Anda di halaman 1dari 34

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Di Hutan


Pendidikan Kecamatan Cendrana Kabupaten
Maros
Nama : NURUL ANDHYKASARI
Nim : M011171306
Kelas :C
Kelompok : 2 (DUA)

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kelulusan
Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan
Pada
Labolatorium Kebijakan dan Kewirausahaan
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2018

Menyetujui,
Asisten

MARLINA, S.Hut

Koordinator Asisten

ADEL
NIM. M111 13 534

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah

SYAMSUL ALAM
NIP. 19690208 199702 1 002

TanggalPengesahan: April 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Ekonomi
Sumberdaya Hutan. Tujuan makalah ini adalah untuk menambah wawasan agar
pembaca lebih memahami tentang valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini

Akhir kata, semoga laporan Ekonomi Sumberdaya Hutan ini bermanfaat


bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha
kami.

Makassar, 26 April 2019

Nurul Andhykasari
DAFTAR ISI

Halaman Sampul………………………………………………………………….
Halaman Judul…………………………………………………………………….
Halaman Pengesahan …………………………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………..
Daftar Tabel………………………………………………………………………...
Daftar Gambar ……………………………………………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………
1.2. Tujuan dan kegunaan……………………………………..…………
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan sumber daya hutan dalam Pembangunan Ekonomi..........

2.2 Konsep Valuasi Ekonomi..............................................................

2.3 Manfaat Valuasi Ekonomi.............................................................

2.4 Pendekatan Valuasi Ekonomi.......................................................

2.5 Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan................................

2.6 Metode Penilaian Ekonomi SDH .................................................


BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………………
3.2. Alat dan Bahan Penelitian……………………………………………...
3.3. Metode Pelaksanaan Penelitian………………………………………...
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil …………………………………………………………………..
4.2. Pembahasan…………………………………………………………….
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan …………………………………………………………..
5.2. Saran ………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Wawancara Masyarakaat ………………………………………..


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Foto Wawancara Dengan Masyarakat…………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan phon-pohon yang secara


keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya dan yang ditetapkan perintah sebagai hutan. Jika pengertian hutan
ditinjau dari sudut pandang sumberdaya ekonomi terdapat sekaligus tiga sumber
daya ekonomi, yaitu lahan, hasil hutan dan sumberdaya hutan (Wirakusumah,
2003).

Hasil hutan merupakan sumberdaya ekonomi potensial yang beragam yang


didalam areal kawasan hutan menghasilkan hasil hutan kayu, non kayu dan hasil
hutan tidak kentara seperti perlindungan tanah, pelestarian sumberdaya air dan
beragam hasil wisata. Uraian tersebut diatas terungkap bahwa hutan, kehutanan
dan hasil hutan sesungguhnya menjadi sumberdaya yang mempunyai potensi
menciptakan barang, jasa serta aktifitas ekonomi yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat (Supriadi, 2010).

Sumberdaya alam mempunyai peran penting dalam kelangsungan hidup


manusia. Pengelolaan terhadap sumberdaya alam harus sangat bijaksana. Karena
diperlukan waktu yang cukup lama untuk bisa memulihkan kembali apabila telah
terjadi kerusakan/kepunahan. Pengelolaan secara bijaksana yaitu pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya yang optimal dan berwawasan lingkungan agar
sumberdaya alam yang ada tetap lestari (Sukmawan,2004).

Valuasi ekonomi terhadap manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari


pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sangat diperlukan bagi
pengembalian kebijakan dan analisis ekonomi suatu aktivitas pertanian. Dalam
valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan, manfaat dan dampak faktor
yang perlu diperhatikan adalah determinasi manfaat dan dampak fisik dan
valuasinya dalam aspek moneter. Penilaian manfaat dan dampak secara moneter
harus berdasarkna dengan penilaian yang tepat akan manfaat dan dampak fisik
serta keterkaitannya. Karena dampak yang ditimbulkan mengakibatkan perubahan
produktivitas maupun perubahan kualitas lingkungan (Grigalunas dan Conger,
1995).

Kecamatan cenrana sebagai bagian dari wilayah kabupaten Maros yang


memiliki berbagai sumberdaya alam yang besar, salah satunya berupa sumberdaya
hasil kayu dan non kayu. Berdasarkan sumberdaya alam yang ada, setiap
sumberdaya alam tiap-tiap daerah memiliki potensi ekonomi yang berbeda. Dalam
rangka mengetahui nilai potensi ekonomi sumberdaya hutan di daerah, maka
sangatlah tepat untuk melakukan identifikasi nilai eonomi dan peran ekonomi
dalam meningkatkan produktifitas sumberdaya hutan.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari praktikum lapangan ini, yaitu untuk mengetahui jenis
dan volume jasa lingkungan yang diambil dari hutan dan kegunannya.

Kegunaan penelitian ini, yaitu agar mahasiswa dapat memahami dan


mengetahui pentingnya sumberdaya hutan bagi masyarakat di daerah sekitar
hutan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan sumber daya hutan dalam Pembangunan Ekonomi

Beberapa peranan sumberdaya hutan dalam menggerakkan perekonomian


suatu negara atau wilayah/daerah berikut ini (Syamsu A, dkk, 2009) :

a. Peranan Sumber daya Hutan sebagai Penghasil Devisa


Peranan sumber daya hutan sebagai penghasil devisa sangat penting untuk
perbaikan ekonomi makro dan perdagangan global. Peranan hasil hutan selalu
lebih tinggi untuk menghasilkan devisa, terutama pada negara yang baru
berkembang dan berbasis pada sumber daya, karena hutan pada awal
perkembangan ekonomi suatu negara sangat mudah dipanen (biaya eksploitasinya
rendah. Meskipun berada terjadi penurunan kinerja untuk industri kehutanan
tertentu, secara umum sektor kehutanan periode sepuluh tahun terakhir (1995 -
2004) telah berhasil memberikan kontribusi signifikan bagi perolehan devisa
(Syamsu A, dkk, 2009).

