Anda di halaman 1dari 9

Tugas mikrobiologi

Nama : Rahmatullah Tahmid


NIM : 711345119025

Tugas 1
1.Jenis-jenis mikroorganisme dalam air!

Cryptosporidium

Cryptosporidium adalah genus protozoa yang dapat menyebabkan penyakit pencernaan seperti
diare pada manusia. Kondisi tersebut dikenal sebagai cryptosporidiosis atau serangan diare yang
melumpuhkan. Cryptosporidium adalah organisme yang paling sering terisolasi pada pasien HIV
positif yang mengalami diare. Cryptosporidium ookista memiliki diameter sekitar 4-6 µm.

Anabaena

Anabaena hidup di semua waduk air tawar di seluruh dunia, terutama di Australia, Eropa, Asia,
Selandia Baru, dan Amerika Utara. Di Australia, bakteri air tawar Anabaena telah ditemukan
memproduksi saxitoxins, sejenis neurotoksin yang dapat menyebabkan penyumbatan
pernapasan, yang diikuti dengan kematian. Untungnya, cyanobacteria ini adalah salah satu
mikroorganisme yang mudah disaring dari air minum.

Rotifera

Rotifera adalah mikroorganisme yang relatif umum yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Dan
mereka juga salah satu dari yang paling umum dari kontaminan air minum. Meskipun hanya
tumbuh sebesar 1mm di, yang hampir mikroskopis, namun rotifera tetap dapat dilihat dengan
mata telanjang. Beberapa dari mereka berenang, yang lain merangkak, namun tidak satupun dari
mereka yang diketahui berbahaya bagi manusia. Dan kabar itu cukup bagus, karena rotifera
cukup sering ditemukan dalam air kran.

Copepoda

Copepoda adalah kelompok crustacea kecil yang ditemukan di laut dan hampir di setiap habitat
air tawar. Beberapa spesies planktonik (melayang di perairan laut), beberapa bentik (hidup di
dasar laut), dan beberapa spesies kontinental dapat hidup di habitat limno-terestrial dan tempat-
tempat basah lainnya seperti rawa, di bawah daun yang basah, rawa, mata air, kolam dan
genangan air.
Escherichia coli

Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli, adalah bakteri yang umum ditemukan di bawah usus
organisme berdarah panas (endotermik). Kebanyakan strain E. coli tidak berbahaya, tetapi
beberapa serotipe dari bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan yang serius pada
manusia dan diare akibat kontaminasi makanan. Strain berbahaya ini  merupakan bagian dari
flora normal usus, dan bisa mendapatkan memberi keuntungan untuk tubuh dengan
memproduksi vitamin K2, dan mencegah pembentukan bakteri patogen dalam usus.

Naegleria fowleri

Naegleria fowleri adalah organisme yang biasanya ditemukan di air tawar hangat seperti kolam,
danau, sungai, dan sumber air panas. Tidak ada bukti bahwa organisme ini hidup di air asin. Ini
adalah salah satu jenis amuba dari kelompok Percolozoa atau Heterolobosea. Ini adalah amuba
milik kelompok Percolozoa atau Heterolobosea. N. fowleri dapat menyerang sistem saraf
manusia. Meskipun hal ini jarang terjadi, infeksi ini dapat menyebabkan kematian korban.
Tingkat fatalitas kasus diperkirakan mencapai 98%.

Legionella pneumophila

Legionella pneumophila adalah bakteri dari genus Legionella. L. pneumophila adalah bakteri
patogen manusia utama di grup ini dan merupakan agen penyebab legionellosis atau penyakit
legiuner. Legionellosis adalah istilah medis untuk infeksi pernapasan akut yang disebabkan oleh
spesies dari bakteri aerobik milik genus Legionella. Lebih dari 90% kasus legionellosis
disebabkan oleh Legionella pneumophila.

2.Keuntungan dan kerugian mikroorganisme dalam air !

Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi juga dapat merugikan. Beberapa


keuntungan mikroba dalam air antara lain :
1. Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan utama ikan,
sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut. Jenis-jenis
mikroalgae misalnya: Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia, Scenedesmus, Tabellaria.

2. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad ”dekomposer”,
artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau merombak senyawa yang
berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di
dalam air secara biologis.

3. Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis


dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis akan menambah jumlah
oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/ber-tambah, ini yang diperlukan oleh
kehidupan di dalam air.

4. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh


jasadpemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi
hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain, khususnya ikan.
Sedangkan kerugian adanya mikroba dalam air antara lain :
1. Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab penyakit,
seperti: Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus,Shigella penyebab penyakit disentri
basiler, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba penyebab disentri amuba.

2. Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium yang hidup
anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas, Salmonella, Staphyloccus,
serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan Microcystis

3. Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut berasal dari air
pompa, misal di daerah permukiman baru yang tadinya persawahan. Ini disebabkan oleh
adanya bakteri besi misal Crenothrix yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi
senyawa ferro menjadi ferri.

4. Di pemukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan menjadi berbau
(bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang misal Thiobacillus yang
mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.

5. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau warna-warna lain
yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae. Bahkan suatu proses yang sering
terjadi pada danau atau kolam yang besar yang seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh
algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang berperan
didalamnya adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis aeruginosa
Tugas 2

1.Peranan mikroba tanah dalam siklus mineral!

Pemanfaatan mikroorganisme tanah untuk meningkatkan efisiensi serapan hara oleh akar
tanaman pada umumnya melalui peningkatan kelarutan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
baik yang berasal dari pupuk maupun yang berasal dari mineral tanah dan atau peningkatan
kemampuan akar menyerap hara. Hal ini berkaitan dengan bakteri pelarut hara dan yang
berkaitan dengan jamur mikoriza.Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. adalah jenis bakteri yang
mampu meningkatkan kelarutan fosfat dalam tanah. Namun menurut Lynch (1983) jenis yang
pertama mampu mengakumulasi nitrit, sehingga dapat meracuni tanaman. Pseudomonas
fluorescens-putida mampu membentuk koloni di rhizosfer dengan cepat sehingga dapat
meningkatkan hasil kentang, bit gula dan lobak sebanyak 144 %. Pada tanaman kedelai
kombinasi antara Pseudomonas putida dan Azospirillum sp. meningkatkan serapan N dan P.
Pemberian bakteri pelarut fosfat juga meningkatkan laju pertumbuhan bibit lamtoro,
meningkatkan ketersediaan fosfat pada tanah ber pH tinggi >7 dan kadar P tanah tersedia tinggi
(95 ppm).

2.Perana mikroba dalam siklus carbon !

a) Jamur: Peran menonjol dari jamur di lingkungan adalah dalam siklus karbon, selama proses
dekomposisi, terutama pada tanah.

b) Algae: Ganggang juga merupakan bagian penting dari siklus karbon. Mereka adalah
organisme fotosintesis yang dominan di banyak lingkungan perairan.

Ganggang adalah autotrof, yang berarti mereka menggunakan karbon dioksida (CO2) sebagai
sumber karbon untuk pertumbuhan. Oleh karena itu mereka mengubah CO2 di atmosfer menjadi
bahan organik (yaitu, sel alga).

c) Bakteri prokariotik dan archaea: Sebagai hasil dari keragaman dan jenis yang unik dari
metabolisme, yang terlibat dalam unsur siklus hampir semua penting. Metanogenesis (konversi
karbon dioksida menjadi metana) yang unik untuk prokariota dan menempatkan mereka dalam
“peran penting” siklus karbon.

Bakteri Heterotrof : Mereka adalah penting dalam rantai karbon untuk proses biodegradasi dan
dekomposisi dalam kondisi aerob dan anaerob. Pada bakteri, ada jenis yang unik fotosintesis
yang tidak menggunakan H2O atau menghasilkan O2 yang berdampak pada siklus karbon dan
sulfur.
d) Cyanobacteria memperbaiki CO2 dan menghasilkan O2 selama fotosintesis, dan mereka
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap siklus karbon dan oksigen.
3.Pengaruh mikroba tanah yang asosiatif dan antagonistic

Mikroba asosiatif dan antagonistik penyakit tanamanadalah jasad renik yang diperoleh darialam, baik
berupa bakteri, cendawan,actinomycetes maupun virus yang dapat menekan, menghambat atau
memusnahkanorganisme pengganggu tanaman(OPT) (Tombe 2002). Pengendalian hayatiadalah suatu
tindakan yang bertujuan mereduksi kepadatan inokulum atauaktivitas patogen sehingga tidak
menimbulkangejala pada tanaman

4.Deteriosasi dan Korosi mikbiobiologik oleh mikroba tanah!


Korosi dapat terjadi karena proses fisis,khemis maupun biologis. Korosibiologispadaumumnyadisebabkan
karena adanyamikrobia. Mikrobia dalam proses korosidianggap sebagai penyebab tersendiri,yang
dalamkerjanya dapat sendiri ataumerupakan gabungan dari sejumlah mikrobayang berbeda (Rochati,
1995Dexter, 1996 ;Stoecker , 1996 ; Supardi, 1997 ).Mikroorganisme hadir pada kondisiaerob,
maupunianaerob. Kondisi anaerobselalu hadir pada suatu lingkungan mikro,dibawah dari kondisi aerob.
Kondisi pH dantersedianya nutrisi juga merupakan faktoryang menetukan apakah suatu
jenismikroorganisme dapat berkembang di dalamtanah dan menyebabkan korosi (Bradford,
1992; Pohlman, 1996; Bagnall,1996; Bryson,1996; Davison,1996; Lewandowski, andHamilton,
2002).Salah satu mikroba yang turut berperandalam proses korosi mikrobiologis adalahbakteri pereduksi
sulfat (SRB) yang hidupsecara anaerob dan dapat tumbuh pada kisaranpH 2 sampai pH 9, tetapi
optimalnya pada pH7. Bakteri ini ditemukan hampir pada semuatanah, dan air, terutama yang banyak
mengandung bahan organik (Dart, 1977;Bradford, 1992; Supardi, 1997). Dalamsuasana anaerob, asam
sulfat akan direduksioleh bakteri pereduksi sulfat menghasilkangas H2S dan H2O. H2S yang dihasilkan
akanbereaksi dengan besi membentuk FeS, Fe(OH)2. Mikrobia yang lain yang berperan
dalam korosi adalah bakteri yang hidup secaraaerob, yang telah diketahui dengan baik dan
merupakan suatu kenyataan,

1.  Mikroba di dalam Ruangan


            Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita
penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum, streptokokus,
pneumokokus, dan staphylokokus.  Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara,
dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung
mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu
dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan yang
mengandung patogen.  Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan
berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba.
Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai
100.000.  Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain melalui udara
dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi
spora jamur di udara. 
2.  Mikroba Di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di
udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah
yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin.  Mikroba
tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada
ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur,
terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub
maupun tropis.
            Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500
kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari,
kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain.

Tugas 3

1.Sumber kontaminasi mikroba udara!


suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah
dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia
marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. 

2. Pengendalian penyakit yang terbawa udara:

1) Imunisasi
Dengan pemberian vaksin rubella pada anak-anak laki-laki dan perempuan sejak dini
2) Pengubahan kandungan jasad penyebab infeksi di udara dengan penyaringan, sterilisasi atau
pengenceran. Penyaringan udara yang diputar ulang dengan mengalirkan jumlah udara melalui
penyaring dengan memerlukan sistem ventilasi komplek ditambah penggunaan energi yang
besar. Teknik pengendalian di udara dengan pengenceran dengan melakukan penggantian udara
dalam dengan udara luar secara terus-menerus. Terdapat juga metode untuk mengendalikan
penyakit yang disebarkan melalui udara, yaitu :
a)  Metode sinar ultraviolet
Digunakan pada ruangan yang sesak dengan daya tembus jelek, merusak mata sehingga
sinar harus diarahkan ke langit-langit
b)  Metode aliran udara satu arah
Digunakan di laboratorium industri ruang angkasa dengan batasan mahal untuk
pemanasan atau pengaturan udara
c)  Metode sirkulasi ulang, udara tersaring
Digunakan di tempat apa saja dengan batasan penyaring harus sering diganti.
d)  Metode pembakaran
Digunakan pada ventilasi udara dari cerobong yang didalamnya terdapat organisme yang
menginfeksi sedang dipindahkan (Volk and Wheeler, 1989).

Tugas 4

1. Bakteri pathogen yang ada dalam makanan dan minuman

Salmonella sp.

Bakteri ini biasanya terdapat pada daging sapi, daging unggas dan telur yang tidak matang
sempurna dan dimakan mentah. Kontaminasi juga dapat terjadi apabila pangan matang
bercampur dengan pangan mentah atau kontaminasi silang dari penjamah makanan yang
higienitasnya buruk. Gejala yang dialami oleh orang setelah makan makanan terkontaminasi
Salmonella diantaranya mual, demam, pusing, diare, muntah selama 2 sampai dengan 7 hari.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memasak pangan sumber protein hewani sampai matang
benar, memisahkan makanan yang telah matang dengan pangan mentah dan menyimpan pangan
pada suhu <40 C.

2. Shigella sp.

Penyebaran jenis bakteri ini pada umumnya melalui orang/penjamah makanan yang memiliki
higienitas yang buruk dalam mengolah dan meyiapkan makanan. Shigella sering dijumpai pada
pangan hewani yang melalui proses pengolahan yang panjang atau pangan yang tidak mengalami
pemanasan. Masa inkubasi bakteri ini adalah 1-7 hari. Orang yang terinfeksi bakteri ini akan
mengalami sakit perut, demam, muntah dan diare. Langkah pencegahan untuk menangani kasus
ini antara lain mempraktikkan higienitas perorangan dan sanitasi dalam penanganan makanan
(HACCP), tidak menyimpan makanan pada suhu ruang selama lebih dari 2 jam, selalu
menggunakan lemari pendingin untuk menyimpan makanan dan pekerja/penjamah makanan
yang sedang sakit (diare dan muntah) tidak boleh menangani pengolahan dan penyiapan pangan.

          3. Eschericia coli

Jenis bakteri ini biasanya menyebar melalui pangan yang tercemar limbah. Hal ini terjadi pada
perjalanan pangan mulai dari produksi sampai dengan tahap akhir ke tangan konsumen. Selain
itu, dapat ditemui pula pada daging yang kurang matang dan susu yang tidak dipasteurisasi.
Masa inkubasinya adalah 3-4 hari. Apabila terinfeksi E. coli, penderita mengalami kram perut
yang disertai diare, demam (bisa sampai 10 hari), bahkan perlu ditangani secara serius di rumah
sakit. Kejadian yang fatal seperti infeksi saluran urin yang bermuara pada gagal ginjal dapat
terjadi bila terinfeksi bakteri E.Coli. Beberapa cara untuk mencegah terkena infeksi ini adalah
tidak mengonsumsi air mentah, susu non pasteurisasi dan makanan setengah matang (tidak
matang sempurna).

      4. Campylobacter jejuni

Penyebaran bakteri ini terjadi melalui air mentah, binatang peliharaan yang terinfeksi,
mengonsumsi daging, unggas, susu dan kerang yang tidak dimasak dengan sempurna. Masa
inkubasi infeksi adalah 2 sampai dengan 3 hari dengan disertai gejala-gejala seperti diare
(kadang disertai darah), demam dan pusing yang berlangsung selama 1 sampai dengan 10 hari.
Menghindari konsumsi pangan mentah, memasak air minum terlebih dahulu, mengonsumsi susu
yang telah dipasteurisasi dan menjaga kebersihan, serta menghindari kontaminasi silang antara
bahan pangan mentah dan matang, selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri dan
peralatan pangan merupakan upaya yang harus dilakukan untuk menghindari infeksi bakteri ini.

       5. Listeria monocytogenes

Umumnya bakteri ini ditemukan dialam, saluran pencernaan manusia dan hewan serta
lingkungan pengolahan makanan. Media penyebarannya antara lain air minum mentah, susu
nonpasteurisasi, daging dan produk perikanan serta sayur dan buah mentah yang dipupuk dengan
pupuk kandang. Infeksi pada orang dewasa dapat menimbulkan gejala demam, menggigil,
kembung, sedangkan pada bayi dan anak kecil terdapat gejala-gejala seperti muntah dan sulit
bernapas. Selain itu, kasus ini dapat menyebabkan keguguran janin pada wanita hamil. Langkah-
langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain menghindari mengkonsumsi susu mentah
dan keju yang dibuat dari susu nonpasteurisasi, mengikuti petunjuk label pada kemasan dan
memanaskan kembali produk pangan beku.

      6. Staphylococcus aureus

Penyebaran bakteri ini berlangsung melalui kulit manusia, jerawat, bisul dan infeksi teggorokan
saat melakukan penyiapan dan pengolahan makanan. Staphylococcus aureus senang berkembang
pada jenis makanan seperti daging sapi, daging unggas, salad, keju, telur dan makanan yang
ditutupi oleh krim. Gejala-gejala yang biasanya dialami oleh orang yang keracunan antara lain
mual, muntah, diare dank ram perut selama 1 sampai dengan 2 hari. Namun, kejadian ini jarang
berujung fatal. Menjaga kebersihan diri, selalu mencuci tangan saat mengolah, menyiapkan dan
menyentuh makanan, serta menjaga kualitas sanitas lingkungan yang baik merupakan tindakan
pencegahan keracunan makanan yang disebabkan oleh jenis bakteri ini.

         7. Clostridium botulinum

Jenis bakteri ini paling banyak ditemukan dalam produk pangan kaleng tetapi tidak dengan
proses pemanasan yang sempurna. Biasanya praktik ini sering dijumpai pada industri rumah
tangga. Tanda-tanda yang dapat ditemui jika suatu pangan mengandung bakteri maupun
toksinnya antara lain terdapat cairan jernih agak keputihan. Kemasan retak, tutup kaleng yang
kendor, kaleng yang menggembung atau timbul bau yang menyimpang. Masa inkubasinya
adalah 4-72 jam dengan gejala-gejala yang timbul seperti sulit menelan, sulit bernafas, mata
mengantu, kesulitan berbicara dan penglihatan berbayang. Bila tidak segera ditangani akan
berakibat fatal. Cara pencegahannya adalah mencermati kondisi pangan kaleng sebelum
membeli, tidak mengonsumsi produk makanan dengan kaleng yang rusak dan memanaskan pada
suhu 800 C selama 20 menit sebelum dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai