Anda di halaman 1dari 16

SPINA BIFIDA PADA ANAK

KELOMPOK III

ZENDRAWATI S ABDUL 2117024


KRISTINA MALO 2117035
DONAL SUBONG 2117016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah
ini berjudul “SPINA BIFIDA PADA ANAK” . Penulisan makalah ini merupakan salah
satu persyaratan menyelesaikan mata kuliah Komunitas.
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
terutama materi yang ditulis.mengingat akan kurangnya sumber-sumber yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangatlah penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Spina bifida adalah penutupan salah satu kolumna vertebralis tanpa
tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang ( Donna L.wong,2003). Penyakit
spina bifida atau sering dikenal dengan sumbing tulang belakang adalah salah satu
penyakit yang banyak terjadi pada bayi. Penyakit ini menyerang melalui medulla
spinalis dimana ada suatu celah pada tulang belakang (vertebra). Hal ini terjadi
karena ada satu atau beberapa bagian dari vertebara gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh dan dapat menyebabkan cacat berat pada bayi,ditambah lagi
penyebab utama dari penyakit ini masih belum jelas.
Hal ini jelas akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf karena medula
spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya memiliki peranan yang sangat
penting dalam sistem saraf manusia. Jika medulla spinalis mengalami
gangguan,system-sistem lain yang diatur oleh medulla spinalis pasti juga akan
terpengaruh dan akan mengalami gangguan pula. Hal ini akan semakin
memperburuk kerja organ dalam tubuh manusia , apalagi pada bayi yang system
tubuhnya belum berfungsi secara maksimal.
Fakta mengataka dari 3 kasus yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir di
Indonesia yaitu ensefalus,anensefali, dan spina bifida. Sebanyak 65% bayi baru
lahir terkena spina bifida. Sementara itu fakta lain mengatakan 4,5% dari 10.000
bayi yang lahir di Belanda menderita penyakit ini atau sekitar 100 bayi setiap
tahunnya. Bayi – bayi tersebut butuh perawatan medis yang intensif sepanjang
hidup mereka. Biasanya mereka menderita lumpuh kaki, dan dimasa kanak-kanak
harus dioperasi berulang kali.
B. TUJUAN
 Mahasiswa mampu mengidentifikasikan defenisi dari spina bifida
 Mahasiswa mampu mengidentifikasikan etiologi dan klasifikasi dari spina
bifida
 Mahasiswa mapu mengidentifikasi tanda dan geja penyakit spina bifida
 Mahasiswa mampu memngidentifikasi dan menguraikan patofisiologi dan
pathway spina bifida
 Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit spina
bifida
 Mahasiswa mampu mengetahui penatalksanaan dan pencegahan
penyakit spina bifida
 Mahasiswa bisa mengetahui faktor resiko dan kompliksasi dari penyeakit
ini
 Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa dan konsep askep dari spina
bifida.
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEVINISI
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan aatau
tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang. Spina bifida (sumbing tulang
belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra) yang terjadi karena
bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk
secara utuh.
Spina bifida adalah kegagalan arkus vertebralis untuk berfusi di posterior Spina
bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus posterior tulang
belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis pada
perkembangan awal dari embrio (Chairuddin Rasyad, 1998). Keadaan ini biasanya
terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Derajat dan lokalisasi defek bervariasi,
pada keadaan yang ringan mungkin hanya ditemukan kegagalan fungsi satu atau
lebih dari satu arkus pascaerior vertebra pada daerah lumosakral.