b. Peranan Sumberdaya Hutan sebagai Penggerak Sektor Ekonomi


Lainnya
Sebagai penggerak sektor ekonomi lainnya, maka hasil hutan memberi
dukungan modal bagi pembangunan infrastruktur industri dalam negeri dan untuk
penyediaan teknologi yang berasal dari impor. Dukungan lainnya adalah banyak
kegiatan yang dibiayai langsung dari hasil kayu tebangan untuk mendorong
kegiatan perkebunan, sebagai hasil konversi hutan. Produk hasil hutan , baik
berupa kayu maupun bukan kayu, merupakan bahan baku industri, yang
mendorong berkembangnya industri dan jasa (pengangkutan dan pemasaran).
Analisis keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah pada dasarnya
melihat dampak terhadap output akibat sektor-sektor ekonomi saling pengaruh
mempengaruhi, baik langsung maupun tidak langsung. Mekanismenya terlaksana
dengan dua cara yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan
keterkaitan ke depan (forward linkage) (Mohan P.M,1984)
c. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Penyediaan Lapangan Kerja.
Sumberdaya hutan sangat penting artinya dalam mendorong tersedianya
lapangan kerja, karena sektor kehutanan memiliki banyak lapangan usaha antara
lain:

1 Kegiatan penanaman, pemeliharaan dan perlindungan hutan.

2 Kegiatan pemanenan hasil hutan (penebangan dan pengangkutan)

3 Kegiatan dalam industri hasil hutan meliputi industri penggergajian, Industri


pulp dan kertas, industri wood working, industri plywood, industri
gondorukem, dan industri-industri yang bahan baku utamanya dari hasil hutan
seperti gula aren.

4 Kegiatan jasa sektor kehutanan antara lain perdagangan hasil hutan, rekreasi
hutan, transportasi, pendidikan dan jasa konsultan pembangunan sektor
kehutanan.

d. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Meningkatkan Pendapatan


Nasional.
Peranan sektor kehutanan di Indonesia sangat berpengaruh terhadap tingkat
pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di berbagai daerah di
Indonesia. Beberapa daerah seperti Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur
dan Papua sektor kehutanannya memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap nilai
PDRB yang dicapai. Artinya peran sektor kehutanan sangat besar bagi
pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Sementara Kalimantan
Selatan, Yogyakarta, Maluku Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi
sektor kehutanan di daerahnya memiliki sumbangan yang cukup besar bagi nilai
PDRB. Hal ini penting untuk dikemukakan karena masih terdapat pemikiran
sekaligus analisa yang cenderung menyesatkan di sebagian kalangan, dimana
secara nasional PDRB agregat yang dihasilkan sektor kehutanan relatif kecil.
Akibatnya timbul simplifikasi bahwa upaya pengembangan dan pembangkitan
sektor kehutanan dirasa tidak penting. Padahal, peran sektor kehutanan di daerah-
daerah tertentu yang menyumbangkan PDRB signifikan sangatlah besar
kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi regional, utamanya devisa, pajak serta
penyerapan tenaga kerja. Dipastikan, kegagalan mempertahankan bahkan
membangkitkan kembali peran sektor kehutanan akan berdampak sangat buruk
terhadap kondisi sosial ekonomi regional (Syamsu Alam,dkk. 2009)

2.2 Konsep Valuasi Ekonomi


Sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat
dikonsumsi, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat
lain, misalnya manfaat keindahan, rekreasi. Mengingat pentingnya manfaat dari
sumber daya alam tersebut, maka manfaat tersebut perlu dinilai. Misalnya nilai
lahan sawah sebagai sumber air tanah yang dibutuhkan oleh petani dan
masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu output yang dihasilkan dari
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan berupa barang dan jasa, perlu
diberi nilai/harga (price tag) (Fauzi, 2004).
Konsep dasar valuasi merujuk pada kontribusi suatu komoditas untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ekologi, sebuah gen bernilai tinggi
apabila mampu berkontribusi terhadap tingkat survival dari individu yang
memiliki gen tersebut. Dalam pandangan ecological economics, nilai (value)
tidak hanya untuk maksimalisasi kesejahteraan individu tetapi juga terkait
dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi.
Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan
lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar
(non market value). Valuasi ekonomi sumber daya merupakan suatu alat
ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk
mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya
alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi
memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan
sumber daya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan
aplikasi valuasi ekonomi menunjukkan hubungan antara konservasi SDA
dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, valuasi ekonomi dapat
dijadikan alat yang penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
Menurut Pearce dan Turner (1991) menilai jasa-jasa lingkungan pada
dasarnya dinilai berdasarkan ”willingness to pay” (WTP) dan ”willingnes to
accept (WTA). Willingness to pay dapat diartikan sebagai berapa besar orang
mau membayar untuk memperbaiki lingkungan yang rusak (kesediaan
konsumen untuk membayar), sedangkan willingness to accept adalah berapa
besar orang mau dibayar untuk mencegah kerusakan lingkungan (kesediaan
produsen menerima kompensasi) dengan adanya kemunduran kualitas
lingkungan. Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan
preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan menerima adalah
parameter dalam penilaian ekonomi (Pearce dan Moran, 1994).
Selanjutnya menurut Pearce dan Turner (1991), terdapat empat pendekatan
dalam penggunaan WTP dan WTA yang dapat digunakan sebagai pedoman
untuk memperoleh informasi dari masyarakat , yaitu:
a. WTP to secure a benefit, menunjukkan berapa nilai yang bersedia dibayar
oleh konsumen untuk memperbaiki kualitas lingkungan.
b. WTA to forego a benefit, menunjukkan berapa besar nilai kerugian yang
bisa diterima jika diadakan perbaikan lingkungan.
c. WTP to prevent a loss, menunjukkan upaya pencegahan, penduduk diberi
gambaran tentang kerugian yang dapat terjadi akibat lingkungan yang kotor.
d. WTA to tolerate a loss menunjukkan nilai kerugian yang dapat dicegah.
Menurut Suparmoko dan Maria (2000), nilai sumber daya alam dibedakan
atas:
a. Nilai penggunaan (use value) diperoleh dari pemanfaatan aktual dari sumber
daya alam dan lingkungan. Menurut Pearce dan Moran (1994) nilai
penggunaan berhubungan dengan nilai karena seseorang memanfaatkan atau
berharap akan memanfaatkan di masa mendatang.
b. Nilai penggunaan langsung (direct use values) dihitung berdasarkan
kontribusi sumber daya alam dan lingkungan dalam membantu proses
produksi dan konsumsi saat ini. Nilai penggunaan langsung tersebut
mencakup seluruh manfaat sumber daya alam dan lingkungan yang dapat
diperkirakan langsung dari konsumsi dan produksi melalui satuan harga
berdasarkan mekanisme pasar. Nilai penggunaan langsung berkaitan dengan
output yang langsung dapat dikonsumsi, misalnya makanan, kesehatan,
rekreasi.
c. Nilai penggunaan tidak langsung (indirect use values) ditentukan oleh
manfaat yang berasal dari jasa-jasa lingkungan dalam mendukung aliran
produksi dan konsumsi. Nilai guna tidak langsung diperoleh dari fungsi
pelayanan lingkungan hidup dalam menyediakan dukungan terhadap proses
produksi dan konsumsi saat ini, misalnya nilai berbagai fungsi ekologi
terhadap daur ulang unsur hara dalam tanah. Dengan demikian, nilai
penggunaan tidak langsung merupakan manfaat-manfaat fungsional dari
proses ekologi yang secara terus menerus memberikan kontribusinya
terhadap masyarakat dan ekosistem.
d. Nilai pilihan (option value) berkaitan dengan pilihan pemanfaatan
lingkungan di masa mendatang. Ketidakpastian penggunaan di masa datang
berhubungan erat dengan ketidakpastian penawaran lingkungan sehingga
option value lebih diartikan sebagai nilai pemeliharaan sumber daya
sehingga pilihan untuk memanfaatkannya masih tersedia untuk masa yang
akan datang. Nilai pilihan merupakan kesediaan konsumen untuk mau
membayar asset yang tidak digunakan (Irawan, 2005) dengan alasan untuk
menghindari resiko karena tidak dapat lagi memanfaatkannya di masa
mendatang. Dengan demikian nilai guna pilihan meliputi manfaat sumber
daya alam dan lingkungan yang tidak dieksploitasi pada saat ini, tetapi
disimpan demi kepentingan yang akan datang.
e. Nilai intrinsik atau nilai non-penggunaan (non use values) nilai yang
diberikan pada sumber daya alam dan lingkungan atas dasar keberadaannya,
meskipun tidak dikonsumsi secara langsung. Nilai yang diberikan tersebut
sebenarnya sulit diukur dan dianalisis, karena lebih didasarkan pada
preferensi terhadap lingkungan (berkaitan dengan motif atau sifat
dermawan) daripada pemanfaatan langsung (Munasinghe, 1993). Nilai
intrinsik berhubungan dengan nilai kesediaan membayar positif jika
seseorang tidak bermaksud memanfaatkannya (Pearce dan Moran, 1994),
kemudian nilai tersebut dibedakan atas nilai keberadaan (existence values)
dan nilai warisan (bequest values).
f. Nilai keberadaan (existence values) mempunyai nilai karena adanya
kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu asset, walaupun
yang bersangkutan tidak ada keinginan untuk memanfaatkannya. Nilai
keberadaan diberikan seseorang atau masyarakat kepada sumber daya alam
dan lingkungan semata-mata sebagai bentuk kepedulian karena telah
memberikan manfaat estetika, spiritual dan budaya. Misalnya masyarakat
memberikan nilai terhadap budaya ritual dalam prosesi panen raya di
Sulawesi Selatan agar budaya tersebut tetap lestari.
g. Nilai warisan (bequest values) berhubungan dengan kesediaan membayar
yang diberikan oleh masyarakat saat ini untuk melindungi manfaat
lingkungan untuk generasi mendatang. Nilai keberadaan muncul karena
adanya kepuasan atas keberadaan sumber daya, meskipun secara individu
tidak berkeinginan memanfaatkannya.

2.3 Manfaat Valuasi Ekonomi


Peran valuasi ekonomi terhadap pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan sangat penting dalam kebijakan pembangunan. Menurunnya kualitas
sumber daya alam dan lingkungan merupakan masalah ekonomi, sebab
kemampuan sumber daya alam tersebut menyediakan barang dan jasa juga
semakin berkurang, utamanya pada beberapa kasus sumber daya alam yang
tidak dapat dikembalikan seperti semula (irreversible).
Valuasi ekonomi diperlukan dalam memutuskan pilihan kebijakan
pembangunan yang berhubungan dengan sumber daya alam dan lingkungan.
Oleh karena itu, kuantifikasi manfaat (benefit) dan kerugian (cost) harus
dilakukan agar proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan
memperhatikan aspek keadilan (fairness). Tujuan valusi ekonomi pada dasarnya
adalah membantu pengambil keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi
(economic efficiency) dari berbagai pemanfaatan yang mungkin dilakukan.
Melihat manfaat valuasi ekonomi yang begitu penting dalam memutuskan
pilihan kebijakan, maka yang perlu diketahui adalah hasil dari studi valuasi
ekonomi sumber daya alam umumnya tidak bersifat definitif dan tidak dapat
ditransfer pada lokasi dan kondisi yang berbeda. Artinya, hasil valuasi ekonomi
sumber daya lahan umumnya bersifat spesifik lokasi, karena umumnya
didasarkan pada persepsi kelompok tertentu pada suatu tempat dan waktu
tertentu, dan tidak valid secara universal. Oleh karena itu, sebelum melakukan
valuasi ekonomi perlu diketahui tujuan dari kegiatan valuasi ekonomi tersebut
dan kepada siapa hasilnya akan diperuntukkan. Jika tujuan valuasi ekonomi
adalah untuk meyakinkan pengguna lahan (misalnya petani) akan pentingnya
melaksanakan teknik konservasi tanah dan air pada lahan yang dimanfaatkan,
maka valuasi ekonomi sebaiknya difokuskan pada konsekuensi langsung pada
penggunaan lahan. Misalnya keuntungan ekonomi dan dampaknya pada erosi,
runoff, penurunan kesuburan tanah. Sebaliknya jika valuasi ekonomi ditujukan
untuk stakeholders yang lebih luas (misalnya pemerintah), maka valuasi
ekonomi sumber daya lahan harus dilakukan secara konprehensif dengan
melibatkan variabel penelitian yang lebih besar, sehingga analisis datanya
menjadi kompleks.

