Anda di halaman 1dari 7

BARMEN PARLINDUNGAN S. (072.16.

050)
TUGAS 1
GEOFISIKA RESERVOIR

BAB 2 FUNDAMENTAL

2.1 Pengantar
Menafsirkan amplitudo seismik membutuhkan pemahaman tentang akuisisi dan pemrosesan
seismik serta pemodelan untuk menggambarkan dan mengevaluasi perilaku akustik. Buku-buku
terpisah telah ditulis tentang masing-masing mata pelajaran ini dan tentu saja ada lebih banyak untuk
dikatakan tentang masalah-masalah ini daripada yang dapat disajikan di sini. Tujuan bab ini adalah
untuk menyediakan kerangka kerja informasi dasar yang diperlukan oleh juru bahasa untuk memulai
proses interpretasi amplitudo seismik.

2.2 Konsep Dasar Seismik


2.2.1 Geometri Seismik
Metode Seismik refleksi merupakan sebuah metode geofisika yang memanfaatkan gelombang
pantul dari batuan yang berada di bawah permukaan. Caranya yaitu dengan mengirimkan gelombang
akustik yang dikirimkan kedalam bumi, lalu gelombang yang dikirimkan nantinya akan dipantulkan
oleh bidang batas antar lapisan batuan ke permukaan, gelombang yang dipantulkan ke permukaan ini
diterima dan direkam oleh alat perekam yang disebut geophone (di darat) atau hydrophone (di laut),
(Badley, 1985). Data yang di dapatkan dari pengukuran seismik adalah waktu tempuh gelombang.
Dari data tersebut kita akan mendapatkan kecepatan rambat gelombang. Selain hal tersebut variabel
lain yang dapat dimanfaatkan ialah amplitudo, frekuensi dan fasa gelombang. Metoda seismik refleksi
dimanfaatkan untuk keperluan eksplorasi perminyakan ataupun mendeteksi struktur per lapisan tanah.
Gelombang seismik merambat ke dalam bumi sebagai gelombang elastik. Kemampuan batuan untuk
melewatkan gelombang elastik ini disebut sebagai impedansi akustik. Seismik refleksi akan terbentuk
jika ada perubahan impedansi akustik yang merupakan fungsi dari kecepatan dan densitas batuan.
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang berbeda dari
lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, gelombang akan ada yang direfleksikan kembali ke
permukaan dan ada juga yang diteruskan merambat ke bawah permukaan bumi. Dalam seismik
refleksi, analisa dipusatkan pada energi yang diterima setelah getaran awal diberikan. Secara umum,
sinyal yang dicari adalah gelombang – gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar
lapisan di bawah permukaan.

2.2.2 Prinsip Metode Seismik Refleksi


Komponen seismik refleksi menunjukkan komponen sebuah gelombang (tras seismik) seperti
amplitudo, puncak, palung, zero crossing, tinggi dan panjang gelombang. Kemudian dari parameter
data dasar tersebut dapat diturunkan beberapa komponen lain seperti impedansi akustik, koefisien
refleksi, polaritas, fasa, resolusi vertikal, wavelet, dan sintetik seismogram.

a.
Nea Fa
r Receiver r
cable

i
i
b.

Time

a. Impedansi Akustik : merupakan kemampuan suatu batuan untuk melewatkan gelombang


seisik yang melaluinya. Secara fisi, Impedansi Akustik merupakan produk perkalian antara kecepatan
gelombang kompresi dengan densitas batuan, persamaan matematis : Z = V x ρ
V = cepat rambat gelombang dan ρ = densitas batuan.
b. Koefisien Refleksi : adalah suatu nilai yang merepresentasikan bidan batas antara dua
medium yang memiliki impedansi akustik yang berbeda. Untuk gelombang yang mengenai batas
Z 1−Z 0
lapisan pada normal impedansi, persamaan koefisien refleksi : KR= .
Z 1+ ZO
c. Polaritas : adalah penggambaran koefisien refleksi sebagai suatu bentuk gelombang yang
bernilai positif atau negatif. Jika Z 2 > Z1 maka akan didapatkan bentuk puncak (peak), dan akan
mendapatkan palung (through) jika Z2 < Z1 . Karena terdapat ketidakpastian dari bentuk gelombang
seismik yang direkam, maka dilakukan pendekatan bentuk polaritas yang berbeda yaitu polaritas
normal dan polaritas terbalik (reverse). Saat ini terdapat dua jenis konvesi polaritas, yaitu Standar
SEG (Society of Exporation Geophysicist) dan Standar Eropa dan keduanya saling berkebalikan.

d. Fasa : Sebuah wavelet memiliki panjang yang terbatas dengan fasa tertentu. Didalam istilah
eksplorasi seismik, fasa sebuah wavelet dikenal sebagai fasa mininum, fasa nol dan fasa maksimum.
Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar di atas, fasa minimum dicirikan jika sebagian besar
energi amplitud wavelet berada diawal, fasa nol dengan simetris di tengah – tengah dan fasa
maksimum diakhir wavelet.
e. Resolusi Vertikal Seismik : adalah kemampuan gelombang seismik untuk memisahkan dua
reflektor yang berdekatan.
f. Wavelet : Adalah gelombang harmonik yang mempunyai interval amplitudo, frekuensi, dan
fasa tertentu. Dapat juga diartikan wavelet adalah gelombang yang merepresentasikan satu reflektor
yang terekam oleh satu geopon.

Berdasarkan konsentrasi energinya wavelet dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu :


a. Zero Phase Wavelet : Wavelet berfasa nol mempunyai konsentrasi energi maksimum di
tengah dan waktu tunda nol, sehingga wavelet ini mempunyai resolusi dan standout yang maksimum.
Wavelet berfasa nol (disebut juga wavelet simetris) merupakan jenis wavelet yang lebih baik dari
semua jenis wavelet yang mempunyai spektrum amplitudo yang sama.
b. Mininum Phase Wavelet : Wavelet berfasa mininum memiliki energi yang terpusat pada
bagian depan. Dibandingkan jenis wavelet yang lain dengan spektrum amplitudo yang sama, wavelet
berfasa mininum mempunyai perubahan atau pergeseran fasa terkecil pada tiap – tiap frekuensi.
Dalam terminasi waktu, wavelet berfasa minimum memiliki waktu tunda terkecil dari energinya.
c. Maximum Phase Wavelet : Wavelet berfasa maksimum memiliki energi yang terpusat
secara maksimal di bagian akhir dari wavelet tersebut, jadi merupakan kebalikan dari wavelet berfasa
minimm.
d. Mixed Phase Wavelet : Wavelet berfasa campuran merupakan wavelet yang energinya
tidak terkonsentrasi di bagian depan maupun di bagian belakang.

e. Seismogram Sintetik : adalah data seismik buatan yang di buat dari data sumur, yaitu log
kecepatan, densitas, dan wavelet dari data seismik. Dengan mengalikan kecepatan dengan densitas
makan akan didapatkan deret koefisien refleksi. Koefisien refleksi ini kemudian dikonvolusikan
dengan wavelet, sehingga akan didapatkan seismogram sintetik pada daerah sumur tersebut.

2.3 Pemodelan Untuk Interpretasi Seismik


2.3.1 Model Konvolusional, Wavelet dan Polaritas
Konvolusi antara koefisien refleksi dengan wavelet seismik menghasilkan model trace
seismik yang akan dibandingkan dengan data riil seismik dekat sumur. Seismogram sintetik dibuat
untuk mengkorelasikan antara informasi sumur (litologi, kedalaman dan sifat – sifat fisis lainnya)
terhadap penampang seismik guna memperoleh informasi yang lebih lengkap dan komprehensif.
2.3.2 Sifat Batuan Isotropik dan Elastis
Reflektivitas merupakan kontras Impedansi Akustik (IA) pada batas lapisan batuan yang satu
dengan lapisan batuan yang lain. Besar kecilnya nilai reflektivitas selain tergantung pada sudut datang
gelombang atau jarak sumber-penerima. Di dalam seismik refleksi, reflektivitas biasanya ditampilkan
pada jarak sumber-penerima sama dengan nol (zero offset) sehingga dapat ditulis sebagai persamaan
Z 2−Z 1
berikut : R= dengan z = ρ V, R merupakan reflektivitas, z merupakan impedansi akustik
Z 2+ Z 1
dan V merupakan cepat rambat gelombang.
Konvolusi Seismik merupakan suatu operasi matematika dari reflektivitas bumi dengan
fungsi sumber seismik ditambah oleh noise sehingga menghasilkan trace seismik. Konvolusi
dinotasikan dengan (*), dengan persamaannya sebagai berikut :
S(t) = W(t) * r(t) + n(t)
S(t) merupakan trace seismik, W(t) merupakan wavelet seismik, r(t) merupakan reflektivitas bumi dan
n(t) merupakan noise.

2.3.3 Offset Refleksi


AVO (Amplitudo Variation Offset) pertama kali ditunjukan sebagai suatu teknik untuk
memvalidasi anomali pada seismik yang berasosiasi dengan kehadiran gas pada suatu reservoar.
Anomali amplitudo muncul sebagai akibat dari penurunan koefisien refleksi gelombang seismik
secara drastis dari puncak lapisan mengandung gas bila dibandingkan koefisien refleksi dari
lapisanlapisan yang ada disekitarnya. Anomali yang terjadi disebut bright spot, dalam prakteknya
tidak semua bright spot menujukan kehadiran gas karena seperti batubara, lapisan yang sangat berpori
ataupun rekaha-rekahan, lapisan garam, konglomerat, turbidit dan tuning effect dari lapisan-lapisan
tipis dapat menunjukan anomali tersebut pada penampang seismik. Oleh karena itu, AVO
dikembangkan untuk meminimalsisir ambiguitas tersebut. AVO muncul akibat adanya partisi energi
pada bidang reflektor. Sebagian energi dipantulkan dan sebagian lainnya ditransmisikan. Ketika
gelombang seismik menuju batas lapisan pada sudut datang tidak sama dengan nol maka konversi
gelombang P menjadi gelombang S terjadi. Sebagai konsekuensinya, koefisien refleksi menjadi fungsi
dari kecepatan gelombang (Vp), kecepatan gelombang S (Vs), densitas (ρ) dari setiap lapisan, serta
sudut datang (ɵ1) sinar seismik. Amplitudo tiap gelombang pada bidang batas diperkenalkan oleh
Zeoppritz yang menggambarkan koefisien refleksi dan transmisi sebagai dari sudut datang pada media
elastik ( densitas, kecepatan gelombang P/Vp, kecepatan gelombang S/ Vs). Knott dan Zeoppritz
melakukan analisa koefisien refleksi berdasarkan hal tersebut dan persamaan dapat dituliskan dalam
bentuk sebagai berikut:
dimana Rpp adalah koefisien refleksi dari gelombang P, Rps adalah koefisien refleksi dari gelombang
S, Tpp adalah koefisien transmisi dari gelombang P, Tss adalah koefisien transmisi dari gelombang S,
ɵ1 adalah sudut refleksi gelombang P, ɵ2 adalah sudut transmisi gelombang P, ϕ1 adalah sudut
refleksi gelombang P, ϕ1 adalah sudut transmisi gelombang S dan ρ adalah densitas. Dari persamaan
zeoppritz tersebut, Shuey (1985) menyusun kembali persamaan berikut berdasarkan sudut datang,
kemudian didapatkan dua macam atribut yaitu intercept dan gradient, yang mana dapat dituliskan
dengan persamaan sebagai berikut: 𝑅(𝜃) = 𝐴 + 𝐵𝑠𝑖𝑛2𝜃 A adalah reflektivitas normal incidence atau
intercept dan B adalah gradient koefisien refleksi terhadap sudut datang.

2.3.4 Jenis – jenis Model Seismik


Ada sejumlah jenis model yang dapat dihasilkan untuk membantu interpretasi amplitudo.
Untuk sebagian besar aplikasi ini menggunakan reflektivitas primer yang relatif sederhana. Namun,
mungkin ada saat-saat dibutuhkan pemodelan yang lebih canggih. Masalah utama adalah bahwa
ketika kompleksitas atau kecanggihan meningkat, waktu dan upaya juga meningkat, seringkali tanpa
jaminan bahwa itu akan sepadan dengan usaha. Pengguna perlu memilih tingkat kompleksitas yang
tepat untuk masalah yang dihadapi.
a. Model Single Interface
Model paling sederhana adalah Model Single Interface, di mana Vp, Vs dan ρ untuk lapisan
atas dan bawah dimasukkan ke dalam algoritma yang didasarkan pada Zoeppritz atau perkiraannya
untuk menghasilkan plot AVO, grafik koefisien refleksi dan sudut datang. Jika target terdiri dari
lapisan tebal dengan kontras yang signifikan di bagian atas dan pangkalan, model sederhana ini akan
memberikan ide yang bagus tentang apa yang diharapkan dalam data seismik nyata. Namun, itu
kurang membantu jika ada pelapisan rumit atau perubahan gradasi dalam properti melintasi batas.
b. Wedge model
Wedge model adalah alat untuk menggambarkan interaksi refleksi dari dua buah bidang batas
yang konvergen, dan dengan membuat model ini kita dapat mengetahui efek interferensi, efek
interferensi terjadi pada daerah yang memiliki ketebalan dibawah tuning thickness. Pada model ini
tunning efect terjadi karena adanya perubahan ketebalan dimana reflektor batas atas dengan batas
bawah dapat dipisahkan pada bagian wedge model yang tebal dan tidak dapat dipisahkan atau
menyatu pada model wedge model yang tipis.

c. Model 1D Sintetiks Berdasarkan Data Log


Seismogram sintetik menggunakan data log wireline dan wavelet untuk menghitung jejak
kejadian normal tunggal atau serangkaian jejak pada sudut yang berbeda, mensimulasikan variasi
sudut dalam pengumpulan seismik. Jenis model ini penting ketika mengikat sumur ke seismik dan
ketika menghasilkan model berlapis-lapis dengan fluida yang berbeda. Model sintetis satu dimensi
(1D) berguna untuk memahami bagaimana respons seismik tergantung pada konten frekuensi data.
d. Model 2D
Model dua dimensi (2D) dapat sangat berguna untuk memahami efek perubahan lateral pada
sifat batuan dan / atau ketebalan lapisan pada tanda tangan seismik. Jenis model ini biasanya dibuat
menggunakan data log sumur wireline yang diinterpolasi di sepanjang horizontal model.
Menunjukkan antiklin dengan pasir yang menahan gas di atas kontak gas-air yang rata. Banyak efek
terlihat jelas pada bagian tersebut, termasuk perubahan dalam polaritas dan amplitudo dari berbagai
reflektor pada kontak serta sifat halus dari efek interferensi ketika kontak fluida melewati beberapa
lapisan. Jenis model ini dapat dihasilkan untuk berbagai sudut kejadian untuk mengeksplorasi sudut
mana yang memberikan respons cairan paling jelas.

a. Model Single Interface b. Wedge model


+
Shale

Ampl. 0
Offset
Sand
-

c. Model 1D Sintetiks Berdasarkan Data Log d. Model 2D

Anda mungkin juga menyukai