Anda di halaman 1dari 10

5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil belajar
1. Pengertian belajar dan Pembelajaran
Istilah belajar dan pembelajaran yang kita jumpai dalam kepustakaan asing adalah
learning dan instruction. Istilah learning mengandung pengetian proses perubahan yang
relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman, (Fortuna, 1981: 147).
Istilah instruction mengandung pengertian proses yang terpusat pada tujuan (goal directed
teaching process) yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pree-planed).
Proses belajar yang terjadi adalah proses pembelajaran, yakni proses membuat orang lain
aktif melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. (Romiszowki, 1981: 4).
Belajar dapat pula diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antar individu denga lingkungannya. Burton mengatakan “Learning is
change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fells
a need and makes him more capable of dealing undauntedly with his environment. (Burton:
The guidance of learning activities, 1994)1 . Dalam pengertian ini terdapat kata “change”
(perubahan), yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses pengetahuannya,
keterampilannya, maupun pada aspek sikapnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan,
dan sebagainya. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa”
pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja
dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan
tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan
perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,
tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan
lain-lain. (Soetomo, 1993: 120) .2
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada
suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

2. Ranah Hasil Belajar


1
(Burton :The guidance of learning activities 1994)
2
(Soetomo,1993:120)
6

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu
:kognitif,afektif,dan psikomotor.Maka ranah – ranah tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
a) Ranah kognitif, adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan
intelektual atau kemampuan berfikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan
memecahkan masalah.Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan yaitu
pengetahuan,pemahaman, aplikasi, analisis,simtesis,dan evaluasi.
b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi.Ada lima tingkatan
dalam ranah afektif ini yaitu penerimaan ,merespons,menghargai,organisasi,dan pola hidup.
c) Ranah psikomotor, meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot
badan. Ada lima tingkatan dalam ranah ini,yaitu :imitasi,manipulasi,presisi,artikulasi,dan
naturalisasi (Sanjaya,2009:127-128) .3
Menurut Djamarah dan Zain (2006:107)” 4yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses
belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap terhadap bahan pebelajaran yang
diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individual maupun kelompok.”
3. Kemampuan proses belajar mengajar
Pengertian mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat
terjadi kegiatan belajar yang optimal. Dalam kegiatan ini, guru bertindak sebagai pengelola
kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Banyak para ahli
memberikan batasan mengenai pengertian mengajar.
Beberapa teori tersebut antara lain:
a) Definisi yang lama: mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-
pengalaman kecakapan kepada anak didik kita. Atau usaha mewariskan kebudayaan
masyarakat pada generasi yang berikut sebagai generasi penerus.
b) Definisi dari Prof. Dr. De Queluy dan Prof. Gazali MA, mengajar adalah menanamkan
pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.
c) Definisi yang modern di negara-negara yang sudah maju: Teaching is the guidance of
learning. Mengajar adalah bimbingan kepada anak dalam proses belajar.
Rochman Nata Wijaya memberikan batasan mengajar sebagai upaya guru untuk
membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar.
Sedangkan Hasibuan J.J memberikan batasan mengajar adalah menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Gagne memberikan pengertian mengajar sebagai :
usaha untuk membuat siswa belajar yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku.
Dari uraian di atas dapat diperoleh gambaran atau pengertian mengajar merupakan suatu
usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar.

3
(Sanjaya,2009:127-128)
4
Djamarah dan Zain (2006:107)
7

Proses mengajar merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi


peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar itu sendiri
menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Pendekatan Ketrampilan Proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan
pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswa.
Dari paparan tentang hasil belajar dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar dijadikan acuan sebagai patokan guru melakukan evaluasi dan mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam penguasaan materi yang dipelajari serta untuk mengetahui hasil
belajar siswa melalui tes, baik tes lisan maupun tulisan.

