Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem Distribusi Tenaga Listrik pada dasarnya adalah suatu proses untuk
menyalurkan tenaga listrik dimulai dari sistem transmisi tenaga listrik 150 kV ke
pelanggan-pelanggan listrik (konsumen) baik konsumen 20 kV ataupun konsumen
380/220 V. Dalam proses distribusi, transformator digunakan sebagai alat yang
dapat mentransformasikan tegangan tersebut dari sistem transmisi hingga sampai
kepada pelanggan. Transformator atau trafo tentunya mempunyai tingkatan
kemampuan kapasitas yang berbeda Setiap saat jumlah pelanggan dan kebutuhan
akan listrik terus bertambah maka otomatis beban trafo pun terus bertambah
sehingga lama kelamaan transformator sudah tidak mampu lagi untuk memikul
beban yang sudah melebihi kemampuannya. Sehingga jika dipaksakan trafo akan
mengalami beban lebih (overload) yang akan menyebabkan trafo meledak
sehingga membuat kerugian bagi PLN sendiri.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan pada sistem
distribusi, maka dilakukanlah pengoptimasian yang bertujuan untuk
mengoptimalkan energi listrik yang disalurkan dengan memaksimalkan
perangkat–perangkat jaringan namun tetap berada pada sistem yang di tetapkan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi Sistem Distribusi Tenaga Listrik?
2. Apa saja Peralatan Sistem Distribusi?
3. Bagaimana optimasi pada sistem distribusi Tenaga Listrik?
4. Apa saja Klasifikasi saluran Sistem Distribusi Tenaga Listrik?
1.3. Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami tentang sistem distribusi tenaga listrik.
2. Agar mahasiswa mengetahui peralatan sistem distribusi.
3. Agar mahasiswa memahami optimasi pada sistem distribusi.
4. Agar mahasiswa mengetahui Klasifikasi saluran Sistem Distribusi Tenaga
Listrik

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Distribusi


Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem
tenaga listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan
konsumen. Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi
tenaga listrik di dalam menyalurkan energi ke konsumen. Dalam menyalurkan
tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan
kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban,
perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya.

Gambar 2.1 Skema Sistem Distribusi


Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel
sebelumnya di sini. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah: 
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan) 
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar
dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu
induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau

2
500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan
tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi,
dimana dalam hal ini kerugian dayaadalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga
akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20
kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian
dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu
distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya
disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini
jelas bahwa sistem distribusimerupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga
listrik secara keseluruhan. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu
digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up.
Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan
beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga
perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan
nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat
beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan
menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya,
maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran
yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda. 

2.1.1. Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta
pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar diatas: 
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation) 
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi
(HV,UHV,EHV)

3
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi,
bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa
porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus. 
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat
trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band,
peralatan grounding,dan lain-lain. 
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM
dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya. 

Gambar 2.2 Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik

4
Secara umum Sistem Pendistribusian dapat di bagi menjadi :
a. Jaringan subtransmisi
Jaringan subtransmisi berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumber
daya  besar menuju ke gardu induk (GI) yang terletak di daerah beban. Jaringan
subtransmisi biasanya menggunakan tegangan tinggi dalam penyaluran
tegangannya. Hal ini dilakukan untuk berbagai alasan efisiensi, diantaranya adalah
penggunaan penampang penghantar menjadi efisien, karena arus yang mengalir
akan menjadi lebih kecil ketika tegangan tinggi diterapkan.
b. Gardu Induk (GI)
GI berfungsi menerima daya listrik dari jaringan substransmisi dan
menurunkan tegangannya menjadi 12 atau 20 kV. Tegangan yang telah
diturunkan ini kemudian akan disalurkan ke pelanggan dengan dibagi ke beberapa
penyulang. Penyulang dalam jaringan distribusi merupakan saluran yang
menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi.  Pada gardu induk biasanya
dilengkapi dengan peraltan ukur dan peralatan  pengaman (proteksi) untuk
menjaga kelangsungan pelayanan serta melindungi peralatan lainnya.
c. Gardu Hubung
Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk yang
telah  diturunkan menjadi tegangan menengah dan menyalurkan daya listrik
tersebut tanpa mengubah tegangangannya melalui jaringan distribusi primer
menuju ke gardu distribusi. Gardu hubung pada umumnya menghubungkan dua
atau lebih bagian jaringan primer disuatu kota. Dapat pula terjadi bahwa pada
suatu gardu hubung terdapat sebuah transformator pengatur tegangan.
d. Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer atau yang sering disebut jaringan tegangan
menengah adalah jaringan pendistribusian tegangan menengah yang disalurkan
oleh gardu induk atau gardu hubung yang kemudian akan diubah menjadi
tegangan rendah setelah melalui gardu distribusi. Adapun tegangan yang melewat
dari jaringan ini biasanya sebesar 12 kV atau 20 kV.
e. Gardu Distribusi

