Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

Oleh :
Rezky Wijaya 41117010137
Dimas Purwo Cahyono 41117010108
Muhamad Haris 41117010079

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019/2020
PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam hendaknya dilimpahkan
kepada baginda Rasulullah SAW.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dosen Pengampu
mata kuliah Manajemen Proyek yang telah memberikan tugas terstruktur ini
adapun judul makalah kami ini adalah “Organisasi Proyek”.
Semoga makalah yang kami paparkan ini dapat memberikan pemahaman
dan menambah pengetahuan kita semua mengenai pentingnya sebuah organisasi
proyek dalam sebuah perusahaan atau kegiatan usaha. Sebelumnya kami juga
merasa dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan saran dan masukan yang membangun untuk kesempurnaan
makalah kami ini, selanjutnya atas partisipasi semua pihak kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR ISI

PRAKATA.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat.................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.....................................................................3
2.1 Pengertian Organisasi Proyek...................................................3
2.2 Proses Mengorganisir.................................................................4
2.3 Sturktur Organisasi....................................................................5
2.4 Organisasi Proyek Fungsional (OPF).......................................10
2.4.1 Penggunaan Organisasi Proyek Fungsional.......................11
2.4.2 Organisasi Proyek Koordinator (OPK)..............................11
2.4.3 Penggunaan Organisasi Proyek Koordinator......................12
2.5 Organisasi Proyek Murni (OPMi)............................................13
2.5.1 Kelemahan Organisasi Proyek Murni (OPMi)...................14
2.5.2 Penggunaan Organisasi Proyek Murni (OPMi)..................14
2.6 Organisasi Proyek Matriks (OPM)...........................................15
2.6.1 Keunggulan dan kelemahan Organisasi Proyek Matriks....15
2.6.2 Penggunaan Organisasi Proyek Matriks (OPM)................16
2.6.3 Kemandirian Proyek Pimpinan atau Pimpinan Proyek
(pimpro) dalam Organisasi Proyek Matriks (OPM) .........16
2.6.4 Intensitas Pengaruh............................................................18
2.6.5 Perbandingan OPMi dan OPM dalam beberapa faktor......18
2.7 Organisasi Koordinator Pelaksana Proyek-Proyek
(KORPEL)..................................................................................19
BAB 3. PENUTUP..........................................................................................20
3.1 Simpulan......................................................................................20
3.1 Saran............................................................................................20
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai manajemen proyek, hal ini tentunya tidak terlepas dari
adanya perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dan teknologi
informasi. Perkembangan yang cukup pesat ini menyebabkan pihak manajemen
harus mampu mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan produk
yang berkualitas tinggi serta mampu bersaing di pasar. Kemampuan pihak
manajemen untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan adanya
keterbatasan terhadap waktu, biaya dan ruang lingkup pekerjaan harus didukung
oleh pemahaman mengenai manajemen proyek yang baik.
Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak
rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta
memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya
keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka diperlukan
organisasi proyek yang sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang
dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan
proyek bisa tercapai. Dalam organisasi disusun dan diletakkan dasar-dasar
pedoman dan petunjuk kegiatan, jalur pelaporan, pembagian tugas, dan
tanggungjawab masing-masing kelompok dan pimpinan.
Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan
dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan
kualitas yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan organisasi proyek ?
2. Bagaimanakah proses mengorganisir dalam proyek ?
3. Apa yang dimaksud dengan struktur organisasi ?
4. Apa yang dimaksud dengan organisasi proyek fungsional (OPF),
organisasi proyek koordinator (OPK), organisasi proyek murni (OPMi)
dan organisasi proyek matrik (OPM) ?
5. Bagaimanakah organisasi koordinator pelaksana proyek-proyek
(KORPEL) ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi proyek.
2. Mengetahui bagaimana prosees mengorganisisr proyek.
3. Memahami struktur-struktur yang terdapat dalam organisasi proyek.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi proyek fungsional
(OPF), organisasi proyek koordinator (OPK), organisasi proyek murni
(OPMi) dan organisasi proyek matrik (OPM).
5. Memahami Bagaimana organisasi koordinator pelaksana proyek-
proyek (KORPEL).

1.3.2 Manfaat

Untuk menambah wawasan serta pengetahuan pentingnya organisasi


proyek dalam kegiatan usaha.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi Proyek


Dikenal berbagai pendekatan untuk merancang dan menyusun struktur
organisasi. Salah satu diantaranya yang berkaitan dengan kegiatan proyek adalah
pendekatan kontingensi (contingency approaches). Berdasarkan pendekatan ini
maka struktur yang paling sesuai untuk organisasi tergantung dari situasi/keadaan
yang dihadapi oleh organisasi tersebut pada kurun waktu tertentu.
James A.F. Stoner (1982) menjelaskan bahwa variabel-variabel kunci
yang mempengaruhi struktur organisasi adalah strategi, lingkungan tempat
beroperasi, teknologi yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan dan karakteristik
anggotanya. Strategi menentukan macam dan besar kecilnya tugas suatu
organisasi. Sebagai contoh:
1. Jika pemilik menetapkan strategi pelaksanaan pembangunan menggunakan
kontrak harga tetap (lump-sum contract), maka akan berpengaruh terhadap
tim pemilik yang akan memonitor/mengawasi pelaksanaan proyek oleh
kontraktor utama.
2. Lokasi proyek yang terletak jauh dari kantor pusat memerlukan tim inti
proyek lebih lengkap, dibanding yang lebih dekat.
Teknologi mempengaruhi penentuan struktur suatu organisasi. Peter
Drucker menyetujui bahwa organisasi masa depan dengan penerapan teknologi
informasi yang canggih akan lebih mendatar, kurang hierarkis dan lebih banyak
didesentralisasi.
Menurut Ir. Iman Soeharto (1997) secara umum yang dimaksud dengan
mengorganisir adalah mengatur unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri
dari tenaga kerja, tenaga ahli, material, dana, dan lain-lain dalam suatu gerak
langkah yang sinkron untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan
efisien. Untuk maksud tersebut diperlukan sarana, yaitu organisasi. Dalam
organisasi disusun dan diletakkan dasar-dasar pedoman dan petunjuk kegiatan,
jalur pelaporan, pembagian tugas, dan tanggungjawab masing-masing kelompok
dan pimpinan. Karena tujuan suatu perusahaan berbeda-beda maka susunan
organisasi pun demikian pula halnya, artinya tidak ada satupun struktur organisasi
yang dapat digunakan dengan segala macam kegiatan dan situasi dengan hasil
yang sama.

2.2 Proses Mengorganisir


Proses mengorganisir proyek mengikuti urutan sebagai berikut.
a. Melakukan Identifikasi dan Klasifikasi Pekerjaan
Lingkup proyek terdiri dari sejumlah besar pekerjaan. Sebagai
contoh adalah tahap implementasi fisik proyek engineering-konstruksi,
mulai dari menyiapkan gambar-gambar desain engineering, pembelian
material, sampai dengan konstruksi. Semua hal ini dibutuhkan identifikasi
dan klasifikasi untuk mengetahui berapa besar volume, macam, dan
jenisnya dalam rangka mengetahui sumber daya dan jadwal yang
diperlukan sebelum diserahkan kepada individu atau kelompok yang
menanganinya.
b. Mengelompokkan Pekerjaan
Setelah melakukan identifikasi dan klasifikasi, dilanjutkan dengan
mengelompokkan pekerjaan tersebut kedalam unit atau paket yang
masing-masing telah diidentifikasi biaya, jadwal dan mutunya.
Selanjutnya diserahkan kepada mereka telah diberi tugas untuk
mengerjakannya.
c. Menyiapkan Pihak yang Akan Menangani Pekerjaan
Proses selanjutnya adalah persiapan pihak-pihak yang akan
menerima tugas, seperti memilih ketrampilan dan keahlian kelompok yang
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan memberitahukan sasaran yang
ingin dicapai yang berkaitan dengan unit atau paket kerja yang akan
menjadi tanggungjawab.
d. Mengetahui Wewenang, dan Tanggungjawab, serta Melakukan Pekerjaan
Untuk menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan, maka
kelompok yang menerima pekerjaan harus mengetahui batas wewenang
dan tanggungjawabnya. Hal ini amat penting untuk menghindari tumpang-
tindih dan duplikasi. Setelah wewenang dan tanggungjawab masing-
masing kelompok sudah jelas, maka pekerjaan dapat dimulai.
e. Menyusun Mekanisme Koordinasi
Mengingat besarnya jumlah peserta yang ikut menangani
penyelenggaraan proyek, sedangkan jadwal pelaksanaan pekerjaan satu
dengan yang lain saling berkaitan, maka perlu adanya mekanisme
koordinasi agar semua bagian pekerjaan yang ditangani oleh para peserta
tersebut dapat bergerak menuju sasaran secara sinkron.
Dari sistematika itu terlihat adanya hubungan yang erat anrtara
merencanakan dan mengorganisir suatu kegiatan. Pada tahap awal
ditekankan adanya perencanaan yang baik sebelum melangkah pada
pelaksanaan pekerjaan dimulai.

2.3 Struktur Organisasi

Untuk menghasilkan proses yang baik, dibutuhkan suatu wadah


dalam bentuk struktur organisasi. Struktur ini akan menggambarkan
hubungan formal, tetapi tidak menggambarkan hubungan informal yang
pada umumnya, struktur organisasi formal akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut .

· Macam pokok-pokok kegiatan organisasi (pemasaran, manufaktur, dan lain-


lain).
· Pembagian menjadi kelompok atau sub sistem
· Adanya hirarki, wewenang, dan tanggungjawab bagi kelompok dan pimpinan
· Pengaturan kerjasama, jalur pelaporan, dan komunikasi, meliputi jalur
vertikal dan horisontal
Bentuk struktur formal yang terkenal adalah fungsional, produk,
area, dan matriks.

A. Organisasi fungsional
Disebut organisasi fungsional karena organisasi ini dipecah atau
dikelompokkan menjadi unit-unit berdasarkan fungsinya. Mereka yang
mengerjakkan pekerjaan sejenis dikelompokkan kedalam satu unit yang
dinamakan bidang atau departemen. Dengan maksud yang sama, bidang dipecah
menjadi subunit yang lebik kecil. Maka, jika suatu perusahaan produsen pupuk,
akan mempunyai bidang-bidang, pemasaran, keuangan, manufaktur logistik dan
umum. Kemudian bidang manufaktur mempunyai subbidang pemeliharaan,
teknik, operasi dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan suatu perusahaan. Ciri
utama organisasi fungsional adalah memiliki struktur piramidal, dengan konsep
otoritas dan hirarki vertikal dengan sifat-sifat sebagai berikut.
· Prinsip komando tunggal dimana masing-masing personil hanya memiliki
satu atasan.
· Setiap personil mempunyai wewenang dan tanggungjawab yang jelas.
· Arus informasi dan pelaporan bersifat vertikal
· Hubungan kerja horisontal diatur dengan prosedur kerja, kebijakan (policy),
dan petunjuk pelaksanaan.
· Mekanisme koordinasi antar unit, apabila diperlukan untuk dilakukan,
dengan rapat atau membentuk panitia perwakilan.
Struktur organisasi fungsional banyak dijumpai di perusahaan atau
lembaga yang melaksanakan kegiatan operasional rutindan stabil (tidak
sering mengalami perubahan) memiliki hasil yang baik.
Mengelompokkan dan mengelola kegiatan yang serupa kedalam satu
bidang seperti diatas akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai
berikut.
· Memudahkan pengawasan dan kepenyeliaan karena personil melapor hanya
kepada satu atasan.
· Adanya potensi meningkatkan keterampilan dan keahlian individu serta
kelompok untuk menjadi spesialis dalam bidangnya.
· Kosentrasi perhatian personil terpusat pada sasaran bidang yang
bersangkutan.
· Penggunaan sumber daya yang semakin efisien sebagai akibat pekerjaan
yang sejenis dan berulang-ulang.
· Memudahkan pengendalian kinerja personil serta biaya, jadwal, dan mutu
produk.
Sesuai dengan maksud pembetukannya, struktur fungsional ditujukan
untuk menangani kegiatan atau masalah yang dapat diantisipasi dan diklasifikasi.
Jika perusahaan tumbuh, misalnya karena jumlah maupun jenis produk meningkat
atau karena pembangunan ke daerah-daerah lain, atau karena mnghadapi kegiatan
baruyang sifatnya dinamis, dan non rutin seperti kegiatan proyek, maka dapat
dirasakan keterbatasan struktur fungsional tersebut. Keterbatasan itu misalnya
adalah.
· Cenderung memprioritaskan kinerja dan keluaran (output) masing-masing
bidang. Hal ini dapat mengurangi perhatian tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
· Semakin besar organisasi, maka semakin panjang juga prosedur pengambilan
keputusan, hal ini memungkinkan terjadinya distorsi informasi urgensi.
· Sulit mengkoodinasi dan mengintegrasikan pekerjaan yang multidisiplin dan
melibatkan banyak pihak diluar organisasi.
· Kurangnya jalur komunikasi horisontal.

Pimpinan
Umum

Pemasaran Keuangan Manufaktur Logistik

Pemeliharaan Teknik Operasi

Studi dan
an

Gambar 1. Organisasi Fungsional

B. Organisasi Produk dan Area


Penyusunan struktur organisasi perusahaan-perusahaan besar yang
kegiatan perusahaannya menangani berbagai macam produk, didasarkan atas
orientasi produk. Hal ini terjadi apabila perusahaan sudah merasa bahwa jumlah
dan keanekaragaman produk terlalu besar sehingga sulit untuk ditangani dengan
struktur fungsional. Sebagai contoh adalah suatu perusahaan yang menghasilkan
atau penghasil mesin-mesin. Divisi X menghasilkan mesin-mesin ringan yang
berhubungan dengan keperluan rumah tangga (pendingin, peti es, kipas angin),
sedangkan Divisi Y memproduksi mesin berat (gas turbin, mesin mobil, mesin
pesawat terbang). Sebagai salah satu jalan keluar dibentuk divisi yang bersifat
setengah mandiri, seperti diberi kekuasaan untuk merancang, memproduksi, dan
memasarkan sendiri produk dari divisi tersebut. Didalam divisi ini kemudian
dibentuk subdivisi yang pembagian kerjanya didasarkan pada fungsi. Berbeda
dengan struktur fungsional maka struktur produk ini bersifat otonomi, artinya
bertanggungjawab atas laba-rugi divisi yang bersangkutan . Kepala divisi tetap
melapor ke kantor pusat pimpinan perusahaan untuk mendapatkan keputusan-
keputusan yang menyangkut perusahaan secara menyeluruh.

Pimpinan Umum

Lapisan I
Produk - X atau Area - A Produk - Y atau Area - B
Gambar2. Struktur organisasi berorientasi pada produk/area

C. Organisasi Matriks
Menurut J.A.F Stoner (1982) organisasi matriks mertama kali
dipraktekkan pada industri dirgantara Amerika Serikat, pada saat industri
tersebut menerima pesanan pesawat terbang dalam jumlah yang besar dari
pemerintahnya. Agar dapat memantau kemajuan dan prestasi proyek-
proyek yang dibentuk dalam rangka memenuhi pesanan tersebut,
Pemerintah Amerika Serikat menginginkan adanya wakil tunggal pada
proyek-proyek bersangkutan yang bertanggungjawab atas kemajuan dan
prestasi penyelenggaraan proyek. Untuk itu dibentuk manajer proyek atau
pimpro yang berbagi otoritas dan tanggungjawab dengan manajer
fungsional yang telah ada. Pengaturan sementara ini kemudian
berkembang menjadi struktur formal yang dikenal sebagai organisasi
matriks.
D. Oganisasi Proyek
Organisasi adalah sarana untuk mencapai sebuah tujuan.
Pembentukkannya harus memperhatikan berbagai faktor dan persyaratan
yang berkaitan dengan upaya mencapai tujuan tersebut. Dalam menyusun
organisasi proyek, disamping harus memenuhi syarat umum sebagaimana
layaknya organisasi formal, penyusunan ini harus pula memenuhi
keinginan agar struktur organisasi tersusun sedemikian rupa sehingga
konsep manajemen proyek dapat diterapkan dan dijalankan sebaik-
baiknya. Adapun unsur-unsur konsep manajemen proyek yang berkaitan
erat dan perlu dicerminkan dalam struktur organisasi berkisar pada :
a. Arus horisontal, disamping arus vertikal
b. Penanggungjawab tunggal atas terselenggaranya proyek
c. Pendekatan sistem dalam perencanaan dan implementasi.
Pada berbagai macam struktur organisasi proyek yang
terkenaldewasa ini, unsur-unsur diatas telah tertampung. Misalnya adanya
arus horisontal pada organisasi matriks tersedianya posisi pimpro yang
merupakan tanggungjawab tunggal, serta tersedianya tim inti sebagai
integrator agar terlaksana pendekatan sistem dalam perencanaan dan
implementasi. Untuk menangani proyek tertentu masih harus dikaji faktor-
faktor yang spesifik dari proyek tersebut sesuai situasi (kebijakan, kultur)
dari organisasi yang hendak menangani.
Pendekatan yang dipergunakan untuk membahas struktur
organisasi proyek adalah dengan mengidentifikasi dan menganalisis
struktur organisasi diatas yang digolongkan menjadi :
a. Organisasi proyek fungsional (OPF) dengan variasinya, yaitu organisasi
proyek koordinator (OPK).
b. Organisasi proyek murni (OPMi).
c. Organisasi proyek matriks (OPM).
Setiap macam organisasi tersebut memiliki kekuatan maupun
kelemahan tersendiri.

2.4 Organisasi Proyek Fungsional


Pada organisasi proyek fungsional, lingkup kegiatan proyek diserahkan
dan menjadi bagian atau tambahan kegiatan fungsional serta dipimpin oleh
manajer lini yang telah ada. Dengan kata lain, pengelolaan kegiatan proyek
“dititipkan” dan dirangkap oleh hirarki fungsional yang telah ada diperusahaan
bersangkutan. Maka semua kegiatan proyek dilakukan dengan mengikuti
fungsional. Dengan cara ini, kelemahan-kelemahan struktur organisasi dalam
menangani kegiatan nonrutin,
Pimpinan
Umum

Manufaktu
Pemasaran Keuangan Logistik Umum
r

Manajerb
Pemelihar Teknik
Operasi
Proyek

Desain Studi dan


Engineerin Inspeksi Pengemba
g ngan

Keterangan :
seperti Jalur
proyek yang telah
laporan/arus disinggung
kegiatan proyek diatas, akan segeraStruktur
Gambar3. terlihat. DalamOPF
organisasi OPF,
Jalur laporan/arus kegiatan fungsional
lingkup kegiatan proyek lazimnya diserahkan kepada bagian/bidang fungsional
yang mempunyai jenis kegiatan serupa dan yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi teknis paling besar. Misalnya proyek perluasan gedung kantor pusat
perusahaan pabrik pupuk diserahkan kepada bidang teknik/ pemeliharaan.
Kelemahan pokok penggunaan OPF adalah pertama tidak adanya pengaturan
formal untuk menampung arus horisontal, dan kedua, tidak adanya penanggung
jawab tunggal yang mligi (dedicated), yang secara khusus menangani proyek.

2.4.1 Penggunaaan Organisasi Proyek Fungsional (OPF)


Umumnya organisasi OPF dijumpai pada perusahaan atau instansi yang
sejak awal telah memiliki organisasi fungsional untuk mengelola usahanya sehari-
hari, kemudian harus menangani kegiatan baru yang berupa proyek. Untuk proyek
dengan volume dan jenis kegiatan yang masih bisa diserap oleh salah satu bidang
fungsional, penggunaan OPF dipandang paling baik karena tidak perlu
merestrukturisasi atau memodifikasi organisasi perusahaan yang telah ada. Namun
dipihak lain struktur OPF dianggap kurang efektif untuk menangani proyek yang
berukuran besar, kompleks, dan multidisiplin yang memerlukan integrasi ketat
antara para pelaku dan komponen pekerjaan yang bersangkutan, baik dari dalam
maupun dari luar organisasi.

2.4.2 Organisasi Proyek Koordinator-OPK


Dari segi penanganan proyek, bentuk ini “lebih maju” dibanding OPF. Hal
ini karena ada penunjukan seorang koordinator yang bertugas sepenuhnya
mengurusi proyek, yaitu mengkoordinasi pekerjaan, tenaga, dan kegiatan lain
yang berhubungan dengan proyek. Ia berfungsi sebagai anggota staf dari manajer
lini dan melaksanakan kepemimpinannyaatas proyek dengan prosedur yang
digariskan dan dan bukan dengan wewenang seperti yang dimiliki oleh manajer
lini. Dengan adanya seorang koordinator maka berarti membebaskan manajer lini,
tempat ia melapor, dari masalah-masalah rinci (detail) proyek. Koordinator proyek
bertindak sebagai “pusat” sumber informasi tentang kemajuan proyek, kesulitan
yang dihadapi, dan sebagai pemberi saran atas perbaikan yang diperlukan.
Gambar4 memperlihatkan bentuk organisasi koordinator. Dengan gambaran
kedudukan seperti diatas akan sukar baginya melaksanakan kepemimpinan yang
efektif terhadap proyek.

Keterangan :
Pimpinan Koordinat
Jalur koordinasi OPK Umum or Proyek
Jalur fungsional

Manufakt
Pemasaran Keuangan Logistik Umum
ur

Studi dan
Pemelihar
Teknik Pengemba
aan
ngan
Gambar4. Struktur organisasi proyek koordinator-OPK di perusahaan
yang dikelola dengan struktur fungsional

2.4.3 Penggunaan Organisasi Proyek Koordinator (OPK)


Hampir sama dengan OPF, maka OPK banyak dijumpai di perusahaan-
perusahaan yang tugas utamanya mengelola operasi rutin, kemudian harus
menangani kegiatan tambahan berupa proyek. Karena adanya koordinator yang
bertindak sebagai staf dan melapor kepada manajer lini (yang merangkap sebagai
pimpro) maka semua urusan proyek akan mendapatkan perhatian lebih banyak
dibanding OPF.

2.5 Organisasi Proyek Murni – OPMi


Organisasi ini sering disebut organisasi proyek murni, karena disini proyek
“berstatus” mandiri. Artinya, proyek ini terpisah dan sejajar dengan
divisi/departemen lain dalam perusahaan. Ciri organisasi proyek murni adalah :
· Pimpro berfungsi seperti manajer lini yang lain
· Pimpro mempunyai wewenang penuh atas pengelolaan proyek
· Tenaga pelaksana dipindahkan kedalam organisasi proyek, dan khusus
melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya dalam organisasi tertentu
· Hanya memerlukan sedikit dukungan dari unit fungsional.
Dalam bentuk ini, pimpro melapor kepada atasannya, yaitu manajer lini
dalam organisasi fungsional. Ia dapat pula melaporkan ke pucuk pimpinan
perusahaan bilamana proyek tersebut dianggap cukup penting bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Dalam susunan OPMi, pimpro diberi keleluasaan  untuk
bertindak sepenuhnya dalam melaksanakan koordinasi, integrasi, komunikasi
kegiatan proyek, dan mempunyai wewenang atas keputusan yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek. Sejalan dengan itu, keberhasilan proyek untuk dapat
memenuhi sasaran yang telah digariskan, seperti jadwal, anggaran, dan mutu,
menjadi tanggung jawab pimpro.
Kecenderungan pimpro menggunakan organisasi OPMi juga disebabkan
oleh faktor-faktor berikut ini .
· Terbentuknya suatu tim proyek dengan bagian-bagian (subbidang) yang
lengkap dan susunan komando tunggal. Dengan demikian, tim proyek ini
memiliki wewenang penuh atas sumber daya yang disediakan untuk mencapai
sasaran proyek (tidak perlu patungan dengan organisasi lain).
· Adanya tim tersebut memungkinkan ditanggapinya perubahan dan
diambilnya keputusan denga tepat.
· Status yang mandiri akan menumbuhkan identitas tim dan komitmen para
anggotanya untuk menyelesaikan proyek dengan baik.
· Dengan dipindahkan  tenaga-tenaga spesialis dari organisasi fungsional ke
satu wadah tim proyek, maka jalur komunikasi dan arus kegiatan menjadi
lebih pendek, sehingga memungkinkan penyeliaan dan pengendalian secara
lebih efektif.
· Memudahkan koordinasi dan integrasi personil dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya.
· Orientasi kuat kepada kepentingan proyek.

2.5.1 Kelemahan Organisasi Proyek Murni (OPMi )


Dipandang dari sudut perusahaan keseluruhaan, adalah terlalu mahal dan
tidak efisien untuk membagi dan memecah (fragmentasi) penggunaan sumber
daya, misalnya, peralatan konstruksi dan tenaga di masing-masing proyek secara
permanen tanpa merugikan perusahaan secara keseluruhan. Dengan struktur
OPMi, berarti perusahaan membentuk satu departemen fungsional tambahan,
yaitu, departemen proyek. Sayangnya umur departemen ini amat terbatas sesuai
dengan umur proyek yang ditangani. Hal ini bertentangan dengan kaidah yang
mendasari pembentukan suatu departemen fungsional.

2.5.2 Penggunaan Organisasi Proyek Murni (OPMi)


Penggunaan OPMi merupakan alternatif bila diinginkan efektivitas yang
tinggi dari penyelenggaraan proyek, dengan menomorduakan efisiensi sumber
daya. Hal demikian tidak jarang dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai
strategi jangka panjang.
Gambar5. Menunjukkan contoh struktur organisasi proyek OPMi.
Pimpinan proyek membawahi berbagai subbidang lengkap yang diperlukan untuk
menangani proyek secara utuh.

Pimpinan
Umum

Dept.
Dept. Dept. Proyek Dept.
Administrasi
Engineering Konstruksi (Pimpro) Logistik
& Keuangan

Proyek
Pengadaan Konstruksi Engineering
Kontrol

2.6 Organisasi Proyek Matriks – OPM


Gambar 5. Struktur organisasi proyek murni- OPMi
Organisasi proyek matriks dimaksudkan
Sipiluntuk mengambil
Prosessegi-segi positif
Mekanikal

struktur fungsional dan OPMi dari sudut pandang perusahaan secara menyeluruh
dalam menangani proyek.
a. Yang Berhubungan dengan Organisasi Induk
· Menjaga mutu teknis pekerjaan
· Memakai prosedur spesifik yang telah dikembangkan
· Efisiensi penggunaan Sumber Daya
· Mengikuti perkembangan teknologi
b. Yang Berhubungan dengan Proyek
· Menjaga ketentuan kepentingan protek, seperti pencapaian konstrain
anggaran
· Koordinasi dan Integrasi
· Mengurus hubungan dengan pemilik

2.6.1 Keunggulan dan Kelemahan Organisasi Proyek Matriks (OPM)


Secara spesifik keunggulan OPM adalah sebagai berikut :
1. Adanya penanggung jawab tunggal
2. Adanya tanggapan cepat pada saat muncul timbul atau konflik
3. Pemakain tenaga ahli dipakai secara bersama.
Disamping keunggulan-keunggulan di atas, dijumpai pula kelemahan yang
pada dasarnya disebabkan oleh kompleksnya struktur organisasi, banyaknya
organisasi peserta dan pendukung, dan arus kegiatan multiarah sehingga mudah
menimbulkan konflik antarorganisasi maupun antarindividu. Secara spesifik
kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Meskipun tanggung jawab tercapai, tetapi keputusan mengenai pelksanaan
pekerjaan dan keperluan personil terletak diluar jalur komandonya.
2. Mempunyai sifat ketergantungan antara proyek dan organisasi lain
pendukung proyek.
3. Terdapat dua atasan yang dapat membingunkan Tim dalam
melaksanankan pekerjaan.

2.6.2 Penggunaan Organisasi Proyek Matriks (OPM)


Struktur OPM dipilih dengan tujuan untuk mencapai efisiensi penggunaan
sumber daya sebaik-baiknya. Oleh karena tidak ada perusahaan yang memiliki
sumber daya tidak terbatas, maka bila tujuannya ingin menampung multi proyek,
strukur ini merupakan alternatif yang dapat dipertambangkan.
Gambar6. Menggambarkan struktur OPM dari perusahaan Engineering-
Konstruksi yang menangani lebih dari satu proyek (multi proyek).

Pimpinan Proyek A Proyek B Proyek C


Umum
1
2

A11
1

Dept. Dept.
Dept. Dept. Dept. Administr Dept
Engineerin Project
Konstruksi Pengadaan asi & Proyek 2
g Control Keuangan
2.6.3 Kemandirian Proyek Pimpinan atau Pimpinan Proyek (Pimpro) dalam OPM
OPM mengambil segi-segi positif dari organisasi fungsional dan OPMi,
yaitu menggabungkan unsur-unsur  fungsional dengan proyek. Bermacam factor
yang berkaitan dengan (kesiapan) perusahaan yang akan mengelola proyek
maupun dengan kesiapan perusahaan yang akan mengelola proyek. Macam-
macam faktor obyektif dan subyektif yang saling berkaitan, di antarannya adalah;

Kemandirian proyek dalam Struktur OPM

 
FAKTOR OBYEKTIF
Volume Kegiatan
Kompleksitas
Jenis Kegiatan
Lokasi
Tersedianya SDM & peralatan

a. Dasar Volume Kegiatan Proyek


Ruang lingkup pekerjaan proyek untuk menangani tambahan beban
pekerjaan yang terbatas, dan akan menggangu tugas-tugas rutin, sehingga volume
pekerjaan proyek masih bisa diserap oleh unit yang bersangkutan. OPF
merupakan pilihan pertama, tetapi bila lebih besar dari batas tersebut maka
diperlukan pembagian dalam unit lain dalam bentuk OPM.
b. Kompleksitas Proyek
Semakin besar jumlah serta jenis antarproyek dengan organisasi peserta,
makin bertambah jumlah ketergantungan antara proyek dengan pihak luar, seperti
sumber daya, perizinan otorisasi dan lain-lain.
c. Jenis Kegiatan Proyek
Jenis kegiatan (lingkup proyek) dengan kegiatan operasi diperlukan
adanya kemandirian proyek.
d. Lokasi Proyek
Lokasi proyek yang berada di tempat terpencil, fasilitas komunikasi
kurang, dan jauh dari kantor pusat proyek akan amat berbeda dengan organisasi
yang dekat dengan kantor pusat dan berada di infrastruktur yang lebih maju.
Dibutuhkannya struktur tim yang besar dan lengkap, struktur OPM yang memliki
otonomi besa atau OPMi dikelola terbaik untuk berlokasi ditempat terpencil.
e. Tersedianya Sumber Daya (SDM)
Dibutuhkan SDM yang terampil serta peralatannya.  Dan diperhatikannya
koordinasi dan integrasi bagian-bagian kegiatan yang ditangani oleh pihak
tersebut.
f. Kebijakan Pimpinan Perusahaan
Memberikan otonomi yang besar agar jadwal proyek dapat tercapai secara
efektif, sehingga produk yang dihasilkan dapat memasuki pasaran guna
mendahului pesaing, meskipun biaya proyek akan lebih tinggi.
g. Kultur Perusahaan
Mengubah suatu kultur bukanlah hal yang mudah, dengan adanya kegiatan
baru berupa proyek, umum tangggapannya adalah keinginan untuk mengelola
dengan cara seperti yang telah diperaktekan selama ini. Hendaknya didahului oleh
pembinaan dan penggalagan pengertian agar tumbuh sikap positif terhadap
kepentingan baru perusahaan.

2.6.4 Intensitas Pengaruh


Mencoba memberikan bobot intensitas untuk diambil resultatnya,
misalnya faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 3 kategori, yaitu ringan, sedang,
dan besar.
2.6.5 Perbandingan OPM dengan OPMi dalam Beberapa Fenomena

(OPMi) (OPM)
a. Mencapai sasaran jadwal dan mutu yang
secara potensial lebih Efektif.
b. Penggunaan sumber daya lebih efisien.
c. Prestasi perusahaan meningkat.
d. Peningkatan kualitas personil.
e. Kemampuan menangani multi proyek.
f. Pengembangan jenjang karir.
g. Identitas tim dan rasa komitmen dari
2.7personil
Organisasiuntuk dapat mencapai
Koordinator target. Proyek-Proyek (KORPEL)
Pelaksana
h. Potensi timbulnya konflik antarpeserta
               
maupunFungsi utamanya adalah mengatur penggunaan sumber daya yang
antar individu.
dibutuhkan dan diperlukan oleh proyek-proyek yang bersangkutan. Tanggung
jawab seorang korpel yaitu;
1. Mengusahakan agar terpenuhinya kebutuhan sumber daya.
2. Mengatur penggunaan sumber daya.
3. Memantau, mengawasi pelaksanaan proyek-proyek.
4. Mengembankan dan meningkatkan keahlian profesi tenaga kerja.
Disamping fungsi tersebut diatas, koprel juga perlu memperhatikan hal-hal
yang menuju ke arah penyempurnaan prosedur dan tatakerja.
a. Menentukan Prioritas
1. Diperlukannya perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan tiba
2. Proses perencanaan mengikutsertakan wakil dari proyek-proyek yang
bersangkutan
3. Ikut berperan dalam mengambil keputusan.
b. Pusat Perencanaan dan Pemantauan
            Funsgi PP & P harus dijaga jangan sampai tumpang tindih dengan fungsi 
institusi perencanaa dan pengendalian yang selalu ada di masing-masing proyek.
Manfaat lain yang diperoleh dengan adanya organisasi multproyek adalah
“membebaskan” pimpinan perusahaan dari maslah rinci sehingga mereka dapat
memusatkan perhatian pada masalah besar dan strategis.

Pimpinan Utama

Gambar7. Organisasi multiproyek dengan PP


&P

BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan
Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu
proyek, maka diperlukan sarana organisasi proyek yang sangat dibutuhkan untuk
mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas
yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek juga
dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara
yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Proses mengorganisir proyek mengikuti urutan sebagai berikut.
a. Melakukan identifikasi dan klsifikasi pekerjaan.
b. Mengelompokkan pekerjaan.
c. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan.
d. Mengetahui wewenang, dan tanggungjawab serta melakukan pekerjaan.
e. Menyusun mekanisme koordinasi.
Bentuk struktur organisasi yang terkenal adalah
organisasi fungsional, organisasi produk dan area sertaorganisasi matriks.
Pendekatan yang dipergunakan untuk membahas
struktur organisasi proyek adalah dengan mengidentifikasi dan
menganalisis struktur organisasi diatas yang digolongkan menjadi
organisasi proyek fungsional (OPF) dengan variasinya yaitu organisasi
proyek koordinator (OPK), organisasi proyek murni (OPMi) dan
organisasi proyek matriks (OPM).
Organisasi koordinator pelaksana proyek-proyek (KORPEL) memiliki
fungsi utamanya yaitu mengatur penggunaan sumber daya yang dibutuhkan dan
diperlukan oleh proyek-proyek yang bersangkutan.

3.2 Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat menerima
dengan baik dan tertarik dalam setiap isinya. Jika, ada beberapa kesalahan
dan kekurangan kami menerima kritikan dan saran yang membangun untuk
dapat menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Barry Render and Jay Heizer. 2009. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat
Suharto Iman. 1997. Manajemen Proyek. Jakarta: Erlangga
Bayuzu.2010. Pengertian ruang lingkup manajemen
http://bayuzu.blogspot.com/2010/09/pengertian-ruang-lingkup-manajemen.html

http://manajemenproyek.net/apa-itu-manajemen-proyek.html
http://manajemenproyek.net/pentingnya-manajemen-proyek.html

Anda mungkin juga menyukai