B. Pelajaran IPS
1. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk
mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi
social dan bersifat hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas
produk hafalan. Sifat materi pelajaran IPS tersebut membawa konsekuensi terhadap proses
belajar mengajar yang didominasi pendekatan eksporsitoris, terutama guru menggunakan
metode ceramah sedangkan siswa kurang terlibat atau cenderung pasif. (Udin S. Winataputra,
dkk. Materi dan Pembelajaran IPS di SD, 2007:9.4) 5
Menurut Balen (1993), pengembangan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah
keterampilan berpikir, keterampilan social, dan keterampilan praktis. Keterampilan berpikir
dikembangkan untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis melalui proses belajar
mengajar dengan model pengembangan berpikir kritis, keterampilan social dan praktis
melalui model dialog kreatif. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi
belajar mengajar yang interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
optimalisasi interaksi dalam proses belajar mengajar akan bergantung kepada beberapa factor
yang menyangkut kesiapan siswa dan guru sebagai berikut: (a) faktor minat dan perhatian
siswa dalam belajar, (b) faktor motivasi paa siswa baik dari dirinya sendiri ataupun dari luar
dirinya, (c) faktor latar atau konteks, (d) faktor perbedaan individu, (e) faktor sosialisasi, (f)
faktor belajar sambil bermain, (g) faktor belajar sambil bekerja, (h) faktor inquiri, dan (i)
faktor memecahkan masalah. (Udin S. Winataputra, dkk. Materi dan Pembelajaran IPS di SD,
2007:9.6) 6
Terdapat empat alasan mengapa siswa dikembangkan kemampuan berpikirnya terutama
dalam IPS.(1). Kehidupan kita dewasa ini ditandai dengan abad informasi yang menuntut
setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam mencari, menyaring guna menentukan
pilihan dan memanfaatkan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kehidupannya,(2).
Setiap orang senantiasa dihadapkan pada berbagai masalah dan ragam pilihan sehingga untuk
itu dituntut untuk berpikir kritis dan kreatif, karena masalah dapat terpecahkan dengan
pemikiran seperti itu,(3).Kemampuan memandang sesuatu hal dengan cara baru atau tidak
konvensional merupakan keterampilan penting dalam memecahkan masalaH,(4). Kreativitas
5
(Udin S. Winataputra,dkk.Materi dan Pembelajaran IPS di SD,2007:9.4)
6
(Udin S. Winataputra,dkk.Materi dan pembelajaran IPS di SD,2007:9.6)
8

merupakan aspek penting dalam memecahkan masalah, mulai dari apa masalahnya, mengapa
muncul masalah dan bagaimana cara pemecahannya. (Udin S. Winataputra, dkk. Materi dan
Pembelajaran IPS di SD, 2007:9.5)
2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a) Faktor Intern
Faktor intern (dalam diri siswa) yang berpengaruh terhadap hasil belajar di , serta kebiasaan
siswa. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka
terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat, perhatian, dan motivasi dapat
dikondisikan oleh guru. Kecakapan dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar:
yakni sangat cepat, sedang, dan lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa
berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus dengan cara
perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu dengan alat/media.
b) Faktor Ekstern
Faktor ekstern (luar diri siswa) yang mempengaruhi hasil belajar siswa di antaranya
adalah lingkungan fisik dan non-fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang
gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program sekolah
(termauk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.
Guru merupakan factor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab
guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas.

3. Strategi Belajar IPS


Menurut T.Raka Joni mengartikan strategi belajar sebagai pola dan urutan umum
perbuatan guru – murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar.
Stategi belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh pendekatan pendidikan.Suatu
strategi belajar mengajar yang dipilih dengan pendekatan tertentu.Memerlukan beberapa
seperangkat metode pengajaran itu diperlukan juga seperangkat ketrampilan yang relevan.
Di bawah ini adalah strategi dalam IPS adalah :
a) Strategi dalam mengulang
Strategi mengulang terdiri atas mengulang,mengulang sederhana dan mengulang
kompleks.Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca ulang materi
tertentu hanya untuk menghafal saja. Strategi mengulang kompleks digunakan untuk
menyerap bahan ajar yang lebih kompleks.
b) Strategi elaborasi
Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan lebih
bermakna. Dengan strategi elaborasi pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan
kepastian.
9

c) Strategi organisasi.
Seperti halnya strategi elaborasi,strategi organisasi membantu siswa meningkatkan
kebermaknaan bahan – bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru.
d) Strategi metakognitif
Metakognitif berhubungan dengan berfikir siswa tentang berfikir mereka sendiri dan
kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar IPS memerlukan kesiapan
mental ataupun fisik serta intelektual dan emosional.
IPS memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan bertetangga,karena sebagai
media sosial antar sesama dan untuk menyampaikan tujuan yang diharapkan.IPS juga dapat
dipengaruhi oleh kondisi yaitu internal dan eksternal yang kedua-duanya sama- sama penting
dan saling berkaitan.

C. Metode Bermain Peran dan diskusi


Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi
masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan
pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai,dengan
tujuan menghayati perasaan,sudut pandangan dan cara berfikir orang lain
(Depdikbud,1964:171) .7
Melalui metode peran siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan
bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman- temannya sendiri.Dengan kata lain metode
ini berupaya individu melalui proses kelompok sosial.Melalui bermain peran, para siswa
mencoba mengeksploitasi masalah – masalah hubungan antar manusia dengan cara
memperagakannya.Hasilnya di diskusikan dalam kelas.
Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu
menghayati tokoh yang dikehendaki,keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan
menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai
berkembang (Hasan,1996:266)
Metode bermain peran merupakan metode mengajar dengan menugaskan siswa untuk
memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang dituangkan dalam
bentuk cerita sederhana. Metode bermain peran digunakan untuk: 1). mengkonkritkan suatu
masalah atau prosedur yang abstrak; 2). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memerankan suatu obyek atau tokoh yang ada dalam cerita atau materi; 3). membangkitkan
minat untuk mempelajari materi yang diajarkan.
Metode bermain peran mempunyai karakteristik menyampaikan pembelajaran pada
siswa pada penguasaan objek tertentu. Dalam hal ini metode bermain peran cenderung pada
situasi yang sebenarnya.

7
(Depdikbud,1964:171)
10

Metode bermain peran mempunyai beberapa keunggualan diantaranya adalah : (1) dapat
melakukan pembelajaran bermain peran; (2) dapat memerankan suatu tokoh yang diperankan;
(3) mengembangkan rasa ingin tahu siswa; (4) siswa dapat mempelajari sesuai dengan
materinya.
Kelemahan metode bermain peran antara lain: (1) siswa cenderung terlalu bayak
bergurau; (2) siswa yang kurang mampu dalam bermain peran dapat memancing siswa lain
untuk mentertawakannya sehingga terjadi keramaian; (3) sering terjadi jalannya pelaksanaan
bermain peran tidak lancar karena kurang penguasaan guru dalam menerapkan metode ini
sehingga tidak mampu mengoptimalkannya. (Enik Windari, 2009)
Metode Diskusi yaitu siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan topik bahasan yang
bersifat problematik.
Tujuan penggunaan metode diskusi adalah:
1) Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik
sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan;
2) Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat;
3) Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda
4) Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan berkomunikasi,
mengeluarkan pendapat, menfsirkan dan menyimpulkan pendapat
5) Melatih dan membentuk kestabilan social-emosional.

Kelebihan metode diskusi adalah:


1) Siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara bersama-sama;
2) Merangsang siswa untuk lebih kreatif menyumbangkan gagasan dan ide-ide;
3) Melatih siswa membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan;
4) Melatih siswa mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain;
5) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan dengan metode lain.
Kelemahan metode diskusi antara lain:
1) Sering diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang siswa yang pandai berbicara;
2) Pembahasan dalam diskusi cenderung meluas, sehingga hasilnya kabur
3) Diskusi memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga tidak sesuai dengan jadwal
pelajaran yang ada
4) Dalam diskusi sering terjadi perdebatan pendapat yang bersifat emosional sehingga
menimbulkan ketersinggungan antarsiswa yang menyebabkan terganggunya iklim
pembelajaran
11

5) Kadang-kadang guru tidak menguasai cara menyelenggarakan diskusi sehingga diskusi


cenderung menjadi Tanya jawab.(Soli Abimanyu, dkk. Strategi Pembelajaran, 2008:6.18)

D. Pendekatan Materi Pembelajaran Peran dan Kedudukan Keluarga


1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah orang yang terikat oleh ikatan pernikahan atau ikatan darah karena
keturunan.Suatu keluarga yang terdiri dari ayah,ibu,dan anak- anak disebut sebagai
keluarga inti.
Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarga atau disebut sebagai kepala
keluarga.Kepala keluarga bertanggungjawab atas keselamatan seluruh anggota keluarga.
Akan tetapi tidak berarti dia boleh berbuat apa saja terhadap anggota
keluarganya.keputusan keluarga tetap diambil berdasarkan musyawarah bersama,Isteri dan
anak- anak harus terlibat dalam pengambilan keputusan.
Kedudukan isteri dalam keluarga adalah sebagai ibu rumah tangga.Tugas utamanya
adalah mengurus rumah tangga dan keluarga.Ibu bertanggungjawab atas kebersihan dan
kerapihan rumah.
Anak- anak adalah anggota keluarga.Mereka senantiasa membutuhkan perhatian dan
ksih sayang orangtua.Orangtua berkewajiban memenuhi kebutuhan anak-anak.Misalnya,
pakaian,pendidikan, kesehatan, dan makanan yang bergizi.
Sebuah keluarga terdiri dari : ayah, ibu, dan anak.Dalam keluarga mungkin juga ada
kakek,nenek, paman, bibi,uak dan pembantu rumah tangga. Semua anggota keluarga
mempunyai peran yang berbeda- beda antar yang satu dengan yang lainnya.
Tugas pokok ayah sebagai kepala keluarga adalah bekerja mencari nafkah guna
memenuhi kebutuhan keluarga.Namun banyak juga ibu- ibu yang ikut bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
Ibu sangat penting dalam rumah tangga.Tugas pokok seorang ibu adalah mengurus
rumah tangga dan keluarga. Ibu juga berkewajiban membimbing dan mendidik anak-anak.Ibu
juga menyediaka makanan yang bergizi untuk seluruh anggota keluarga.Bagi keluarga yang
tidak mempunyai pembantu keluarga.,ibu juga mencuci pakaian kotor,kemudian
menyetrikanya,alangkah beratnya pekerjaan ibu. Meski demikian, ibu tetap senang
mengerjakan pekerjaanya betapa mulia hati seorang ibu. Tidak pernah mengeluh walaupun
pekerjaannya berat. Olehkarena itu, kita harus menyayangi ibu dengan cara mengikuti
nasehat dan perintahnya.
Seorang anak berkewajiban untuk membantu pekerjaan oarngtuanya, mengikuti segala
nasehat dan perintah oarngtua. Jika seorang anak tersebut seorang pelajar maka anak tersebut
mempunyai kewajiban belajar dengan tekun agar bisa menjadi kebanggaan orangtua.

(Sumber Pengetahuan Sosial 3,Jakarta:ERLANGGA oleh M.Said,dkk(2004)


12

2. Komponen Pendekatan Media Pembelajaran


Beberapa ahli dan asosiasi telah mengemukakan pengertian tentang media
pembelajaran antara lain sebagai berikut:
• Pertama, NEA (1969) mengartikan media pembelajaran sebagai sarana komunikasi, baik
dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk perangkat kerasnya.
• Kedua, Wilbur Schramm (1977) mendefinisikan media pembelajaran sebagai tekhnologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
• Ketiga, Miarso (1980) menegaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak
didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Jadi dapat disimpulkan secara lebih sederhana bahwa media pembelajaran adalah
sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru kepada siswa atau sebaliknya.
Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri
siswa dan atau dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.
Menurut Sri Anita W,dkk (Strategi Pembelajaran di SD ,2007:6.3-6.31) 8 secara
sederhana media dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dengan mengunakan
indra penglihatan. Misalnya: gambar diam, tabel, poster, foto, dan slide;
b. Media audio, yaitu media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar). Misalnya: radio, kaset suara;
c. Media audiovisual, yaitu media yang merupakan kombinasi antara audio
dan visual yang disebut media pandang-dengar. Misalnya: video, televisi,
komputer.
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS dapat berupa gambar,
foto, poster, video, dan lain-lain yang sesuai dengan materi tentang peran dan kedudukan
anggota keluarga.
E. Karakteristik siswa kelas II SD
Masa usia sekolah dasar sebagai mesa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia
enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun.
Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-
perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan
perkembangan fisik anak.
Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak
mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap

8
Sri AnitaW,dkk (Strategi Pembelajaran di SD ,2007:6.3-6.31)
13

ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping
itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.
Sedang menurut Thornburg (1984)menegaskan bahwa anak sekolah dasar merupakan
individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya.
Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah
yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non
sosial meningkat.
Pada usia anak-anak hingga menuju usia remaja, manusia mengalami
perkembangan kognitif yang begitu penting. Menurut Piaget dalam Isjoni (2010:36),
perkembangan kognitif anak melalui empat tahap yaitu: (1) tahap sensorimotor, berlangsung
pada umur 0-2 tahun; (2) tahap praoperasional, yaitu umur 2-7 tahun; (3) tahap operasional
konkret, yaitu umur 7-11 tahun; dan (4) tahap operasional formal yang berlangsung mulai
umur 11 tahun ke atas.
Berdasarkan tahap-tahap perkembangan yang diungkapkan oleh Piaget, anak sekolah
dasar berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, kemampuan anak untuk berpikir
secara logis semakin berkembang. Asalkan obyek yang menjadi sumber berpikirnya adalah
obyek nyata atau konkret.
Karakteristik anak usia sekolah dasar tidak hanya itu. Menurut Sumantri dan
Sukmadinata dalam Wardani (2012), karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu: (1) senang
bermain; (2) senang bergerak; (3) senang bekerja dalam kelompok; dan (4) senang merasakan
atau melakukan sesuatu secara langsung.
1. Karakteristik yang pertama yaitu senang bermain. Siswa-siswa sekolah dasar terutama
yang masih berada di kelas-kelas rendah pada umumnya masih suka bermain. Oleh karena
itu, guru sekolah dasar dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang
bermuatan permainan, lebih-lebih untuk siswa kelas rendah.
2. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak. Siswa sekolah dasar berbeda dengan
orang dewasa yang bisa duduk dan diam mendengarkan ceramah selama berjam-jam.
Mereka sangat aktif bergerak dan hanya bisa duduk dengan tenang sekitar 30 menit saja.
Oleh karena itu, guru harusnya merancang model pembelajaran yang menyebabkan anak
aktif bergerak atau berpindah.
3. Karakteristik yang ketiga adalah senang bekerja dalam kelompok. Oleh karena itu, guru
perlu membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 5
siswa untuk mneyelesaikan tugas secara berkelompok. Dengan bergaul dalam
kelompoknya, siswa dapat belajar bersosialisasi, belajar bagaimana bekerja dalam
kelompok, belajar setia kawan dan belajar mematuhi aturan-aturan dalam kelompok.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan anak itu bertahap
sesuai dengan usianya dan pada usia ini mereka belajar hal – hal yang konkrit yang ada
disekitar mereka.Mereka cenderung ingin sekali melakukan hal- hal baru dan suka
mengekspresikan diri terhadap orang lain.
Pada usia awal sekolah dasar mereka senang sekali mengekspresikan diri dengan cara
menangis,banyak bertanya,banyak bergerak dan suka bercerita. Hal ini menandakan bahwa
perkembangan dari fisik dan mental mereka sangat baik dan mulai menandakan kemandirian.
14

Anda mungkin juga menyukai