Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN UMUM SUB-MATERI RANGKUMAN

APLIKASI SYARIAH POLITIK ISLAM


1. Pengertian Politik Islam
Kata politik berasal dari bahasa latin politicos atau politicus yang berarti relating to
citizen. Keduanya berasal dari kata polis yang berarti kota. Dalam bahasa arab , politik
diterjemahkan dengan kata siyasah yang berarti mengemudi, mengendalikan daan mengatur.
Jadi, kata politik diartikan mengurus dan mengatur kepentingan seseorang. Politik dilaksanakan
oleh pemerintahdan rakyat. Negara adalah institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis,
sedangkan rakyat mengoreksi pemerintah dalam melakukan tugasnya.
Devenisi diatas mengungkapakan bahwa politik merupakan pemikiran pemikiran yang
berhubungan dengan menguurus kepentingan masyarakat. Pemikiran tersebut dapat berupa
pedoman , keyakinan, hukum, atau aktifitas yang terjadi maupun berupa informasi dan topik-
topik nya, yaitu macam pemikiran yang bertujuan untuk memberikan solusi atas masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat politik.
Suatu masyarakat dikatakan sebagai  masyarakat politik jika ia mempunyai lembaga
kekuasaan yang khusus, yang dapat menetapkan hukum dan undang-undang, yang ia buat yang
mengatur perilaku manusia. Kemudian hukum dan undang-undang itu ia aplikasikan kepada
masyarakat dan ia memaksa mereka untuk mematuhi. Politik secaraa umum diartikan dengan
ilmu pemerintah dan mengatur Negara, seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia.
Dengan kata lain cara atau taktik untuk mencapai suatu tujuan. Secara lebih khusus politik
diartikan sebagai kemahiran dalam rangka menghimpun, meningkatkan kualitas dan kuantitas,
mengawasi dan mengendalikan dan menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan kekuasaan
dalam Negara dan instusi lain nya.
Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik (a
political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori perundang-
undangan dan politik. Islam merupakan  sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama
dan Negara secara bersamaan (M.Dhiaduddin Rais, 2001:5). Nabi Muhammad SAW adalah
seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau membangun Negara Islam yang pertama
dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-undang Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang
sama menjadi kepala agama dan kepala Negara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda ada tiga, yaitu :
1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)
2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai   
3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).
Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya mengatur. Dalam
fikih, siasah meliputi :
1) Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)
2) Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam
lainnya)       
3) Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan
dan aliran-aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi
adalah Allah SWT. Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al-Quran dan
Sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil
(khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam
kehidupan nyata. Di samping itu, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang-
orang yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah menggunakan kekuasaan itu
dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan Al-Quran dan
Sunnah Rasul.

2. Prinsip dan Norma Politik Islam


Dalam islam, politik didasarkan kepada tiga prinsip, yaitu tauhid, risalah dan khalifah.
Tauhid berarti mengesahkan allah swt selaku pemilik kedaulatan tertinggi. Oleh karena itu
manusia adalah sebagai pengembang amanah dari pemilik kedaulatan tertinggi yaitu allah,
sehingga tindak tanduk politik yang dilakukan setiap muslim terkait erat dengan keyakinannya
kepada allah swt.
Risalah merupakan medium perantara penerimaan manusia terhadp hukum-hukum allah
swt.dalam artian risalah adalah sumber norma dan nilai dalam melaksanakan perpolitikan. Dalam
pelaksanaan poltik, islam juga memiliki norma-norma yang harus diperhatikan . dintara norma-
norma itu adalah:
1) Politik merupakan alat atau sarana untuk mencapaikan tujuan , bukan dijadikan
sebagai tujuan akhir atau tujuan satu-satunya.
2) Politik islam berhubungan denang kemashalatan umum.
3) Kekuasaan mutlak adalah milik allah.
4) Manusia diberi amanah sebagai khalifah mengatur ala mini secara baik.
5) Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6) Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada allah dan rasulnya.
7) Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.

3. Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Ajaran Islam


Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut pandang barat dan
islam. Hak asasi manusia menurut pandangan barat  semata-mata bersifat antroposentris, artinya
segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat dipentingkan. Islam
bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat pada tuhan . Dengan demikian tuhan sangat
dipentingkan.
Kewajiban yang diperintahkan kepada umat manusia dapat dibagi kedalam dua kategori,
yaitu: huququl ibadad, huququl ‘ibad. Huququllah SWT yang sangat diwujudkan dalam berbagai
ritual ibadah, sedangkan huququl ‘ibad merupakan kewajiban –kewajiban manusia terhadap
sesamanya dan terhadap sesamanya dan terhadap makhluk – makhluk allah lainnya. Hak-hak
Allah tidak berarti bahwa hak-hak yang diminta oleh Allah karena bermanfaat bagi Allah,
Karena hak-hak Allah bersesuian dengan hak-hak makhluknya.
Hak Asasi Manusia dijamin oleh agama Islam bagi manusia dikalsifikasikan kedalam dua
kategori yaitu :
1) HAM dasar yang telah diletakkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia.
2) HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok masyarakat yang berbeda dalam
situasi tertentu. Status, posisi, dan lain-lain yang mereka miliki. Hak-hak khusus bagi
non muslim, kaum wanita, buruh/pekerja, anak-anak, dan lainnya seperti hak hidup,
hak-hak milik, perlindungan kehormatan, keamanan, kesucian kehidupan pribadi dan
sebagainya.
The Universal Declaration Of Human Rights di dunia mengikat semua bangsa, untuk
menghargai Hak Asasi Manusia, meski faktanya dunia barat cukup banyak melanggarnya.
Dengan demikian para ahli hukum Islam mengemukakan “Universal Islamic Declaration Human
Right”, yang diangkat dari al-qur’an dan sunnah Islam terdiri XXIII Bab dan 63 pasal yang
meilputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia antara lain : 
1) hak hidup
2) hak untuk mendapatkan kebebasan
3) hak atas persamaan kedudukan
4) hak untuk mendapatkan keadilan
5) hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan
6) hak untuk mendapatkaan perlindungan dari penyiksaan
7) hak untuk mendapatkan perlindungan atas kehormatan nama baik
8) hak untuk bebas berpikir dan berbicara
9) hak untuk bebas memilih agama
10) hak untuk bebas berkumpul dan berorganisasi
11) hak untuk mengatur tata kehidupan ekonomi
12) hak atas jaminan sosial
13) hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya
14) hak-hak bagi wanita dalam kehidupan rumah tangga
15) hak untuk mendapatkan pendidikan dan sebagainya.

4. Demokrasi dalam Islam


Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan
peranan manusia yang terkandung Dalam konsep khalifah memberikan kerangka yang
dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang
dianggap demokratis. Didalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan
rakyat, tekanan pada kesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban
pemerintahan.
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang
sudah lama berakar, yaitu musyawarah {syura}, persetujuan {ijma’}, dan penilaian interpretative
yang mandiri {ijtihad}.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia
sebagai khalifah-nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namun lepas
dari ramainya perdebatan maknanya didunia islam, istilah-istilah ini memberi landasan yang
efektif untuk memahami hubungan antara islam dan demokrasi di dunia kontemporer.

5. Masyarakat Madani
Masayarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karena itu
didalam ilmu filsafat, sejak filsafat yunani sampai msaa filsafat islam juga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban. Masyarakat
madina menjadi simbol idealisme yangdiharapkan oleh setiap masyarakat.
Kata madani merupakan penyifatan terhadap kota madinah, yaitu sifat yang
ditunjukanoleh kondisi dan sistem kehidupan yang berlaku di kota madinah . kondisi dan sistem
kehidupan menjadi popular dan dianggap ideal untuk menggambarkan masyarakat yang islami,
sekalipun penduduknya terdiri dari berbgai macam keyakinan. Mereka hidup dengan rukun,
saling membantu, taat hukum, dan menunjukan kepercayaan penuh terhadap kepemimpinannya.
AL-qur’an menjadi konstitusi untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang terjadi
diantara penduduk madinah.
Perjanjian madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling tolong-
menolong, menciptakan kedamaian, dalam kehidupan sosial, menjadikan AL-qur’an sebagai
konstitusi ,menjadikan Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama
serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Masyarakat madani sebagai masyarakat ideal memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) BerTuhan
2) Damai
3) Tolong-menolong
4) Toleran
5) Keseimbanagn antara hak dan kewajiban sosial
6) Berperadaban tinggi
7) Berakhlak mulia

6. Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional


Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spritual dan politik memberikan
kontribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia. Partai-partai
berasaskan Islam serta partai nasionalis berbasis umat Islam dan kedua dengan ditandai sekap
pro aktif tokoh-tokoh politik Islam dan umat Iislam terhadap keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan sampai zaman reformasi. Pertama ditandai dengan
munculnya.
Berkaitan dengan keutuhan negara, misalnya Muhammad Natsir pernah menyerukan
umat Islam agar tidak mempertentangkan pancasila dengan Islam. Dalam pandangan Islam,
perumusan Pancasila bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran
karena nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila juga merupakan bagian dari nilai-nilai yang
terdapat dalam Al-Quran. Demi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa, umat Islam rela
menghilangkan tujuh kata dari sila pertama pancasila yaitu kata-kata “Kewajiban melaksanakan
syariat Islam bagi para pemeluknya.”
Umat Islam Indonesia dapat menyetujui Pancasila dan UUD setidak-tidaknya atas dua
pertimbangan. Pertama, nilai-nilainya dibenarkan oleh ajaran agama Islam, kedua, fungsinya
sebagai nuktah-nuktah kesepakatan antar berbagai goongan untuk mewujudkan kesatuan politik
bersama. Berikut merupakan bentuk kontribusi umat Islam dalam perpolitikan Indonesia di
setiap era masa bangsa ini:
1) Era Kerajaan-Kerajaan Islam Berjaya
Pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional punya akar sejarah yang cukup
panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri beberapa
kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-13
hingga abad ke-16 Masehi.
2) Era Kolonial dan Kemerdekaan (Orde Lama)
Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik
di Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial
Islam harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa
kemerdekaan Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme
dengan segala intriknya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas
menyatakan kalau pemimpin-pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan
NKRI. Baik itu mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan
Undang-Undang Dasar Negara. Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah
mengusulkan agar Indonesia berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam
Piagam Jakarta. Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya
protes dari kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945,
Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis negara.
3) Era Orde Baru
Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di
dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan, termasuk
ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi politik di
dalam perpolitikan Islam. Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama di sebut kaum skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik
dengan pemerintah. Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang mendukung
pemerintahan dan menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia politik.
4) Era Reformasi
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia
bersatu untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas
dari peran para pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut
mendukung reformasi adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul
Ulama. Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari
kalangan santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-tahun
reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin
diperhitungkan. Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut
lagi menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil
menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga
boleh menggunakan asas Islam. Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik
dengan asas dan label Islam. Partai-partai politik yang berasaskan Islam, antara lain PKB,
PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain. Dalam kondisi bangsa yang sangat
memprihatinkan sekarang, sudah waktunya umat Islam untuk terjun dalam perjuangan
politik yang lebih serius. Umat islam tidak boleh lagi bermain di wilayah pinggiran
sejarah. Umat Islam harus menyiapkan diri untuk memunculkan pemimpin-pemimpin
yang handal, cerdas, berahklak mulia, profesional, dan punya integritas diri yang
tangguh. Umat Islam di Indonesia diharapkan tidak lagi termarginalisasi dalam panggung
politik. Politik Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai rahmatan lil
alamin dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai