Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Kardiovaskular merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang

mengalami kemajuan paling pesat dalam kurun waktu 70 tahun terakhir.

Perkembangan ini erat kaitan nya dengan kemajuan teknologi pencitraan

terutama di bidang jantung dan pembuluh darah (Juzar, 2018). Fungsi

kardiovaskular sendiri adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen

nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang di perlukan dalam proses

metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima

aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh

menerima nutrisi dengan adekuat (Muttaqin, 2009)

Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5

juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari

56,5 juta kematian diseluruh dunia (Kemenkes,2017). Prevalensi jantung

koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia meningkat

seiring dengan bertambahnya umur sebesar 0,5%, dan berdasarkan

terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% (Riskesdas, 2013). Menurut

Survey Sample Regristration System (SRS) pada 2014 di Indonesia

menunjukkan Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab kematian

tertinggi pada semua umur setelah stroke yakni sebesar 12,9% (Kemenkes

RI,2017). Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner

di provinsi jambi tahun 2013 sebesar 0,2% atau di perkirakan sekitar 4.625

1
2

orang, sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 0,5% atau di

perkirakan sekitar 11.653 orang.

Penyakit jantung koroner adalah penyakit dimana pembuluh darah yang

menyuplai makanan dan oksigen untuk otot jantung mengalami sumbatan.

Sumbatan paling sering akibat penumpukan kolestrol di dinding pembuluh

darah koroner. Menurut Smeltzer (2013) penyebab penyakit jantung koroner

di antaranya kolestrol darah tinggi, merokok, peningkatan tekanan darah,

hiperglikemia, sindrom metabolik, obesitas, riwayat keluarga, usia, jenis

kelamin, dan ras. Tanda dan gejala penyakit jantung koroner yaitu adanya

iskemia, nyeri dada (angina pectoris), gejala atipikal berupa iskemia

miokardium (sesak napas, mual, dan lemah), infak miokardium, disritmia,

dan kematian mendadak. Penyakit jantung koroner, jika tidak segara diatasi

dapat berakibat fatal. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan

memperbesar pembuluh darah, dengan segera memberi obat-obatan.

Sumbatan pada pembuluh darah juga dapat diatasi dengan pemasangan cincin

logam yang di sebut stent. Untuk mengetahui adanya sumbatan pada

pembuluh darah koroner dapat di lakukan tindakan angiografi koroner

(Kurniadi, 2015).

Menurut Price dan Wilson (2006) penyakit jantung koroner dapat

dideteksi dengan pemeriksaan diagnostik noninvasif pada pnyekit jantung

koroner yaitu elektrokardiogram (EKG), elektrokardiografi, dan radiografi

dada. Smeltzer dan Bare, (2008 dalam Darliana 2017) menyatakan bahwa

pemeriksaan diagnostik secara invasif di lakukan dengan kateterisasi jantung.

Kateterisasi jantung adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan


3

zat kontras dan sinar-x untuk mengevaliasi arteri koroner ini di sebut juga

angiografi koroner. Angiografi koroner adalah suatu tehnik yang

memasukkan media kontras ke dalam sistem pembuluh darah untuk

menggambarkan jantung dan pembuluh darah. Pada angiografi koroner,

kateter radiopak di masukan ke arteri brakial kanan atau kiri atau arteri

femoralis dan didorong ke aorta asendens dan di arahkan ke arteri koronaria

yang dituju dengan bantuan fluoroskopi. Angiografi koroner di gunakan

untuk mengevaluasi derajat aterosklerosis dan untuk menentukan cara

penanganannya (Smeltzer, 2013).

Prosedur angiografi koroner yang dijalani dapat memberikan efek pada

psikologis pasien. Pasien yang akan menjalani prosedur invasif angiografi

koroner akan timbul perasaan cemas dan stres. Besarnya dampak yang

ditimbulkan dari adanya rasa cemas akan mempengaruhi aktifitas sistem saraf

pusat untuk mengaktivasi hipotalamus pituitary adrenal aksis dan sistem saraf

simpatis yang ditandai dengan peningkatan frekuensi nadi, dan tekanan darah.

Hal ini sangat berbahaya karena tingginya denyut jantung dan tekanan darah

akan memperberat sistem kardiovaskuler serta meningkatkan kebutuhan

oksigen dan kerja jantung (Darliana, 2017).

Kecemasan yang dialami pasien menjelang pelaksanaan tindakan

angiografi koroner perlu mendapatkan penanganan serius. Kecemasan

mendapat perhatian khusus dalam keperawatan karena setiap tindakan

keperawatan harus dengan cepat mengefektifkan koping pasien agar dapat

mengurangi stres yang dirasakan sehingga keseimbangan fisiologi dan

emosional tercapai. Kecemasan adalah suatu yang menimpa hampir setiap


4

orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu

reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang,

dan karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau

bergabung gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (savitri,2003

Mubarak, 2015).

Perawat harus melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi

kecemasan pasien. Berbagai tindakan non farmakologis penatalaksanaaan

mandiri berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) dapat

dilakukan untuk mengatasi kecemasan pasien antara lain adalah terapi

relaksasi, imajinasi terbimbing, peningkatan keamanan, terapi musik,

konseling dan fasilitasi meditasi (Bulechek, 2016). musik terbukti

menunjukkan efek ntara lain menurunkan frekuensi denyut jantung,

mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan

tekanan darah, serta mengubah persepsi waktu. Perawat dapat menggunakan

musik dengan kreatif di berbagai situasi klinik. Klien umumnya lebih

menyukai menampilkan suatu kegiatan (memainkan alat musik, menyanyikan

lagu, atau mendengarkan musik). Musik klasik , pop, dan modern (musik

tanpa vokal) di gunakan pada terapi musik. Musik mengahasilkan perubahan

status kesadaran melalui bunyi, kensunyian, ruang, dan waktu. Musik harus di

dengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek teraupetik

(Mubarak, 2015).

Dari hasil penelitian Vera M Wilianto dan MG. Adiyanti Tahun 2012 yang

berjudul Terapi musik kognitif perilaku untuk menurunkan kecemasan pada

penderita tekanan darah tinggi menunjukan bahwa musik mampu meurunkan


5

kecemasan pada partisipan penderita tekanan darah tinggi. Penurunan

kecemasan yang terjadi adalah dari kategori kecemasan sedang menjadi

kecemasan kategori rendah (willianto 2012). Berdasarkan wawancara dengan

salah satu petugas di ruangan kateterisasi jantung Rumah Sakit Raden

Mataher Jambi di ketahui bahwa di ruang kateterisasi jantung belum pernah

dilakukan penerapan terapi musik pada pasien yang akan menjalani tindakan

angiografi koroner.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik memuat karya tulis

ilmiah yang berjudul “ Pemberian terapi musik untuk penurunan

kecemasan pada pasien dengan kateterisasi jantung di rumah sakit

umum daerah raden mataher jambi tahun 2019 “


6

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan

bergunanya pemberian terapi musik dalam mengatasi masalah kecemasan

pada pasien angiografi koroner di rumah sakit umum daerah raden mataher

jambi.

1.3 TUJUAN STUDI KASUS

1.3.1 Tujuan umum

Untuk diketahui pemberian terapi musik untuk penurunan kecemasan

pada pasien angiografi koroner

1.3.2 Tujuan khusus

1) Untuk di ketahui gambaran kecemasan sebelum dilakukan terapi musik

klasik pada pasien angiografi koroner

2) Untuk di ketahui gambaran kecemasan setelah di lakukan terapi musik

klasik pada pasien angiografi koroner

1.4 MANFAAT STUDI KASUS

1) Bagi masyarakat

Dapat di jadikan masukan dan informasi bagi masyarakat atau keluarga

dalam mengurangi kecemasa pada pasien angiografi koroner melalui

terapi musik klasik.


7

2) Manfaat bagi rumah sakit umum daerah

Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan

dalam penurunan kecemasan pada pasien angiografi koroner dengan

terapi musik klasik.

3) Manfaat bagi penulis

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam penurunan kecemasan

pada pasien angografi koroner.

4) Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam penurunan kecemasan pasien angiografi koroner melalui terapi

musik.

Anda mungkin juga menyukai