B. ETIOLOGI
 Genetik
 Kekurangan asam folat pada masa kehamilan
 Lingkungan
 Kekurangan kadar vitamin maternal
 Klasifikasi
 Spina bifida okulta
Merupakan spina bifida yang paling ringan satu atau beberapa vertebra tidak
terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaput otak ( meningitis )
tidak menonjol.
 Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
 Lekukan pada daerah sacrum .
 Spina bifida aperta Bentuk cacat tabung saraf tempat kantong selaput otak
menonjol melalui lobang. Kulit diatas pembengkakan biasanya tipis, tekanan
pada kantong menyebabkan fontanella menonjol. Spina Bifida Aperta dapat
terjadi 2 keadaan :
 Meningokel
Adalah ketika kantung berisi cairan cerebro-tulang belakang (cairan yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang) dan meninges (jaringan yang
meliputi sumsum tulang belakang), tidak ada keterlibatan saraf. meningens
menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan
dari cairan dibawah kulit. Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang
bertanggung jawab untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang
belakang. Meningokel memiliki gejala lebih ringan daripada myelomeningokel
karena korda spinalis tidak keluar dari tulang pelindung, Meningocele adalah
meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit dan ditandai dengan menonjolnya
meningen, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal. Meningokel
seperti kantung di pinggang, tapi disini tidak terdapat tonjolan saraf corda spinal.
Seseorang dengan meningocele biasanya mempunyai kemampuan fisik lebih
baik dan dapat mengontrol saluran kencing ataupun kolon.
 Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan paling berat,
dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak
kasar dan merah. Penaganan secepatnya sangat di perlukan untuk mengurangi
kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan tesebut. Jika pada tonjolan
terdapat syaraf yang mempersyarafi otot atau extremitas, maka fungsinya dapat
terganggu, kolon dan ginjal bisa juga terpengaruh. Jenis myelomeningocale ialah
jenis yang paling sering dtemukan pada kasus spina bifida. Kebanyakan bayi
yang lahir dengan jenis spina bifida juga memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan
di dalam dan di sekitar otak.
C. PATOFISIOLOGI
Spina bifida disebabkan oleh kegagalan dari tabung saraf untuk menutup
selama bulan pertama embrio pembangunan (sering sebelum ibu tahu dia hamil).
Biasanya penutupan tabung saraf terjadi pada sekitar 28 hari setelah pembuahan.
Namun, jika sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan
baik, cacat tabung saraf akan terjadi.
Obat seperti beberapa Antikonvulsan, diabetes, setelah seorang kerabat
dengan spina bifida, obesitas, dan peningkatan suhu tubuh dari demam atau
sumber-sumber eksternal seperti bak air panas dan selimut listrik dapat
meningkatkan kemungkinan seorang wanita akan mengandung bayi dengan spina
bifida. Namun, sebagian besar wanita yang melahirkan bayi dengan spina bifida
tidak punya faktor risiko tersebut, sehingga meskipun banyak penelitian, masih
belum diketahui apa yang menyebabkan mayoritas kasus. Beragam spina bifida
prevalensi dalam populasi manusia yang berbeda dan bukti luas dari strain tikus
dengan spina bifida menunjukkan dasar genetik untuk kondisi. Seperti manusia
lainnya penyakit seperti kanker, hipertensi dan aterosklerosis (penyakit arteri
koroner), spina bifida kemungkinan hasil dari interaksi dari beberapa gen dan faktor
lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan asam folat (folat)
adalah faktor dalam patogenesis cacat tabung saraf, termasuk spina bifida.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis
dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa
gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang
dipersarafi oleh korda spinalis maupun nakar saraf yang terkena.Gejalanya dapat
berupa :
 Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi
baru lahir.
 Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.
 Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
 Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
 Lekukan pada daerah sakrum.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada
trimester pertama wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut Triple
Screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma down dan
kelainan bawaan lainnya. 85 % wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida
akan memiliki kadar serum alfa feytoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka
positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya
dapat menemukan adanya spina bifida.Kadang dilakukan amniosentesis (analisa
cairan ketuban) Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut :
 Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
 USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda
spinalis maupun vertebra.
 CT-Scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan
lokasi dan luasnya kelainan.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk
mencegah ruptur. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau
CSS pada bayi hidrocefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan
pada kulit diperlukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk
mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada
tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai
sistem tubuh. Berikut ini adalah obat-obat yang dapat diberikan :
 Antibiotic digunakan sebagai profilaktik untuk mencegah infeksi
saluran kemih (seleksi tergantung hasil kultur dan sensitifitas).
 .Antikolinergik digunakan untuk meningkatkan tonus kandung
kemih.
 . Pelunak feces dan laksatif digunakan untuk melatih usus dan
pengeluaran feces.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Pre – operasi
Segera setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa
steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang
terpapar harus ditutupi kasa yang tidak melekat, misalnya telfa
untuk mencegah jaringan syaraf yang terpapar menjadi kering.
- Perawatan prabedah neonatus rutin dengan penekanan khusus
pada mempertahankan suhu tubuh yang dapat menurun dengan
cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam
kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat
terjadi akibat permukaan lesi yang basah.
- Suatu catatan aktivitas otot pada anggota gerak bawah dan
spingter anal akan dilakukan oleh fisioterapist.
- Lingkaran oksipito-frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.
 Pasca operasi
- Perawatan pasca bedah neonatus umum
- Pemberian makanan peroral dapat diberikan 4 jam setelah
pembedahan.
- Jika ada drain penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam
untuk menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran
dan terjaganya tekanan negatif dalam wadah. Cairan akan
berhenti berdrainase sekitar 2 atau 3 hari pasca bedah, dimana
pada saat ini drain dapat diangkat. Pembalut luka kemungkinan
akan dibiarkan utuh, dengan inspeksi yang teratur, hingga jahitan
diangkat 10 – 12 hari setelah pembedahan.
- Akibat kelumpuhan anggota gerak bawah, maka rentang gerakan
pasif yang penuh dilakukan setiap hari. Harus dijaga agar kulit di
atas perinium dan bokong tetap utuh dan pergantian popok yang
teratur dengan pembersihan dan pengeringan yang seksama
merupakan hal yang penting.
- Prolaps rekti dapat merupakan masalah dini akibat kelumpuhan
otot dasar panggul dan harus diusahakan pemakaian sabuk
pada bokong .
- Lingkaran kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali
seminggu. Seringkali terdapat peningkatan awal dalam
pengukuran setelah penutupan cacad spinal dan jika
peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan hidrosefalus
maka harus diberikan terapi yang sesuai.

G. PENCEGAHAN
 Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam
folat.
 Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus ditangani sebelum
wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.
 Pada wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak
0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi lain dari spina bifida yang berkaitan yang berkaitan dengan
kelahiran antara lain adalah :
 Paralisis Cerebri
 Retardasi Mental
 Atrofi Otot
 Osteoporosis
 Fraktur (akibat penurunan massa otot).
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah yang menderita penyakit sejenis, bagaimana kondisi kehamilan ibu
demam selama kehamilan, epilepsi, mengkonsumsi obat-obat tertentu, dsb),
kaji kehamilan sebelumnya (angka kejadian semakin meningkat jika pada
kehamilan dua sebelumnya menderita meningomielokel atau anencefali).
2. Riwayat kesehatan sekarang.
Apa keluhan utama (kelumpuhan, gangguan eliminasi, dsb), adakah penderita
yang sama di lingkungan penderita, sudah berapa lama menderita, kapan
gejala terasa dan keluhan lain apa yang mengikutinya.
3. Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik didapat data-data sebagai berikut :
- Aktivitas/istirahat
Tanda : kelumpuhan tungkai tanpa terasa atau refleks pada bayi.
Gejala : dislokasi pinggul.
- Sirkulasi
Tanda : pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus, hipotensi, ekstremitas
dingin atau sianosis.
- Eliminasi
Tanda : diurnal ataupun nocturnal, inkontinensia urin/alfi, konstipasi kronis.
- Nutrisi
Tanda : distensi abdomen, peristaltic usus lemah/hilang (ileus paralitik).
- Neuromuskuler
Tanda : gangguan sensibilitas segmental dan gangguan trofik paralisis
kehilangan refleks asimetris termasuk tendon dalam, kehilangan tonus
otot/vasomotor ; kelumpuhan lengan tungkai dan otot bawah.
- Pernapasan
Tanda : pernapasan dangkal, periode apneu, penurunan bunyi napas.
Gejala : napas pendek, sulit bernapas.
- Kenyamanan
Gejala : suhu yang berfluktuasi.
4. Pemeriksaan diagnostic
- MRI, CT scan, X-ray
- Tes serum alfa fetoprotein (AFP)
- Ultrasound

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (proses pemebedahan)
2.Cemas berhubungan dengan akan dilaukan tindakan pembedahan
3.Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurangnya
informasi tentang penyakit
4.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive,luka insisi post
pemebedahan.

C. RENCANA KEPERAWATAN
1 Nyeri akut b/d agen injuri fisik (proses pembedahan) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam masalah nyeri dapat hilang
KH:
-anak tidak menangis
-TTV normal
1. Kaji skala nyeri
2. Atur posisi klien yang nyaman
3. Lakukan teknik pijat bayi yang benar
4. Lakukan pergantian perban dan pengawasan pada luka operasi
5. kolaborasi dengan tim medis dalam pemebrian obat analgetik
rasional
1.Mengevaluasi skala nyeri dan menetapkan intervensi selanjutnya.
2.Menurunkan tegangan dan mengurani nyeri
3.Meningkatkan relaksasi
4.Untuk mengetahui akan terjadi infeksi
5.Sebagai agen anti nyeri

2 Cemas b/d akan dilakukan tindakan pembedahan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam masalah cemas
dapat teratasi
KH:
- eksepresi wajah ceria
- klien mengatakan tidak cemas
1.Bina hubungan saling percaya
2.Observsi TTV
3.Libatkan semua anggota Keluarga
4.Jelaskan bahwa penyakitnya bisa di sembuhkan
5.Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber Coping yang efektif.
Rasional:
1.Mempermudah intervensi
2.Mengetahui tekanan darah dan denyut nadi meningkat
3.Mengurangi kecemasan
4.Dengan tindakan operasi penyakinya bisa disembuhkan
5.Dukungan akan memberikan keyakina terhadap pernyataan harapan untuk
sembuh

3 Kurang pengetahuan b/d keterbatasan kognitif dan kurangnya informasi


tentang penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawata 1x3 jam diharapkan
keluarga klien mengerti proses penyakit dan perawatan yang diberikan
KH:
-Menjelaskan kembali tentang proses penyakit, mengenal kebutuhan
perawatan dan pengobatan tanpa cemas
-Ekspresi wajah ceria dan rileks
1.Jelaskan proses penyakit
2.Jelaksn tentang program pengobatan
3.Jelaskan tindakan untuk untuk mencegah komplikasi
4.Tanyakan kembali pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit dan
program perawatan
5.Berikan reinforcement
Rasional
1.Meningaktkan pengetahuan dan mengurangi cemas
2.Mempermudah intervensi
3.Mencegah keperahan penyakit
4.Memastikan pengetahuan keluarga tentang penyakit
5.Memberikan semangat untuk keluarga.

4 Resiko infeksi b/d prosedur invasive,insisi luka post pembedahan Setelah


dilakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam diharapkan tidak terjadi
infeksi
KH:
-Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan
1.Kaji TTV
2.Observasi tanda-tanda infksi
3.Lakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptic
4.Observasi luka insisi
Rasional
1.Untuk mendeteksi secara dini gejala awal infeksi
2.Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah
3.Menurunkan terjdinya infeksi dan penyebaran bakteri
4.Mendeteksi perkembangan luka
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Spina Bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa depek pada arkus
pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis
spinalis pada perkembangan awal dari embrio. Penyebab dari spina bifida belum
diketahui secara pasti,tetapi di duga akibat faktor genetik dan kekurangan asam
folat pada masa kehamilan.Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya
kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena.Beberapa anak memiliki
gejala ringan atau tanpa gejala,sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan
pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun nakar saraf yang terkena.
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonetal untuk
mencegah ruptur.perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS
pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran.Pencangkokan pada kulit
diperlukan bila lesinya besar.Pembedahan di lakukan untuk menutup lubang yang
terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus.Kelainan ginjal dan kandung kemih
serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida.

B. SARAN
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan di anjurkan untuk semua ibu
yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan pemeriksaan ditawarkan bagi
semua wanita hamil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Catzel, Pincus. 1994. Kapita Selekta Pediatri. Edisi II. Editor : Adrianto, Petrus.
Jakarta : EGC.
2. Betz, Cecily L,dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
3. Rendle, John Dkk. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi 6 Jilid 2. Bina Rupa Aksara:
Jakarta
4. Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Editor : Ni Luh Yasmin.
Jakarta: EGC.
5. Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi IV. Jakarta:
EGC.
6. Doenges Marillyn E,dkk. 2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3..Jakarta: EGC.
7. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Bag. 3. EGC: Jakarta.
8. Sacharin, Rosa M.1986.Prinsip Kepeawatan Pediatrik.Jakarta:EGC
9. Rizqi Hajar Dewi. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Spina Bifida Dengan
Meningokel.http://www.scribd.com/doc/30381861/Asuhan-Keperawatan-Spina-
Bifida-Dengan-Meningokel?secret_password=&autodown=docx. 01 Mei 201

Anda mungkin juga menyukai