Psikodiagnostik
Psikodiagnostik
Kemampuan selanjutnya dalam aspek tes psikologi jenis tes intelegensi ini adalah
kemapuan untuk beradaptasi. Maksudnya disini adalah apabila tingkat intelegensi yang
dihasilkan dalam tes psikologi seseorang tinggi, maka seseorang tersebut cenderung
memikirkan lebih dari satu penyelesaian dengan pertimbangan beberapa kemungkinan yang
akan muncul.dan kemapuan terakhir adalah bagaimana ia mampu menghadapi kritik tajam
dari seseorang. Jika tingkat intelegensi seseorang tinggi, maka kritik tersebut akan dijadika
sebuah motivasi untuk bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Macam2 tes:
1. Tes IQ
Tes ini dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan mengolah
informasi, berpikir dan menganalisa seseorang. Tes ini sangat penting
diberikan pada kandidat yang akan menempati posisi managerial atau
leader. Dalam tes ini, biasanya pelamar akan mendapatkan tes seputar
hitungan dan bahasa. Baca juga: metode penelitian psikologi.
a. CFIT (Culture Fair Intelligence Test) dan TIU (Tes Intelegensi Umum):
untuk mengungkap kemampuan mental umum,
e. IST (Tes Inteligensi). IST sendiri terdiri dari 9 tes yang menyesuaikan
dengan tipe pekerjaan atau profesi tertentu.
2. Tes Kepribadian
3. Tes Bakat
Tes ini adalah lanjutan dari tes IQ dan tes kepribadian. Tes ini digunakan
untuk mengetahui kemampuan atau daya tahan pelamar untuk
menyelesaikan sebuah masalah.
4. Tes Kreativitas
Walaupun dalam tes ini seorang pelamar akan diminta untuk menggambar
dan mengerjakan soal yang membutuhkan kekreativan lainnya,
sebenarnya tes ini bertujuan lebih dari itu. Dalam sebuah tes gambar,
seseorang dapat diketahui tingkat produktivitas dan dinamisnya. Jadi, tes
ini juga sangat menentukan dan bukan hanya digunakan untuk mengetahui
tingkat kreativitas seseorang.
Prinsip tes:
Standar / norma diperlukan agar pengguna dapat mengerti arti suatu skor yang diperoleh
pada test tertentu. Dengan adanya norma, seseorang dapat membandingkan kedudukan
skor dengan populasi di mana test itu distandarkan. Dalam pengukuran psikologi,
penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi
seseorang terhadap kelompoknya. Contoh apabila seseorang mengikuti tes tertentu, maka
hasil tes harus memberikan gambaran “posisi” jika dibandingkan dengan populasi yang
mengikuti tes tersebut.
Konsistensi penerapan alat ukur harus diberlakukan selama proses asesmen & tes
psikologi. Konsistensi juga meliputi standarisasi pada prosedur, tahapan-tahapan dan
mekanisme pelaksanaan penilaian. Tes psikologi harus dijalankan pada lingkup yang sama
jika dilakukan secara massal (umum), dengan demikian dapat menghasilkan gambaran yang
setara.
Alat tes yang digunakan untuk tes psikologi, harus memenuhi kriteria valid dan reliabel.
Validitas adalah kesesuaian penggunaan alat ukur dengan tujuan pengukuran itu sendiri.
Mengingat satu alat ukur memiliki tujuan dan lingkup pengukuran, maka alat ukur harus
dapat digunakan pada konteks yang benar.
Reliabilitas terkait dengan masalah keajegan. Alat ukur perlu menunjukkan performa/ hasil
yang konsisten setelah diterapkan pada beberapa tes yang menggunakan alat ukur yang
sama.
Syarat tes:
1. Validitas Tes
Validitas tes merupakan sifat terpenting dari tes dalam kaitannya dengan mutu atau
kualitas. Tes yang baik memiliki validitas yang tinggi atau baik. Validitas tes adalah
kesesuaian hasil dengan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan serta sejauh mana sebuah
tes dapat mengukurnya. Sebuah alat ukur (tes) dapat dikatakan mempunyai validitas yang
baik apabila tes tersebut tepat mengukur kemampuan siswa dengan benar sesuai
kenyataan yang ada (sesungguhnya).
2. Reliabelitas Tes
Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes (alat
ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat diperoleh dengan cara
memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya siswa yang sama.
Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan (keajegan) nilai yang diperoleh
sekelompok siswa pada kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama, ataupun tes
serupa yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes
merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal
tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok siswa yang mungkin berubah karena tes itu
sendiri.
3. Daya Pembeda atau Diferensiasi Tes
Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau tingkat
diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk
menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa yang
satu dengan yang lain.
4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes
terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu
aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan
dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian
pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.
6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka subyektivitas
yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes (instrumen) yang memiliki
obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan jawaban siswa benar atau salah saja.
Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka berarti guru telah melakukan tindakan yang
kurang jujur (adil) kepada siswanya sendiri.
7. Kekhususan Tes
Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan. Kekhususan
bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-komponen tes tersebut
hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan pembelajaran yang
diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari bahan pembelajaran tidak akan
dapat menjawabnya.