Definisi pengecoran, Review Proses Pengecoran Pengecoran (CASTING) adalah salah satu
teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di
tuangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan
dibuat
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan cirri dari proses pengecoran, yaitu :
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali
pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent (permanent Mold).
Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold. Karena hanya bisa digunakan satu kali
pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam
pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir
hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan atau air
gelas.
Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan
cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus tahan menahan
temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.
Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari saluran
turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung dengan ukuran rongga
cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal. Saluran ini
juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan.
Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk
mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan aliran logam
yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang
berasal dari tungku kerongga cetakan.
Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali
rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2). Pasir merupakan
produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama. Alasan pemakaian pasir sebagai
bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap temperature tinggi. Ada dua
jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded (banks sands) dan synthetic (lake
sands). Karena komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri
pengecoran.
Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor penting seperti bentuk
dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan permukaan produk
yang mulus/halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit
atau clay/lempung) dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap
dipakai sebagi bahan pembuat cetakan.
Ada tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold. Cetakan
yang banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold (cetakan pasir basah).
Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup mengandung air atau
lembab ketika logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin
dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan
dipanaskan atau dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk
diterapkan pada pengecoran produk-produk yang besar.
Dalam cetakan kotak dingin (box-cold-mold), pasir dicampur dengan pengikat yang terbuat dari
bahan organik dan in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan cetakan. Akurasi
dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya jenis cetakan ini lebih
mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair dicampurkan dengan
pasir dan campuran itu akan mengeras pada temperatur kamar. Karena ikatan antar pasir terjadi
tanpa adanya pemanasan maka seringkali cetakan ini disebut juga cold-setting processes. Selain
diperlukan cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain cetakan pasir yang perlu diperhatikan adalah
permeabilitas cetakan (kemampuan untuk melakukan udara/gas).
C. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat dibuat
dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung pada bentuk dan
ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang
digunakan.
Jenis-jenis pola :
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit.
Pola ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak dari
masing-masing pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit dari
pola tunggal.
3. Match-piate pattern
Jenis ini popular yang digunakan di industri. Pola “terpasang jadi satu” dengan suatu
bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang berlawanan arah pada suatu
pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan bersama-sama dengan mesin pembuatan
cetakan dan dapat menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produk-produk kecil.
D. Inti
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin kendaraan
atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam rongga cetak sebelum
penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan dibongkar setelah
cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan panas
dan tidak mudah hancur (tidak rapuh).
Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan dudukan
inti (core prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada cetakan seperti pada gambar 8.
pembuatan inti serupa dengan pembuatan cetakan pasir yaitu menggunakan no-bake, cold-box
dan shell. Untuk membuat cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat inti dibutuhkan
kotak inti.
Operasi pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan tahapan proses perancangan produk cor,
pembuatan pola dan inti, pembuatan cetakan, penuangan logam cair dan pembongkaran produk
cor. Tahapan lebih rinci terlihat pada gambar Dibawah ini :
Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk (a) dilanjutkan
dengan tahapan-tahapan berikutnya :
b. Menyiapkan bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas (cope) yang sudah
ada dudukan inti dipermukaan pelat datar tadi.
c. Seperti pada langkah c, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta sistem saluran.
e. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau paroan inti)
f. Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas (cope) dan
ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran tambahan (riser).
Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
g. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan dari cetakan
h. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola dan pelat
datar.
i. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
k. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
l. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan dari sisa-sisa
pasir cetakan.
m. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan produk cor siap
untuk diperlakukan lebih lanjut.
Dalam teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan dari
viskositas, akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi ruang-ruang dalam rongga
cetak. Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan sifat-sifat fisik secara individu,
karena besaran ini diperoleh dari pengujian yang merupakan karakteristik rata-rata dari bebrapa
sifat-sifat fisik dari logam cair.
Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan
komposisi unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas garis liquidus.
Jika temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi solidifikasi didalam gating
sistem dan rongga cetakan tidak terisi penuh. Cacat ini disebut juga dengan nama misrun. Cacat
lain yang bisa terjadi jika temperatur penuangan terlalu rendah adalah laps dan seams. Yaitu
benda cor yang dihasilkan seakan-akan membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang masuk
kedalam rongga cetak, dimana alur satu dengan alur lai berdampingan daya ikatannya tidak
begitu baik. Jika temperatur penuangan terlalu tinggi pasir yang terdapat pada dinding gating
sistem dan rongga cetakan mudah lepas sewaktu bersentuhan dengan logam cair dan
permukaanya menjadi kasar. Terjadi reaksi yang cepat antara logam tuang, dengan zat padat, cair
dan gas diadalam rongga cetakan. Dari pengujian ini dapat dicari daerah temperatur penuangan
yang menghasilkan produk dengan cacat yang seminim mungkin.
Faktor utama yang lain yang mempengaruhi besaran fluiditas adalah komposisi
paduan. Logam cair yang memiliki fluiditas yang tinggi adalah logam murni dan alloys
komposisi eutectic. Alloys yang dibentuk dari larutan padat, dan memiliki range pembekuan
yang besar memiliki fluiditas yang jelek.
Contoh Pola spiral hasil pengujian Fluiditas
Ada beberapa metoda dalam mengukur fluiditas. Metoda ini dibedakan berdasarkan bentuk
rongga cetak yang digunakan untuk mengetahui mampu alir logam cair. Ada rongga cetak
yanmg berbentuk spiral dan ada juga rongga cetak yang berbentuk lorong yang memanjang.
Pemilihan metoda ini sangat tergantung
Besi cor
o Paduan besi yang mengandung C >: 1,7 % dan 1-3 %Si. Unsur lain dapat ditambahkan
dengan maksud untuk meningkatkan sifat-sifat seperti kekuatan, kekerasan atau
ketahanan korosi. Unsur yang umumnya ditambahkan yaitu Cr, Cu, Mo dan Ni.
o Besi cor memiliki selang temperature cair yang relaitf lebih rendah daripada baja dan
relatif lebih “encer” ketika cair.
o Sifat mekanik besi cor tergantung pada jenis struktur mikronya yaitu bentuk dna
distribusi elemen-elemen penyusunnya. Salah satu elemen yang memiliki pengaruh yang
berarti adalah grafit. Jumlah ,ukuran dan bentuk grafit mempengaruhi kekuatan dan
keuletan besi cor. Selain grafit, matriks juga ikut mempengaruhi sifat mekaniknya. Matris
besi cor sama dengan yang terdapat pada baja, yaitu feritik, perlitik, feritik+perlitik dan
martensitik. Matriks yang terjadi tergantung pada :
Komposisi kimia
Compacted graphite cast iron (memiliki struktur mikro antara besi cor
Sifat mekanik :
e = 1 – 6% (perpanjangan)
Komposisi kimia
Derajat inokulasi
Laju pembekuan
Untuk mendapatkan sifat yang diinginkan, biasanya pada besi cor diterapkan perlakuan
panas karena dari kondisi hasil pengecoran (as-cast) tidak diperoleh sifat yang diinginkan. Proses
perlakuan panas yang umum diterapkan :
Annealing
Besi cor putih terbentuk ketika unsur karbon (C) tidak mengendap sebagai
grafit selama proses pembekuan, akan tetapi tetap berkaitan dengan unsur besi
(Fe), krom (Cr) atau molibden (Mo) membentuk karbida.
Besi cor putih bersifat keras dan getas dan memiliki tampilan patahn seperti
kristal berwarna putih.
Besi cor kelabu merupakan paduan dari unsur-unsur besi (Fe), karbon © dan
silicon (Si) yang mengandung “ karbon tak berkaitan” dalam bentuk grafit.
Nama besi cor kelabu didapat dari tampilan patahan berwarna kelabu.
Besi cor kelabu untuk keperluan otomotif dan konstruksi umum lainnya dibagi
menjadi 10 kelas/garde yang didasarkan pada kekuatan tarik minimumnya.
Kekuatan, kekerasan dan struktur mikro dari besi cor kelabu dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti komposisi kimia, desain, cetakan, karakteristik cetakan
dan laju pendinginan selama dan setelah pembekuan.
Besi cor kelabu dapat dikeraskan dengan proses quenching dan temperature
sekitar 1600˚F (menjadi getas). Kombinasi dengan proses temper akan
meningkatakan ketangguhan dan menurunkan kekerasannya.
Pada proses pembuatan besi cor malleable, besi cor putih dipanaskan hingga temperatur
diatas temperatur eutectoid (1700oF) kemudian ditahan hingga beberapa jam dan
didinginkan dalam tungku. Proses tersebut menyebabkan unsure karbon terlarut dalam
austenit, mengendap dan membentuk grafit bulat tak beraturan (irregular nodules of
graphite) yang disebut korbon temper. Proses ini akan menghasilkan besi cor malleable
dengan matriks ferit.
Besi cor nodular memiliki komposisi unsure yang sama dengan besi cor kelabu. Unsure
tersebut yaitu karbon dan silikon.
Perbedaan besi cor nodular dan kelabu terletak pada bentuk grafit (untuk menghasilkan
bentuk grafit yang berbeda, digunakan proses yang berbeda pula)
Pembulatan grafit dicapai karena ditambahkan unsure Magnesium (Mg) dan Cerium
(Ce).
Salah satu jenis baja adalah baja karbon yaitu paduan besi-karbon yang mengandung
unsure karbon kurang dari 1,7 % (beberapa literature menyebutkan kandungan karbon
maksimum 2.0 %). Sebagai tambahan selain karbon, baja cor mengandung
- Silikon (Si) : 0.20 – 0,70 %
Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon kurang dari 0,8 % (baja
hypoeutektoid) terdiri dari FERIT dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih tinggi
menambah jumlah perlit.
Ø Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon lebih dari 0,8 % (baja
hipereutektoid) terdiri dari SEMENTIT (Fe 3C) dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih
tinggi menambah jumlah sementit.
Ø Baja cor dengan kadar C=0,20 % diatas diperoleh dari pendinginan didalam tungku dari
temperatur 950oC setelah pengecoran. Bagian yang hitam adalah PERLIT dan yang putih
adalah FERIT. Sedangkan baja cor dengan kadar C=0,8 % didinginkan dalam tungku
900oC struktur yang terlihat jelas yaitu PERLIT.
Tungku-tungku peleburan yang biasa digunakan dalam industri pengecoran logam adalah tungku
busur listrik, tungku induksi, tungku krusibel, dan tungku kupola. Karakteristik masing-masing
tungku peleburan adalah :
1. Tungku induksi
o Terdapat dua jenis tungku yaitu Coreless (frekuensi tinggi) dan core atau channel
(frekuensi rendah, sekitar 60 Hz)
o Secara khusus dapat digunakan untuk keperluan superheating (memanaskan logam cair
diatas temperatur cair normal untuk memperbaiki mampu alir), penahanan temperatur
(menjaga logam cair pada temperatur konstan untuk jangka waktu lama, sehingga sangat
cocok untuk aplikasi proses die-casting), dan duplexing/tungku parallel (menggunakan
dua tungku seperti pada operasi pencairan logam dalam satu tungku dan
memindahkannya ke tungku lain)
1. Tungku krusibel
o Telah digunakan secara luas disepanjang sejarah peleburan logam. Proses pemanasan
dibantu oleh pemakaian berbagai jenis bahan bakar.
o Tungku ini bias dalam keadaan diam, dimiringkan atau juga dapat dipindah-pindahkan
2. Tungku kupola
o Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana baja vertical yang didalamnya terdapat susunan
bata tahan api
o Muatan terdiri dari susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks
o Kupola dapat beroperasi secara kontinu, menghasilkan logam cair dalam jumlah besar dan
laju peleburan tinggi
Muatan Kupola
Kadar karbon dan siliko yang rendah adalah menguntungkan untuk mendapat coran
dengan prosentase Carbon dan Si yang terbatas. Untuk besi cor kekuatan tinggi
ditambahkan dalam jumlah yang banyak.
3. Skrap balik
Yang dimaksud skrap balik adalah coran yang cacat, bekas penambah, saluran turun,
saluran masuk atau skrap balik yang dibeli dari pabrik pengecoran.
4. Paduan besi
Paduan besi seperti Fe-Si, Fe-Mn ditambahkan untuk mengatur komposisi. Prosentase
karbon berkurang karena oksidasi logam cair dalam cerobong dan pengarbonan yang
disebabkan oleh reaksi antar logam cair dengan kokas. Prosentase karbon terutama
diatur oleh perbandingan besi kasar dan skrap baja. Tambahan harus dimasukkan
dalam perhitungan untuk mengimbangi kehilangan pada saat peleburan. Penambahan
dimasukkan 10 sampai 20 % untuk Si dan 15 sampai 30 % untuk Mn.
Prosentase steel bertambah karena pengambilan steel dari kokas. Peningkatan kadar
belerang (steel) yang diperbolehkan biasanya 0,1 %
Dari Pembekuan ingot dihasilkan 3 daerah dengan karakteristik yang berbeda. Daerah-daerah
tersebut adalah :
1. Chill Zone
Selama proses penuangan logam cair kedalam cetakan, logam cair yang berkontak
langsung dengan dinding cetakan akan mengalami pendinginan yang cepat dibawah temperatur
likuidusnya. Akibatnya pada dinding cetakan tersebut timbul banyak inti padat dan selanjutnya
tumbuh kearah cairan logam. Bila temperatur penuangannya rendah, seluruh bagian logam cair
akan membeku secara cepat dibawah temperatur likuidus. Disisi lain bila temperatur penuangan
tinggi, cairan logam yang berada ditengah-tengah ingot akan tetap berada diatas temperatur
likuidus untuk jangka waktu lama.
2. Columnar zone
Sesaat setelah penuangan, gradien temperatur pada dinding cetakan menurun dan
kristal pada daerah chill tumbuh memanjang dalam arah kristal tertentu. Kristal-kristal tersebut
tumbuh memanjang berlawanan dengan arah perpindahan panas (panas bergerak dari cairan
logam kea rah dinding cetakan yang bertemperatur lebih rendah) yang disebut dengan dendrit.
Setiap kristal dendrit mengandung banyak lengan-lengan dendrit (primary dendrit). Jika Fraksi
volum padatan (dendrite) meningkat dengan meningkatnya panjang dendrit dan jika struktur
yang terbentuk berfasa tunggal, maka lengan-lenagn dendrti sekunder dan tertier akan timbul
dari lengan dendrit primer. Daerah yang terbentuk antara ujung dendrit dan ttitik dimana sisa
cairan terakhir akan membeku disebut sebagai mushy zone atau pasty zone.
3. Equiaxed zone
Daerah ini terdiri dari butir-butir equiaxial yang tumbuh secara acak ditengah-tengah
ingot. Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada tidak menyebabkan terjadinya
pertumbuhan butir memanjang.
Pengaruh Penyusutan
Kebanyakan logam akan menyusut selama proses pembekuan dan ini mengakibatkan
perubahan struktur ingot. Paduan-paduan dengan selang pembekuan (daerah antara temperatur
liquidus dan solidus ) yang sempit menghasilkan mushy zone yang sempit pula dan pada bagian
permukaan atas ingot terdapat sisa cairan logam yang lama kelamaan akan berkurang hingga
pembekuan berakhir dan pada ingot mengandung rongga cukup dalam pada bagian tengah atau
disebut pipe.
Pada paduan-paduan dengan selang temperatur pembekuan lebar, mushy zone dapat menempati
seluruh bagian ingot sehingga tidak terbentuk pipe.
Pada struktur pembekuan terdapat dua jenis segregasi yaitu segregasi makro
(perubahan komposisi pada tiap bagian spesimen) dan segregasi mikro (seperti yang terjadi
antara lengan dendrit sekunder). Ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya segregasi
makro, yaitu :
Tujuan :
1. Pemeriksaan rupa
a. Pemeriksaan rupa/fisik
b. Pemeriksaan dimensi (menggunakan jangka sorong, micrometer, jig pemeriksa dan alat
ukur lainnya)
a. Pemeriksaan ketukan
3. Pemeriksaan material
a. Pengujian kekerasan (menggunakan metoda Brinell, Rockwell, Vickers dan
Shore)
b. Pengujian tarik
c. Pengujian analisa kimia (spektrometri,EDS)
d. Pengujian struktur mikrodan struktur makro
4. Pemeriksaan dengan merusak
Cacat-cacat Coran
Komisi pengecoran international telah membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi
menjadi 9 kelas, yaitu :
Tanur tinggi
Tanur tinggi digunakan untuk mengolah logam-logam tambang (bijih besi), kokas,
batu kapur untuk dijadikan besi kasar. Besi kasar yang dihasilkan ini nantinya masih perlu diolah
kembali didalam tungku-tungku baja untuk dijadikan baja atau besi cor.Tanur tinggi mempunyai
tinggi 30 m dan diameter terbesar 9 m. bagian luar terbuat dari pelat-pelat baja dan bagian
dalamnya dilapisi bata tahan api.
Bahan-bahan seperti kokas, bijih besi dan bahan tambahan (kapur) dimasukkan melalui
bagian ini. Pada bagian ini juga dilengkapi dengan lubang-lubang untuk melakukan
udara.
b. Bagian tengah
Bagian tengah ini memiliki bangun berbentuk kerucut yang makin kebawah makin besar.
Fungsinya dibuat demikian adalah :
c. Bagian bawah
Bagian ini mempunyai bangun berbentuk kerucut yang makin kebawah semakin
mengecil dan gunanya dibuat demikian adalah :
Bagian dalamnya terbuat dari bata tahan api kualitas tinggi karena dinding bagian ini
harus tahan terhadap temperatur tinggi ( 3000 oF) dan tahan terhadap reaksi kimia
seperti tahan terhadap asam-asam, terutama bila bijih besinya mengandung fosfor.
d. Bagian Tungku
Bagian ini berbentuk silinder yang merupakan tabung persegi empat. Pada bagian dalamnnya
dipasang bata tahan api kualitas tinggi dan memiliki ketebalan 1m. Dibuat tebal dan
menggunakan bata tahan api karena :
Diantara pasangan-pasangan bata tahan api, dipasang pipa-pipa saluran yang dialiri air
pendingin dan pada bagian atas tabung dipasang pipa-pipa yang digunakan untuk
menyalurkan udara panas. Pada bagian dinding tungku dipasangi lubang laluan logam
cair dan terak cair.
1. Biji besi
Besi didapat dengan mengambil dari biji besi yang umumnya berbentuk oksida dari alam dan
besi murni hanya didapat dalam jumlah yang kecil. Pemisahan unsur besi dari biji besi
dilakukan dalam sebuah tungku yang dinamai dengan SMELTING (proses reduksi). Adapun
biji besi tersebut ditemukan dalam bentuk sebagai berikut :
a. Berbentuk batu
Hematit (Fe2O3, batu besi merah) mengandung unsur besi antara 45 %-65 % dan sedikit
mengandung fosfor.
b. Berbentuk pasir
Pasir besi (TiO2) mengandung oksida besi = 70 % yang bercampur dengan oksida titan
(Ti2O2) antara 9 % - 11 %
c. Berbutir halus
2. Batu Kapur
Biji besi hasli proses reduksi belum dapat diaktakan bersih secara keseluruhan dan masih
terdapat kotoran-kotoran. Untuk menghilangkan kotoran-kotoran tersebut maka pada saat
diproses dalam tanur tinggi ditambahkan batu kapur (CaO atau dolomite, CaCO3) sehingga
akan membentuk terak
3. Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan dalam proses tanur tinggi adalah kokas dan arang kayu
Arang kayu
Keuntungan mengunakan arang kayu adalah karena bersih, tidak mengandung P dan S.
Sedangkan kerugiannya adalah :
Jumlahnya terbatas
Hanya dapat digunakan untuk tanur tinggi yang memiliki tinggi 17-20m
Kokas
Didapat dari pembakaran tidak sempurna batu bara. Keuntungan menggunakan kokas
sebagai bahan bakar adalah :
Sewaktu pembuatan kokas terdapat hasil tambahan seperti gas, ter, dll.
Kekurangan bahan bakar kokas yaitu mengandung belerang (S) dan ini sangat buruk
pengaruhnya terhadap pembuatan baja atau besi cor.
Anthrosit
4. Udara panas
Udara panas digunakan untuk membantu pembakaran (CO2) dan pembentukan gas CO
sebagai gas untuk reduksi biji besi. Untuk mereduksi bijih besi diperlukan udara panas yang
banyak dan udara panas yang digunakan mempunyai temperatur 900OC. Untuk mendapat
udara panas dengan temperatur yang tinggi adalah dengan memanaskan udara dingin di
tungku pemanas yang dinamakan tungku COWPER. Udara dingin yang dimasukkan
didatangkan dari kompresor torak.
Keuntungan menggunakan udara panas dalam proses tanur tinggi adalah untuk menghemat
bahan bakar untuk mempercepat proses reduksi atau pencairan biji besi.