2.4 Pendekatan Valuasi Ekonomi


Valuasi ekonomi menggunakan satuan moneter sebagai patokan
perhitungan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Tidak adanya pasar
untuk produk lingkungan tertentu tidak berarti manfaat ekonomi suatu barang
atau jasa tidak ada, oleh karena itu preferensi yang berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat harus menggunakan satuan moneter
dengan berbagai teknik valuasi. Teknik dan cara yang beragam memerlukan
pendekatan yang jelas agar tidak terjadi perhitungan ganda (double counting).
Menurut Suparmoko dan Maria (2000) bahwa terdapat tiga alasan
penggunaan satuan moneter dalam valuasi ekonomi, yaitu:
a. Satuan moneter dari manfaat dan biaya SDA dan lingkungan dapat menjadi
parameter kualitas lingkungan,
b. Satuan moneter dapat digunakan untuk menilai tingkat kepedulian seseorang
terhadap lingkungan dan
c. Satuan moneter dapat dijadikan sebagai bahan pembanding secara kuantitatif
terhadap beberapa alternatif pilihan penggunaan sumber daya alam.
Alasan pertama berkaitan dengan masalah kelangkaan sumber daya alam.
Masalah kelangkaan suatu sumber daya alam atau jenis species tertentu akibat
pembangunan akan memperoleh nilai moneter yang rendah. Alasan kedua dapat
diartikan sebagai moneterisasi keinginan atau kesediaan seseorang untuk
membayar bagi kepentingan perbaikan lingkungan. Perhitungan ini secara
langsung menggambarkan fakta tentang preferensi lingkungan dari seseorang
atau masyarakat. Demikian pula pada seseorang atau masyarakat yang merasa
kehilangan manfaat lingkungan, yaitu keinginan untuk menerima kompensasi
kerugian yang dialami. Selanjutnya alasan ketiga berkaitan dengan aspek
decision making dalam pemanfaatan SDA dan lingkungan, dimana satuan
moneter dapat digunakan sebagai salah satu indikator pengambilan keputusan.
Metode valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan secara umum
dikelompokkan atas dua pendekatan, yaitu pendekatan fungsi permintaan
(demand approach) dan pendekatan tidak menggunakan fungsi permintaan
(non-demand approach) (Turner, et al. 1994; Navrud, 2000).
1. Pendekatan fungsi permintaan, menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode dampak produksi. Metode ini menghitung manfaat konservasi
lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu
kebijakan proteksi. Metode ini menjadi dasar dalam pembayaran
kompensasi bagi properti masyarakat yang dibeli oleh pemerintah untuk
tujuan tertentu, misalnya untuk membangun sarana umum, petani yang
merelakan tanahnya untuk tujuan konservasi.
b. Metode respon dosis. Metode ini menilai pengaruh perubahan kandungan
zat kimia atau bahan polusi (polutan) tertentu terhadap kegiatan ekonomi
atau kepuasan konsumen, misalnya tingkat pencemaran air akan
mempengaruhi pertumbuhan makhluk air, menurunkan manfaat
kegunaan air, membahayakan kesehatan manusia dan sebagainya.
Penurunan tingkat produksi dapat dihitung menggunakan harga pasar
yang berlaku maupun harga bayangan ( shadow price).
c. Metode pengeluaran preventif. Pada metode nilai eksternalitas
lingkungan dari suatu kegiatan dihitung dengan melihat berapa biaya
yang disiapkan oleh seseorang atau masyarakat untuk menghindari
dampak negatif dari penurunan kualitas lingkungan. Misalnya biaya
pembuatan terasering untuk mencegah erosi di daerah berlereng atau
dataran tinggi.
d. Metode biaya pengganti. Valuasi ekonomi dengan metode ini
berdasarkan biaya ganti rugi asset produktif yang rusak, karena
penurunan kualitas lingkungan atau kesalahan pengelolaan. Misalnya
pengurangan luas hutan bakau ternyata berdampak terhadap
pengurangan unsur hara dan penurunan populasi udang tangkap, maka
penilaian terhadap kerugian tersebut merupakan jumlah biaya pengganti
yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan hutan bakau
dilaksanakan.
2. Pendekatan selain fungsi permintaan menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode valuasi kontingensi. Metode ini menentukan preferensi
konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan dengan
mengemukakan kesanggupan untuk membayar (WTP:willingnes to pay)
yang dinyatakan dalam nilai uang. Teknik metode ini dengan melakukan
survei dan wawancara dengan responden tentang nilai dan manfaat SDA
dan lingkungan yang mereka rasakan. Pendekatan WTA (willingnes to
accept) digunakan untuk mengetahui seberapa besar petani mau dibayar
agar tetap bersedia mengelola dan mempertahankan lahan sawahnya.
Metode valuasi kontingensi dengan metode survei WTP dan WTA telah
banyak digunakan oleh peneliti (Navrud dan Mungatana, 1994; Rolfe
et al, 2000; Othman, 2002).
b. Metode biaya perjalanan. Metode ini mengestimasi kurva permintaan
barang-barang rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah
semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan
fasilitas rekreasi akan semakin menurun permintaan terhadap produk
rekreasi tersebut karena biaya perjalanan yang mahal. Metode biaya
perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan
masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/jasa SDA dan
lingkungan. Menurut FAO (2001) metode biaya perjalanan dan valuasi
kontingensi dapat digunakan untuk menilai barang SDA dan lingkungan,
termasuk eksternalitas lahan pertanian.
c. Metode nilai properti. Metode ini berdasarkan perbedaan harga sewa
lahan atau harga sewa rumah, dengan asumsi bahwa perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan. Selisih harga merupakan
harga kualitas lingkungan tersebut. Othman et al. (2006) menyebut
metode ini dengan pendekatan hedonik, yaitu menduga kualitas
lingkungan berdasarkan kesanggupan seseorang untuk membayar (WTP)
lahan atau komoditas lingkungan tersebut.
d. Metode biaya pengobatan. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan biaya kesehatan akibat adanya perubahan kualitas
lingkungan yang menyebabkan seseorang sakit. Total biaya dihitung
secara langsung dan tidak langsung. Biaya langsung digunakan untuk
pengeluaran biaya perawatan, obat-obatan dan sebagainya. Sedangkan
biaya tidak langsung mengukur nilai kehilangan produktivitas akibat
seseorang menderita sakit.
Secara umum terdapat dua pendekatan teknik valuasi ekonomi, yaitu
pendekatan langsung (direct) dan pendekatan tidak langsung (indirect).
Pendekatan langsung yaitu menurunkan preferensi secara langsung dengan cara
survei dan teknik-teknik percobaan (experimental tecniques). Masyarakat
ditanya secara langsung tentang kekuatan preferensi mereka. Sebaliknya
pendekatan tidak langsung, yaitu teknik-teknik yang menurunkan preferensi dari
fakta atau informasi berdasarkan pasar yang diamati.
Selain dampak positif, pemanfaatan sumber daya alam juga memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan, misalnya pada lahan pertanian, antara lain
menurunnya kualitas lahan pertanian akibat praktek pertanian konvensional,
sebagai sumber gas methana (CH 4) dan sumber pencemar perairan. Oleh karena
itu, dalam melakukan valuasi ekonomi sumber daya alam selain memperhatikan
manfaat positifnya, juga perlu memperhatikan dampak atau eksternalitas
negatifnya.

2.5 Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan


2.5.1 Pentingnya Penilaian (Valuasi) Ekonomi Sumberdaya Hutan
Pengelolaan sumberdaya hutan (SDH) selalu ditujukan untuk memperoleh
manfaat, baik manfaat langsung (tangible benefits) maupun manfaat tidak
langsung (intangible benefit). Untuk memahami manfaat SDH ini maka perlu
dilakukan penilaian terhadap semua manfaat yang dapat dihasilkan oleh SDH
tersebut. Penilaian manfaat barang dan jasa SDH sangat membantu seorang
individu, masyarakat atau organisasi dalam mengambil suatu keputusan
penggunaan SDH. Penilaian merupakan upaya untuk menentukan nilai atau
manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan tertentu masyarakat.
Penilaian mancakup kegiatan untuk pengembangan konsep dan metodologi untuk
menduga nilai total manfaat sumberdaya hutan. Nilai merupakan persepsi
manusia tentang makna suatu objek bagi orang tertentu, pada waktu dan tempat
tertentu. Persepsi tersebut berpadu dengan harapan ataupun normanorma
kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat. Selanjutnya
dikemukakan bahwa besarnya nilai manfaat sumberdaya hutan, sangat
tergantung pada sistem penilaian yang dianut. Sistem nilai tersebut antara lain
mencakup : apa yang dinilai, kapan dinilai, dimana dan bagaimana menilainya.
Penentuan nilai manfaat SDH merupakan hal yang sangat penting sebagai
bahan pertimbangan dalam mengalokasikan SDH yang semakin langka. Secara
spesifik, informasi tentang nilai SDH itu sangat penting bagi para pengelola
hutan (forest managers) untuk menentukan suatu rekomendasi tertentu pada
kegiatan perencanaan, pengelolaan dan sebagainya (Fakultas Kehutanan
IPB,1999). Selain itu penilaian ekonomi bermanfaat untuk mengilustrasikan
hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan, yang diperlukan untuk
melakukan pengelolaan SDH dengan baik, dan menggambarkan keuntungan atau
kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program
pengelolaan SDH, sekaligus bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam
distribusi manfaat SDH tersebut.
2.5.2 Fungsi Hutan dan Aktifitas Ekonomi
Fungsi-fungsi hutan dapat dideskripsikan sebagai jasa-jasa yang disediakan
SDH untuk aktivitas ekonomi. Fungsi-fungsi hutan menjadi dasar bagi semua
kegiatan ekonomi. Sebagai contoh, fungsi-fungsi hutan mencakup menyediakan
bahan baku untuk produksi, penyediaan habitat, penyaringan air, penyerapan
CO2, perlindungan garis pantai, pengendalian erosi, dan lainlain. Fungsi-fungsi
tersebut tergantug pada interaksi yang kompleks antara penutupan vegetasi
(vegetation cover), tanah, mikroorganisme, dan komponenkomponen eksositem
yang lain. Apabila salah satu dari komponen tersebut terganggu, rusak atau
berubah, maka kesejahteraan manusia dapat terganggu.
Dalam penilaian sumberdaya, perusakan fungsi-fungsi SDH tersebut di atas
diterima sebagai resiko yang dapat memberi dampak kesejahteraan dan
kemakmuran ekonomi jangka panjang. Sebagai hasilnya, biaya ekonomi yang
meningkat akibat kualitas eksositem SDH yang menurun dicakup dalam analisis.
Pemanenan kayu dari hutan alam misalnya, dapat menyebabkan kerugian
ekonomi dalam aktivitas ekonomi yang lain. Dengan demikian, dampak
lingkungan yang luar biasa dari aktivitas pemanenan dapat menyebabkan
dampak negatif, dalam bentuk biaya ekonomi, pada kegiatan ekonomi yang
terkena dampak negatif tersebut. Adanya keterkaitan antara fungsi hutan dengan
kegiatan ekonomi, sehingga harus diperhatikan dalam pembuatan keputusan
pengelolaan sumberdaya hutan.
2.5.3 Konsep Penilaian Ekonomi
a. Konsep Nilai
Penilaian ekonomi sumberdaya mencakup identifikasi perubahan-
perubahan dalam biaya dan manfaat ekonomi akibat perubahan dampak
lingkungan. Nilai dinyatakan dalam satuan moneter sehingga tercipta tolak ukur
untuk membandingkan nilai relatif manfaat komponen ekosistem dan kegiatan
ekonomi. Nilai dapat diamati atas dasar pilihan orang dalam pasar. Seberapa
banyak individu-individu bersedia membayar barang atau jasa dapat dianggap
sebagai petunjuk tentang nilai pada komoditi yang bersangkutan. Tetapi apa yang
benar-benar dibayar sering kurang dari kebersediaan individu membayarnya bagi
barang dan jasa yang dikonsumsinya. Perbedaan antara kebersediaan membayar
dan apa yang benar-benar dibayarkan disebut surplus konsumer, dan digunakan
sebagai indikator dari nilai suatu komoditi. Kebersediaan membayar sering
digunakan dimana harga pasar tidak ada atau tidak dapat diamati (Ramdan dkk,
2003).
Bila kita membicarakan lingkungan atau sumberdaya alam, kita
membicarakan tentang perubahan kesejahteraan yang diperoleh manusia dari
lingkungan atau sumberdaya alam. Perubahan kualitas lingkungan merupakan
pengurangan nilai manfaat atau kerugian ekonomi, besarnya kerugian ekonomi
tergantung pada bagaimana mereka mempengaruhi kesejahteraan individu-
