KELOMPOK 3 :
2017
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
B. KLASIFIKASI
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
E. Patways
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
- hiperglikemia berpuasa
- glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
- keletihan dan kelemahan
- ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
- lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
- gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
- komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
G. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe
II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor
atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila
kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
- Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali
sadar pada pasien dengan tipe 1
- Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit
dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada
tingkat hipoglikemia
- Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan
pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
- Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi pada
penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab kegagalan
ketiga organ ini.
b. SINDROM HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR NON KETOTIK
(HHNC/ HONK).
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya
ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak
terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak
terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN
banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150
mEq per liter kalium bervariasi.
IV Cairan
1 sampai 12 jam NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau osmolitas plasma
330 mOsm/liter
Insulin
Elektrolit
Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5
Jam kedua dan mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+
jam berikutnya
Elektrolit
c. Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
algoritma Diabetes Melitus
2. Komplikasi kronik
a. Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular serebral.
c. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
d. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
e. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
f. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
- jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
- jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
- jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of
Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
1. Pengertian
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius
trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi ,proteinuria,
kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi
antepartum, intrapartum, pascapartus (Manuaba, 2001)
Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi
yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan (SANFORD,MD, 2006).
Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas
dan keseatan secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka
pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas
atau berolahraga.
Gambaran klinis ibu hamil yang hipertensi dapat dijabarkan sebagai
berikut;
a. Hipertensi
- Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 30 mmHg atau 15 mmHg.
- Tekanan darah 140 /90 atau 160 /110 yang diambil selang waktu 6 jam.
b. Odema
- Merupakan timbunan cairan tubuh yang tampak atau tidak tampak.
- Perhitungan kenaikan BB melebihi tiga per empat -1 kg/minggu
dianggap patologis.
- Odema dijumpai di tibia ,muka, atau tangan bahkan seluruh tubuh.
c. Proteinuria
-Proteinuria menunjukkan komplikasi lanjut, dengan kerusakan ginjal
sehingga beberapa proteinlolos dalam urin.
-Normal terdapat sejumlah protein dalam urin, tetapi tidak melebihi 0,3 gr
dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam
kehamilan lebih lanjut sehingga memerlukan perhatian yang serius,
d. Kejang (konvulsi)Kejang menunjukkan kelanjutan komplikasi menjadi
eklampsia yang menyebabkan terjadi AKI tinggi dan dapat diikuti AKB
yang tinggi. Kejang atau konvulsi menunjukkan telah terjadi kemungkinan
perdarahan nekrosis dan Odema.
e. KomaKelanjutan kejang dapat diikuti koma, sebagai manifestasi dari acut
vascular accident (AVA)yang menimbulkan perdarahan nekrosis hingga
terjadi koma Manuaba (2001).
Mereka yang terpapar pada villi chorialis untuk pertama kalinya ( pada nulipara )
Mereka yang terpapar dengan villi chorialis yang berlimpah ( pada kehamilan kembar
atau mola )
Mereka yang sudah menderita penyakit vaskular sebelum kehamilan.
Penderita dengan predisposisi genetik Hipertensi .
Menurut Sibai (2003), faktor-faktor yang berpotensi sebagai etiologi :
Invasi trofoblastik abnormal kedalam vasa uterina.
Intoleransi imonologi antara maternal dengan jaringan feto-maternal .
Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi selama
kehamilan.
Defisiensi bahan makanan tertentu ( nutrisi ).
Pengaruh genetik.
3. Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia berdasarkan Report of the National High
Blood Pressure Edukation Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2001 ialah :
a. Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20
minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
b. Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.
c. Eklampsia
Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia,
yang juga dapat disertai koma
d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik
disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
e. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah hipetensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
4. Faktor Resiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang
dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut.
a. Primigravida
b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes
mellitus, hisdrops fetalis, bayi besar
c. Umur yang ekstrim
d. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
e. Penyakitpenyakit ginjal dan hiperensi yang sudah ada sebelum hamil
f. Obesitas
5. Patofisiologi
Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi
tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang
banyak dianut adalah :
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi
dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami
vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga
aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia
plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi
dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”,
dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
(disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah
senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai
electron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang
dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat
toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses
normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan
tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi
dalam kehamian disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan
merusak membrane sel, yang mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan
merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel
endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang
bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya
dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya
diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti
gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih
parah.