5
Gardu distribusi adalah bagian yang berfungsi untuk menyalurkan atau
meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke konsumen tegangan rendah,
atau  dapat pula berfungsi untuk menyalurkan atau meneruskan tenaga listrik
tegangan  menengah ke gardu distribusi lainnya. Di dalam gardu distribusi
terdapat peralatan listrik berupa pemutus, penghubung, pengaman, dan trafo
distribusi untuk mendistribusikan tenaga listrik  sesuai dengan kebutuhan
tegangan konsumen. Peralatan – peralatan ini adalah untuk menunjang
pendistribusian tenaga listrik yang baik, yang mencakup kontinuitas pelayanan,
bermutu tinggi, dan menjamin keselamatan manusia.
f. Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder menghubungkan sisi tegangan rendah trafo
distribusi ke konsumen dengan menggunakan saluran udara 3 phasa 4 kawat.
Namun untuk daerah – daerah khusus, misalnya daerah yang padat
penduduknya  dan daerah yang tinggi dipergunakan sistem kabel bawah tanah.

2.1.2. Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik


Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
1. Sistem Pendistribusian Langsung
Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik
yang dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak
melalui jaringan transmisi terlebih dahulu. Sistem pendistribusian langsung ini
digunakan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik berada tidak jauh dari pusat-
pusat beban, biasanya terletak daerah pelayanan beban atau dipinggiran kota.
2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung
Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga
listrik yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat
beban, sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan transmisi
sebagai jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan distribusi yang
langsung menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.

6
2.1.3. Persyaratan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Dalam usaha meningkatkan kualitas, keterandalan, dan pelayanan tenaga
listrik ke konsumen, maka diperlukan persyaratan sistem distribusi tenaga listrik
yang memenuhi alasan-alasan teknis, ekonomis, dan sosial sehingga dapat
memenuhi standar kualitas dari sistem pendistribusian tenaga listrik tersebut.
Adapun syarat-syarat sistem distribusi tenaga listrik tersebut adalah :
1. Faktor Keterandalan Sistem
a). Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen harus terjamin selama
24 jam terus-menerus. Persyaratan ini cukup berat, selain harus tersedianya
tenaga listrik pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dengan jumlah yang
cukup besar, juga kualitas sistem distribusi tenaga listrik harus dapat
diandalkan, karena digunakan secara terus-menerus. Untuk hal tersebut
diperlukan beberapa cadangan, yaitu cadangan siap, cadangan panas, dan
cadangan diam.
b). Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir sehingga
pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alatalat pengaman dan
alat pemutus tegangan (air break switch) pada setiap wilayah beban.
c). Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerja dengan
baik dan cepat.
2. Faktor Kualitas Sistem
a).Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus memenuhi
persyaratan minimal untuk setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena
itu diperlukan stabilitas tegangan (voltage regulator) yang bekerja secara
otomatis untuk menjamin kualitas tegangan sampai ke konsumen stabil.
b). Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari
tegangan nominal sistem untuk setiap wilayah beban. (Lihat IEC Publication
38/1967). Untuk itu untuk daerah beban yang terlalu padat diberikan beberapa
voltage regulator untuk menstabilkan tegangan.
c). Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada jaringan dapat menahan
tegangan lebih (over voltage) dalam waktu singkat.
3. Faktor Keselamatan Sistem dan Publik

7
a). Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus
terjamin dengan baik. Artinya, untuk daerah padat penduduknya diperlukan
rambu-rambu pengaman dan peringatan agar penduduk dapat mengetahui
bahaya listrik. Selain itu untuk daerah yang sering mengalami gangguan perlu
dipasang alat pengaman untuk dapat meredam gangguan tersebut secara cepat
dan terpadu.
b). Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang dipakai hendaknya
memiliki kualitas yang baik dan dapat meredam secara cepat bila terjadi
gangguan pada sistem jaringan. Untuk itu diperlukan jadwal pengontrolan
alat dan perlengkapan jaringan secara terjadwal dengan baik dan
berkesinambungan.
4. Faktor Pemeliharaan Sistem
a). Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara berkesinam-
bungan sesuai dengan perencanaan awal yang telah ditetapkan, agar kualitas
sistem tetap terjaga dengan baik.
b). Pengadaan material listrik yang dibutuhkan hendaknya sesuai dengan
jenis/ spesifikasi material yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas
sistem yang lebih baik dan murah.
5. Faktor Perencanaan Sistem
Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang semaksimal mungkin,
untuk perkembangan dikemudian hari.

2.2. Peralatan Sistem Distribusi


Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan
dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun
peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peralatan
proteksi dipasangkan diatas tiang - tiang listrik berdekatan dekat letak
pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:
1. Tiang Berfungsi
Untuk meletakkan penghantar serta perlengkapan system
sepertitransformator, Fuse, isolator, arrester, recloser dan sebagainya. Tiang

8
dibagi menjadi3 jenis yaitu tiang kayu, besi dan beton sesuai dengan fungsi bawah
tanah.
2.Penghantar
Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada garduinduk ke
konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada sistem distribusi .Begitu
juga dengan beberapa kawat jaringan bawah tanah.
3.Kapasitor
Berfungsi untuk memperbesar factor daya pada system penyaluran.
4.Recloser
Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika
terjadigangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian
sesuaidengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk dua kali bekerja,
yaitudua kali pemutusan dan dua kali penyambungan. Apabila hingga kerja
recloser yangkedua keadaan masih membuka dan menutup, berarti telah terjadi
gangguan permanen.
5. Fuse
Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban
lebihmaupun adanya gangguan hubung singkat.
6. PMT
Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap out
put.Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis
PMTakan membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya
pemeliharaan jaringan.
7. Tansformator
Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuaidengan
tegangan kerja yang diinginkan
8. Isolator
Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang
maupunke penghantar lainnya .

9
Perlengkapan – perlengkapan diatas sangat penting keberadaannya, terutama
untuk peralatan proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinu
itas pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk mengetahui
kerusakandan kehandalan dari masing-masing peralatan tersebut. Pemeliharan
peralatan yang rutinsangat penting dilakukan agar setiap saat dapat diawasi
keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak.

2.3. Optimasi Pada Sistem Distribusi


Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang
paling menguntungkan dengan memaksimalkan perangkat–perangkat jaringan
namun tetap berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :
1. Daya terpasang tidak berlebihan.
2. Beban tidak terlalu kecil.
3. Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
4. Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
5. Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
6. Secara ekonomis menguntungkan.
7. Susut umur peralatan sesuai rencana.

2.3.1. Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi


Pengoptimasian pada sistem distribusi sangat penting, hal ini bertujuan
untuk mengoptimalkan energi listrik yang disalurkan. Berikut peralatan jaringan
yang dapat dioptimasi :
1. Kawat penghantar
Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk
menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat Pembangkit ke
Pusat-Pusat Beban (load center), baik langsung menggunakan jaringan distribusi
ataupun jaringan transmisi terlebih dahulu. Pemilihan kawat penghantar yang
digunakan untuk saluran udara didasarkan pada besarnya beban yang dilayani,
makin luas beban yang dilayani makin besar ukuran penampang kawat penghantar
yang digunakan. Dengan penampang kawat yang besar akan membuat tahanan

10
kawat menjadi kecil. Agar tak terjadi kehilangan daya pada jaringan dan daya
guna (efisiensi) penyaluran tetap tinggi, diperlukan tegangan yang tinggi. Dengan
demikian besarnya penampang kawat penghantar tidak mempengaruhi atau
mengurangi penyaluran tenaga listrik. Tetapi dengan penampang kawat yang
besar akan membuat kenaikan harga peralatan. Oleh sebab itu pemilihan kawat
penghantar diperhitungkan seekonomis mungkin dengan konduktivitas dan
kekuatan tarik yang tinggi, serta dengan beban yang rendah tentunya. Oleh karena
itu untuk jaringan distribusi tegangan tinggi maupun distribusi tegangan rendah
lebih banyak menggunakan kawat penghantar aluminium yang mempunyai
faktorfaktor yang memenuhi syarat sebagai kawat penghantar.
Optimasi pembebanan pada kawat penghantar adalah memaksimalkan
batasan besar arus yang dilalukan melewati penghantar sesuai dengan KHA dan
kondisi sekitarnya, sebab apabila berlebihan akan dapat mengakibatkan :
a. Pelunakan pada titik tumpu penghantar.
b. Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
c. Berkurangnya jarak aman / andongan.
d. Kerusakan pada isolasi.
2. Trafo Distribusi
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk
mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi-elektromagnet.
Tujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk menaikkan
dan menurunkan tegangan utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan
pemanfaatan penggunaan konsumen. Transformator distribusi yang umum
digunakan adalah transformator step-down 20kV/400V.
Transformator terdiri dari sebuah inti besi (core) dan dua buah lilitan yang
biasa disebut lilitan primer dan lilitan sekunder dengan perbandingan.
Pada sistem distribusi listrik yang ada di Indonesia, tegangan dibangkitkan pada
pembangkit listrik sebesar 13,8 KV. Lalu tegangan dinaikkan untuk disalurkan ke
jalur transmisi listrik sebesar 150 KV.

11
Tegangan pada jalur transmisi yaitu sebesar 150 KV ini diturunkan kembali untuk
didistribusikan ke jalur distribusi listrik sebesar 20 KV.
Tegangan 20 KV ini disalurkan ke konsumen industri dan konsumen
rumah tangga. Untuk konsumen rumah tangga tegangan 20 KV ini diturunkan
kembali ke 380 V untuk pemakaian rumah tangga yaitu 220 Volt AC yang didapat
dari tegangan 1 phase to netral dari 380 VAC.
tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V. Karena
terjadi drop tegangan, maka pada tegangan rendahnya dibuat diatas 380V agar
tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V.
Sebuah transformator distribusi perangkat statis yang dibangun dengan
dua atau lebih gulungan digunakan untuk mentransfer daya listrik arus bolak-balik
oleh induksi elektromagnetik dari satu sirkuit ke yang lain pada frekuensi yang
sama tetapi dengan nilai-nilai yang berbeda tegangan dan arusnya.
Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu trafo 1 phasa
dan trafo 3 phasa. Sedangkan berdasar sistem pengamannya, trafo distribusi
dibagi menjadi dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP.
Trafo distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :
a. Pengaman TM terdiri dari :
 Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang
dipergunakan.
 Arester 18 kV, 5 kA
 Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai
pembumiannya.
b. Pengaman TR terdiri dari :
 Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari
atau sama dengan 50 kVA.

Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem


pengaman berupa pemutus tenaga pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta
arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan
trafo CSP.

12
Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu
sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya
pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut
trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.
Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan
mempunyai susut umur normal, dan itu terjadi bila suatu suhu titik panas pada
lilitan mencapai 98 °C. Suhu tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja pada daya
pengenal dengan suhu sekitar 20°C. Pada umumnya suhu sekitar di indonesia
terutama di kota-kota besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5°C. dan
mengingat sifat beban di indonesia, maka dimungkinkan trafo dapat dipakai
sampai batas waktu yang direncanakan pabriknya.

2.4. Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik 


Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: 
1. Menurut nilai tegangannya 
a. Saluran distribusi Primer,
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo
substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini
bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung
melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi. 
b. Saluran Distribusi Sekunder
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder
dengan titik cabang menuju beban
2. Menurut bentuk tegangannya 
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan
bolak-balik. 
3. Menurut jenis/tipe konduktornya
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang)
dan perlengkapannya, dan dibedakan atas: 

13
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi. 
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel
tanah (ground cable). 
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel
laut(submarine cable) 
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya
a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang
lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada sistem DC)
membentuk garis horisontal.

Gambar 2.3 Saluran Konfigurasi horizontal


b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis
vertikal.

Gambar 2.4 Saluran Konfigurasi Vertikal


c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk
suatu segitiga (delta)

14
Gambar 2.5 Saluran konfigurasi Delta
5. Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi
dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a. Jaringan Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran
udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang
diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini
direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat
beban. 
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:
o Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie
dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian
phase area.
o Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk
Close loop.
o Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
o Jaringan distribusi spindle
o Saluran Radial Interkoneksi
b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder
bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat
menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini

15
biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb: 
- Papan pembagi pada trafo distribusi, 
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder). 
- Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai) 
- Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada
pelanggan. 

Gambar 2.6 Komponen Sistem Distribusi

Tegangan Sistem Distribusi Sekunder


Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut
standar; (1) EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical
Manufactures Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi
DC, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima
pada titik beban mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat
dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi
AC dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara pengawatan, ini bergantung
pula pada jumlah fasanya, yaitu: 
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt 

16
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt 
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt 
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt 
5.  Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt 
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt 
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt 
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt 
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan
220/380 Volt. Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga
listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar
yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada
negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua
peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja
(motor-motor listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut.
Sebagai anggota, IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia telah
mulai menyesuaikan sistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja,
karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt.
(IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1
tabel 1).
Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat,
Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya
digunakan untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek,
yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat,
Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem distribusi DC dengan tiga
kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan. Sebagai saluran
“netral” disini dihubungkan pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo,
dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini untuk melayani

17
penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan
dan pedesaan.
3. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt
Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak
pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana
terdapat dengan beban 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat
Tipe ini banyak dikembangkan secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian
tiga fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian delta
(segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar
tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian
seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi
yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban
industri atau perdagangan.
6. Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat
Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung star,dimana
saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga fasa
yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga fasanya,
dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan. 

18
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Perlu adanya pengoptimasian
sistem distribusi agar energi listrik dapat tersalurkan dengan baik.
Perlengkapan utama pada sistem distribusi antara lain:
1. Tiang Berfungsi
2.Penghantar
3.Kapasitor
4.Recloser
5. Fuse
6. PMT
7. Tansformator
8. Isolator
Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang
paling menguntungkan dengan memaksimalkan perangkat–perangkat jaringan .
Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi yaitu kawat penghantar dan Trafo
Distribusi. Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk
menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat Pembangkit ke
Pusat-Pusat Beban (load center), baik langsung menggunakan jaringan distribusi
ataupun jaringan transmisi terlebih dahulu.
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik 
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: 
1. Menurut nilai tegangannya 

19
a. Saluran distribusi Primer,
b. Saluran Distribusi Sekunder
2. Menurut bentuk tegangannya 
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) 

b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) 

3. Menurut jenis/tipe konduktornya


a. Saluran udara

b. Saluran Bawah Tanah,

c. Saluran Bawah Laut,

4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya


a. Saluran Konfigurasi horizontal,

b. Saluran Konfigurasi Vertikal,

c. Saluran konfigurasi Delta,

5. Menurut Susunan Rangkaiannya


a. Jaringan Sistem Distribusi Primer
b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,

20
Daftar Pustaka

https://elektro-unimal.blogspot.co.id/2013/06/optimasi-sistem-
distribusi.html, diakses 25 September 2018, pukul 18.30 WIB.

https://hilmanhijriyansyah.wordpress.com/2012/12/10/sistem-distribusi/,
diakses diakses 25 September 2018, pukul 19.00 WIB.

http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-
listrik.html, diakses 25 September 2018, pukul 19.15 WIB.

http://blog.unnes.ac.id/antosupri/sistem-distribusi-tenaga-listrik/, diakses
Selasa 25 September 2018, pukul 19.30 WIB.

http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-
listrik.html, diakses 25 September 2018, pukul 19.45 WIB.

http://novasinulingga1.blogspot.com/2017/02/sistem-distribusi-tenaga-
listrik.html, diakses 25 September 2018, pukul 20.00 WIB.

http://www.academia.edu/15319949/SISTEM_DISTRIBUSI_TENAGA_
LISTRIK_Makalah_Diajukan_untuk_memenuhi_salah_tugas_mata_kuliah_Tekni
k_Tenaga_Listrik_Disusun_oleh, diakses 25 September 2018, pukul 20.30 WIB.

21

Anda mungkin juga menyukai