Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOPROSES

“ PEMBUATAN ENZIM LIPASE”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. IFAN NIDA NUSHA NALAWAY (1731410100)
2. SITI LAILATUL KHOIRIYAH (1731410008)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2017/2018
I. Tujuan : 1. Mengetahui jenis mikroba penghasil enzim lipase.
2. Mengetahui cara memproduksi enzim lipase dari mikroba.
3. Mengetahui cara pemurnian enzim lipase.
II. Dasar teori
Enzim adalah biokatalisator yang banyak digunakan pada berbagai bidang industri
produk pertanian, kimia, dan medis. Enzim memiliki sifat-sifat spesifik yang
menguntungkan yaitu efisien, selektif, predictable, proses reaksi tanpa produk samping,
dan ramah lingkungan. Sifat-sifat tersebut menyebabkan penggunaan enzim semakin
meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan peningkatan mencapai 10–15% per tahun.
Salah satu enzim yang mempunyai peranan penting dan tidak ada bandingannya dalam
pertumbuhan bioteknologi adalah lipase.

Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk


menghasilkan metabolit atau enzim yang diinginkan di bawah kondisi optimal atau suatu
lingkungan yang dikendalikan (Crueger dan Crueger, 1984).

Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal proses fermentasi yang


dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar dapat diperoleh sel hidup.
Pengendalian dilakukan dengan pengaturan kondisi medium, komposisi medium, suplai
O2 dan agitasi. Jumlah mikroba dalam fermentor juga dikendalikan sehingga tidak terjadi
kompetisi dalam penggunaan nutrisi. Pengendalian diperlukan karena pertumbuhan
biomassa dalam suatu medium fermentasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik
ekstraseluler maupun intraseluler. Faktor intraseluler meliputi struktur, mekanisme dan
genetika, sedangkan faktor ekstraseluler meliputi kondisi lingkungan seperti pH, suhu dan
aerasi (Crueger dan Crueger, 1984).

Dalam prose fermentasi terdapat dua komponen penting yaitu biokatalis berupa enzim
atau sel mikroba dan kondisi lingkungan. Lingkungan optimal dapat dicapai dengan
menempatkan wahana yang disebut bioreaktor (Mangunwidjaya dan Suryani, 1994).
Bioreaktor menjadi wahana penting dalam industri yang menggunakan reaksi-reaksi
biokimiawi yang dikatalisis oleh sel atau enzim. Salah satu enzim yang bisa dihasilkan
dari proses fermentasi adalah enzim lipase.

Enzim lipase atau lengkapnya triasilgliserol lipase adalah enzim yang menghidrolisis
ester karboksilat. Enzim ini memiliki sifat khusus dapat memecahkan ikatan ester pada
lemak dan gliserol. Selain itu lipase memiliki kemampuan mengkatalisis reaksi organik
baik dalam media berair maupun dalam media non air. Enzim lipase termostabil atau
asilgliserol hidrolase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis rantai panjang
trigliserida. Enzim ini banyak digunakan pada produksi asam lemak. Asam lemak dan
gliserol merupakan produk oleokimia dasar yang sangat diperlukan oleh industri cat,
plastik, detergen, dan sabun. Dewasa ini proses tersebut beroperasi pada suhu 240-2500
oC dan tekanan 45-50 atm. Pada proses ini diperlukan energi yang cukup besar untuk
mempertahankan kondisi operasinya dan juga asam lemak yang dihasilkan umumnya
berwarna coklat yang akan mengakibatkan rusaknya komponen-komponen yang
terkandung di dalam minyak, misalnya ᵝ-karoten.
Lipase merupakan kelompok enzim yang secara umum berfungsi dalam hidrolisis
lemak, mono-, di-, dan trigliserida untuk menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol
(Falony, et al., 2006). Enzim ini juga digunakan dalam hidrolisis triasilgliserol (TAG)
menghasilkan diasilgliserol (DAG) dan asam lemak bebas (Putanto, et al., 2006).

DAG adalah ester gliserol dengan dua molekul asam lemak. DAG digunakan sebagai
bahan pengemulsi dan penstabil produk-produk makanan, kosmetika, dan farmasetika. Lipase
terbukti dapat digunakan sebagai biokatalis untuk meningkatkan kualitas crude palm oil
(CPO) yang lebih baik yaitu minyak sehat (healthy oil).

Pemanfaatan enzim lipase di dalam industri pangan maupun non pangan semakin
meningkat. Pada industri pangan, lipase banyak digunakan dalam industri susu (hidrolisis
lemak susu), industri roti dan kue (meningkatkan aroma dan memperpanjang umur simpan),
industri bir (meningkatkan aroma dan mempercepat fermentasi), industri bumbu
(meningkatkan kualitas/tekstur), serta pengolahan daging dan ikan (meningkatkan aroma dan
mengubah lemak). Sedangkan pada industri non pangan, lipase digunakan pada industri
kimia dan obat-obatan (transesterifikasi minyak alami), industri oleokimia (hidrolisis
lemak/minyak), industri detergen (melarutkan spot minyak/lemak), industri obat-obatan
(mempermudah daya cerna minyak/lemak dalam pangan), kedokteran (analisis trigliserida
dalam darah), industri kosmetik (mengubah lemak), dan industri kulit (mengubah lemak
dalam jaringan lemak). Pemanfaatan lipase pada industri lemak dan minyak untuk mengubah
bentuk fisik dan kimia minyak dan lemak alami menjadi produk yang bernilai tambah lebih
tinggi.
Lipase dapat dihasilkan dari tanaman, hewan, manusia, yeast, jamur, dan bakteri.
Kelompok yeast yang dapat manghasilkan lipase adalah dari Candida rugosa, dan dari
kelompok jamur adalah Aspergillus niger dan Penicillium aurantiogriseum . Adapun pada
kelompok bakteri, lipase yang dihasilkan adalah dari genera Bacillus, Aeromonas,
Pseudomonas, Alcaligenes, Arthrobacter, Chromobacterium, Serratia, Vibrio, Aeromonas,
dan Staphyloccus (Nurosid, 2008).

Kelompok jamur yang dapat manghasilkan lipase adalah Aspergillus niger dan
Penicillium aurantiogriseum. Adapun pada kelompok bakteri, lipase yang dihasilkan adalah
dari genera Bacillus, Aeromonas, Pseudomonas, Alcaligenes, Arthrobacter,
Chromobacterium, Serratia, Vibrio, Aeromonas, dan Staphyloccus.

Di antara sumber lipase baik berasal dari tumbuhan, hewan dan mikroba, ternyata
lipase mikroba yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena mikroba dapat
dengan mudah dibudidayakan dan lipase dapat mengkatalis berbagai reaksi hidrolisis dan
sintetis. Lipase digunakan dalam berbagai bidang bioteknologi, seperti pengolahan makanan
dan susu (keju pematangan, pengembangan rasa, EMC teknologi), deterjen, farmasi
(naproxen, ibuprofen), agrokimia (insektisida, pestisida) dan oleokimia (hidrolisis lemak dan
minyak, sintesis biosurfaktan ) industri. Lipase dapat lebih dimanfaatkan di daerah baru di
mana mereka dapat berfungsi sebagai biocatalysts potensial.

Sejumlah relatif lebih kecil dari lipase bakteri telah diteliti dengan baik dibandingkan
dengan tanaman dan jamur lipase. Lipase bakteri adalah glikoprotein, tetapi beberapa lipase
bakteri ekstraseluler adalah lipoprotein. Winkler et al melaporkan bahwa produksi enzim
pada sebagian besar bakteri dipengaruhi oleh polisakarida tertentu. Sebagian besar lipase
bakteri dilaporkan sejauh ini konstitutif dan tidak spesifik dalam spesifisitas substrat dan
lipase bakteri sedikit thermostabil. Di antara bakteri Achromobacter sp., Alcaligenes sp.,
Arthrobacter sp., Pseudomonas sp, Staphylococcus sp dan Chromobacterium sp, telah
dimanfaatkan dalam produksi enzim lipase. Stafilokokus menghasilkan lipoprotein lipase di
alam.

Lipase jamur telah diteliti sejak tahun 1950-an, dan Lawrence, Brockerhoff dan
Jensen telah menyajikan tinjauan yang komprehensif. Lipase ini sedang dieksploitasi karena
biaya ekstraksi yang rendah, stabilitas termal dan pH, spesifisitas substrat, dan aktivitas
dalam pelarut organik. Para produsen utama dari lipase komersial ialah Aspergillus niger,
Candida cylindracea, lanuginosa Humicola, Mucor miehei, Rhizopus arrhizus, R. delemar, R.
japonicus, R. niveus dan R. oryzae. Di antara Mucorales, enzim lipolitik dari Mucor
hiemalis , M. miehei, M. lipolyticus, M. pusillus, Rhizopus japonicus, R. arrhizus, R.
delemar. R. nigricans, R. nodosus, R. microsporus, dan R. chinesis telah dipelajari secara
detail. Termofilik M. pusillus dikenal sebagai penghasil lipase ekstraseluler termostabil. 1,3 –
spesifisitas (regio)-dari Rhizopus, merupakan lipase yang sangat cocok untuk konversi
trigliserida menjadi monogliserida. Lipase R. japonicus telah digunakan untuk menghasilkan
mentega, pembuatan coklat dan interesterifikasi minyak sawit dengan metil stearate. Lipase
(40 sampai 45 kDa) dari berbagai jenis Rhizopus menunjukkan aktivitas maksimum terhadap
asam lemak rantai menengah (C8-C10). Dalam kasus R. delemar, ekstraseluler dan
intraseluler isoenzim lipase telah diisolasi.

Kapang adalah penghasil enzim yang diproduksi secara ekstraseluler. Produksi lipase
oleh kapang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, pH, suhu, sumber karbon dan
sumber nitrogen (Rani and Panneerselvam, 2009). Lipase ekstraseluler telah dikenal sebagai
biokatalis yang selektif dan efisien pada beberapa industri misalnya biosensor, kimia,
farmasi, pestisida makanan, kosmetik dan detergen (Pera, et al., 2006).

Kapang Aspergillus niger merupakan salah satu sumber penghasil enzim lipase.
Aspergillus niger merupakan mikroba jenis kapang yang dapat tumbuh cepat dan tidak
membahayakan karena tidak menghasilkan mikotoksin. Selain itu, penggunaannya mudah
karena banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat dan
beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amilo-glukosidase dan selulase. Aspergillus niger
memiliki daya amilolitik dan proteolitik yang cukup baik, serta dapat menghasilkan enzim
fitase ekstraselluler. Hasil fermentasinya dapat digunakan sebagai sumber protein sel tunggal
(PST) dan media biakannya sebagai sumber energi potensial.

Kapang merupakan mikroba yang 80% kebutuhan substratnya dipenuhi oleh


makromolekul yang memiliki rantai karbon. Beberapa jenis kapang diketahui tumbuh pada
habitat yang mengandung minyak, misalnya tandan kelapa sawit (Rifaat, et al., 2010).

Produksi lipase memerlukan sumber karbon yang dapat berasal dari lipid atau
karbohidrat. Untuk memproduksi enzim lipase pada umumnya menggunakan induser berupa
minyak zaitun untuk memacu produksinya (Falony, et al., 2006). Pada praktikum ini
memanfaatkan minyak goreng sawit sebagai induser, karena minyak goreng sawit ini
merupakan produk lokal yang keberadaannya melimpah.
III. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

No. Nama Alat


1. Spektrofotometer
2. Tabung reaksi
3. Gelas ukur
4. Timbangan
5. Vortex
6. Erlenmeyer
7. Labu ukur
8. Pipet
9. Kertas pH
10. Shaker
11. Autoklaf
12. Kertas saring
13. Oven
14. Alat titrasi
15. Alat Vakum

2. Bahan yang digunakan

No. Nama Bahan


1. Kapang Aspergillus niger
2. Potato Dextrose Agar
3. Minyak Sawit 1% (b/v)
4. Ekstrak Khamir 1 g/l
5. MgSO4.7H2O 0,5 g/l
6. KH2PO4 1 g/l, NaNO3 3 g/l
7. Pepton 30 g/l
8. Glukosa 10 g/l.
m
0
1
a
u
q
A
ln
E
r
e
y
s
d e
p
A
ig
n
s
u
r
l
IV. Metode Percobaan
1. Regenasi Kultur Aspergillus niger

2. Pembuatan Media Propagasi


3. Pembuatan Media Fermentasi

4. Produksi Lipase
a. Media Agar Miring (Padat)
b. Media Propaganasi (Cair)

5.
V. Hasil dan Pembahasan

Pertumbuhan dan perkembangbiakan sel jamur Aspergillus niger dalam proses


fermentasi untuk memproduksi enzim dengan aktivitas enzim tertinggi sangat
ditentukan oleh lamanya waktu fermentasi dan beberapa faktor seperti: laju aerasi,
konsentrasi induser (minyak goreng sawit), kecepatan pengadukan, dan pH awal.
Kinerja enzim lipase dipengaruhi oleh pH dan suhu operasi. Pertumbuhan dan
Produksi Enzim Lipase. Aspergillus niger mengalami pertumbuhan dan
perkembangbiakan sel dalam memproduksi enzim lipase hingga mencapai puncaknya
pada suatu waktu tertentu dan setelah itu pertumbuhannya akan mengalami
penurunan. Literatur menyebutkan bahwa produksi enzim lipase dari Aspergillus
niger mengikuti pola growth-associated product formation. Hal ini disebabkan karena
produksi enzim berfungsi mendukung pertumbuhan sel. Enzim mulai dihasilkan pada
saat awal pertumbuhan sel. Penurunan pertumbuhan Aspergillus niger ditandai
dengan turunnya berat kering sel yang diikuti dengan penurunan aktivitas enzim
lipase.
Karakterisasi Kinetik Enzim Lipase Hasil Produksi. Enzim lipase hasil
produksi dikarakterisasi dengan variabel pH dan suhu. Karakterisasi enzim lipase
dilakukan setelah jamur Aspergillus niger difermentasi dalam fermentor selama 20
sampai 24 jam dengan interval waktu pengambilan sampel setiap 4 jam sekali. Pada
tiap pengambilan diperoleh kondisi pH optimum pada uji aktivitas enzim lipase
dicapai pada pH 7 (netral). Pada pH tinggi atau rendah memungkinkan terjadinya
denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Karena enzim
merupakan protein, perubahan pH akan menyebabkan ionisasi pada molekul protein
berubah pula. Perubahan ini akan mengakibatkan struktur tiga dimensinya berubah
sehingga fungsi katalitiknya terganggu. Hal itu menyebabkan ada rentang pH yang
dapat menyebabkan aktivitas lipase tertinggi, dan pH inilah yang dinamakan dengan
pH optimum. Besarnya pH optimum yang sama, yaitu pH = 7, dilaporkan untuk lipase
dari Calvatia gigantea (Christakopoulos, 1992). Pengaruh suhu pengujian terhadap
aktivitas enzim lipase tertinggi dicapai pada suhu 30°C. Hasil ini sama dengan yang
diperoleh untuk Calvatia gigantea (Christakopoulos, 1992). Data literatur
menyebutkan bahwa aktivitas lipase semakin menurun seiring dengan kenaikan suhu.
Pencapaian aktivitas lipase terendah berada pada suhu 45°C, yang merupakan suhu
tertinggi pada percobaan ini. Hal ini dikarenakan enzim lipase mengalami kerusakan
pada suhu yang lebih tinggi. Enzim merupakan protein, maka suhu tinggi dapat
menyebabkan denaturasi protein, yaitu kerusakan pada struktur sekunder protein.
Struktur sekunder protein berupa ikatan hidrogen yang terbentuk dari ujung-ujung
polar dari suatu rantai protein. Kerusakan struktur sekunder menyebabkan struktur
tiga dimensi protein berubah. Perubahan ini menyebabkan terganggunya fungsi
protein sebagai katalis. Berdasarkan percobaan penulis literatur yang telah dilakukan,
terlihat bahwa enzim lipase mampu menujukkan kinerjanya secara optimum pada pH
7 dan suhu 30°C.
Isolasi enzim lipase dilakukan untuk memekatkan lipase dari cairan hasil
fermentasi. Isolasi ini dilakukan setelah proses fermentasi A.niger selama 12 jam,
karena pada jam ke-12 jamur A.niger menghasilkan lipase dengan aktivitas tertinggi,
sesuai dengan hasil pada percobaan sebelumnya. Hasil isolasi enzim lipase pada Tabel
menunjukkan bahwa konsentrasi protein meningkat setelah enzim encer dipekatkan
dengan (NH4)2SO4 hingga kejenuhan 90%. Amonium sulfat merupakan garam yang
sangat larut. Kenaikan konsentrasi amonium sulfat menyebabkan enzim keluar dari
larutan membentuk endapan, dan proses ini disebut dengan salting out. Meningkatnya
konsentrasi protein diikuti dengan meningkatnya aktivitas lipase dari 0,9167 U/ml
menjadi 4 U/ml, atau peningkatan lebih dari 4 kali lipat. Peningkatan aktivitas
tersebut disebabkan oleh konsentrasi protein tiap ml mengalami kenaikan setelah
dipekatkan, namun kenaikan aktivitas enzim tidak diikuti oleh total protein yang
diperoleh. Penurunan total protein ini dimungkinkan karena tidak semua protein yang
terdapat dalam cairan enzim encer dapat terambil. Meskipun aktivitas lipase per ml
mengalami peningkatan cukup signifikan, namun karena protein pada saat setelah
dipekatkan tidak dapat terambil seluruhnya sehingga diperoleh yield aktivitas lipase
sebesar 74,18%.
VI. Kesimpulan

Enzim lipase dapat diproduksi oleh jamur A.niger dengan induser minyak
goreng sawit melalui proses fermentasi. Karakterisasi kinetik enzim lipase yang
dihasilkan menunjukkan aktivitas enzim tertinggi dicapai pada pH 7 dan suhu 30°C.
Proses isolasi enzim menggunakan garam amonium sulfat pada tingkat kejenuhan
90% menghasilkan peningkatan aktivitas enzim dari 0,9167 U/ml menjadi 4 U/ml.
Lampiran
 Soal dan Jawaban Presentasi
1. Mengapa pada proses pembuatan media fermentasi menggunakan pH 7 ?
Jawab: Karena pH 7 meruapakan pH yang cocok untuk menumbuhkan bakteri
yang sesuai dengan komposisi atau bahan-bahan pembuatan media pada
percobaan yang dilakukan oleh jurnal yang kelompok kami pilih.
2. Mengapa Sterilisasi pada pembuatan media fermentasi membutuhkan waktu
15 menit?
Jawab: Karena waktu yang digunakan ini termasuk waktu yang minimal dalam
prose sterilisasi media. Sebenarnya sterilisasi media dilakukan antara rentan
waktu 15-30 menit dengan uap air. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi
tergantung volume bahan yang disterilkan. Sedangkan pada sterilisasi yang
kita lakukan pada saat praktikum termasuk waktu maksimal dalam sterilisasi
yaitu 30 menit untuk sterilisasi media atau alat.
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode media cair dan padat?
Jawab: Sebenarnya pada proses pembuatan media padat setelah dilakukan
proses inkubasi juga membutuhkan media cair untuk menginokulasi spora dari
bakteri, sedangkan pada media cair suspensi dari bakteri sudah dalam bentuk
spora. Sehingga dari media cair maupun media padat sama-sama dibutuhkan
untuk pembuatan media. Pada pembuatan media padat membutuhkan media
cair dan padat, sedangkan pada pembuaan media cair hanya membutuhkan
media cair.
4. Maksud dari satuan b/v, dan maksud dari konsentrasi 1% minyak yang
digunakan dalam minyak sawit!
Jawab: Satuan (b/v) artinya berat/volume
Misal larutan natrium klorida 0,9% b/v, artinya terdapat 0,9 gram natrium
klorida yang dilarutkan dalam air (pelarut) sampai bervolume 100 ml.
Konsentrasi 1% minyak artinya dalam minyak tersebut mempunyai
konsentrasi 1%.
5. Pengertian daya amilolitik dan proteolitik?
Jawab: Daya amilolitik adalah aktivitas bakteri dalam merombak pati dengan
bantuan enzim amilase. Enzim amilase adalah enzim yang mampu
menghidrolisis pati menjadi senyawa lebih sederhana seperti maltosa dan
glukosa. Sedangkan daya proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim
protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi didalam
sel kemudian dilepaskan keluar sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease
didalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler.
Aktivitas enzim ada 3 yaitu selulolitik, amilolitik, dan proteolitik.
6. Dari 3 sumber nitrogen yang palig efektif dalam pertumbuhan mikroba adalah
...
Jawab: Dari ke 3 sumber nitrogen semuanya efektif dalam pertumbuhan
mikroba karena ke tiganya yang dihasilkan dalam produksi lipase sesuai bahan
atau media yang digunakan oleh jurnal. Karena sumber nitrogensebenarnya
tidak hanya NaNO3, Yeast, ekstrak dan pepton, namun ada banyak sumber
nitrogen. Tapi pada jurnal atau percobaan ini yang paling penting ke tiganya.
7. Apa efek jika menggunakan minyak lain?
Jawab: Jika menggunakan jenis minyak lain bahan yang digunakan untuk
membuat media juga lain, karena mikroba membutuhkan media yangcocok
untuk tumbuh dan berkembang. Namun media dan jenis minyak yang dipilih
harus sesuai dengan apa yang ingin dihasilkan. Pada percobaan ini akan
memproduksi enzim lipase sehingga menggunakan minyak sawit dan bahan-
bahan yang cocok lainnya untuk memperoduksi enzim lipase.

Anda mungkin juga menyukai