Anda di halaman 1dari 6

tujuan tes:

1. Tes Psikologi Untuk Mengetahui Tingkat Intelegensi


Dalam tes psikologi intelegensi ini bertujuan untuk mengetahui sebarap besar kemampuan
seseorang. Kemampuan ini memiliki beberapa aspek penting dalam tes intelegensi
dianataranya tingkat fokus, adaptasi, dan mengahadapi sebuah masalah. Kemampuan yang
pertama adalah kemampuan untuk berfokus dalam menyelesaikan satu-persatu masalah
yang dihadapinya. Dalam penarikan kesimpulan tes psikologi, jika seseorang mampu
berfokus dan terpusat pada satu masalah dahulu maka bisa dipastikan tingkat
intelegensinya terbilang tinggi. Namun jika intelegensi rendah atau rata-rata, maka akan
cenderung mudah berpindah ke masalah yang lainnya.

Kemampuan selanjutnya dalam aspek tes psikologi jenis tes intelegensi ini adalah
kemapuan untuk beradaptasi. Maksudnya disini adalah apabila tingkat intelegensi yang
dihasilkan dalam tes psikologi seseorang tinggi, maka seseorang tersebut cenderung
memikirkan lebih dari satu penyelesaian dengan pertimbangan beberapa kemungkinan yang
akan muncul.dan kemapuan terakhir adalah bagaimana ia mampu menghadapi kritik tajam
dari seseorang. Jika tingkat intelegensi seseorang tinggi, maka kritik tersebut akan dijadika
sebuah motivasi untuk bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

2. Tes Psikologi Untuk Mengetahui Bakat Seseorang


Setiap orang diciptakan dengan bakat mereka masing-masing, ada yang ahli bahasa, ahli
matematika, musik atau sejenisnya. Bakat itu sendiri merupakan kemampuan khusus
seseorang yang kemudian tumbuh menjadi potensi, prestasi dengan diasah melalui latihan-
latihan tertentu. Mengetahu bakat yang ada dalam diri ini sangatlah penting, karena dengan
mengetahui bakat kita bisa menentukan pilihan terbaik serta sesuai denga kemampuan
yang kita punya. Mengetahui bakat dan kemampuan diri ini diperoleh dari tes psikologi.

3. Tes Psikologi Untuk Mengetahui Kepribadian Seseorang


Kepribadian seseorang bisa kita ketahui dengan melakukan tes psikologi. Dalam tes
psikologi jenis tes kepribadian ini biasanya ada observasi, inventori, dan teknik proyektif.
Adapun aspek yang diukur dalam tes psikologi ini biasanya seputar pengendalian diri,
kepercayaan diri, hubungan interpersonal, komitmen, optimisme dan sepuat kepribadian.

4. Tes Psikologi Untuk Mengetahui Minat Seseorang


Salah satu jenis dan tujuan dilakukannya tes psikologi adalah untuk mengetahui minat
seseorang. Minat nantinya akan menunjukkan keinginan seseorang untuk melakukan
sesuatu. Dari minat inilah nantinya akan ditemukan potensi apa yang ada dalam diri
seseorang. Tes psikologi yang digunakan untuk mengetahui minat seseorang biasanya
diterapkan dalam seleksi keperluan dunia kerja, pemilihan jurusan atau sejenisnya, karena
nantinya akan menentukan bidang pekerjaan seseorang. 

Macam2 tes:

1. Tes IQ
Tes ini dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan mengolah
informasi, berpikir dan menganalisa seseorang. Tes ini sangat penting
diberikan pada kandidat yang akan menempati posisi managerial atau
leader. Dalam tes ini, biasanya pelamar akan mendapatkan tes seputar
hitungan dan bahasa. Baca juga: metode penelitian psikologi.

Tes ini bisa berupa:

a. CFIT (Culture Fair Intelligence Test) dan TIU (Tes Intelegensi Umum):
untuk mengungkap kemampuan mental umum,

b. TKD (Tes Kemampuan Dasar): untuk mengukur kemampuan dasar,

c. AA (Army Alpha): untuk mengetahui daya tangkap,

d. ADKUDAG (Administrasi dan Keuangan): untuk mengetahui kemampuan


administrasi dan keuangan, dan

e. IST (Tes Inteligensi). IST sendiri terdiri dari 9 tes yang menyesuaikan
dengan tipe pekerjaan atau profesi tertentu.

Dari tes ini, perusahaan dapat mengetahui tentang: intelegensi umum,


kemampuan analisis, kemampuan sintesa, penalaran verbal dan non-
verbal, orientasi ruang dan kemampuan berfikir fleksibel calon karyawan.

2. Tes Kepribadian

Tes ini berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam beradaptasi


dengan lingkungan baru yang akan dialaminya nanti. Tes ini
mengungkapkan tentang kepercayaan diri, kemandirian, kemampuan
bekerja sama dan menyesuaikan diri, stabilitas emosi, daya tahan
terhadap tekanan, dorongan untuk berprestasi dan inisiatif diri seorang
pelamar. Baca juga: teori psikologi kepribadian dan tipe kepribadian
MBTI.

Tes ini terdiri dari:

 EPPS (Edwards Personal Preference Schedule): untuk mengetahui


kepribadian,
 DAM & BAUM ( Draw A Man Tes / Tes Gambar Orang): untuk
mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan
ketahanan kerja,
 WARTEGG TEST: untuk mengetahui emosi, imajinasi, intelektual dan
aktifitas,
 TES PAULI: untuk mengukur sikap dan prestasi kerja,
 KRAEPLIEN TEST: untuk mengungkap ketelitian, kecepatan,
kestabilan dan ketahanan kerja,
 RM (The Rothwell Miller): untuk mengetahui minat pada jenis
pekerjaan tertentu, dan
 PAPI Kostick: untuk menjabarkan kepribadian dalam 20 aspek.

3. Tes Bakat

Tes ini adalah lanjutan dari tes IQ dan tes kepribadian. Tes ini digunakan
untuk mengetahui kemampuan atau daya tahan pelamar untuk
menyelesaikan sebuah masalah.

Biasanya tes ini mengondisikan seseorang dalam tekanan berat dalam


bentuk angka atau permainan kata. Tes juga bisa berbentuk grafik atau
tiga dimensi. Dalam tes ini, pelamar dituntut untuk menyelesaikan soal
dengan cepat dan benar. Baca juga: manfaat tes psikologi dalam bidang
klinis.

4. Tes Kreativitas

Walaupun dalam tes ini seorang pelamar akan diminta untuk menggambar
dan mengerjakan soal yang membutuhkan kekreativan lainnya,
sebenarnya tes ini bertujuan lebih dari itu. Dalam sebuah tes gambar,
seseorang dapat diketahui tingkat produktivitas dan dinamisnya. Jadi, tes
ini juga sangat menentukan dan bukan hanya digunakan untuk mengetahui
tingkat kreativitas seseorang.

Prinsip tes:

1. Pentingnya Norma Pengujian

Standar / norma diperlukan agar pengguna dapat mengerti arti suatu skor yang diperoleh
pada test tertentu. Dengan adanya norma, seseorang dapat membandingkan kedudukan
skor dengan populasi di mana test itu distandarkan. Dalam pengukuran psikologi,
penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi
seseorang terhadap kelompoknya. Contoh apabila seseorang mengikuti tes tertentu, maka
hasil tes harus memberikan gambaran “posisi” jika dibandingkan dengan populasi yang
mengikuti tes tersebut.

2. Pentingnya Objektivitas Tes Psikologi

Objektivitas tes psikologi bertujuan menjauhkan tes psikologi dari pemaknaan-pemaknaan


yang sifatnya personal. Nilai-nilai yang kurang tepat, atau bias harus dicegah & dihilangkan
pada fase penilaian (scoring). Dengan prinsip objektivitas, penilaian tes dilakukan dengan
cara terstandar sehingga diperoleh hasil yang  benar-benar objektif.

