Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. Etiologi
Secara umum penyebab efusi pleura adalah sebagai berikut :
a. Pleuritis karena bakteri piogenik
b. Pleuritis tuberkulosa
c. Efusi pleura karena kelainan intra abdominal, seperti : sirosis hati, pankretitis, abses ginjal, abses hati, dll.
d. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi, seperti pada decompensasi kordis, emboli pulmonal dan
hipoalbuminemia.
e. Efusi pleura karena neoplasma, seperti : mesolioma, karsinoma bronkhus, neoplasma metastati, dan limfoma
malignum,
f. Efusi pleura karena trauma, yakni trauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada, ruptur esophagus (Sarwono
Waspadji, 2000 Hal. 931-935)
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura terbagi lagi menjadi transudat, eksudat, dan
hemoragi.
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri) sindrom nefrotik, asites (oleh
karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior, tumor, dan sindrom meias.
b. Eksudat dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, tumor, infrak paru, radiasi, dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru, dan tuberkolosis
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi unilateral
tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi efusi bilateral diteukan pada
kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites, infrak paru, lupus eritematosus sistemis, tumor, dan
tuberkolosis.
C. Manifestasi klinik
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah
membesar dan menyebar, kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan megakibatkan
nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan
penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang terkena. (Irman Soemantri, 2007 Hal. 98)
Manifestasi klinik yang muncul ( Tierney, 2002 dan Tucker , 1998 ) adalah:
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Kesulitan bernafas
d. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
e. Keletihan
f. Batuk
E. Patofisiologi penyakit
Normalnya hanya terdapat 10-20ml cairan pada rongga pleura, jumlah cairan di rongga pleura tetap.
Karena adanya tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9cm H 2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi
apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya
permeabilitas kapiler akibat adanya proses peradangan atau neoplasma. Bertambahnya tekanan hidrostatis akibat
kegagalan jantung dan tekanan negativ intrapleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsogaf, 1995).
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan dalam cavum pleura. kemungkinan
proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang meliputi (Guyton dan Hall, 1997) :
a. Adanya hambatan drainase limpatik dari rongga pleura
b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga
menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura
b. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi cairan yang berlebihan
c. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dan rongga pleura dapat
menyebabkan pecahnya membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam
rongga secara cepat.
Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang masuk
melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga terjadilah infeksi primer. dari infeksi ini akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis lokal ) dan diikuti dengan pembesaran kelenjar
getah bening hilus ( Limfangitis regional ).
Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran. Permeabilitas
membran akan meningkan dan akhirnya menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan
terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran
getah bening. Sebab lain juga dapat diakibatkan dari robeknya perkejuan kearah saluran getah bening yang
menuju rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi protein dan terdapat
pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serosa, namun kadang-
kadang bisa juga hemarogi.
F. Penatalaksanaan medis
1. Terapi
a. Pleuritis tuberkulosis
Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosis paru (Rifampisim, INH, Pirozinamid atau etambutol).
b. Efusi pleura karena neoplasma
Pengobatan dengan kemoterapi dan mengurangi timbulnya cairan dengan pleurodesis memakai zat-zat
tetrasuklin.
c. Efusi karena prankreatitis
Pengobatannya dengan cara memberikan terapi peritoneo sentesis disamping terapi dengan diuretic terapi
terhadap penyakit asalnya.
2. Tindakan Medis
a. WSD (Water Sealed Drainage )
Merupakan suatu tindakan yang memungkinkan cairan atau udara keluar dari rongga pleura dn mencegah
aliran balik kerongga pleura, sisi pemasangan untuk drainage dekat dengan intracosca kelima atau keenam pada
garis midklavikula.
b. Torakosintesis
Merupakan aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnosis maupun teurapeutik. Aspirasi dilakukan
pada bagian bawah paru disela iga lX garis askila posterior dengan memakai jarum abbocath no 14 atau 16.
Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan spesimen guna keperluan analisa dan
untuk menghilangkan dispnea. Namun, bila penyebab dasar adalah malignasi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari atau minggu. Torakosintesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein, dan kadang
pneumotoraks.
c. Pemberian antibiotik, Jika ada infeksi
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat ( tetrasiklin, kalk, dan biomisin ) melalui
selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
e. Biopsi pleura : untuk mengetahui adanya keganasan
G. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar Tembus Dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan
permukaan lateral lebih tinggi dan pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dan lateral ke medial,
pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri.
Hal ini yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya mediastinum pada sisi yang
berlawanan dengan cairan. Namun, bila terdapat atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan.
Mediastinum akan tetap pada tempatnya.
2. Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun teropeutik. Pelaksanaan dilakukan
sebaiknya pasa posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga lX garis aksila posterior
dengan memakai jarum Abbocath no 14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500cc
pada setiap kali aspirasi. Aspirasi sekaligus banyak akan menimbulkan pleura shock ( hipertensi ) atau edema
paru-paru. Edema paru-paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.
3. Biopsi Pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukan 50-75% diagnosis
kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi
ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks dan penyebaran infeksi atau tumor pada dinding
dada.
4. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagosis
Pemeriksaan tambahan :
a. Bronkoskopi : Pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, dan abses paru-paru.
b. Scaning isotop : Pada kasus-kasus dengan emboli paru-paru
c. Torokoskopi ( Fiber-optic pleuroscopy) : Pada kasus-kasus dengan neoplasma atau TBC
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Nyeri Dada dan Sesak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn.D berumur 45thn datang ke poliklinik umum RSUD Kab. Tangerang. Saat datang klien batuk, sesak
nafas, nyeri dada, rasa berat pada dada, berat badan menurun. Saat dikaji oleh perawat, klien mengeluh nyeri
bagian dada dengan skala nyeri 5 (skala 0-10), nyeri seperti tertindih beban berat, nyeri bertambah saat
beraktifitas berat dan berkurang saat beristirahat.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Imunisasi : Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil.
Alergi : Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi.
Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan mempunyai penyakit TB paru
Obat-obatan yang pernah di digunakan : Rifampicin
Riwayat masuk RS : Klien mengatakan masuk RS. G pada tahun 2013
Riwayat kecelakan : -
Riwayat tindakan operasi : -
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sesak nafas, Kesadaran Umum Compos Mentis
2. Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 90/70 mmHg
• Nadi : 87x Permenit
• Suhu : 37,6ºC
• RR : 35x Permenit
3. Antropometri
• Tinggi Badan : 164cm
• BB : 46kg
• Indeks Masa Tubuh : BB = 44 = 44 = 16,3
TB² (1,64)² 2,6896
4. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, distribusi rambut merata, tidak rontok,
tidak mudah dicabut, tidak ada benjolan, tidak ada keluhan.
5. Mata
Letak bola mata simetris, gerakan bola mata simetris, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva
anemis, sclera tidak ikterik, Tekanan Intra Okuler (TIO) sama, pupil dan refleks cahaya normal, ketajaman mata
normal OD = 4/5 OS 5/5
6. Telinga
Kebersihan telinga bersih, tidak ada oedema dan secret, letak telinga simetris, fungsi pendengaran
baik
7. Hidung
Terdapat cuping hidung, kebersihan lubang hidung bersih, tidak ada oedema dan secret, letak
hidung simetris, tidak ada peradangan membran mukosa hidung, tidak terdapat polip, fungsi penciuman baik.
8. Mulut dan Faring
• Mulut bersih, tidak ada bau mulut, terdapat mukosa pada mulut
• Bibir : Warna pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan bentuk
• Gusi : Warna merah muda, tidak ada gingivitis, tidak ada perdarahan
• Gigi : Jumlah gigi 33, ada caries gigi pada gigi molar, tidak ada perdarahan, abses, dan benda asing (gigi
palsu)
• Lidah : Warna pucat dan pergerakan lidah normal
• Faring : Warna merah muda, tidak ada peradangan, tidak ada eksudat, tonsil tidak ada pembesaran
9. Leher
Bentuk leher normal, tidak ada oedema dan jaringan parut, tidak ada tekanan vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada kaku kuduk dan mobilitas leher normal.
10. Thorax dan Dada
• Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang, ada retraksi intercostal, tidak ada oedema dan
jaringan parut, vocal premitus menurun, neyri dada, pemasangan kateter thorax
• Suara nafas menghilang pada bagian terinfeksi, suara ucapan (vocal resonans) normal, saat perkusi terdengar
pekak
• Pada jantung ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung normal
• Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada
ulcus dan pembengkakan, tidak ada secret.
11. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi, tidak ada oedema, bising usus
10x permenit, tidak ada nyeri tekan.
12. Ekstremitas atas
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih,
refleks biceps dan trisep +
13. Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari
bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +
4. DATA BIOLOGIS
1. Pola Nutrisi
Makan
a. Frekuensi : 3x Sehari
b. Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
c. Porsi/Jumlah : 1 Piring kecil
d. Keluhan : Tidak nafsu makan
e. Makanan yang dipantang : Tidak Ada
f. Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
g. Suplemen yang dikonsumsi : Vit. C
Minum
a. Jenis : Air putih
b. Jumlah : ± 8 Gelas
2. Pola Eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Klien mengatakan BAB tidak teratur
Buang Air Kecil (BAK)
a. Input : 480cc
b. Output : 300cc
c. Balance : Input – Output = 180cc
d. Warna : Kuning Jernih
e. Keluhan : Tidak ada
3. Pola Istirahat/Tidur
a. Tidur Siang : ± 2 jam
b. Tidur Malam : ± 7 Jam
c. Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari karena tidak nyaman tidur
4. Personal Hygiene
a. Mandi : 1x Sehari
b. Jenis Pakaian : Kaos dan daster
c. Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin
d. Penis Hygiene : Dibersihkan 1x sehari
5. DATA PSIKOLOGIS
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Status Emosi : Terkadang sedikit Cemas
c. Pola Koping : Positif ( Klien selalu menceritakan masalah yang dihadapinya
d. Pola Komunikatif : Klien Koperatif
e. Konsep Diri :
Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan
Peran Diri :
Klien mengakui dirinya sebagai suami yang baik bagi istrinya
Klien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi anaknya
Harga Diri :
Klien mengakui tidak merasa tersisihkan
Klien mengakui merasa dibutuhkan
Klien mengakui senang menjadi seorang ayah
6. DATA SOSIAL
Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar
7. DATA SPIRITUAL
Klien mengatakan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim.
8. THERAPHY
9. DATA PENUNJANG
a. Foto rotgen thorax
b. Torakosentesis
c. Laboratorium
Resiko Trauma
V. EVALUASI
A. Kesimpulan
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. Berdasarkan
lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Tanda dan gejala yang mungkin
muncul adalah Sesak nafas, Nyeri dada, Pleuritik, Deviasi trakea, Nyeri perut, Batuk, Cegukan, Pernafasan yang
cepat, Rasa Berat pada dada. Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit
yang mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak nyamanan dan
dispnea. Komplikasi yang dapat terjadi adalah Infeksi paru dan fibrosis paru.
B. Saran
1. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya hubungan
komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan keluarga pasien.
2. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan penkes tentang penyakit kepada
pasien dan keluarga pasien untuk menambah pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
3. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada, pernafasan cepat yang sifatnya masih ringan
sebaiknya langsung periksakan ke pelayanan kesehatan agar memperoleh tindakan keperawatan dan pengobatan
yang cepat dan tepat sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Soemantri, Irman, 2007. “Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan”, Salemba Medika: Jakarta
Muttaqin, Arif, 2008. “Buku Ajar Askep Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan”, Salemba Medika: Jakarta
Gleadle, Jonathan, 2005. “At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik”, Erlangga: Jakrta
Smeltzer, Suzanna C, 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.
1”, EGC: Jakarta