Anda di halaman 1dari 59

FORMAT LAPORAN STUDI KASUS

PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESI NERS (KEPERAWATAN


ANAK)

Disusun oleh :

Kelompok 1
DELIMA
RSUD Dr. HARDJONO PONOROGO

Disusun Dalam Rangka Mengaplikasikan Ketrampilan kognitif,


Komunikatif Dan Ketrampilan Motorik pada Tatanan Nyata

PRODI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

JL.Budi Utomo No. 10 Telp (0352) 487 662 Ponorogo Fax. (0352) 461796
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

 KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan,
nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang
akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari,
2016)
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes
aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini
banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika,
termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih
dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya
dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).
B. Manifestasi Klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah
ini dipenuhi:
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat bekas
suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
- Penurunan kesadaran, gelisah
- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab.
(Wiwik dan Hariwibowo, 2008)
C. Klasifikasi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) diklasifikasikan berdasarkan derajat
beratnya penyakit, secara klinis terbagi menjadi : ( WHO, 1986 )

- Derajat I : demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan spontan, uji


torniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
- Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, tekanan darah
lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut, hidung, dan
ujung jari (tanda dini renjatan).
- Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
D. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue Haemoragic
Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue mempunyai 4 tipe,
yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes
Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber
air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas
oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70◦C. Keempat tipe tersebut telah
ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan
(Hendarwanto 2010).
E. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena proses
infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi yang
akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga
terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga
mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang
dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang akan
mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan
gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan
darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit.
Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan
hemotoksit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada
masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan.
Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan
dua kriteria tersebut ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta
dikonfirmasi secara uji serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang
pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5
dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua
system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan
dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena
tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai
organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat
digunakan sebagai alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih
berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pankreas
5. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif namun
tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi.
Antibodi HI bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik
digunakan pada studi serologi epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan
titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada
serum akut atau konvalesen dianggap sebagai pesumtif (+) atau diduga keras
positif infeksi dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh
tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun
saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan
biasanya memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT)
(Vasanwala dkk. 2012)
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus dengue
karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji
harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai
negatif. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya
infeksi (Vasanwala dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerasechain reaction
(RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil
cepat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA
dari specimenyang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk
(Vasanwala dkk. 2012).

G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan
antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg
IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti
luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung
meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika
pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma
ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat
pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas
teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan infus dikurangi menjadi
10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)
1) Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
Laktat (D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
Asetat (D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan
Faali (d5/GF).
2) Koloid
- Dextran 40
- Plasma
2. Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan
trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan
kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2
tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap
tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1
infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.
c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL)
dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah
dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika
kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair
H. Komplikasi
Komplikasi potensial yang mungkin terjadi :
1. Gagal jantung (CHF)
2. Gagal ginjal (CRF)
3. Hipotensi
4. Sianosis hati
5. Stroke
6. Ensepalitis dengue
7. Edema paru
I. PATHWAY
 KONSEP ASUHAN KEPERAWATANs
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke – 3 dan
ke – 7, dan anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemesis.
d. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus yang lain..
e. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
f. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis,
pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang –
kadang anak mengalami diare / konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa
terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji
apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV
sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami
kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga
kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk
membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang
sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan
fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda
vitaldannadi lemah.
b. Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan : ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.

1) Sistem Integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab. Kuku sianosis / tidak.
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epsitaksis) pada grade II, III,
IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing
dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
5) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler, pendarahan,
muntah dan demam.
2. Hipertermi b.d proses penyakit (virus dalam darah/viremic)
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Resiko tinggi pendarahan b.d trombositopenia
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan
C. Intervensi

No. Diagnosa Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Kekurangan NOC: NIC 1. Mengetahui atau memantau
Volume Cairan  Fluid balance keadaan umum klien
Dalam Tubuh  Hydration 1. Kaji TTV setiap 4 jam 2. Mengetahui tingkat dehidrasi
Definisi : Penurunan  Nutritional Status : Food 2. Monitor tada-tanda meningkatnya dan intervensi lanjut
cairan intravaskuler, and Fluid Intake kekurangan cairan, turgor kulit tidak 3. Mengetahui keseimbagan
interstisial, dan/atau Setelah dilakukan tindakan elastis, ubun-uun cekung, produksi cairan dan elektrolit/ balance
intrasellular. Ini keperawatan selama …….. urine menurun. cairan
mengarah ke masalah kekurangan volume 3. Observasi dan catat intake dan output 4. Memenuhi kebutuhan cairan
dehidrasi, cairan dalam tubuh teratasi cairan klien
kehilangan cairan dengan 4. Berikan hidrasi yang adekuat sesuai 5. Memantau keseimbangan
dengan pengeluaran Kriteria Hasil : dengan kebutuhan tubuh cairan dalam darah
sodium a. Volume cairan perlahan- 5. Monitor nilai lab elektrolit darah, BJ 6. Mengontrol penambahan BB
Batasan lahan teratasi urine, dan serum albumin karena pemberian cairan
Karakteristik : b. Tidak terjadi muntah 6. Monitor dan catat BB yang berlebihan
 Kelemahan c. Mempertahankan urine 7. Monitor tanda syok hipovolemik, 7. Memulihkan dan membantu
 Haus output sesuai dengan usia dan baringkan px terlentang tanpa bantal peredaran ddarah dalam
 Penurunan BB, BJ urine normal, HT 8. Pasang infus dan berikan cairan tubuh supaya lancar sehingga
turgor kulit/lidah normal intravena jika terjadi perdarahan mengurangi syok yang terjadi
 Membran d. Tekanan darah, nadi, 8. Membantu proses perbaikan
mukosa/kulit suhu tubuh dalam batas tubuh
kering normal
 Peningkatan e. Tidak ada tanda tanda
denyut nadi, dehidrasi, Elastisitas turgor
penurunan kulit baik, membran mukosa
tekanan darah, lembab, tidak ada rasa haus
penurunan yang berlebihan
volume/tekanan
nadi
 Pengisian
vena menurun
 Perubahan
status mental
 Konsentrasi
urine meningkat
 Temperatur
tubuh meningkat
 Hematokrit
meninggi
 Kehilangan
berat badan
seketika (kecuali
pada third
spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
 Kehilangan
volume cairan
secara aktif
 Kegagalan
mekanisme
pengaturan