3. Standardisasi alat ukur psikologi

Konsistensi penerapan alat ukur harus diberlakukan selama proses asesmen & tes
psikologi. Konsistensi juga meliputi standarisasi pada prosedur, tahapan-tahapan dan
mekanisme pelaksanaan penilaian. Tes psikologi harus dijalankan pada lingkup yang sama
jika dilakukan secara massal (umum), dengan demikian dapat menghasilkan gambaran yang
setara.

4. Validitas & Reliabilitas

Alat tes yang digunakan untuk tes psikologi, harus memenuhi kriteria valid dan reliabel.

Validitas adalah kesesuaian penggunaan alat ukur dengan tujuan pengukuran itu sendiri.
Mengingat satu alat ukur memiliki tujuan dan lingkup pengukuran, maka alat ukur harus
dapat digunakan pada konteks yang benar.

Reliabilitas terkait dengan masalah keajegan. Alat ukur perlu menunjukkan performa/ hasil
yang konsisten setelah diterapkan  pada beberapa tes yang menggunakan alat ukur yang
sama.

Syarat tes:

1. Validitas Tes
Validitas tes merupakan sifat terpenting dari tes dalam kaitannya dengan mutu atau
kualitas. Tes yang baik memiliki validitas yang tinggi atau baik. Validitas tes adalah
kesesuaian hasil dengan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan serta sejauh mana sebuah
tes dapat mengukurnya. Sebuah alat ukur (tes) dapat dikatakan mempunyai validitas yang
baik apabila tes tersebut tepat mengukur kemampuan siswa dengan benar sesuai
kenyataan yang ada (sesungguhnya).

2. Reliabelitas Tes
Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes (alat
ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat diperoleh dengan cara
memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya siswa yang sama.
Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan (keajegan) nilai yang diperoleh
sekelompok siswa pada kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama, ataupun tes
serupa yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes
merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal
tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok siswa yang mungkin berubah karena tes itu
sendiri.
3. Daya Pembeda atau Diferensiasi Tes
Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau tingkat
diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk
menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa yang
satu dengan yang lain.

4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes
terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu
aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan
dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian
pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.

5. Efisiensi atau Daya Guna Tes


Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah suatu tes
akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan
oleh guru saat menggali informasi tersebut. Contohnya, sebuah tes yang dilakukan secara
lisan (oral test) tidak efisien bila dilakukan terhadap 100 siswa kalau hanya untuk mencek
sejauh mana siswa telah membaca buku tertentu yang ditugaskan pada mereka.

6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka subyektivitas
yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes (instrumen) yang memiliki
obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan jawaban siswa benar atau salah saja.
Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka berarti guru telah melakukan tindakan yang
kurang jujur (adil) kepada siswanya sendiri.

7. Kekhususan Tes
Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan. Kekhususan
bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-komponen tes tersebut
hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan pembelajaran yang
diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari bahan pembelajaran tidak akan
dapat menjawabnya.

8. Tingkat Kesulitan Tes


Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang berkualitas.
Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf kemampuan siswa untuk
menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang dibuat tidak terlalu mudah dan
juga tidak terlalu sulit (sukar). 

9. Tingkat Kepercayaan Tes


Tes harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa-siswa yang berada pada tingkat
kemampuan yang sama akan memperoleh hasil yang sama. Tingkat kepercayaan terhadap
sebuah tes dikatakan rendah atau tidak baik apabila justru siswa-siswa yang memiliki
kemampuan bagus memperoleh nilai jelek dan sebaliknya siswa-siswa berkemampuan
kurang bagus memperoleh nilai yang baik.

10. Keadilan Tes


Tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa yang mengikutinya
(mengerjakannya) mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh nilai yang baik.
Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap apa saja yang telah mereka kuasai setelah mengikuti
pembelajaran.

11. Alokasi Waktu Tes


Saat menggunakan sebuah tes (alat ukur), guru harus menyediakan alokasi waktu yang
wajar (memadai). Tidak kurang, tidak lebih. 

Anda mungkin juga menyukai