Anda di halaman 1dari 3

A. Sejarah Magic Carpet Air.

Magic Carpet Air (MCA) memulai aktivitas operasinya pada tahun 1961, melayani 2 kota, dan
berkembang melayani penerbangan 18 kota pada tahun 1987. Sedangkan perusahaan River city
Airlines (RCA) berdiri pada tahun 1969 dengan melayani penerbangan 4 kota dan tumbuh
melayani 12 kota pada tahun 1987. MCA membeli RCA dan menggabungkan kedua operasinya.
Bergabungnya kedua kedua perusahaan penerbangan ini menciptakan perusahaan penerbangan
keci; dengan karir penjualan antara $ 100 million dan $1 billion. Walaupun, perusahaan pada
dasarnya hanya melayani pada satu wilayah dalam suatu negara, namun para manajer secara
konsisten tetap terus membandingkan dan bersaing dengan perusahaan penerbangan daerah besar
lainnya.

Pada bulan Mei 1988, MCA masuk kedalam perjanjian perdagangan dengan major national
carrier (istilah Amerika untuk menyebutkan karir perusahaan penerbangan yang memiliki
revenue antara $100 million dan $1 billion, bisa disebut juga dengan national airline) dan
menjadi “pembantu” penerbangan pada karir tersebut. Jadi MCA memberikan jasa memobilisasi
penumpang dari airport kecil ke airport besar. Setelah itu; tidak ada pemesanan tiket publik
sebagai brand magic carpet air, publik percaya bahwa bahwa mereka membeli tiket dari major
carrier yang ada. Perusahaan juga mengambar ulang body semua pesawat dengan tujuan agar
publik percaya bahwa MCA adalah bagian dari major carrier.

Pada tahun 1989, awak kabin di kedua awak kapal tersebut sama sekali tidak ada yang
membentuk serikat pekerja. Bagaimanapun awak kabin MCA dan RCA khawatir mengenai apa
yang mereka rasakan seperti manajemen MCA dalam memecahkan suatu masalah
keanggotaanya yang dilakukan secara sewenang-wenang. Ketakutan ini membuat beberapa
pekerja menghubungi League of Flight Attendants (LFA), perserikatan ini berisikan anggota
yang hanya terdiri dari awak kabin pesawat. Meskipun serikat oposisi dari MSA, LFA
memenangkan sertifikasi pemilihan sebesar 82% dari vote.

Kontrak negosiasi Sebelumnya


Konrak negosiasi antara MCA-LFA pertamakali pada bulan November 1989, dan negosiator dari
kedua pihak bekerjasama secara efektif. Komite meminjam cara penulisan kontrak dari kontrak
perusahaan penerbangan lain (seperti Piedemont airlines). Komite juga tidak berkejasama
dengan baik pada praktik masa lalu dan kondisi kerja yang digunakan pada River City
Airlines.Peraturan tidak tertulis namun telah diterima oleh satu sama lain. Negosiator
menandatangani kontrak final pada bulan agustus 1990. kontrak berjalan efektif sampai bulan
agustus 1994.
Negosiasi pada kontrak kedua juga berjalan lancar. Dalam ketententuan kontrak, kontrak
kedua pada dasarnya mengacu pada kontrak pertama, dengan meningkatkan upah dan tambahan
pemberian upah berupa liburan. Perjanjian berjalan efektif hingga 31 agustus 1997.

berikut adalah kontrak negosiasi pada tahun 1997 dari sudut pandang negosiator perserikatan.

Keinginan Anak buah pesawat utuk negosiasi


1. Pembayaran berdasarkan jam dihitung pada saat terbang dan duduk, karena selama ini
pramugari hanya dibayar pada saat mereka terbang saja, semisal dia bekerja untuk perusahaan
selama 15 jam, sedangkan perusahaan hanya membayar pada saat mereka terbang saja, padahal
mereka memutuhkan waktu 6 jam untuk pindah pesawat. sehingga mereka menginginkan bahwa
gaji dihitung berdasarkan waktu kerja pada saat mereka terbang maupun pada saat mereka
menunggu dibandara.
2. Pramugari juga mengkritik mengenai keamanan dan kondisi bekerja. ketika LFA menganalisis
isu mengenai keamanan bekerja ternyata pada saat MCA melakukan merger, para pramugari
menginginkan posisi atau jabatannya dapat berlanjut pada perusahaan baru. Kedua mereka
mencari perlindungan dari pemecatan karyawan yang terjadi paska perusahaan melakukan
merger atau akuisisi.

4. Menurut anda, apakah proses negosiasi berjalan secara adil (win-win solution) bagi kedua
belah pihak? Jelaskan opini anda dan kaitkan dengan teori integrative negotiation ?

Iya proses negosiasi antara MCA dan LFA bisa berjalan secara adil karena keduabelah pihak
sama-sama mengutarakan tujuan atau keinginannya serta kondisi masing-masing pihak.
Dengan begitu maka kedua belah pihak bisa mencari alternative solusi dalam menyelesaikan
suatu masalah, lalu mengevaluasi alternatif-alternatif tersebut dan memilih yang mana hasil
kesepakatan akan suatu masalah tersebut dapat saling menguntungkan satu sama lain. Kedua
belah pihak dalam proses negosiasi juga melakukan concession guna mencari zopa yaitu
titik dimana pihak MCA dan LFA menyepakati suatu konflik. Dan juga, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat membantu keberhasilan negosiasi integratif
seperti memiliki tujuan yang sama, mengidentifikasi dan memahami kepentingan, komitmen
untuk bekerja sama, kamunikasi yang jelas dan akurat, dan paham tentang dinamika
negosiasi integratif maka negosiasi dengan hasil win-win solution dapat berjalan dengan
lancar.

Anda mungkin juga menyukai