Disusun oleh :
Kelompok 1
DELIMA
RSUD Dr. HARDJONO PONOROGO
JL.Budi Utomo No. 10 Telp (0352) 487 662 Ponorogo Fax. (0352) 461796
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan,
nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang
akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari,
2016)
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes
aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini
banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika,
termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih
dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya
dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).
B. Manifestasi Klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah
ini dipenuhi:
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat bekas
suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
- Penurunan kesadaran, gelisah
- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab.
(Wiwik dan Hariwibowo, 2008)
C. Klasifikasi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) diklasifikasikan berdasarkan derajat
beratnya penyakit, secara klinis terbagi menjadi : ( WHO, 1986 )
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan
antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg
IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti
luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung
meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika
pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma
ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat
pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas
teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan infus dikurangi menjadi
10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)
1) Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
Laktat (D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
Asetat (D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan
Faali (d5/GF).
2) Koloid
- Dextran 40
- Plasma
2. Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan
trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan
kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2
tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap
tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1
infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.
c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL)
dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah
dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika
kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair
H. Komplikasi
Komplikasi potensial yang mungkin terjadi :
1. Gagal jantung (CHF)
2. Gagal ginjal (CRF)
3. Hipotensi
4. Sianosis hati
5. Stroke
6. Ensepalitis dengue
7. Edema paru
I. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATANs
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke – 3 dan
ke – 7, dan anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemesis.
d. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus yang lain..
e. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
f. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis,
pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang –
kadang anak mengalami diare / konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa
terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji
apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV
sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami
kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga
kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk
membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang
sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan
fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda
vitaldannadi lemah.
b. Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan : ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
1) Sistem Integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab. Kuku sianosis / tidak.
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epsitaksis) pada grade II, III,
IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing
dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
5) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler, pendarahan,
muntah dan demam.
2. Hipertermi b.d proses penyakit (virus dalam darah/viremic)
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Resiko tinggi pendarahan b.d trombositopenia
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan
C. Intervensi
Disusun oleh :
Kelompok 1
Ruang : Delima
Tgl Pengkajian : 12 November 2019
I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : An.S Penanggung Jawab :
Umur : 8 Tahun Nama Ayah/ibu : Tn. M/Ny. S
Tanggal Lahir : 23 April 2011 Pekerjaan Ayah : Swasta
Jenis Kelamin : P Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Agama : Islam Pendidikan Ayah/ibu : SD/SMP
MRS : 3 SD Pekerjaan Ayah/ibu : Swasta/Ibu rumah
tangga
No. Register : 444238 Umur Ayah/ibu : 40th/34th
Diagnosa Medis : DHF Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Ponorogo
c. Penggunaan obat-obatan :
Keluarga mengatakan sebelum MRS ini An.S tidak mengonsumsi obat
e. Alergi
An.S tidak memiliki alergi apapun
f. Kecelakan
Keluarga mengatakan An.S tidak pernah mengalami kecelakaan
g. Imunisasi
An.S sudah mendapatkan imuisasi BCG, DPT, polio, campak.
VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Genogram :
Keterangan:
: laki-laki
X
: laki-laki meninggal
: wanita
: pasien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: Tinggal satu rumah
b. Yang mengasuh anak
Yang mengasuh An.S ibunya sendiri
f. Lingkungan rumah
Di lingkungan sekitar lumayan bersih, tidak ada air yang terbendung atau
tertampung.
b. Pola tidur :
Kebiasaan-kebiasaan sebelum tidur: bermain sebentar, setelah sudah merasa
kantuk An.S tidur di kamarnya sendiri
c. Mandi :
An.S mampu mandi sendiri
d. Aktivitas/bermain :
Saat pagi aktifitas An.S pergi ke sekolah saat hari aktif, saat libur An.S beramain
dengan teman-temannya. Saat sore An.S bermainn dengan teman-temannya
dengan bersepedahan.
e. Eliminasi :
Keluarga mengatakan BAK dan BAB An.S lancar
BAK dengan bau khas urin, warna kuning jernih
BAB dengan bau khas feses, berbentuk, lembek
b. Tindakan operasi :
Tidak ada tindakan operasi
c. Status Nutrisi :
1 hari MRS pasien mendapatkan diit dari rumah sakit kemudian dipuasakan
karena terdapat perdarah internal pada abdomen dan terpasang NGT untuk
mengeluarkan perdarahan
d. Status Cairan :
Terpasang infus RL dengan infus pump
e. Obat-Obatan :
Tindakan dan Terapi Cara Pemberian Dosis
Ringer Lactat Infus 300 tts (12.30-13.30)
270 tts (13.30-14.30)
150 tts (14.30-15.30)
90 tts (15.30-malam
Oksigen Nasal Canul
Nasogastric Tube Nasal
Santagesic Injeksi Intravena 3 x 500 mg
Asam Traneksamat Injeksi Intravena 3 x 250 mg
Ondansentron Injeksi Intravena 4 mg
Cefotaxim Injeksi Intravena 3 x 500 mg
Paracetamol Oral 125 mg/ 5 ml
f. Aktifitas
Pasien bedrest
g. Pemeriksaan Penunjang :
- Hasil Laboratorium :
Tanggal Pemeriksaan : 12 November 2019 pukul 13.00 WIB
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah lengkap:
Hemoglobin 13.8 g/dl 11.0-16.0
Eritrosit 4.8 10˄6/dl 3.60-4.80
Leukosit 6.2 10˄3/dl 4.5-13.0
Hematokrit 41.3 % 36.0-56.0
Trombosit 68 10˄3/µl 150-450
MCV 84.8 fl 80.0-100.0
MCH 28.3 pg 28.0-35.0
MCHC 33.4 g/dl 31.0-37.0
RDW.CV 14.0 % 10.0-16.5
PDW 18.3 % 12.0-18.0
MPV 6.3 fl 5.0-10.0
PCT 0.04 % 0.10-1.00
Hitug jenis :
Eosinofil 0.6 % 0.0-6.0
Basofil 0.6 % 0.0-2.0
Neutrofil 50.1 % 42.0-85.0
Limfosit 36.5 % 11.0-49.0
Monosit 12.2 % 0.0-9.0
2. Muka
Inspeksi : Bentuk wajah simetris tidak ada luka abnormal, warna kulit
sama sawo mateng, tampak menyeringai menahan nyeri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, sklera putih, konjungtiva kemerahan,
pupilisokor,reflek pupil miosis, bulu mata tidak rontok, tidak ada luka
disekitar mata.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
Inspeksi: Telinga kanan dan kiri simetris , tidak ada benjolan abnormal,
tidak ada serumen ataupun benda asing, keadaan bersih, dan pendengaran
baik.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
5. Hidung
Inspeksi: Bentuk hidung simetris, tidak ada benjolan atau polip pada
hidung,tidak ada sekret, penciuman baik.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
7. Leher
Inspeksi : Bentuk leher tidak simetris, ada pembesaran kelenjar tiroid,
teraba vena jugularis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Thorak
Inspeksi : bentuk dada simetris, normal chest, tidak ada jaringan parut,
RR 20x/menit.
Palpasi : Vocal & taktil ftremitus, perbandingkan suara getaran paru kanan
dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Jantung
Inspeksi : Bentuk simetris, ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Pulsasi teraba lemah
Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada pelebaran.
Auskultasi : BJ 1 Lub, BJ2 dub, tidak ada suara tambahan.
10. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tampak bintik
merah pada abdomen.
Palpasi : Terdapat ada nyeri tekan pada abdomen di kuadran 2.
Perkusi : Thympani.
Auskultasi: Bising usus 10 x/menit.
b. Kehangatan
Akral hangat
c. Warna
Sawo matang
d. Turgor
Turgor kulit menurun
e. Kelembaban
Lembab
12. Ekstremitas :
a. Kesimetrisan otot :
Otot simetris, ko 4
b. Pemeriksaan oedema :
Tidak ada oedema
c. Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kulit :
Tidak terdapat kelainan
d. Fungsi motorik
Dapat mengontrol gerakan motorik kasar dengan menggerakkan tangan
dan kaki secara sadar.
Motorik halus dapat terlihat dengan menggerkkan jari-jarinya
e. Fungsi sensorik
Tidak ada kelainan pada fungsi sensorik. An.S dapat merasakan dingin dan
hangat, dapat melihat dengan baik, dapat mendengar dengan baik dengan
bukti saat dipanggil dan ditanya namanya langsung mejawab dan
jawabannya benar, dapat mencium bau-bauan, dapat mengecap dengan
baik.
f. Reflek fisiologis
Tidak ada kelainan terhadap reflek fisiologis
g. Reflek patologis
Tidak ada kelainan pada reflek patologis
ANALISA DATA
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238
Tanggal/Jam Kelompok Data Masalah Penyebab
12-11-2019 DS : Kekurangan Gigitan nyamuk aedes
14.00 Keluarga mengatakan volume cairan aegypty
anaknya tampak lemas
Masuknya virus dengue ke
DO :
dalam tubuh
- Klien tampak lemah
- GCS : E : 4 V : 5 M : 6 Kontak dengan antibody
- Tingkat kesadaran :
Composmentis Virus bereaksi dengan
- Mukosa bibir kering antibody
- Akral dingin (Keringat dingin)
Terbentuknya kompleks
TTV
virus antibody
- TD : 90/60 mmHg
N : 100 x/m Aktivasi C3& C5
S : 38 C
Hasil Lab Pelepasan C3a & C5a
- Eritrosit : 4,87 10⁶/uL
- Leukosit : 6,2 10/uL Peningkatan permeabilitas
di dinding pembuluh darah
- Trombosit : 68 10³/uL
- Monosit : 12,2 % Perembesan plasma keluar
- Hematokrit : 41,3 % menuju ekstravaskular
- DHF 7 Hari
Balance cairan Kekurangan volume
- Output (BAK) 200 cc,tidak ada intravaskuler
darah, bau khas urine, warna
kuning
IWL : 15 x 65 = 40,7 cc
Total 240,7 cc
Intake
Makan + Minum : Puasa
Inj + Inf : 100 cc + 810 cc = 910
cc/24 j
AM : 5 x 65cc = 325 cc
Total = 1235 cc / 24 jam
Balance Cairan = I – O = 994,3 cc
Aktivasi IL-1 di
hipotalamus
Endhotel hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmitter
Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik di
hipotalamus
Peningkatan thermostatic
set point
Hipertermi
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238
2 Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Mengobservasi karakteristik nyeri,
Peningkatan stimulus keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri PQRST
noreseptor berkurang atau hilang 2. Memberikan posisi yang nyaman
Kriteria Hasil : 3. Memberikan kesempatan pada pasien
1. Nyeri berkurang atau hilang untuk berkomunikasi dengan orang
2. Pasien merasa lebih nyaman terdekat
4. Kolaborasi pemberian analgesic
3 Hipertermia berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Mengobservasi suhu pasien minimal 2
dengan proses penyakit keperawatan selama 2x24 jam diharapkan jam sekali
(Viremia/Virus) suhu tubuh pasien menuju rentang normal 2. Mengobservasi RR,nadi,TD dalam
(36,5 C – 37,5 C) rentang normal
Kriteria hasil : 3. Mengobservasi intake dan output
Thermoregulation 4. Menganjurkan pasien untuk banyak
1. Terjadi penurunan pada suhu kulit minum kurang lebih 2500 cc/ 24 jam
pasien yaitu ketika disentuh tidak terasa 5. Menganjurkan untuk tidak memakai
panas selimut dan pakaian tebal
2. Warna kulit kembali ke warna aslinya 6. Kolaborasi pemberian antipiretik
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi
Vital Sign
1. Suhu tubuh stabil (36,5 C – 37,5 C)
2. RR (16-20x/menit)
TD (120/80x/menit)
Nadi ( 60-100x/menit)
Dalam rentang normal
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238
15.10 3. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien S : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dengan
posisi terlentang dengan bantal berada dibawah
perut
O: Pasien tampak mempraktekkan perintah
07.00 3. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien S : Pasien rewel dan gelisah
O:
07.00 4. Kolaborasi pemberian analgesic S:
O : Santagesic 500 mg IV
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : An.S
Umur : 8 Tahun
No Reg : 444238
LANGKAH-LANGKAH:
1. APA PICO PENELITIAN TERSEBUT? Apakah PICO mirip dengan PICO anda?
Ya
2. SEBAIKNYA APAKAH PENELITIAN TERSEBUT DILAKUKAN?/ seberapa baik
penelitian dikerjakan?
Penelitian ini layak diaplikasikan kepada pasien.
3. APA MAKNA HASIL PENELITIAN TERSEBUT DAN APAKAH HASILNYA KARENA
FAKTOR KEBETULAN?
LANGKAH I : BANDINGKAN PICO HASIL PENCARIAN DENGAN PICO anda (KASUS)
• Buat PICO hasil pencarian
• Bandingkan PICO anda (KASUS KELOLAAN)
P : Trombositopenia P : Trombositopenia
I : Non Farmakologi I : Kelapa Muda
C:- C:-
O : Trombosit dalam batas normal O : Menurunkan Kadar Tumor Necrosis Factor-Α,
Interleukin, Dan Prostaglandin E2 Pada Pasien
Demam Berdarah Dengue (DBD)
LANGKAH II: SEBERAPA BAIK PENELITIAN DILAKUKAN
1. Rekrutmen
2. Allocation or adjustmen
3. Maintenance
4. Measurement-blinded-objective
KEPUTUSAN:
HASIL PENELITIAN :
Ada pengaruh air kelapa muda terhadap efek antiinflamasi pada tikus albino yang diinduksi
asam asetat 1% 0,1 ml secara parenteral di jaringan subplantar dari kaki tikus menunjukkan
penurunan yang sangat signifikan (0,001) (P<0,01)
TELAAH JURNAL