individu dalam masyarakat.
Berdasarkan landasan konsep ekonomi, bahwa nilai ekonomi mencakup
konsepsi kegunaan, kepuasan atau kesenangan yang diperoleh individu atau
masyarakat tidak terbatas kepada barang dan jasa yang diperoleh dari jual beli,
tetapi semua barang dan jasa yang dapat memberikan manfaat untuk
kesejahteraan manusia. Baik barang publik maupun privat akan memberikan
manfaat bagi masyarakat. Dengan demikian manfaat fungsi ekologis pada
hakekatnya juga nilai ekonomi, karena jika fungsi ekologis terganggu maka akan
menimbulkan ketidakmanfaatan (disutility) atau terjadi kerugian akibat adanya
bencana atau kerusakan (Ramdan, dkk, 2003).
Pendekatan barang dan jasa secara ekonomi biasanya melalui pendekatan
nilai pasar yaitu berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Namun para
pemerhati lingkungan, juga para ekonom percaya bahwa sumberdaya alam belum
dapat dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi. Masih banyak
masalah-masalah penilaian yang terjadi atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam tersebut. Banyak manfaat hutan seperti nilai hidrologis,
biologis, dan estetika yang masih luput dari penilaian pasar. Lantas bagaimana
cara memberikan nilai manfaat yang tidak dapat ditunjukkan oleh mekanisme
pasar. Berbagai pakar telah mengembangkan konsepsi penilaian ini. Cara
penilaian yang lazim, mengelompokkan nilai menjadi tiga kelompok besar
(McNelly,1993 dan Fakultas Kehutanan IPB, 1999) meliputi :
1) Nilai pasar (market value) Nilai pasar merupakan nilai yang diperoleh dari
harga pasar hasil suatu proses transaksi. Pada pasar bersaing sempurna,
harga ini mencerminkan kesediaan membayar setiap orang (willingnes to
pay). Nilai yang diperoleh dari pasar persaingan sempurna merupakan nilai
baku karena memenuhi keinginan penjual dan pembeli serta memberikan
surplus kesejahteraan yang maksimal.
2) Nilai kegunaan (value in use) Penggunaan sumberdaya oleh seseorang atau
individu merupakan nilai kegunaan sumberdaya. Nilai kegunaan sumberdaya
dapat digunakan oleh penjual maupun pembeli untuk memberikan nilai
kegunaan lahan dan potensi tegakan hutan.
3) Nilai sosial (social value) Nilai sosial adalah nilai yang ditentukan oleh
individu atau seseorang atau masyarakat berdasarkan suatu kesepakatan
secara sosial. Bentuk-bentuk nilai sosial ini dijabarkan dalam berbagai hal
seperti undang-undang, regulasi, anggaran dll yang menetapkan bobot atau
nilai sosial.
b. Nilai Ekonomi Total Sumberdaya Hutan
Konsep ekonomi dalam menilai sumberdaya alam dimulai dengan
mengetahui keinginan membayar tiap individu (individual willingnes to pay)
sebagai nilai dari selera (tastes”) dan (preferences) atas barang dan jasa yang di
konsumsi. Selanjutnya nilai agregat dari sumberdaya hutan tersebut adalah
jumlah dari semua nilai-nilai bagi semua individu. Penilaian barang dan jasa
biasanya diperoleh melalui pendekatan nilai pasar yaitu berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran, namun baik para pakar lingkungan maupun para
ekonom percaya bahwa sumberdaya alam (terutama sumberdaya hutan) belum
mampu dinilai secara memuaskan melalui pendekatan pasar. Masih banyak
manfaat hutan seperti nilai hidrologis, biologis, dan estetika yang masih luput
dari penilaian pasar (non-marketable). Ketidakmampuan penilaian tersebut
menjadikan rendahnya nilai (under valuation) dari sumberdaya hutan, yang pada
akhirnya hal tersebut menjadi pendorong kerusakan dan hilangnya sumberdaya
hutan tersebut (Davis , et al, 1987).
Penilaian yang rendah ini menyebabkan sumberdaya hutan seringkali harus
tersisih manakala sumberdaya hutan tersebut harus diperbandingkan dengan
sumberdaya lain yang mempunyai nilai ekonomi pasar (markatable) yang lebih
tinggi, contohnya dalam penilaian kelayakan finansial proyek hutan rakyat
dengan tanaman hortikultura. Penilaian yang rendah terhadap sumberdaya hutan
dan lingkungan menyebabkan perhitungan GNP (Gross National Product) yang
kurang pas, sebagaimana kita tahu bahwa perhitungan GNP tidak memasukkan
adanya degradasi sumberdaya alam, yang sesungguhnya merupakan biaya yang
harus ditanggung. Penilaian sumberdaya hutan secara total melalui penilaian
semua fungsi dan manfaat hutan baik yang punya nilai pasar maupun yang tidak
punya nilai pasar merupakan upaya peningkatan informasi yang dapat
memberikan kontribusi terhadap manajemen sumberdaya hutan yang lestari
(Davis, at al, 1987)
Secara konseptual nilai ekonomi total dari sumberdaya hutan terdiri dari
nilai guna (use value) dan nilai bukan guna (non-use value). Nilai guna dari
sumberdaya hutan ini dapat berupa nilai guna langsung (direct use value), dan
nilai guna tidak langsung (indirect use value). Sedangkan nilai bukan guna dari
sumberdaya hutan terdiri dari nilai pilihan (option value) dan nilai keberadaan
(existence value) (Ramdan, dkk, 2003).

2.6 Metode Penilaian Ekonomi SDH


Nilai ekonomi sumberdaya hutan bersumber dari berbagai manfaat yang
diperoleh masyarakat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keseluruhan manfaat
yang ada dilakukan identifikasi setiap jenis manfaat. Keberadaan setiap jenis
manfaat ini merupakan indikator nilai, yang menjadi sasaran penilaian ekonomi
sumberdaya hutan. Indikator nilai sumberdaya hutan dapat berupa barang hasil
hutan, jasa dari fungsi ekosistem hutan maupun atribut yang menggambarkan
hubungan antara sumberdaya hutan dengan sosial budaya masyarakat. Proses
pembentukan nilai ditentukan oleh persepsi individu / masyarakat terhadap setiap
komponen (komoditi), serta kuantitas dan kualitas dari komponen sumberdaya
tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, penilaian dilakukan melalui tahapn-
tahapan sebagai berikut (Fakultas Kehutanan IPB, 1999) :
a. Identifikasi kondisi bio-fisik sumberdaya hutan dan kondisi sosial budaya
masyarakat.
b. Kuantifikasi setiap indikator nilai berupa barang hasil hutan, jasa fungsi
ekosistem hutan, serta atribut hutan dalam kaitannya dengan budaya
setempat.
c. Atas dasar kuantifikasi indikator nilai tersebut dilakukan penilaian ekonomi
sumberdaya hutan berdasarkan metode penilaian tertentu pada setiap
indikator nilai.
Tahapan kegiatan penilaian sumberdaya hutan disajikan pada gambar
berikut:

Identifikasi biofisik hutan


dan sosial budaya :
- Barang hasil hutan
- Jasa ekosistem hutan

Penilaian Biofisik/kuantifikasi
Identifikasi Indikator nilai: menurut ruang dan
Manfaat waktu

Klasifikasi Nilai Penilaian


Ekonomi Manfaat Sumberdaya
Hutan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Kegitan praktek lapang ini dilakukan pada hari Sabtu, 13 April 2019 dari
pukul 13.00 sampai selesai bertempat di Kampung Baru, Kec. Cenrana, Kab.
Maros Sulawesi Selatan.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah :
a. Kamera, untuk mengambil dokumentsi
b. Kuisioner, untuk mendata masyarakat sekitar hutan
c. ATM (Alat Tulis Menulis)
3.3 Metode Pelaksanaan Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data aktifitas
masyarakat, responden dalam laporan ini adalah masyarakat yang tinggal sekitar
hutan. Wawancara tidak terstruktur (In depth interview) dilakukan menggunakan
kuisioner. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi manfaat
apa saja yng dirasakan oleh masyarakat, untuk menentukan harga suatu manfaat,
harga tersebut dikonversikan ke dalam harga pasar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Dari hasil wawancara yang kami lakukan, didapatkan data sebagai berikut :
Nama Mamming
Umur 45 Tahun
Pekerjaan Petani padi dan kacang
Alamat Kampung Baru
Tanggal 13 April 2019
Berapa jarak rumah menuju hutan? Kurang lebih 2 kilometer
Jenis komoditi yang diambil di Madu, kayu bakar, dan kemiri
hutan?
Jenis produk yang dihasilkan? Gagangan parang dan pembungkus
parang
Harga jual produk yang dihasilkan? Rp. 50.000
Berapa kali masuk hutan dalam 2 kali
seminggu?
Jasa lingkungan seperti apa yang Air bersih
digunakan?

Nama Marji
Umur 32 Tahun
Pekerjaan Petani
Alamat Kampung Baru
Tanggal 13 April 2019
Berapa jarak rumah menuju hutan? 1 kilometer
Jenis komoditi yang diambil di Bambu, padi, dan buah
hutan?
Jenis produk yang dihasilkan? Produk langsung
Harga jual produk yang dihasilkan? -
Berapa kali masuk hutan dalam 7 kali per hari
seminggu?
Jasa lingkungan seperti apa yang -
digunakan?

Nama Hasna
Umur 45 Tahun
Pekerjaan Petani
Alamat Kampung Baru
Tanggal 13 April 2019
Berapa jarak rumah menuju hutan? 2 kilometer
Jenis komoditi yang diambil di Kacang, dan padi
hutan?
Jenis produk yang dihasilkan? Kacang
Harga jual produk yang dihasilkan? Rp. 15.00/kilo
Berapa kali masuk hutan dalam 2 kali
seminggu?
Jasa lingkungan seperti apa yang Air irigasi untuk sawah
digunakan?

Nama Yusuf
Umur 37 Tahun
Pekerjaan Petani
Alamat Kampung Baru
Tanggal 13 April 2019
Berapa jarak rumah menuju hutan? Kurang tau
Jenis komoditi yang diambil di Kacang dan padi
hutan?
Jenis produk yang dihasilkan? Kacang
Harga jual produk yang dihasilkan? Rp. 15.000/liter
Berapa kali masuk hutan dalam 1 kali
seminggu?
Jasa lingkungan seperti apa yang Air irigasi
digunakan?
Nama Mira
Umur 30 Tahun
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Alamat Kampung Baru
Tanggal 13 April 2019
Berapa jarak rumah menuju hutan? 150 meter ke sawah
Jenis komoditi yang diambil di Padi, semangka, dan kacang
hutan?
Jenis produk yang dihasilkan? Beras
Harga jual produk yang dihasilkan? Rp. 9.000.000/panen
Berapa kali masuk hutan dalam Hampir setiap hari
seminggu?
Jasa lingkungan seperti apa yang Air irigasi
digunakan?

Nama Tamrin
Umur 45 Tahun
Pekerjaan Pegawai
Alamat Kampung Baru
Tanggal 13 April 2019
Berapa jarak rumah menuju hutan? 2 kilometer
Jenis komoditi yang diambil di Jagung dan padi
hutan?
Jenis produk yang dihasilkan? Produk langsung
Harga jual produk yang dihasilkan? -
Berapa kali masuk hutan dalam 2 kali
seminggu?
Jasa lingkungan seperti apa yang Air
digunakan?
Nama Hasmi
Umur 54 Tahun
Pekerjaan Petani
Alamat Kampung Baru
Tanggal 13 April 2019
Berapa jarak rumah menuju hutan? Kurang tau
Jenis komoditi yang diambil di Air, padi, dan kayu bakar
hutan?
Jenis produk yang dihasilkan? Beras
Harga jual produk yang dihasilkan? -
Berapa kali masuk hutan dalam Jarang
seminggu?
Jasa lingkungan seperti apa yang Air
digunakan?

4.2 Pembahasan

Dari data wawancara yang kami dapatkan, hampir semua warga di


Kampung Baru bekerja sebagai petaniberbagai macam jenis komoditi yang
diambil dari hutan seperti padi,kayu bakar dan jasa lingkungan yang digunakan
adalah air. Jenis produk yang mereka dapatkan ada yang di jual dan ada yang
hanya kebutuhan masyarakat itu sendiri ,seperti halnya dengan air, kayu bakar dan
padi mereka hanya menggunakannya sendiri, dan sesuatu yang mereka jual seperti
kacang, semangka dan kemiri. Produk hasil hutan, baik berupa kayu maupun
bukan kayu, merupakan bahan baku industri, yang mendorong berkembangnya
industri dan jasa (pengangkutan dan pemasaran). Analisis keterkaitan antar sektor
ekonomi dalam suatu wilayah pada dasarnya melihat dampak terhadap output
akibat sektor-sektor ekonomi saling pengaruh mempengaruhi, baik langsung
maupun tidak langsung. Mekanismenya terlaksana dengan dua cara yaitu
keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan.

Sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat
dikonsumsi, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat
lain, misalnya manfaat keindahan. Mengingat pentingnya manfaat dari sumber
daya alam tersebut, maka manfaat tersebut perlu dinilai. Misalnya nilai lahan
sawah sebagai sumber air tanah yang dibutuhkan oleh petani dan masyarakat di
sekitarnya. Oleh karena itu output yang dihasilkan dari pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan berupa barang dan jasa, perlu diberi nilai/harga. Nilai
penggunaan langsung (direct use values) dihitung berdasarkan kontribusi sumber
daya alam dan lingkungan dalam membantu proses produksi dan konsumsi saat
ini. Nilai penggunaan langsung tersebut mencakup seluruh manfaat sumber daya
alam dan lingkungan yang dapat diperkirakan langsung dari konsumsi dan
produksi melalui satuan harga berdasarkan mekanisme pasar. Nilai penggunaan
langsung berkaitan dengan output yang langsung dapat dikonsumsi, misalnya
makanan, kesehatan, rekreasi.

Konsep ekonomi dalam menilai sumberdaya alam dimulai dengan


mengetahui keinginan membayar tiap individu (individual willingnes to pay)
sebagai nilai dari selera (tastes”) dan (preferences) atas barang dan jasa yang di
konsumsi. Selanjutnya nilai agregat dari sumberdaya hutan tersebut adalah
jumlah dari semua nilai-nilai bagi semua individu. Penilaian barang dan jasa
biasanya diperoleh melalui pendekatan nilai pasar yaitu berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran, namun baik para pakar lingkungan maupun para
ekonom percaya bahwa sumberdaya alam (terutama sumberdaya hutan) belum
mampu dinilai secara memuaskan melalui pendekatan pasar. Masih banyak
manfaat hutan seperti nilai hidrologis, biologis, dan estetika yang masih luput dari
penilaian pasar (non-marketable). Ketidakmampuan penilaian tersebut menjadikan
rendahnya nilai (under valuation) dari sumberdaya hutan, yang pada akhirnya hal
tersebut menjadi pendorong kerusakan dan hilangnya sumberdaya hutan tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah :
Pengelolaan sumberdaya hutan (SDH) selalu ditujukan untuk memperoleh
manfaat, baik manfaat langsung (tangible benefits) maupun manfaat tidak
langsung (intangible benefit). Untuk memahami manfaat SDH ini maka perlu
dilakukan penilaian terhadap semua manfaat yang dapat dihasilkan oleh SDH
tersebut. Penilaian manfaat barang dan jasa SDH sangat membantu seorang
individu, masyarakat atau organisasi dalam mengambil suatu keputusan
penggunaan SDH. Penilaian merupakan upaya untuk menentukan nilai atau
manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan tertentu masyarakat.
Penilaian mancakup kegiatan untuk pengembangan konsep dan metodologi untuk
menduga nilai total manfaat sumberdaya hutan. Nilai merupakan persepsi manusia
tentang makna suatu objek bagi orang tertentu, pada waktu dan tempat tertentu.
Persepsi tersebut berpadu dengan harapan ataupun norma-norma kehidupan yang
melekat pada individu atau masyaraka. Oleh karena itu untuk mengetahui manfaat
dari SDH maka kami turung langsung untuk mewawancari masyarakat sekitar
hutan

5.2 Saran
Sebaiknya pada saat melaksanakan praktikum, diharapkan asisten untuk
membantu, karena hanya sebagian dari praktikan yang melaksanakan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsu, Supratman dan Muhammad Alif, 2009. Buku Ajar Ekonomi
Sumberdaya Hutan: Mkassar . Universitas Hasanuddin
Laporan Praktikum
Ekonomi Sumberdaya Hutan

Valuasi Ekonomi Sumber Daya Hutan Pendidikan di Kecamatan Cenrana


Kabupaten Maros

OLEH :
Nama : Nurul Andhykasari
Nim/Kelas : M011171306/C
Kelompok : 2
Asisten : Marlina

Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan

Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin

Makassar

2019
DAFTAR GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai