Anda di halaman 1dari 5

FIMOSIS

A. Definisi
Fimosis adalah kelainan bawaan dimana terdapat penyempitan prepusium pada bayi
laki-laki (Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Vivian Nanny Lia Dewi, 2010).

Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (prepurium) melekat pada bagian kepala
penis (gland penis) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni sehingga bayi
atau anak mengalami kesulitan dan kesakitan saat kencing (Asuhan Kebidanan, Neonatus,
Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah, Noordiati, SST., MPH, 2019).

Fimosis merupakan penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan


bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium
menggelembung seperti balon. Bayi atau anak sering menangis keras sebelum urine keluar
(Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Prasekolah, 2018).

Fimosis merupakan kelainan pada laki-laki yang belum disunat dimana kulup penis
melekat kencang pada kepala penis sehingga tidak dapat ditarik ke belakang melewati kepala
penis. Penyebab fimosis pada bayi baru lahir adalah tidak berkembangnya ruangan diantara
kulup dan penis. Fimosis juga dapat disebabkan oleh infeksi pada kulit depan penis dan
trauma atau benturan. Fimosis yang dibiarkan akan memicu infeksi di bagian kepala penis,
sehingga ia kesakitan saat buang air kecil.

Hygine yang buruk pada organ genital dapat meningkatkan resiko tumbuhnya bakteri
dan jamur pada organ genital. Tumbuhnya bakteri dan jamur tersebut merangsang sistem
imun tubuh untuk melakukan perlawanan. Perlawanan pada tubuh berupa inflamasi pada
organ genital yang lama-kelamaan akan menimbulkan scar. Scar tersebut akan membuat
prepusium berlengketan dengan glans penis, dan menimbulkan fimosis patologis. Meskipun
fimosis pada anak adalah normal , tetapi fimosis dapat menimbulkan komplikasi berupa
infeksi penis.
B. Patofisiologi
Preputium mulai berkembang pada usia gestasi 8 minggu dan menutupi glans penis secara
lengkap pada usia kehamilan 16 minggu. Lapisan epitel pada glans dan preputium berdekatan
hingga mengalami perlekatan.

Pemisahan lapisan epitel dimulai secara proksimal melalui proses deskuamasi dengan
pembentukan ruang-ruang kecil yang kemudian bergabung membentuk kantung preputium.
Pemisahan epitel yang berdekatan antara preputium dan glans penis adalah proses yang terus
berkembang.

Pemisahan yang tidak lengkap pada saat lahir hingga tahun ketiga kehidupan merupakan
bawaan atau fimosis fisiologis. Ereksi intermiten dan keratinisasi epitel bagian dalam secara
grandula akan memisahkan preputium dan glans sehingga retraksi dapat dilakukan.

C. Etiologi
 Adhesi alami antara preputium dan glans penis.
 Preputial tip yang sempit.
 Frenulum breve (frenulum pendek secara kongenital dengan berbagai derajat,
sehingga membatasi gerakan preputium terhadap glans).
 sulitnya retraksi yang mungkin berhubungan dengan kelainan kongenital
seperti macroposthia, limfedema penis, microphallus, buried penis, atau
webbed penis.

D. Epidemiologi
Epidemiologi fimosis menunjukkan bahwa hampir semua bayi laki-laki lahir dengan
fimosis fisiologis tanpa perbedaan nyata terhadap ras tertentu. Insiden fimosis fisiologis akan
berkurang seiring pertambahan usia.

Diperkirakan 96 dari 100 bayi laki-laki lahir dengan fimosis fisiologis. Pada tahun
pertama kehidupan, sekitar 50% anak laki-laki dapat meretraksi preputium hingga sulkus
glandularis, angka ini meningkat menjadi 89% pada usia tiga tahun. Pada usia 6-7 tahun
terdapat 8% anak yang masih mengalami fimosis, dan sebesar 1% pada usia 16-18 tahun.
E. Gelaja
a. Bayi menangis keras dan sukar buang kecil.
b. Kulit prepusium menggembung seperti balon ketika anak kencing.
c. Kulit prepurium melekat erat pada gland penis (Asuhan Neonatus Bayi dan
Anak Balita, Vivian Nanny Lia Dewi, 2010).

F. Penatalaksanaan
1. Setiap bayi baru lahir harus diperhatikan apakah bayi telah berkemih setelah
lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir.
2. Bayi laki-laki yang akan dimandikan terutama yang mengalami fimosis
hendaknya prepusiumnya di dorong kebelakang, kemudian ujungnya
dibersihkan dengan kapas DTT.
3. Bila fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan
sirkumsisi. Sirkumsisi pada fimosis berfungsi untuk mengangkat prepusium
yang menutupi gland penis. Perawatan setelah dilakukan khitan adalah beri
salep antibiotik sekitar luka untuk mencegah infeksi. Luka bekas khitan harus
dijaga kebersihannya terutama setelah kencing, popok / celana dalam jangan
sampai lembab (Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah, Noordiati, SST., MPH, 2019).

G. Pencegahan
Fimosis merupakan kondisi yang normal bagi anak. Tindakan pencegahan yang
diperlukan adalah mencegah infeksi penis pada anak. Untuk itu orang tua perlu mengajarkan
anaknya agar selalu membersihkan dan mengeringkan penis secara rutin. Tariklah kulup
penis perlahan guna membersihkan kulit dibawah kulup, tetapi jangan menarik kulup dengan
keras karena dapat menimbulkan nyeri dan luka.
JOURNAL OF THE MEDICAL SCIENCE
PHIMOSIS POST-CIRCUMCISI

KASUS
Pada tanggal 21 Februari 1977 datang seorang bayi (No. M.R. 057423) umur 10 bulan
yang digendong oleh ibunya ke bagian kami dengan keluhan kencing tidak lancar. Pada
pemeriksaan kami temukan lobang preputium sangat sempit (kecil), sehingga pada penarikan
preputium ke belakang, glans penis tak bisa keluar dari preputium tersebut. Kesimpulan
diagnose kami adalah phimosis. Adapun pengobatannya kami lakukan circumcisi.

Empat minggu kemudian pada tanggal 20 mei 1977 ia datang lagi dengan keluhan
yang sama seperti diatas dan pada pemeriksaan ditemukan preputium menutup glans penis
lagi dengan lobang preputium sangat kecil. Pada bekas luka circumcisi terjadi jaringan
cicatrix (parut) yang menyebabkan kontraktur. Pada penarikan preputium ke belakang glans
penis tidak bisa keluar dari preputium.

Kesimpulan diagnose adalah phimosis dan pengobatannya kami lakukan tindakan


circumcisi ulang. Pada pemeriksaan selama operasi kami temukan sisa preputium cukup
panjang, untuk itu kami lakukan pemotongan preputium sampai ke sulcus glandis. Semua
perdarahan kami hentikan dan ibu penderita kami sarankan agar bayinya dikontrol seminggu
sekali sampai satu bulan. Hasil kontrol tetap baik.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Vivian Nanny Lia Dewi, 2010.
Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah, Noordiati, SST.,
MPH, 2019.
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Prasekolah, 2018.
Berkala ilmu kedokteran (jurnal of the medical sciences) phimosis post-circumcisi,
September 1977
https://www.motherandbaby.co.id/article/2018/9/9/10755/Kenali-Fimosis-pada-Bayi-
dan-Cara-Mengatasinya
https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/fimosis/diagnosis
www.aladokter.com/fimosis

Anda mungkin juga menyukai