2 Hipertermia NOC : 1. Kaji saat timbulnya demam 1. Untuk mengidentifikasi pola


Definisi : suhu tubuh  Thermoregulation 2. Obs: TTV: suhu, nadi, TD, RR setiap demam px
naik diatas rentang Setelah dilakukan tindakan 3 jam/ lebih sering 2. TTVmerupakan acuan untuk
normal keperawatan selama …….. 3. Anjurkan klien untuk bayak minum ± mengetahui KU pasien
Batasan masalam hipertermi teratasi 2,5 liter/24 jam dan jelaskan 3. Peningkatan suhu tubuh
Karakteristik: dengan manfaatnya bagi klien mengakibatkan penguapan
 kenaikan Kriteria Hasil : 4. Lakukan “Tapid Water Sponge” tubuh meningkat ehingga
suhu tubuh diatas a. Suhu tubuh dalam 5. Anjurkan untuk tidak memakai perlu diimbangi dengan
rentang normal rentang normal selimut dan pakaian yang tebal asupan cairan yang adekuat
 serangan atau b. Nadi dan RR dalam 6. Berikan terapi cairan IV dan obat 4. Tepid water sponge dapat
konvulsi (kejang) rentang normal antipiretik menurunkan penguapan dan
 kulit c. Mukosa lembab, tidak penurunan suhu tubuh
kemerahan ada sianosis atau purpura 5. Pakaian yang tipis akan
 pertambahan d. Tidak ada perubahan membantu mengurangi pans
RR warna kulit dan tidak ada dalam tubuh
 takikardi pusing, merasa nyaman 6. Pemberian cairan dan obat
 saat disentuh antipiretik sangat penting
tangan terasa bagi klien dengan suhu tinggi
hangat untuk menurunkan suhu
Faktor faktor yang tubuhnya
berhubungan :
 penyakit/
trauma
 peningkatan
metabolisme
 aktivitas
yang berlebih
 pengaruh
medikasi/anastesi
 ketidakmamp
uan/penurunan
kemampuan
untuk berkeringat
 terpapar
dilingkungan
panas
 dehidrasi
 pakaian yang
tidak tepat

3 Gangguan NOC: NIC 1. Untuk menetapkan cara


pemenuhan nutrisi Tujuan: Anoreksia dan 1. Kaji mual, sakit menelan dan muntah mengatasinya
kurang dari kebutuhan nutrisi dapat teratasi yang dialami klien 2. Cara menghidangkan
kebutuhan tubuh b.d Kriteria hasil: 2. Kaji cara/ bagaimana makanan makanan dapat
anoreksia a. Berat badan stabil dalam dihidangkan mempengaruhi nafsu makan
batas normal 3. Berikan makanan yang mudah ditelan klien
b. Tidak ada mual dan muntah seperti bubur tim dan hidangkan saat 3. Membantu mengurangi
masih hangat kelelahan pxdan
4. Jelaskan manfaat makanan nutrisi bagi meningkatkan asupan
klien terutama saat klien sakit makanan karena mdan ditelan
5. Berikan umpan balik positif pada saat 4. Meningkatkan pengetahuan
klien mau berusaha menghabiskan px tentang nutrisi sehingga
makanan motivasi makan meningkat
6. Catat jumlah/ porsi makan yang 5. Motivasi dan meningkatkan
dihabiskan oleh klien setiap hari semangat px
7. Lakukan oral hygiene dengan 6. Untuk mengetahui
menggunakan sikat gigi yang lunak pemenuhan nutrisi
8. Timbang BB setiap hari 7. Meningkatkan nafsu makan
9. Berikan obat anti emetic sesuai 8. Mengetahui perkembangan
indikasi status nutrisi klien
10. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 9. Dengan pemberian obat
pemberian diit yang tepat tersebutdiharapkan intake
nutrisi klien meningkat
karena mengurangi mual dan
muntah
10. Membantu proses
penyembuhan klien
ASUHAN KEPERAWATAN “An.S”
RUANG DELIMA
RSUD Dr. HARJONO PONOROGO

PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESI NERS


(KEPERAWATAN ANAK)

Disusun oleh :
Kelompok 1

Pita Arifatun Siam


Solekah Agnes Dwi W
Nurul Hidayah
Elok Pradika Putri
Cornellia K M

Disusun Dalam Rangka Mengaplikasikan Ketrampilan kognitif, Komunikatif


Dan Ketrampilan Motorik pada Tatanan Nyata

PRODI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
JL.Budi Utomo No. 10 Telp (0352) 487 662 Ponorogo Fax. (0352) 461796
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVESITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
JL. BUDI UTOMO 10 Tlp. (0352) 481124-487662

FORMAT PENGKAJIAN PADA ANAK

Ruang : Delima
Tgl Pengkajian : 12 November 2019

I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : An.S Penanggung Jawab :
Umur : 8 Tahun Nama Ayah/ibu : Tn. M/Ny. S
Tanggal Lahir : 23 April 2011 Pekerjaan Ayah : Swasta
Jenis Kelamin : P Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Agama : Islam Pendidikan Ayah/ibu : SD/SMP
MRS : 3 SD Pekerjaan Ayah/ibu : Swasta/Ibu rumah
tangga
No. Register : 444238 Umur Ayah/ibu : 40th/34th
Diagnosa Medis : DHF Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Ponorogo

II. KELUHAN UTAMA


a. Saat MRS
Panas sejak 7 hari, mual muntah dan nyeri perut bagian atas
b. Saat Pengkajian
Nyeri perut bagian atas

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluarga mengatakan An. S mengalami demam sejak 7 hari yang lalu disertai dengan
mual nyeri perut dan keringat dingin. Tanggal 10 November 2019 pukul 08.00 WIB
keluarga membawa An.S ke bidan dekat rumah, kemudian bidan menyarankan
keluarga untuk dibawa An.S ke RSUD dr. Harjono Ponorogo pukul 13.00. An.S
masuk IGD RSUDdr. Harjono Ponorogo dan kemudian dilakukan pemeruksaan darah
lengkap. Pukul 17.00 An.S rawat inap di ruang Delima (PICU).

IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM HT. Saat mengandung An.S ibu
mengalami mual muntah tapi tidak sampai MRS.
b. Natal
Ibu mengatakan baru memiliki anak yaitu An.S.G1P0A0. Ibu mengatakan saat
hamil rutin ANC setiap bulan. Ibu mengatakan lahirannya di bidan terdekat secara
normal.
BB : tidak dapat dikaji (Ibu lupa)
PB : tidak dapat dikaji (Ibu lupa)
c. Post natal
An.S mendapatkan ASI eksklusif.

V. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


a. Penyakit-penyakit waktu kecil :
Sebelumnya An.S belum pernah MRS, jika sakit hanya sakit biasa seperti flu
batuk. Dan hanya pergi ke bidan atau mantri.

b. Pernah dirawat di rumah sakit :


Keluarga mengatakan bahwa sebelumnya An.S tidak pernah MRS, baru kali ini
MRS.

c. Penggunaan obat-obatan :
Keluarga mengatakan sebelum MRS ini An.S tidak mengonsumsi obat

d. Tindakan (missal operasi atau tindakan lain)


Keluarga mengatakan bahwa An.S tidak pernah operasi

e. Alergi
An.S tidak memiliki alergi apapun

f. Kecelakan
Keluarga mengatakan An.S tidak pernah mengalami kecelakaan

g. Imunisasi
An.S sudah mendapatkan imuisasi BCG, DPT, polio, campak.
VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Genogram :

Keterangan:

: laki-laki

X
: laki-laki meninggal

: wanita

: pasien

: garis pernikahan

: garis keturunan
: Tinggal satu rumah
b. Yang mengasuh anak
Yang mengasuh An.S ibunya sendiri

c. Hubungan dengan anggota keluarga


An.S sering ke rumah saudara yang dekat dengan rumahnya. Keluarga
mengatakan An.S anak yang mudah akrab dengan saudara.

d. Hubung dengan teman sebaya


Keluarga mengatakan An.S sering bermain dengan teman sebayanya di luar atau
di dalam rumah.

e. Pembawaan secara umum


Rapi, bersih, tampak gemuk

f. Lingkungan rumah
Di lingkungan sekitar lumayan bersih, tidak ada air yang terbendung atau
tertampung.

VII. KEBUTUHAN DASAR


a. Makanan yang disukai/tidak disukai
Makanan yang disukai nasi goreng dengan sosis, tidak menyukai makanan yang
terlalu banyak sayurannya
Alat makan yang digunakan :
Piring dan sendok
Jam makan :
Pagi ±07.00 WIB
Siang ±14.00 WIB
Malam ±19.00 WIB

b. Pola tidur :
Kebiasaan-kebiasaan sebelum tidur: bermain sebentar, setelah sudah merasa
kantuk An.S tidur di kamarnya sendiri
c. Mandi :
An.S mampu mandi sendiri

d. Aktivitas/bermain :
Saat pagi aktifitas An.S pergi ke sekolah saat hari aktif, saat libur An.S beramain
dengan teman-temannya. Saat sore An.S bermainn dengan teman-temannya
dengan bersepedahan.

e. Eliminasi :
Keluarga mengatakan BAK dan BAB An.S lancar
BAK dengan bau khas urin, warna kuning jernih
BAB dengan bau khas feses, berbentuk, lembek

VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


a. Diagnoosa Medis :
DHF grade II

b. Tindakan operasi :
Tidak ada tindakan operasi

c. Status Nutrisi :
1 hari MRS pasien mendapatkan diit dari rumah sakit kemudian dipuasakan
karena terdapat perdarah internal pada abdomen dan terpasang NGT untuk
mengeluarkan perdarahan

d. Status Cairan :
Terpasang infus RL dengan infus pump
e. Obat-Obatan :
Tindakan dan Terapi Cara Pemberian Dosis
Ringer Lactat Infus 300 tts (12.30-13.30)
270 tts (13.30-14.30)
150 tts (14.30-15.30)
90 tts (15.30-malam
Oksigen Nasal Canul
Nasogastric Tube Nasal
Santagesic Injeksi Intravena 3 x 500 mg
Asam Traneksamat Injeksi Intravena 3 x 250 mg
Ondansentron Injeksi Intravena 4 mg
Cefotaxim Injeksi Intravena 3 x 500 mg
Paracetamol Oral 125 mg/ 5 ml

f. Aktifitas
Pasien bedrest

g. Pemeriksaan Penunjang :
- Hasil Laboratorium :
Tanggal Pemeriksaan : 12 November 2019 pukul 13.00 WIB
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah lengkap:
Hemoglobin 13.8 g/dl 11.0-16.0
Eritrosit 4.8 10˄6/dl 3.60-4.80
Leukosit 6.2 10˄3/dl 4.5-13.0
Hematokrit 41.3 % 36.0-56.0
Trombosit 68 10˄3/µl 150-450
MCV 84.8 fl 80.0-100.0
MCH 28.3 pg 28.0-35.0
MCHC 33.4 g/dl 31.0-37.0
RDW.CV 14.0 % 10.0-16.5
PDW 18.3 % 12.0-18.0
MPV 6.3 fl 5.0-10.0
PCT 0.04 % 0.10-1.00
Hitug jenis :
Eosinofil 0.6 % 0.0-6.0
Basofil 0.6 % 0.0-2.0
Neutrofil 50.1 % 42.0-85.0
Limfosit 36.5 % 11.0-49.0
Monosit 12.2 % 0.0-9.0

Tanggal Pemeriksaan : 13 November 2019 pukul 07.00 WIB


Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah lengkap:
Hemoglobin 15.0 g/dl 11.0-16.0
Eritrosit 5.07 10˄6/dl 3.60-4.80
Leukosit 5.0 10˄3/dl 4.5-13.0
Hematokrit 42.8 % 36.0-56.0
Trombosit 94 10˄3/µl 150-450
MCV 84.4 fl 80.0-100.0
MCH 29.6 pg 28.0-35.0
MCHC 35.0 g/dl 31.0-37.0
RDW.CV 13.7 % 10.0-16.5
PDW 18.4 % 12.0-18.0
MPV 6.7 fl 5.0-10.0
PCT 0.06 % 0.10-1.00
Hitug jenis :
Eosinofil 0.4 % 0.0-6.0
Basofil 0.4 % 0.0-2.0
Neutrofil 75.3 % 42.0-85.0
Limfosit 20.3 % 11.0-49.0
Monosit 3.6 % 0.0-9.0

Tanggal Pemeriksaan : 14 November 2019 pukul 19.00 WIB


Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah lengkap:
Hemoglobin 12.9 g/dl 11.0-16.0
Eritrosit 4.50 10˄6/dl 3.60-4.80
Leukosit 6.2 10˄3/dl 4.5-13.0
Hematokrit 38.3 % 36.0-56.0
Trombosit 144 10˄3/µl 150-450
MCV 85.1 fl 80.0-100.0
MCH 28.7 pg 28.0-35.0
MCHC 33.7 g/dl 31.0-37.0
RDW.CV 13.6 % 10.0-16.5
PDW 17.1 % 12.0-18.0
MPV 6.1 fl 5.0-10.0
PCT 0.09 % 0.10-1.00
Hitug jenis :
Eosinofil 0.0 % 0.0-6.0
Basofil 0.2 % 0.0-2.0
Neutrofil 71.3 % 42.0-85.0
Limfosit 20.1 % 11.0-49.0
Monosit 8.4 % 0.0-9.0

- Hasil foto/lain-lain : tidak ada

IX. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum :
Keadaan sakit :
Tekanan Darah : 90/60mmHg
Tinggi Badan : 80 cm
Respirasi : 20x/mnt
Berat Badan : 30 kg
Suhu : 38ºC
Nadi : 100x/mnt

b. Review of System (ROS)


1. Kepala
 Inspeksi : Bentuk kepala terlihat simetris, tidak ada luka, warna hitam,
keadaan kulit kepala bersih tidak ada ketombe, berkeringat
 Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

2. Muka
 Inspeksi : Bentuk wajah simetris tidak ada luka abnormal, warna kulit
sama sawo mateng, tampak menyeringai menahan nyeri
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

3. Mata
 Inspeksi : Bentuk mata simetris, sklera putih, konjungtiva kemerahan,
pupilisokor,reflek pupil miosis, bulu mata tidak rontok, tidak ada luka
disekitar mata.
 Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

4. Telinga
 Inspeksi: Telinga kanan dan kiri simetris , tidak ada benjolan abnormal,
tidak ada serumen ataupun benda asing, keadaan bersih, dan pendengaran
baik.
 Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

5. Hidung
 Inspeksi: Bentuk hidung simetris, tidak ada benjolan atau polip pada
hidung,tidak ada sekret, penciuman baik.
 Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

6. Mulut dan Taring


 Inspeksi: Mukosa mulut lembab, ada bau mulut dan plak makanan, lidah
bersih, tidak perdarahan gusi, caries, abses, dan tidak ada kelainan pada
bibir yaitu bibir sumbing.
 Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

7. Leher
 Inspeksi : Bentuk leher tidak simetris, ada pembesaran kelenjar tiroid,
teraba vena jugularis.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

8. Payudara dan Ketiak


-

9. Thorak
 Inspeksi : bentuk dada simetris, normal chest, tidak ada jaringan parut,
RR 20x/menit.
 Palpasi : Vocal & taktil ftremitus, perbandingkan suara getaran paru kanan
dan kiri sama
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : vesikuler
Jantung
 Inspeksi : Bentuk simetris, ictus cordis tidak tampak.
 Palpasi : Pulsasi teraba lemah
 Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada pelebaran.
 Auskultasi : BJ 1 Lub, BJ2 dub, tidak ada suara tambahan.

10. Abdomen :
 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tampak bintik
merah pada abdomen.
 Palpasi : Terdapat ada nyeri tekan pada abdomen di kuadran 2.
 Perkusi : Thympani.
 Auskultasi: Bising usus 10 x/menit.

11. Sistem integument :


a. Kebersihan
Bersih

b. Kehangatan
Akral hangat
c. Warna
Sawo matang

d. Turgor
Turgor kulit menurun

e. Kelembaban
Lembab

f. Kelainan pada kulit


Tidak ada kelainan pada kulit

12. Ekstremitas :
a. Kesimetrisan otot :
Otot simetris, ko 4
b. Pemeriksaan oedema :
Tidak ada oedema
c. Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kulit :
Tidak terdapat kelainan

13. Genetalla dan sekitarnya :


-
14. Status neurologla :
a. Tingkat kesadaran
Compos mentis
b. Tanda –tanda perangsangan otak
Tidak ada

c. Uji syaraf cranial


 Nervus olafaktorius : Klien dapat menebak bau yang diujikan
 Nervus opticus : Klien dapat membedakan benda sekitar
 Nervus oculomotorius : Pupil isokor
 Nervus throclearis :Bola mata dapat bergerak keatas & bawah
 Nervus thirgeminus : Wajah simetris dapat menggerakan rahang keatas
& bawah
 Nervus abdusen : Klien dapat menggerakan mata kekanan dan kiri
 Nervus facialis : Senyum simetris,, dapa mengembangkan wajah ,
dapat menaikan dan menurunkan alis
 Nervus auditorius : Klien dapat mengulangi kata dengan benar
 Nervus glosopharingeal : Klien dapat membedakan rasa
 Nervus vagus : tidak ada gangguan pergerakan lidah
 Nervus accesorius : Klien dapat mengangkat bahu
 Nervus hypglosus: Klien dapat menelan

d. Fungsi motorik
Dapat mengontrol gerakan motorik kasar dengan menggerakkan tangan
dan kaki secara sadar.
Motorik halus dapat terlihat dengan menggerkkan jari-jarinya

e. Fungsi sensorik
Tidak ada kelainan pada fungsi sensorik. An.S dapat merasakan dingin dan
hangat, dapat melihat dengan baik, dapat mendengar dengan baik dengan
bukti saat dipanggil dan ditanya namanya langsung mejawab dan
jawabannya benar, dapat mencium bau-bauan, dapat mengecap dengan
baik.

f. Reflek fisiologis
Tidak ada kelainan terhadap reflek fisiologis

g. Reflek patologis
Tidak ada kelainan pada reflek patologis

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


a. Adaptasi sosial :
Pasien merasa tidak nyaman saat di ruang PICU, dan ingin segera pulang.
b. Bahasa :
Dapat mengolah bahasa dan berbicara dengan baik
c. Motor halus :
Tidak ada kelainan pada motorik halusnya
d. Motor kasar :
Tidak ada kelainan pada motorik kasarnya
e. Kesimpulan dari pemeriksaan perkembangan
Perkembangan An.S sangat baik dan tidak terdapat keabnormalan

XI. INFORMASI LAIN


Tidak ada informasi lain yang berkaitan dengan kesehatan klien.

Ponorogo, 21 September 2019

ANALISA DATA

Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238
Tanggal/Jam Kelompok Data Masalah Penyebab
12-11-2019 DS : Kekurangan Gigitan nyamuk aedes
14.00 Keluarga mengatakan volume cairan aegypty
anaknya tampak lemas
Masuknya virus dengue ke
DO :
dalam tubuh
- Klien tampak lemah
- GCS : E : 4 V : 5 M : 6 Kontak dengan antibody
- Tingkat kesadaran :
Composmentis Virus bereaksi dengan
- Mukosa bibir kering antibody
- Akral dingin (Keringat dingin)
Terbentuknya kompleks
TTV
virus antibody
- TD : 90/60 mmHg
N : 100 x/m Aktivasi C3& C5
S : 38 C
Hasil Lab Pelepasan C3a & C5a
- Eritrosit : 4,87 10⁶/uL
- Leukosit : 6,2 10/uL Peningkatan permeabilitas
di dinding pembuluh darah
- Trombosit : 68 10³/uL
- Monosit : 12,2 % Perembesan plasma keluar
- Hematokrit : 41,3 % menuju ekstravaskular
- DHF 7 Hari
Balance cairan Kekurangan volume
- Output (BAK) 200 cc,tidak ada intravaskuler
darah, bau khas urine, warna
kuning
IWL : 15 x 65 = 40,7 cc
Total 240,7 cc
Intake
Makan + Minum : Puasa
Inj + Inf : 100 cc + 810 cc = 910
cc/24 j
AM : 5 x 65cc = 325 cc
Total = 1235 cc / 24 jam
Balance Cairan = I – O = 994,3 cc

12-11-2019 DS : Pasien mengatakan mual dan Nyeri Virus dengue masuk


14.00 nyeri pada perut bagian atas melalui gigitan nyamuk
P : Nyeri saat bergerak aedes agypti
Q : Seperti ditusuk tusuk
Dengue Hemoragic Fever
R : Di perut bagian atas
S : Skala 5 Reaksi immunologi
T : Hilang Timbul komples virus
DO :
- Nyeri pada perut bagian atas Pelepasan pirogen
- Pasien berkeringat, gelisah dan
rewel Pelepasan asam arakidonat
pada hipotalamus
- Wajah tampak seperti menahan
nyeri Peningkatan stimulus
TTV noreseptor
- TD : 90/60 mmHg
N : 100 x/m Nyeri
S : 38 C
Hasil Lab
- Eritrosit : 4,87 10⁶/uL
- Leukosit : 6,2 10/uL
- Trombosit : 68 10³/uL
- Monosit : 12,2 %
- Hematokrit : 41,3 %
- DHF 7 Hari

12-11-2019 DS : Keluarga mengeluh anaknya Hipertermi Virus masuk sirkulasi


14.00 demam
DO : Menempel di sel fagosit
TTV mononuklear
- Suhu : 38 C
- Badan terasa hangat ketika Virus bereplikasi di dalam
disentuh sel fagosit
Hasil Lab
- Eritrosit : 4,87 10⁶/uL Aktivasi sel T helper, T
- Leukosit : 6,2 10/uL
- Trombosit : 68 10³/uL sitotoksis & system
- Monosit : 12,2 % komplemen
- Hematokrit : 41,3 %
- DHF 7 Hari Merangsang makrofag
melepaskan IL-1, TNF-α
dan IFN-y (Pirogen
Endogen)

Aktivasi IL-1 di
hipotalamus

Endhotel hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmitter

Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik di
hipotalamus

Peningkatan thermostatic
set point

Peningkatan suhu >37,5

Hipertermi

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238

No Tanggal Diagnosa Tanggal TTD


Muncul Teratasi
1 12-11-2019 Kekurangan volume cairan berhubungan
14.00 dengan perembesan plasma keluar menuju
ekstravaskuler
2 12-11-2019 Nyeri berhubungan dengan Peningkatan
14.00 stimulus noreseptor
3 12-11-2019 Hipertermia berhubungan dengan proses
14.00 penyakit (Viremia/Virus)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238

No Dx keperawatan Tujuan dan karakteristik Intevensi TTD


1 Kekurangan volume cairan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Mengobservasi TTV
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan 2. Mengobservasi status hidrasi px
perembesan plasma keluar tidak terjadi kekurangan volume cairan (mukosa bibir, turgor kulit, akral)
menuju ekstravaskuler dengan criteria hasil: 3. Mengobservasi hasil Laboratorium
1. Tidak terjadi mual,muntah ( Hematokrit, Hemoglobin, Trombosit,
2. Mukosa bibir lembab Leukosit)
3. Turgor kulit lembab 4. Memberikan terapi cairan IV
4. Hasil lab dalam rentang normal 300 tts (12.30-13.30)
270 tts (13.30-14.30)
150 tts (14.30-15.30)
90 tts (15.30-malam)
5. Observasi Intake dan Output
6. Menganjurkan klien untuk beristirahat
7. Kolaborasi pemberian antifibriolitik
8. Kolaborasi pemasangan NGT

2 Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Mengobservasi karakteristik nyeri,
Peningkatan stimulus keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri PQRST
noreseptor berkurang atau hilang 2. Memberikan posisi yang nyaman
Kriteria Hasil : 3. Memberikan kesempatan pada pasien
1. Nyeri berkurang atau hilang untuk berkomunikasi dengan orang
2. Pasien merasa lebih nyaman terdekat
4. Kolaborasi pemberian analgesic

3 Hipertermia berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Mengobservasi suhu pasien minimal 2
dengan proses penyakit keperawatan selama 2x24 jam diharapkan jam sekali
(Viremia/Virus) suhu tubuh pasien menuju rentang normal 2. Mengobservasi RR,nadi,TD dalam
(36,5 C – 37,5 C) rentang normal
Kriteria hasil : 3. Mengobservasi intake dan output
Thermoregulation 4. Menganjurkan pasien untuk banyak
1. Terjadi penurunan pada suhu kulit minum kurang lebih 2500 cc/ 24 jam
pasien yaitu ketika disentuh tidak terasa 5. Menganjurkan untuk tidak memakai
panas selimut dan pakaian tebal
2. Warna kulit kembali ke warna aslinya 6. Kolaborasi pemberian antipiretik
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi
Vital Sign
1. Suhu tubuh stabil (36,5 C – 37,5 C)
2. RR (16-20x/menit)
TD (120/80x/menit)
Nadi ( 60-100x/menit)
Dalam rentang normal
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238

No Tanggal / Jam Tindakan Keperawatan Respon TTD


1 12-11-19 1. Mengobservasi TTV S: 3
15.00 O: TD : 90/60 mmHg
N : 100x/menit (Pulsasi kuat)
S : 38 C
RR : 20x/menit
SPO2 : 98 %
15.00 2. Mengobservasi status hidrasi pasien S:
O : Mukosa bibir kering
Turgor kulit kering
Akral dingin
Keringat dingin
CRT 1 detik
15.00 3. Mengobservasi hasil lab S:
O:
- Eritrosit : 4,87 10⁶/uL
- Leukosit : 6,2 10/uL
- Trombosit : 68 10³/uL
- Monosit : 12,2 %
- Hematokrit : 41,3 %
- DHF 7 Hari
S:
15.00 4. Mengobservasi input dan output O : Input : Puasa
Ouput : Output Cairan (BAK) 200cc, tidak ada
darah, bau khas urine,warna kuning
15.00 5. Menganjurkan klien untuk banyak istirahat S : Keluarga mengatakan An.S tertidur setelah
diinjeksi obat
O : An.S tampak sering mengerang kesakitan
15.00 6. Kolaborasi pemberiak cairan elektrolite IV S:
O : 150 tts RL Infus BB : 30 kg
15.00 7. Kolaborasi pemasangan NGT S:-
O : Klien menangis kesakitan saat proses pemasangan
15.00 8. Kolaborasi Pemberian Anti fibriolitik S:
O : As.Traneksamat 250 mg
2 12-11-19 1. Mengobservasi karakteristik nyeri S : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian atas
15.00 P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti ditusuk tusuk
R : Di perut bagian atas
S : Skala 5
T : Hilang Timbul
O : Wajah tampak seperti menahan sakit,rewel,
gelisah dan nyeri tekan pada perut bagian atas

15.00 2. Mengajarkan teknik manajemen nyeri (Relaksasi dan S :


distraksi dengan nafas dalam O : Pasien tidak kooperatif, rewel

15.10 3. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien S : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dengan
posisi terlentang dengan bantal berada dibawah
perut
O: Pasien tampak mempraktekkan perintah

15.10 4. Kolaborasi pemberian analgesic dan anti emetik S:


O : Santagesic 500 mg IV
ODR 4 mg IV
3 12-11-19 1. Menciptakan lingkungan terapeutik yang aman dan S: -
15.10 nyaman O : Pasien ditemani oleh ibunya, dan tidak tampak
banyak pengunjung
15.10 2. Mengobservasi TTV S: -
O : TD : 90/60 mmHg
N : 100x/menit (Pulsasi kuat)
S : 38 C

15.10 3. Mengobservasi hasil lab S:


O:
- Eritrosit : 4,87 10⁶/uL
- Leukosit : 6,2 10/uL
- Trombosit : 68 10³/uL
- Monosit : 12,2 %
- Hematokrit : 41,3 %
- DHF 7 Hari
15.10 4. Mengobservasi intake output S:
O : Input : Makan siang RS habis 4 sendok, air putih
100 cc
Ouput : Output Cairan (BAK) 200cc, tidak ada
darah, bau khas urine,warna kuning
15.10 5. Menganjurkan untuk tidak memakai selimut dan S :
pakaian tebal O : Klien tampak memakai baju dan celana pendek
15.10 6. Kolaborasi pemberian antipiretik dan antibiotik S:
O : Paracetamol Sirup 1 ml oral
Cefotaxim 500 mg IV
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238

No Tanggal / jam Perkembangan TTD


1 12-11-19 S:
21.00 O:
1. Klien tampak lemah
2. Mukosa bibir kering
3. Turgor kulit kering
4. Cairan NGT tertampung 200cc berwarna hitam
TTV
CRT 1 detik
TD : 110/70 mmHg
N : 100x/menit (Pulsasi kuat)
S : 37 C
- Eritrosit : 4,87 10⁶/uL
- Leukosit : 6,2 10/uL
- Trombosit : 68 10³/uL
- Monosit : 12,2 %
- Hematokrit : 41,3 %
- DHF 7 Hari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Observasi TTV
2. Observasi status hidrasi px
(Mukosa bibir, turgor kulit, akral)
3. Observasi hasil lab
4. Kolaborasi pemberian cairan elektrolite
5. Kolaborasi pemberian analgesic, antifibriolitik
6. Observasi cairan yang keluar melalui ngt
7. Observasi IO
8. Anjurkan klien banyak istirahat

2 12-11-19 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang dan tidak mual


21.00 O:
1. Skala nyeri 4
2. Pasien tampak lebih nyaman
3. Terkadang pasien tampak menahan sakit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Mengobservasi karakteristik nyeri
2. Mengajarkan teknik manajemen nyeri (Relaksasi
dan distraksi dengan nafas dalam
3. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien
4. Kolaborasi pemberian analgesic
3 12-11-19 S:-
21.00 O:
1. Klien tampak lemah
2. Badan teraba dingin
3. Mukosa bibir kering
4. TD : 110/70 mmHg
N : 100x/menit (Pulsasi kuat)
S : 37 C
5. Hasil lab
- Eritrosit : 4,87 10⁶/uL
- Leukosit : 6,2 10/uL
- Trombosit : 68 10³/uL
- Monosit : 12,2 %
- Hematokrit : 41,3 %
- DHF 7 Hari
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238

No Tanggal / Jam Tindakan Keperawatan Respon TTD


1 13-11-19 1. Mengobservasi TTV S:
07.00 O: TD : 110/70 mmHg
N : 100x/menit
S : 37 C
RR : 20x/menit
SPO2 : 98 %
07.00 2. Mengobservasi status hidrasi pasien S:
O : Mukosa bibir kering
Turgor kulit kering
Akral dingin
Keringat dingin
CRT 1 detik
07.00 3. Mengobservasi hasil lab S:
O:
- Eritrosit : 5,07 10⁶/uL
- Leukosit : 5,0 10/uL
- Trombosit : 94 10³/uL
- Monosit : 3,6 %
- Hematokrit : 42,8 %
- Hemoglobil : 15.0 dL
- DHF 8 Hari
07.00 4. Mengobservasi input dan output S:
O : Input : Puasa
Ouput : Output Cairan (BAK) 200cc, tidak ada
darah, bau khas urine,warna kuning
Terpasang NGT tertampung 400cc berwarna
hitam
07.00 5. Menganjurkan klien untuk banyak istirahat S : Keluarga mengatakan An.S tertidur setalah
diinjeksi obat
O : An.S tampak sering mengerang kesakitan
07.00 6. Kolaborasi pemberiak cairan elektrolite IV S:
O : 300 tts RL Infus BB : 30 kg

07.00 8. Kolaborasi Pemberian Anti fibriolitik S:


O : As.Traneksamat 250 mg
2 13-11-19 1. Mengobservasi karakteristik nyeri S : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian atas
07.00 P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti ditusuk tusuk
R : Di perut bagian atas
S : Skala 4
T : Hilang Timbul
O : Wajah tampak seperti menahan sakit,rewel,
gelisah dan nyeri tekan pada perut bagian atas

07.00 2. Mengajarkan teknik manajemen nyeri (Relaksasi dan S :


distraksi dengan nafas dalam O : Pasien tidak kooperatif, rewel, dan gelisah

07.00 3. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien S : Pasien rewel dan gelisah
O:
07.00 4. Kolaborasi pemberian analgesic S:
O : Santagesic 500 mg IV
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238

No Tanggal / jam Perkembangan TTD


1 13-11-19 S:
14.00 O:
1. Klien tampak lemah
2. Mukosa bibir kering
3. Turgor kulit kering
4. Cairan NGT tertampung 400cc berwarna hitam
TTV
CRT < 2 detik
TD : 110/80 mmHg
N : 90x/menit
- Eritrosit : 5,07 10⁶/uL
- Leukosit : 5,0 10/uL
- Trombosit : 94 10³/uL
- Monosit : 3,6 %
- Hematokrit : 42,8 %
- Hemoglobil : 15.0 dL
- DHF 8 Hari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Observasi TTV
2. Observasi status hidrasi px
(Mukosa bibir, turgor kulit, akral)
3. Observasi hasil lab
4. Kolaborasi pemberian cairan elektrolite
5. Kolaborasi pemberian analgesic, antifibriolitik
6. Observasi cairan yang keluar melalui ngt
7. Observasi IO
8. Anjurkan klien banyak istirahat

2 13-11-19 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang


14.00 O:
1. Skala nyeri 3
2. Pasien tampak lebih nyaman
3. Pasien tidak tampak menahan sakit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Hentikan intervensi
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238

No Tanggal / Jam Tindakan Keperawatan Respon TTD


1 13-11-19 1. Mengobservasi TTV S:
09.00 O: TD : 120/70 mmHg
N : 90x/m
S : 37 C
09.00 2. Mengobservasi status hidrasi pasien S:
O : Mukosa bibir merah muda
Akral hangat
CRT 1 detik
09.00 3. Mengobservasi hasil lab S:
O:
- Eritrosit : 4.50 10⁶/uL
- Leukosit : 6.2 10/uL
- Trombosit : 144 10³/uL
- Monosit : 8.4 %
- Hematokrit : 38.3 %
- Hemoglobil : 12.9 dL
- DHF 9 Hari
09.00 4. Mengobservasi input dan output S:
O : Input : Puasa
Ouput : Output Cairan (BAK) 200cc, tidak ada
darah, bau khas urine,warna kuning
Terpasang NGT tertampung 100cc cairan bening
09.20 5. Menganjurkan klien untuk banyak istirahat S : Keluarga mengatakan An.S tertidur setalah
diinjeksi obat
O : An.S tampak sering mengerang kesakitan
09.20 6. Memberikan edukasi kepada keluarga perihal S: Keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan
pemberian air kelapa muda sebagai pengganti cairan yang diberikan
eletrolite dan meningkatkan trombosit O : Keluarga tampak menyuruh anggota keluarga
lainya untuk membelikan air kelapa muda
09.20 7. Kolaborasi pemberian cairan elektrolite IV S:
O : RL Infus 500 cc 24 tts BB : 30 kg

09.20 8. Kolaborasi Pemberian Anti fibriolitik S:


O : As.Traneksamat 250 mg IV
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238

No Tanggal / jam Perkembangan TTD


3 14-11-19 S:-
14.00 O:
1. Klien tidak tampak lemah
2. Mukosa bibir merah muda
3. Turgor kulit lembab
4. Cairan lambung sudah bening
CRT < 2 detik
TD : 120/70 mmHg
N : 90x/m
S : 37 C
- Eritrosit : 4.50 10⁶/uL
- Leukosit : 6.2 10/uL
- Trombosit : 144 10³/uL
- Monosit : 8.4 %
- Hematokrit : 38.3 %
- Hemoglobil : 12.9 dL
- DHF 9 Hari
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi (Pasien Pulang)
MENILAI BUKTI SECARA KRITIS

LANGKAH-LANGKAH:
1. APA PICO PENELITIAN TERSEBUT? Apakah PICO mirip dengan PICO anda?
Ya
2. SEBAIKNYA APAKAH PENELITIAN TERSEBUT DILAKUKAN?/ seberapa baik
penelitian dikerjakan?
Penelitian ini layak diaplikasikan kepada pasien.
3. APA MAKNA HASIL PENELITIAN TERSEBUT DAN APAKAH HASILNYA KARENA
FAKTOR KEBETULAN?
LANGKAH I : BANDINGKAN PICO HASIL PENCARIAN DENGAN PICO anda (KASUS)
• Buat PICO hasil pencarian
• Bandingkan PICO anda (KASUS KELOLAAN)

PICO ANDA (KASUS KELOLAAN) PICO HASIL PENCARIAN

P : Trombositopenia P : Trombositopenia
I : Non Farmakologi I : Kelapa Muda
C:- C:-
O : Trombosit dalam batas normal O : Menurunkan Kadar Tumor Necrosis Factor-Α,
Interleukin, Dan Prostaglandin E2 Pada Pasien
Demam Berdarah Dengue (DBD)
LANGKAH II: SEBERAPA BAIK PENELITIAN DILAKUKAN
1. Rekrutmen
2. Allocation or adjustmen
3. Maintenance
4. Measurement-blinded-objective

ASPEK YANG DINILAI


ARTIKEL KRITIK
DARI ARTIKEL
Rekrutmen :
Populasi Pengujian Efek antiinflamasi telah diujikan
Sampel & Sampling pada tikus albino yang diinduksi asam asetat
1% 0,1 ml secara parenteral di jaringan
subplantar dari kaki tikus. Kemudian -

dilakukan pengamatan sebelum induksi,


sesaat setelah induksi, kemudian pada 1, 2, 3,
dan 4 jam setelah induksi Pengamatan
diakukan menggunakanplethysmometer
Allocation Or Adjustmen
- Tidak tertera
Acak
dalam jurnal
Sebanding
Matching
Maintenance
Apakah Status Sebanding - Tidak tertera
dalam jurnal
Tetap Terjaga
Perlakukan Adequat
Pengukuran Dari penelitian tersebut didapatkan hasil
Objektif bahwa pada 1 jam pertama tidak ada
Tersamar perbedaan yang signifikan penurunan edema
Blind antara kelompok pemberian obat standar -
(ibuprofen), air kelapa muda maupun air
kelapa matur. Namun, setelah 2 jam dan 3
jam induksi asam asetat terjadi penurunan
yang lebih baik pada kelompok intervensi air
kelapa muda jika dibandingkan dengan
kelompok ibuprofen dengan masing-masing
hasil signifikansi sebesar P < 0,01 dan P <
0,05. Sedangkan kelompok ibuprofen dan air
kelapa matur tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Selanjutnya, 4 jam setelah
induksi asam asetat, kelompok intervensi air
kelapa muda menunjukkan penurunan yang
sangat signifikan (P<0,01) sedangkan pada
kelompok air kelapa matur dan ibuprofen
menunjukkan penurunan yang hanya
signifikan (P<0,05
LANGKAH III: APA MAKNA HASIL PENELITIAN
HASIL DAN INTERPRETASI
1. Pengukuran Outcome
Biner
1. Pengukuran outcome dengan kontinu
Kontinu
2. Nilai P (Uji Hipotesis) 1. nilai signifikansi yangsama yaitu (p)
0,001 dimana nilai p<0,05
2. CI 95%
3. Tingkat Kepercayaan (Estimasi)

KEPUTUSAN:
HASIL PENELITIAN :

Ada pengaruh air kelapa muda terhadap efek antiinflamasi pada tikus albino yang diinduksi
asam asetat 1% 0,1 ml secara parenteral di jaringan subplantar dari kaki tikus menunjukkan
penurunan yang sangat signifikan (0,001) (P<0,01)
TELAAH JURNAL

Potensi Efek Antiinflamasi Air Kelapa Muda Dalam Menurunkan


Judul Kadar Tumor Necrosis Factor-Α, Interleukin, Dan Prostaglandin E2
Pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)
Peneliti Rafik Prabowo
Tahun 2017
Jurnal JNH, Vol. 5, No.3, September 2017
Secara morfologis, buah kelapa tersusun dari kulit buah yang licin dan
keras yang berwarna hijau jika masih muda, dan akan berubah menjadi
kuning tua ketika sudah tua atau matur. Air kelapa yang terdapat di
dalam buah kelapa merupakan cairan steril yang merupakan satu-
satunya cairan non-plasma yang memiliki kandungan paling mirip
dengan cairan tubuh. Oleh karena itu, air kelapa dapat dijadikan
sebagai cairan terbaik pengganti cairan tubuh yang hilang. Jenis kelapa
yang paling banyak tumbuh di Indonesia adalah jenis Malayan tall.
Berdasarkan kandungan air kelapa jenis tersebut, air kelapa sangat
Problem
aman untuk dikonsumsi oleh manusia karena memiliki kesamaan
karakterisitik baik dari segi kandungan dan juga osmolaritas. Pada
penderita DBD, kehilangan cairan secara signifikan yang dapat
menyebabkan syok harus segera mendapatkan penanganan yang serius
untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang akibat kebocoran
plasma. Air kelapa muda bisa dijadikan sebagai salah satu referensi
utama bagi penderita DBD dikarenakan menurut hasil penelitian yang
telah dilakukan air kelapa muda memiliki kandungan berupa flavonoid
yang dapat bekerja sebagai efek antiinflamasi.
Efek antiinflamasi telah diuji pada tikus albino yang diinduksi asam
asetat 1% 0,1 ml secara parenteral di jaringan subplantar dari kaki
Intervensi tikus. Kemudian dilakukan pengamatan sebelum induksi, sesaat setelah
induksi, kemudian pada 1, 2, 3, dan 4 jam setelah induksi Pengamatan
diakukan menggunakan plethysmometer
Comparation 1. Uji yang dilakukan secara in vitro pada sel line yang terinfeksi virus
dengue telah membukti bahwa terjadi peningkatan permeabilitas sel
yang signifikan setelah diberikan infeksi virus dengue. Peningkatan
tersebut terjadi pada 24 jam setelah infeksi pada titier tinggi dan 72
jam setelah infeksi pada titer rendah. Peningkatan permeabilitas
tersebut ditandai dengan peningkatan kadar albumin. (Kaliwantoro
dkk,2016)
2. Kandungan cairan elektrolite pada kelapa muda dapat menggantikan
cairan yang hilang pada pasien demam berdarah. Pasien demam
berdarah juga disarankan untuk mengkonsumsi banyak cairan untuk
menggantikan cairan yang hilang akibat mual,muntah dan diare.
(Lum, Ng, and Khoo 2014).
3. Kandungan Mineral dan elektrolite pada air kelapa muda dipercaya
dapat menggantikan cairan yang hilang karena memiliki komponen
yang sama dengan cairan tubuh (Evo, 2013).
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pada 1 jam pertama
tidak ada perbedaan yang signifikan penurunan edema antara kelompok
pemberian obat standar (ibuprofen), air kelapa muda maupun air kelapa
matur. Namun, setelah 2 jam dan 3 jam induksi asam asetat terjadi
penurunan yang lebih baik pada kelompok intervensi air kelapa muda
jika dibandingkan dengan kelompok ibuprofen dengan masing-masing
Outcome hasil signifikansi sebesar P < 0,01 dan P < 0,05. Sedangkan kelompok
ibuprofen dan air kelapa matur tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Selanjutnya, 4 jam setelah induksi asam asetat, kelompok
intervensi air kelapa muda menunjukkan penurunan yang sangat
signifikan (P<0,01) sedangkan pada kelompok air kelapa matur dan
ibuprofen menunjukkan penurunan yang hanya signifikan (P<0,05)

Anda mungkin juga menyukai