Anda di halaman 1dari 7

Aries Susanti Rahayu

Emas untuk Orang Tua Tercinta


 Fri, 24 Aug 2018 - 04:36 WIB

 560

SM/Antara : Aries Susanti Rahayu


Aries Susanti Rahayu (23) kembali menorehkan prestasi mengesankan di
cabang olahraga panjat tebing. Seusai meraih emas di IFSC World Cup 2018 Tiongkok,
gadis asal Desa Taruman, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, itu kembali
mempersembahkan medali emas di Asian Games 2018 nomor speed climbing.

JANTUNG Aries Susanti Rahayu berdegub kencang. Air matanya pecah


sembari berucap syukur kala memastikan diri memenangi nomor speed climbing Asian
Games 2018 Jakarta- Palembang. Aries mencatatkan waktu 7,61 detik, mengalahkan
Puji Lestari (7,98 detik) di final. Dua wakil Indonesia itu bertarung di partai final setelah
menumbangkan unggulan asal Tiongkok di semifinal. Bendera merah putih pun
berkibar di kompleks olahraga Jakabaring Palembang. Aries mendapatkan medali emas
dan Puji Lestari mempersembahkan medali perak untuk Indonesia.

Aries mengaku mempersembahkan emas yang didapatnya selain untuk bangsa


juga untuk kedua orang tuanya. Terlebih sang ayahanda datang langsung ke
Palembang untuk melihat langsung perjuangan putrinya. ”Yang saya pikirkan pertama
kali adalah orang tua, karena mereka yang mendampingi saya sejak kecil dulu ketika
pertama kali ikut atletik dan pindah ke panjat. Terima kasih ibu doanya dan ayah yang
datang langsung ke sini,” jelas Aries.

Aries belum memikirkan gelontoran bonus yang bakal diterimanya. Hanya ketika
bonus benar-benar diterimanya dia akan membagikan ke sesama yang membutuhkan.
”Saya dari keluarga tidak mampu, makanya kalau dapat bonus akan saya bagi ke
sesama. Setelah ini kami dilatih bahwa Asian Games bukan akhir segalanya, masih ada
Olimpiade yang tentunya ingin jadi juara di sana,” papar pemanjat yang mendapatkan
julukan Spiderwoman setelah menjadi juara dunia panjat tebing 2018 itu. Meski selalu
fokus agar memenangi perlombaan tersebut, Aries mengaku selalu memikirkan orang
tuanya di kampung halaman. Air matanya pecah dan rasa syukur itu dia persembahkan
untuk kedua orang tuanya, S Sanjaya (57) dan Maryati (46), warga Rt 1 RW 4 Desa
Taruman, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan.

Usai mempersembahkan emas, Aries, Puji, dan tim panjat tebing Indonesia
memfokuskan diri untuk nomor speed beregu yang akan dipertandingkan pada 26
Agustus nanti. Selain itu, mereka juga fokus menatap event olahraga Olimpiade
mendatang. Aries Susanti merupakan bungsu dari S Sanjaya dan Maryati. Sejak kecil,
adik dari Dwi Santi Yuyufita (28) dan Astrea Susanti (25) itu menggeluti olahraga atletik.
Beberapa kali mengikuti perlombaan tingkat kabupaten, Aries selalu memenangi nomor
lari 100 meter dan 200 meter.

Tak hanya itu, perempuan yang tercatat sebagai mahasiswi Universitas


Muhammadiyah Semarang itu juga unggul di nomor loncat jauh. Namun, Aries tak
pernah mampu bersaing saat berlomba di tingkat provinsi. Perempuan kelahiran
Grobogan 21 Maret 1993 itu mengenal olahraga panjat tebing saat kelas VIII SMP oleh
guru olahraganya saat menempuh di SMP 1 Grobogan.

Perkenalan itu membuatnya langsung jatuh hati pada olahraga panjat memanjat
itu. Ternyata, Aries langsung nyetel dan mendapatkan medali perak di Kejurnas Panjat
Tebing UPN Jogja 2008. Di situlah awal mula bakat Aries terus diasah dan
mendapatkan prestasi. ‘’Saya bangga dan terharu dengan raihan Aries. Ini merupakan
prestasi yang luar biasa. Kami harap ini menjadi motivasi bagi atlet-atlet di Grobogan,’’
kata Ketua FPTI Grobogan Riyanto. (Zulkifli Zainudin Fahmi, Gading Persada-31)
Estafet 4x100 M Putra Raih Perak
 Fri, 31 Aug 2018 - 04:23 WIB

 615

SM/Antara : SERAHKAN TONGKAT: Pelari Indonesia Fadlin menyerahkan tongkat kepada Lalu Muhammad Zohri pada babak final
Lari Estafet 4x100 m Putra Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Kamis (30/8).
(24)

JAKARTA- Kontingen Indonesia tak mampu menambah pundipundi emas pada


hari ke-13 pelaksanaan Asian Games 2018, Kamis (30/8). Kontingen Merah Putih
hanya menambah satu medali perak lewat nomor lari estafet 4x100 meter putra
olahraga cabang atletik dan satu medali perunggu kano pasangan 500 meter putri.
Pada pertandingan final yang diikuti delapan wakil negara di lintasan lari Stadion
Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, Kamis (30/8) malam, Indonesia
menempati urutan kedua dengan catatan waktu 38,77 detik. Lalu Muhammad Zohri dkk
kalah dari wakil Jepang usai menyelesaikan lomba dengan torehan waktu 38,16 detik
dan berhak medali emas.

Sementara medali perunggu diperoleh tim Tiongkok yang membukukan waktu


38,89 detik. Indonesia menurunkan empat sprinter terbaik nasional di estafet 4x100
meter putra ini. Mereka adalah Fadlin yang menjadi pelari pertama, kemudian Eko
Rimbawan, Lalu M Zohri dan ditutup Bayu Kertanegara. Sejak start, pelari Indonesia
mampu bersaing dengan atlet-atlet dari negara lain. Bahkan dengan pelari Tiongkok
sekalipun, atlet tuan rumah tak gentar. Mereka terus unggul mulai pelari† pertama
hingga keempat hingga akhirnya finis di bawah Jepang.

Di nomor ini, pelari Malaysia tak bisa melanjutkan hingga lomba selesai
mengingat sudah didiskualifikasi setelah start. Adapun peringkat keempat hingga
ketujuh ditempati pelari Taiwan, Korea Selatan, Thailand dan Hong Kong. Dengan
torehan waktu yang dibuat itu, Indonesia sekaligus berhasil memecahkan rekor
nasional (rekornas). Rekor itu dibuat Indonesia sehari sebelumnya lewat tim yang sama
saat tampil di babak kualifikasi. Lalu dkk membukukan waktu 39,03 detik.

Selain itu, kuartet sprinter terbaik Tanah Air itu menjadi yang pertama meraih
perak sebagai raihan terbaik di nomor lari estafet 4x100 m sejak Asian Games 1966.
Artinya, prestasi apik itu kembali terulang setelah 52 tahun.

Waktu itu, tim lari estafet 4x100 m diperkuat oleh Sugiri, Supardi, Wahjudi, dan
Jootje Oroh. Perak itu menjadi medali ketiga Indonesia dari atletik pada Asian Games
2018 ini. Satu medali perak sebelumnya dipersembahkan oleh Emilia Nova dari 100
meter lari gawang putri dan medali perunggu oleh Sapwaturrahman di lompat jauh
putra. (K4-64)
Pencak Silat Gagal Penuhi Target
 Fri, 06 Dec 2019 - 03:56 WIB

 831

Foto: suaramerdeka.com / dok

SUBIC, suaramerdeka.com - Tim pencak silat Indonesia ditargetkan


menyumbangkan tiga medali emas pada SEA Games Filipina 2019. Namun, faktor non
teknis yang terjadi menyebabkan Indonesia hanya mampu menyumbangkan dua emas 
bagi Kontingen Merah Putih.

"Sebenarnya kita menargetkan tiga medali emas di SEA Games Filipina 2019.
Saya kurang puas dengan capaian dua medali emas dan tiga medali perak. Apalagi,
potensi meraih tiga sampai empat emas sangat terbuka sekali," kata Pelatih Kepala Tim
Pencak Silat Indonesia, Indro Haryono usai pertandingan di Subic Bay Exhibition,
Kamis (5/12).

Contohnya, Indro Haryono menyebut pada kategori seni tunggal, ganda dan
regu. Begitu juga pada laga tanding di mana para pesilat Indonesia yang tampil di final
sudah melakukan perjuangan maksimal untuk bisa meraih medali emas.

"Masak regu putra Indonesia yang menjadi juara Asian Games Jakarta-
Palembang 2018 mendapat penilaian yang kurang bagus di mana ditempatkan di
peringkat keenam nomor seni. Kemudian, sebanyak empat pesilat Indonesia yang
tampil di final tanding hanya satu yang juara. Padahal, kita bisa lihat sendiri seluruh
pesilat Indonesia memenangkan pertandingan final tersebut," jelasnya.

Meski hanya meraih dua emas dan tiga perak, kata Indro, Tim Pencak Silat
Indonesia masih tercatat sebagai pengumpul medali terbanyak. "Kita masih bersyukur
dengan dua emas dan tiga perak tetap menjadi juara umum cabor pencak silat SEA
Games Filipina 2019," katanya.

Apa yang dialami di Filipina, kata Indro,  menjadi bahan evaluasi bukan hanya
bagi pelatih tetapi juga pengurus PB IPSI.  "Kita akan menjadikan ini sebagai bahan
evaluasi," tutupnya.

(Arif M Iqbal /CN26/SM Network)

Anda mungkin juga menyukai