1. Pengertian
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena
kehamilan dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Penyakit jantung dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal
dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan pembuluh darah
yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan diafragma oleh besarnya janin yang
dikandungnya sehingga dapat mengubah posisi jantung dan pembuluh darah sehingga
terjadi perubahan dari kerja jantung.
Yang dapat mempengaruhi antara lain:
- Pengaruh peningkatan hormone tubuh Terjadi haemodelusi darah dengan
puncaknya pada kehamilan 28 – 32 minggu
- Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam Rahim
- Kembalinya darah setelah placenta lahir karena kontraksi rahim dan terhentinya
terhentinya peredaran darah placenta
- Saat post partum sering terjadi infeksi.
2. Etiologi
Etiologi kelainan jantung dapat berupa kelainan primer maupun sekunder.
a. Kelainan Primer, kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital, bentuk kelainan
katub, iskemik dan cardiomiopati.
b. Kelainan Sekunder, kelainan sekunder berupa penyakit lain, seperti hipertensi,
anemia
berat, hipervolumia, perbesaran rahim, dll
3. Patofisiologi
Terjadi hiporvolemia dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umur kehamilan 10
minggu dan mencapai puncak pada usia 32-36 minggu uterus yang semakin besar
mendorong diafragma ke atas, kiri dan depan sehingga pembuluh-pembuluh dasar besar
dekat jantung mengalami lekukan dan putaran, kemudian 12-24 jam pascapersalinan
terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstravaskuler ke dalam
pembuluh darah, kemudian diikuti periode diuresis pascapersalinan yang menyebabkan
hemokonsentrasi. Jadi penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil
dan melahirkan, bahkan dapat terjadi gagal jantung.
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan
bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu.
Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih
berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler
yang baisanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama
disebabkan karena :
a. Hidrenia (Hipervolemia), dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan
puncaknya pada UK 32-36 minggu
b. Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke
kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung
mengalami lekukan dan putaran.
c. Volume plasma bertambah juga sebesar 22 %. Besar dan saat terjadinya
peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah
merah ; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah).
12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi
cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluah darah, kemudian di ikuti periode
deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi (penurunan
volume plasa). 2 minggu pasca persalinan merupakan penyesuaian nilai volume
plasma seperti sebelum hamil.
d. Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit tidak.
Oleh karena itu dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan nadi
rata-rata 88x/menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut
prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di
daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada
pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi decompensasi cordis.
4. Pathways
5. Tanda dan Gejala
a. Tanda :
- Nadi : takikardia
- Tekanan / palpasi vena jugularis: meninggi,
- Impuls apical: impuls ganda (sesuai dengan S4) S4)
- Auskultasi jantung
- Auskultasi paru
- Edema
- Suara paru kedua (P2) (P2)
- Efusi pleura
- Pembesaran jantung
c. Gejala :
- Cepat merasa lelah
- Jantungnya berdebar – debar
- Sesak napas apabila disertai dengan sianosis
- Edema tungkai atau terasa berat pada Kehamilan muda
- Mengeluh tetap bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG, untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, adanya
kardiomegali, tanda penyakit pericardium , iskemia atau infark, bisa ditemukan tanda-
tanda aritmia.
b. Ekokardiografi, metode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahui fungsi
dan anatomi bilik, katup, dan pericardium.
c. Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui dehidrasi dalam kehamilan namun jika
memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberikan pelindung di abdomen dan
pelvis.
7. Penatalaksanaan
a. Rawat ICCU, puasa 8 jam
b. Tirah baring, posisi semi fowler.
c. Monitor EKG
d. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
e. Oksigen 2 – 4 lt/menit
f. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
g. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
h. Bowel care : laksadin
i. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
j. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
k. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
8. Komplikasi
a. Anemia
b. Intrauterine Growth Restriction
c. Prematur yang tidak wajar (Preterm Labor)
d. Premature Rupture of Membranes5. Gestational Diabetes
e. Tekanan darah tinggi atau Pregnancy Induced Hypertension
f. Placenta Previa
g. Hidroamnios
h. Penyakit Rhesus
i. Kehamilan Post-Term
j. Kehamilan ganda
k. Kehamilan ektopik
l. Keguguran
m. Kelahiran mati
n. Pendarahan pasca melahirkan
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
A. Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 %
pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2001)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah
11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifudin, 2002)
B. Epidemiologi
Menurut Mochtar( 1998) penyeban anemia pada umunya adalah :
a. Perdarahan
b. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.
c. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema,
dll.
d. Kelainan darah
e. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
f. Malabsorpsi
Penyebab anemia pada kehamilan :
a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu
hamil
c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
e. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil
a. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun\
b. Perdarahan akut
c. Pekerja berat
d. Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi
C. Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara.
Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan
maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit
menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan
sekresi aldesteron.
D. Klasifikasi
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :
1) Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur
besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena
terlapau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan
akan besi bertambah dalam kehamilan , terutama pada trisemester terakhir. Apabila
masuknya besi tidak bertambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi
besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar.
2) Anemia megaloblastik( 29,0%)3
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam folat (
pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin B12( cynocobalamin).
3) Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang
kurang mampu membuat sel – sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam
kehamilan. Darah tepi menunjukan gambara normositer dan normokrom, tidak
ditemukan ciri – ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia
hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang
disebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racunatau obat – obatan.
4) Anemiahemolitik
Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi
hamil, apabila hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin
pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya
tidak menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2
golongan besar, yakni :
(1) Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis,
eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia C, D,
G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria.
(2) Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada infeksi ( malaria,
sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin, timah, sulfonamid, kinin, paraquin,
pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada defisiensi G6PD , antagonismus rhesus
atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin, limfasarkoma, penyakit hati, dll. ( Ilmu Kebidanan,
451-457)
E. Gejala Klinis
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang – kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun( anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek,( pada anemia parah), dan keluhan mual muntah pada
hamil muda, palpitasi.
F. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus.
Auskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1) Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
2) Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3) Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5) Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
H. Penatalaksanaan
- Therapy pengobatan
(1) Therapy oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.
Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau
suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit
sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet.
Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi
dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan
gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi
berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan
biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil
daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita
normal.Pengobatan yang lain:
- Asam folik 15 – 30 mg per hari
- Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
- Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
- Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
(2) Therapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan
penyerapan oenyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua. Therapy
parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan
dextran besi (imferon) atau sorbitol besi (Jectofer)
- Pencegahan
a. Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.
b. Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar
penyerapan zat besi.
c. Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit infeksi
dan penyakit cacingan.
d. Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat
menghambat penyerapan zat besi.
I. Komplikasi
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai.
Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan :
abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.
Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ
rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun
sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang
disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan:
tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris
puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum (HEG)
A. DEFINISI
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-
hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, A dkk, 2001).
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, R, 1998).
Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang berlebihan atau masalah muntah selama
kehamilan yang menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan
kehilangan berat badan.
B. ETIOLOGI
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian
adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan Mochtar
( 2010) adalah sebagai berikut:
1. Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu
respon dari jaringan ibu terhadap janin.
3. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
4. Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
Sedangkan menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang menimbulkan
Hiperemesis Gravidarum adalah: primigravida, overdistensi uterus. faktor Alergi,
faktor Psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan Masalah
keluarga.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone
Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan
kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus
menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi
(Winkjosastro, 2010).
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah sebagai berikut
1. Penurunun berat badan yang cukup banyak.
2. P elektrolit (hipokalemia).
3. Gangguan keseimbangan asam basa.
4. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
G. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Umum Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah:
1. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi
sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7. Defekasi yang teratur.
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula.
9. Obat-obatan
10. Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan vitamin
B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan juga seperti dramamin, avomin. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau
khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah
sakit
1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien
Nama : Ny K
Umur : 23 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Darungan
B. Keluhan utama
Pasien mengatakan mual dan selalu muntah pada pagi hari. Mual dan muntah semakin berat bila
membau makanan yang merangsang.
Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan terlambat haid 3 minggu,terakir mendapat haid
tanggal 12 januari 2013, mual dan selalu muntah pada pagi hari. Pasien juga mengeluh
badannya terasa lemas dan mau pingsan karena sudah beberapa hari sulit makan.
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas
Penggunaan obat/jamu/rokok
Mandi : 2 x/hari
F. Riwayat Haid
Menarche : -
Banyaknya : 3-4 softek/hari
Dismenorea : -
UK : -
TP : -
G. Riwayat Perkawinan
Nikah : 1 x
H. Riwayat KB
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmentis
BB sebelum hamil : 60 kg
Bb saat ini : 55 kg
TB : 157 cm
LILA : 25 cm
TD : 90/60 mmHg
RR : 20 x / menit (teratur)
a. Inspeksi
Hiperemis tingkat satu pada inspeksi ditemukan keadaan umum lemah, turgor kulit sedikit
menurun, lidah kering, dan mata cekung. Hiperemis tingklat dua ditemukan ibu tampak lebih
lemah dan aptis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, aceton dapat tercium
dalam hawa pernafasan, badan kurus dan berat badan munurun, kulit kering dan kadang –
kadang ada icterus.
b. Palpasi
Dengan palpasi dapat mengetahui umur kehamilan dengan melihat tinggi fundus uteri. Karena
pada ibu hiperemis gravidarum biasanya terjadi pada umur kehamilan satu sampai empat bulan,
dimana tinggi fundus uteri sekitar setengah simphisis pusat.
c. Auskultasi
Untuk memantau sudah terdengar detak jantung janin atau belum dan gerakan anak.
Pada sekitar hiperemis tingkat satu akan ditemukan nadi meningkat sekitar 100 x/menit, tekanan
darah sistolik menurun, suhu normal.
Pada ibu hamil dengan masalah hiperemis gravidarum pada umumnya terjadi penurunan BB
3. Analisa Data
Do : - k/u lemah
-TTV,
TD = 90/60 mm/Hg
N=100x/menit
S= 36,5 C
R= 20
Gangguan nutrisi
Mual muntah
2. Ds : Px mengatakan tidak nafsu
makan
-muntah
-TTV,
TD=90/60 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20
4. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan
asupan cairan yang tidak adekuat yang ditandai dengan:
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan nausea dan
volume yang menetap yang di tandai dengan :
5. Intervensi keperawatan
1. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus
dan asupan cairan yang tidak adekuat yang ditandai dengan:
Do : - k/u lemah
- wajah pucat
S = 36,5 C R = 20
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada ibu selama 1x 24 jam, mual dan muntah
px berkurang :
Kriteria hasil :
· k/u lemah
· wajah pucat
S= 36,5C R= 20x/mnit
2. Pantau dan catat TTV setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan sampai
stabil.Kemudian pantau dan catat TTV setiap 4 jam
R/ Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan volume cairan atau
ketidakseimbangan elektrolit
3. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan yang
signifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka, drainase nasogastrik, drainase slang
dada, dan haluaran yang lain.
R/ Haluaran urine yang rendah dan berat jenis urine yang tinggi mengindikasikan hipovolemia
R/Upaya memperbaiki keseimbangan elektrolit dan cairan dan dilakukan melalui pemberian
terapi parenteral sampai dalam menoleransi asupan normal
R/ Keseimbangan cairan dan elektrolit harus di koreksi untuk mencegah komplikasi yang berat,
seperti asidosis metabolik dan kematian janin dan ibu
7. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan nausea dan
volume yang menetap yang di tandai dengan :
Do : - k/u lemah
- muntah
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit
Do : -k/u lemah
-TTV : TD=100/70 mm/Hg
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit
Intervensi
2. Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari
R/ Karena berat badan dapat meningkat sebagai akibat dari retensi cair
4. Kaji dan catat bising usus pasien satu kali setiap ergantian tugas jaga
R/ Nutrisi maternal yang adekuat sangat penting untuk kesehatan ibu Memulai pemberian asupan
oral
7. Mendiskusikan pentungnya nutrisi yang adekuat
R/ Mengatur janji dengan ahli diet dan pertumbuhan serta perkembangan janinnya
6. Implementasi
Dx Pelaksanaan
TTV
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,7 C
RR : 21 x/mnit
TTV
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,7 C
RR : 21 x/mnit
7. Evaluasi
N=100x/menit
S= 36,5C
R = 20x/mnit
N = 100x/menit
S = 36,5 C
R= 20 x/mnit
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Saifudin,A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP-SP.
Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk Perencanaan
Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EG
Manjoer,Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI:Media Aekulatius
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP
Bobak, Irene, M, (1995), Perawatan Maternitas dan Ginekologi, cetakan 2, IAPKP, Bandung.
Hamilton, P, M, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, cetakan 1, Jakarta :
EGC.
Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius FKUI.
Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1,
Jakarta : EGC.
Jaffe, Marie, S, etc (1989), Maternal Infant Health Care Plans, Springhouse corporation.
Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta : EGC.
Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II.
Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach.
Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran 1996 (Buku asli diterbitkan
tahun 1989)
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun
1996)
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001
(Buku asli diterbitkan tahun 1996)