbuka (pecah) secara otomatis pada suhu tertentu. Head sprinkler yang
berwarna merah, akan pecah pada suhu di atas 67℃.

4.1 Sarana Penyelamat


Jenis sarana penyelamat:
a. Koridor
b. Petunjuk arah
c. Pintu kebakaran
d. Jalan landai
e. Tangga darurat (tangga kebakaran)
f. Tempat berkumpul

Tangga darurat Pintu Tangga Darurat/Kebakaran

Petunjuk Arah Pintu Tangga Daurat

APAR

Switch

Hydrant box

Ground tank

Smoke/heat
detector Signal Sprinkler Head
splinker

Alarm
Sumber
PUSAT KEGIATAN DAN PENDIDIKAN ANAK- ANAK PENYANDANG AUTIS
DI MAKASSAR Syamsu Rizal1, St. Aisyah Rahman2, Mutmainnah3 Jurusan
Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin Makassar

DAFTAR PUSTAKA

F, Fahirah. 2010. Sistem Utilitas pada Konstruksi Gedung. Palu: Jurnal SMARTek.
Vol. 8, No. 2, Mei 2010: 97 – 106.

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/viewFile/630/548

Anda mungkin juga menyukai