Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PETROLEUM DAN REFINERI

“REFORMING KATALITIK”

OLEH:

Natanael Christian H
061840411417

KELAS: 4 EGB

DOSEN PENGAJAR:
ZUROHAINA, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA PRODI D4 TEKNIK ENERGI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini minyak bumi dan gas alam masih menjadi prioritas utama sebagai
sumber energi. Keberadaan minyak bumi di alam merupakan hasil pelapukan fosil-fosil
tumbuhan dan hewan pada zaman purba jutaan tahun silam. Organisme-organisme tersebut
kemudian dibusukkan oleh mikroorganisme dan kemudian terkubur dan terpendam dalam
lapisan kulit bumi. Dengan tekanan dan suhu yang tinggi, maka setelah jutaan tahun lamanya,
material tersebut berubah menjadi minyak yang terkumpul dalam pori-pori batu kapur atau
batu pasir. Oleh karena pori-pori batu kapur bersifat kapiler, maka dengan prinsip kapilaritas,
minyak bumi yang terbentuk tersebut perlahan-lahan bergerak ke atas. Ketika gerakan
tersebut terhalang oleh batuan yang tidak berpori, maka terjadilah penumpukan minyak
dalam batuan tersebut.
Minyak bumi atau minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
berbagai keperluan lainnya, tetapi harus melalui pengolahan terlebih dahulu. Minyak mentah
mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom karbon 1 – 50. Pada
prinsipnya pengolahan minyak bumi dilakukan dengan dua langkah, yaitu desalting dan
distilasi.
Proses konversi bertujuan untuk memperoleh fraksi-fraksi dengan kuantitas dan
kualitas sesuai permintaan pasar. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan fraksi bensin
yang tinggi, maka sebagian fraksi rantai panjang perlu diubah/dikonversi menjadi fraksi
rantai pendek. Di samping itu,  fraksi bensin harus mengandung lebih
banyak hidrokarbon rantai bercabang/alisiklik/aromatik dibandingkan rantai lurus.
Jadi, diperlukan proses konversi untuk penyusunan ulang struktur molekul hidrokarbon.
Beberapa jenis proses konversi dalam kilang minyak yaitu : perengkahan, reforming, alkilasi,
dan sebagainya. Terdapat dua jenis proses rreforming yaitu catalytic reforming dan thermal
reforming. Dalam makalah ini akan membahas tentang reforming katalitik (catalytic
reforming).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan proses reforming katalitik?
2. Bagaimanakah sifat fisik dan kimia bahan baku maupun produk yang dihasilkan?
3. Proses apa sajakah yang dapat dilakukan pada proses reforming katalitik?
4. Apa saja kegunaan dari produk yang dihasilkan pada proses reforming katalitik?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Memahami proses reforming katalitik
2. Mengetahui sifat fisik dan kimia bahan baku dan produk.
3. Mengetahui proses-proses yang terjadi pada reforming katalitik
4. Mengetahui kegunaan produk dari reforming katalitik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reforming Katalis


Reforming adalah suatu proses untuk meingkatkan kualitas berbagai macam nafta
(virgin, thermal dan catalytic cracking) yang mempunyai oktan rendah menjadi komponen-
komponen yang mempunyai oktan tinggi untuk blending mogas atau avgas, atau digunakan
untuk bahan baku petrokimia yaitu pengolahan aromatik untuk memproduksi BTX (benzene-
toluene-xylene). Pada proses reforming ini volatility minyak dinaikkan dan kandungan
sulfurnya dikurangi. Perbaikan bilangan oktan virgin naphta adalah dari 20 menjadi 50 RON
tanpa menggunakan pengungkit timbal. Proses reforming katalis yang komersil dapat
diklasifikasikan sebagai proses sinambung, semi regeneratif dan siklus tergantung pada
metoda dan frekuensi regenerasi katalis, yang secara luas dikelompokkan menjadi :
1. Proses katalis unggun bergerak
2. Proses katalis unggun diam
3. Proses katalis unggun terfluidasi
Proses unggun bergerak dan terfluidsasi menggunakan katalis tipe logam oksida yang
tidak murni (katalis platina dan molibdenum), dilengkapi dengan unit regenerasi terpisah,
sedangkan proses unggun diam menggunakan katalis tipe platina dalam unit yang dilengkapi
untuk sirkulasi, tanpa regenerasi atau kadang-kadang dengan regenerasi. Pada kenyataannya
hampir 95 % kilang minyak menggunakan unggun diam.

Mekanisme reaksi yang terjadi adalah :


1. Dehidoregenasi naftena
C6H12 = = = = = C6H6 + H2
2. Dehidrosiklisasi parafin
H3C - (CH2)4 - CH3 = = = = = C6H6 + 4H2
3. Isomerisasi parafin
H3C - (CH2)5 - CH3 = = = = = H3C - CH - (CH2)3 - CH3
Heptana |
CH3
2-Metil Heksana
4. Dehidro-isomerisasi naftena
H3C - C5H8 - CH3 = = = = = H11C6 - CH3 = = = H5C6 - CH3 + 3H2

5. Hydrocracking parafin
CH3
C10H22 +H2 = = = = H3C - (CH2)3 - CH3 + H3C - CH2 - CH - CH3

6. Desulfurisasi
H4C4S - H2 = = = = = C4H10 + H2S

7. Penjenuhan olefin (Hidrogenasi Olefin)


C5H10 + H2 = = = = = C5H10

Reaksi dehidrogenasi naftena terjadi sangat cepat dan reaksi isomerisasi parafin dan
dehidro-isomerisasi naftena juga berlaangsung cepat, dengan demikian reaksi-reaksi tersebut
sangat menonjol, sedangkan reaksi-reaksi yang lambat seperti siklisasi dan hydrocracking
menjadi penting terutama pada kondisi-kondisi yang keras seperti space velocity yang rendah,
tekanan tinggi dan suhu tinggi. Reaksi hydrocracking sebagaimana juga reaksi-reaksi
dehidrogenasi dan isomerisasi biasanya tidak diinginkan karena akan menyebabkan deposit
karbon (kokas), penurunan produk hidrogen dan yield produk cair rendah, dengan umpan
yang kaya parafin dapat dilakukan hydorcracking secara besar-besaran. Tekanan yang rendah
dapat mendorong reaksi-reaksi dehidrogenasi dan siklisasi, tetapi pada kondisi yang sedang
dapat menekan terjadinya reaksi hydrocrackingg. Operasi pada 900 psi akan menyebabkan
sekitar dua kali lebih banyak terjadi hydrocracking seperti terjadi pada tekanan 500 psi.
Meskipun hidrogen lebih banyak dihasilkan pada tekanan rendah (200psig), tekanan
parsiel hidrogen relatif lebih rendah yang memberi kemungkinan kecenderungan terjadinya
reaksi hydrocracking yang menghasilkan kokas. Ditinjau dari cara meregenerasi katalis maka
reforming katalis diklasifikasikan menjadi proses sinambung, semi regeneratif dan siklus.
Pertumbuhan yang cepat terhadap pemakaian reforming katalis dalam industri minyak bumi
terjadi pada kurun waktu 1953 -1959. Namun mulai tahun 1970-an seiring dengan perbaikan
terhadap angka oktan bensin menjadi RON 98, maka katalis pun mengalami perubahan tidak
lagi hanya berbasis platina tetapi juga mengandung renium (katalis UOP R-16 dan R-20).
Pada saat ini kenaikan yang pesat dari produksi reforming katalis disebabkan karena adanya
pemakaian umpan baru selain daripada virgin naphta, yaitu light naphta dari Timur Tengah.

2.2 Teori Reforming Katalitik


Sejak tahun 1940 catalytic reforming telah digunakan untuk menggantikan thermal
reforming. Proses ini memperbaiki kualitas gasoline yang dihasilkan dari cracking yang
masih mempunyai angka oktan rendah. Catalytic reforming jauh lebih efisien dari pada
thermal reforming. Penggunaan katalis akan mempercepat reaksi dan lebih mudah
pengendalian operasinya. Katalis yang digunakan dapat terbuat dari platinum-alumina atau
platinum-rhenium-alumina. Katalis tersebut berperan sebagai pemacu reaksi siklohidrogenasi
dan reaksi lain seperti pembentukan aromatik.Hydroforming unit telah digunakan pada awal
perang dunia kedua, catalytic reforming tersebut untuk menghasilkan aviation gasoline yang
banyak digunakan untuk keperluan militer. Sekitar tahun 1955, Universal Oil Product (UOP)
telah mendemonstrasikan bahwa katalis platiunum dapat mendorong reaksi dehidrogenasi,
khususnya dalam pembentukan aromat dalam skala komersial.Dengan demikian sejak tahun
itu hampir seluruh thermal reforming digantikan dengan catalytic reforming.

Tujuan utama catalytic reforming adalah untuk mengkonversi hidrokarbon menjadi


aromatik yang reaksi utamanya adalah dehidrogenasi naphthene. Senyawa aromat tidak
hanya berfungsi sebagai komponen bahan bakar motor tetapi juga banyak digunakan sebagai
bahan baku industri petrokimia.

Didalam straight-run naphtha pada umumnya masih banyak impurities yang dapat meracuni
katalis. Agar tidak meracuni katalis, maka terlebih dahulu dilakukan hydrotreating terhadap
naphtha tersebut. Hydrotreating adalah proses penghilangan impurities seperti senyawa
sulfur, nitrogen dan arsenik melalui proses hidrogenasi. Hidrogen yang digunakan untuk
keperluan treating ini berasal dari reforming unit itu sendiri.

Gambar 1 : Product
from Thermal
Reforming and from
Catalytic Reforming

Di dalam
reaksi catalyitc
reforming kemungkinan terjadinya olefin sangat kecil sekali, hal ini disebabkan oleh adanya
reaksi hidrogenasi olefin, yang mana secara cepat begitu olefin terbentuk langsung
dijenuhkan menjadi paraffin. Hal ini dapat dipahami lebih dalam lagi dengan melihat gambar
1 yang menunjukkan perbedaan hasil reforming secara thermal dan catalytic. Kelihatan dari
sini bahwa senyawa aromat lebih banyak dihasilkan pada catalytic reforming dan olefin
hanya ada pada hasil thermal reforming. Di dalam catalyic reforming, hidrogen dihasilkan
sebagai hasil samping. Sebagian dari hidrogen yang dihasilkan disirkulasikan kembali untuk
menjaga tekanan didalam reactor dan mencegah terjadinya pembentukan coke. Disamping itu
hidrogen ini banyak dimanfaatkan untuk proses yang lain seperti hydrotreating,
hydrocracking dan isomerization plant, bahkan tidak sedikit yang digunakan untuk keperluan
industri petrokimia. Meskipun reaksi isomerisasi juga kemungkinan terjadi, namun tidak
banyak mempengaruhi kenaikan angka oktan karena jumlahnya relatif kecil.

Gambar 2 : Simplified
Regeneration of Reactor

Berbagai unit
yang digunakan dalam
catalytic reforming
process ada yang
menggunakan tekanan
tinggi dan ada juga yang
menggunakan tekanan
rendah.
Gambar 2 menunjukkan unit yang beroperasi pada tekanan tinggi, unit ini relatif murah tetapi
kurang fleksibel dibandingkan dengan yang bertekanan rendah. Keterbatasan unit ini ialah
angka oktan dan jumlah hasilnya rendah.Proses yang menggunakan tekanan tinggi
diantaranya termasuk platforming, catforming, houdriforming, salvaforming dan Sinclair-
Baker Process. Katalis yang digunakan adalah platinum, catalyst deposit biasanya sedikit.

Proses lain yang meregenerasi katalis dan sementara operasi tetap berjalan
diantaranya adalah ultraforming dan powerforming yang menggunakan katalis platinum (Pt),
fluid hydroforming dan hydroforming menggunakan katalis molybdena on alumina (Mo
dalam Al2O3), thermoforming menggunakan katalis chromia on alumina (Cr dalam Al 2O3)
dan hyperforming menggunakan katalis molybdate on alumina (Mo dalam Al2O3). Berbagai
macam proses yang dikembangkan oleh beberapa perusahaan diantaranya adalah seperti yang
terlihat dalam table 1.

Tabel 1 : Beberapa proses dan perusahaan yang mengembangkannya

Reactor berupa bejana berbentuk silinder yang di dalamnya berisi katalis. Uap
mengalir melalui setiap reactor dan kontak dengan katalis kemudian bereaksi sebagaimana
yang diinginkan. Karena reaksinya menyerap panas, maka setiap akan memasuki reactor
dipanasi terlebih dahulu di dalam reheater. Aliran meninggalkan dasar gas separator menuju
ke fractionator untuk dipisahkan komponen-komponennya.Reformat adalah produk yang
digunakan sebagai komponen untuk pencampuran premium dan aviation gasoline. Gas
meninggalkan separator menuju ke H2S absorber untuk dihilangkan H2S yang terkandung di
dalam hidrogen. Sebagian dari hidrogen yang dihasilkan disirkulasikan kembali ke proses
dengan maksud untuk menghindari terbentuknya coke dalam katalis. Suhu reaksi di dalam
reactor sekitar 850 - 950oF dan tekanan sekitar 200 - 700 psig.

Regenerasi katalis yang dilakukan ketika keaktifan katalis turun hingga dibawah batas
yang telah ditetapkan. Meskipun keaktifan katalis dapat dipulihkan dengan cara regenerasi,
namun lama-kelamaan katalis akan mengalami degradasi, dan meskipun dapat diregenerasi
tetapi hasilnya akan berada di bawah batas ekonomis. Oleh karena itu katalis yang demikian
harus diganti dengan yang baru.Proses dengan cara konvensional ini, untuk melakukan
regenerasi harus menghentikan operasi. Dewasa ini banyak dilakukan inovasi terhadap proses
yang dapat dioperasikan secara kontinyu dan tanpa menghentikan proses sewaktu regenerasi.

2.3 Karakteristik Nafta (Feed)

Mendidih antara 30 °C dan 200 °C. Ini terdiri dari campuran kompleks molekul
hidrokarbon pada umumnya memiliki antara 5 dan 12 atom karbon. Ini biasanya merupakan
15-30% dari minyak mentah berat.

Nafta adalah cairan aromatic tak berwarna coklat kemerahan yang mudah menguap,
sangat mirip dengan besin

2.4 Flowsheet

2.5 Uraian Proses

Feed berupa nafta sebelumnya dimasukan kedalam Depentanized / Dehexanid,


kemudian akan dipompa menuju ke HE untuk menaikan suhu dari feed itu tesebut.
Selanjutnya feed dipanaskan lagi kedalan fried heater untuk menaikan suhu sekitar 495-525
°C, setelah itu feed dimasukan fixed bed reactor, selanjutnya produk dari fixed bed reactor
dipanaskan lagi didalam fired heater. Dimana tujuan dari digunakan 3 buah fired heater itu
agar suhu sebelum masuk masuk kedalam reactor harus konstan yaitu sekitar 495-525 °C.
setelah itu produk dari reactor dipanaskan kembali didalam HE setelah dipanaskan kemudian
didinginkan dengan bantuan cooler kemudian umpan tersebut dimasukan ke dalam separator
dimana suhu sebelum masuk ke separator yaitu 38 °C, dimana pada separator akan terbagi
menjdi produk yaitu top produk dan bottom produk, untuk top produk akan di aliran menuju
ke kompresor dengan pressure 5-45 atm untuk di recycle kembali, sedangkan untuk bottom
produk akan dimasukan ke dalam kolom stabilizer didalam kolom stabilizer terdapat tray-
tray. Dimana top produk berupa fraksi ringan (gas) dimasukan kedalam condenser setelah itu
gas tersebut dialirkan menuju ke refluk drum dimana suhu dalam refluk drum itu sendiri yaitu
38° kemudian pada top produk berupa off dan bottom produknya berupa LPG.

Kemudian hasil bottom produk dari kolom stabilizer akan dialirkan menuju ke
reboiler untuk pemanasan sehingga menghasilkan vapor yang dapat digunakan kembali
sebagai sebagai uap/vapor untuk kolom stabilizer. Dan menghasilkan juga reformate.
( produk akhir dari proses Reforming Catalitic ).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Minyak mentah mengandung berbagai senyawa hidrokarbon dengan berbagai sifat
fisiknya. Untuk memperoleh materi-materi yang berkualitas baik dan sesuai dengan
kebutuhan, perlu dilakukan tahapan pengolahan minyak mentah. Setelah minyak mentah
mengalami proses distilasi. Fraksi-Fraksi minyak bumi tersebut selanjutnya diolah dengan
proses-proses selanjutnya, seperti proses reforming, polimerisasi, treating, dan blending
Reforming adalah suatu proses peningkatan mutu bensin dengan merubah bentuk struktur dari
rantai karbon lurus menjadi bercabang, dengan menggunakan katalis

3.2 Saran

Penulis menyadari banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu kriktik, saran dan bimbingan sangat diperlukan untuk menyempurnakan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asmedy, Robby. Reforming Katalitik. 2017. Politeknik Negeri Sriwijaya

Modul Petroleum dan Refineri. Politeknik Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai