Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS menyatakan

bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadia, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Mutu suatu penididikan

ditentukan oleh kualitas pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses membantu peserta didik untuk memperoleh

informasi, ide, keterampilan, dan potensi dalam dirinya serta cara dalam belajar.

Proses pembelajaran di kelas merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta

didik. Interaksi dalam kelas dapat terselenggara dengan baik jika peserta didik

memahami materi yang disampaikan oleh pendidik

Pembelajaran Fisika melibatkan proses sains untuk meningkatkan hasil

belajar. Namun, inti dari pembelajaran fisika itu sendiri meliputi bagaiamana

kemampuan peserta didik dalam proses pembelajarannya menguasai konsep yang

diberikan serta mampu mengaplikasikannya dalam menyelesaikan suatu

permasalahan yang diberikan sehingga mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 4 Wajo yaitu

dengan mengamati pembelajaran fisika di dalam kelas X MIA 1, melalui

wawancara yang dilakukan dengan pendidik mata pelajaran fisika didapatkan


bahwa hasil belajar peserta didik masih rendah. Nilai rata-rata ulangan harian

fisika semester satu tahun pelajaran 2019/2020 yakni . Hasil ini dianggap kurang

memuaskan, mengingat kebijakan sekolah yang menetapakan nilai KKM untuk

mata pelajaran fisika dengan mata pelajaran lainnya yaitu 75. Berdasarkan

informasi yang didapat kebanyakan dari peserta didik tidak terlalu menyukai

pelajaran fisika karena menurutnya pelajaran fisika membosankan. Berdasarkan

uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada kendala dalam meningkatkan hasil

belajar peserta didik karena rata-ratanya masih rendah dan ketidaktertarikan

peserta didik untuk belajar fisika. Penggunaan metode pembelajaran yang

dilakukan di sekolah tersebut masih menggunakan metode ceramah yang

dianggap kurang efektif dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga

perlu adanya metode lain yang diterapkan sehingga peserta didik tertarik untuk

belajar fisika agar hasil belajarnya dapat meningkat. Salah satu alternative agar

peserta didik dapat meningkatkan hasil belajarnya yakni melalui penerapan

Metode Demonstrasi Interaktif.

Metode demonstrasi interaktif adalah sebuah metode dimana guru

memperagakan mengenai sebuah percobaan sains (biasanya merupakan sebuah

peragaan mengenai peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari)

yang kemudian berlangsung interaktif dengan siswa karena adanya prediksi dari

siswa mengenai bagaimana sesuatu (percobaan tersebut) dapat terjadi (Wenning,

2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu mengadakan penelitian

dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Metode


Demonstrasi Interaktif pada Pembelajaran Fisika Peserta Didik Kelas X

MIA 1 di SMA Negeri 4 Wajo”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik melalui metode

demonstarsi interaktif pada pembelajaran fisika kelas X MIA 1 di SMA

Negeri 4 Wajo ?

2. Bagaimana keterlaksanaan dari metode demonstrasi interaktif untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran kelas X MIA 1 di

SMA Negeri 4 Wajo ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengtahui peningkatan hasil belajar peserta didik melalui metode

demonstarsi interaktif pada pembelajaran fisika kelas X MIA 1 di SMA

Negeri 4 Wajo

2. Untuk mengetahui keterlaksanaan dari metode demonstrasi interaktif untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran fisika kelas X

MIA 1 di SMA Negeri 4 Wajo

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi atau bahan

masukan bagi guru bidang studi Fisika demi penyempurnaan dan perbaikan
dalam mengefektifkan metode pembelajaran yang berkaitan dengan

pelajaran Fisika

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan berpikir terhadap

pemahaman konsep-konsep Fisika dan peningkatan hasil belajar melalui

penerapan Metode Demonstrasi Interaktif

3. Bagi sekolah, dapat meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya pada

mata pelajaran Fisika

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan perbandingan dan referensi

khususnya yang akan mengkaji masalah yang relevan.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar

Gagne & Briggs (Jamil Suprihatiningrum, 2013: 37) mengatakan hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat

perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik. Sedangkan

Agus Suprijono (2012: 5), mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

ketrampilan. Sehingga hasil belajar merupakan suatu akibat yang diperoleh

seseorang dari perbuatan belajarnya.

Menurut Winkel (Purwanto, 2012: 45) hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan

menurut Purwanto (2012: 45), hasil belajar merupakan perolehan dari proses

belajar peserta didik sesuai dengan tujuan pengajaran. Reigeluth (Jamil

Suprihatiningrum, 2013: 37) mengemukakan hasil belajar atau pembelajaran

dapat juga dfisikakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari

metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Bloom (Purwanto, 2012: 67) mengemukakan jenjang dalam ranah kognitif

memiliki 6 jenjang. Keenam jenjang tersebut adalah pengetahuan yang merupakan

pengingatan bahan-bahan yang dipelajarinya, selanjutnya pemahaman merupakan

penguasaan tentang bahan yang dipelajarinya, yang selanjutnya bahan tersebut


dapat diaplikasikan ke dalam keadaan yang sebenarnya. Bahan yang dipelajari

tersebut akan dianalisis atau dikaji sehingga akan dibentuk bagian-bagian yang

lebih terstruktur agar mudah dfisikahami. Bagian-bagian tersebut akan

dikombinasikan sehingga akan menghasilkan sesuatu yang baru, hal ini termasuk

dalam jenjang sintesis. Jenjang dalam ranah kognitif yang terakhir adalah evaluasi

atau menilai bahan yang dipelajari tersebut.

Keenam jenjang kognitif di atas mengalami perbaikan, tingkatan dalam

berpikir versi Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. (2010: 99-133), yang

pertama mengingat dengan kegiatan mengenali, membuat daftar,

menggambarkanserta menyebutkan.Pendidik dapat mengukur kemampuan

mengingat peserta didik dengan memberikan pertanyaan mengenali atau

mengingat kembali dalam kondisi yang sama persis dengan kondisi ketika peserta

didik belajar. Tingkatan berpikir yang kedua adalah memahami yaitu dengan

menerangkan ide atau konsep yang memiliki kegiatan menginterpretasi,

merangkum, mengelompokan, dan menerangkan. Tingkatan ketiga adalah

menerapkan yang diartikan menggunakan informasi dalam situasi lain yang

memiliki kegiatan menerapkan, melaksanakan, menggunakan, serta melakukan.

Tingkatan selanjutnya adalah menganalisis yang berarti mengolah informasi untuk

memahami sesuatu dan mencari hubungan, tingkatan ini memiliki kegiatan

membandingkan, mengorganisasi, mengajukan pertanyaan, dan menemukan.

Tingkatan berpikir kelima adalah mengevaluasi atau menilai suatu keputusan atau

tindakan yang memiliki kegiatan memeriksa, membuat hipotesa, mengkritik, serta

memberi penilaian. Tindakan yang terakhir adalah mengkreasi yang diartikan


menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang sesuatu, dalam

tingkatan akhir ini mempunyai kegiatan seperti mendisain, membangun,

merencanakan, serta menemukan.

Hasil belajar dalam ranah kognitif juga diikuti oleh ranah lain yaitu afektif

dan psikomotor (Oemar Hamalik, 2010: 79-80). Dalam ranah afektif atau sikap

yang dihasilkan seseorang setelah belajar mencakup 5 aspek. Hasil belajar dalam

ranah afektif seperti receiving atau sikap menerima, mampu memberikan respon

atau responding, hasil belajar lain yaitu orang tersebut jadi mampu menilai

sesuatu atau valuing, serta seseorang yang mau belajar akan mampu berorganisasi

dan mempunyai karakter yang lebih baik.

Seseorang yang mau belajar selain akan memperoleh pengetahuan dan sikap

yang lebih baik juga akan mempunyai suatu ketrampilan yang dapat ditonjolkan.

Ranah psikomotor akan mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial,

manajerial dan intelektual. Dalam pembelajaran ranah psikomotor sering

dikaitkan dengan gerak peserta didik, sehingga diharapkan seseorang yang belajar

akan memperoleh hasil dari ketiga ranah tersebut.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan

perilaku peserta didik secara keseluruhan menjadi lebih baik setelah memperoleh

proses belajar. Perubahan perilaku yang diharapkan tidak hanya di satu aspek saja,

melainkan ketiga aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Penelitian ini membahas

hasil belajar yang dibatasi pada aspek kognitif saja. Hasil yang telah dicapai

peserta didik dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil belajar pada

aspek kognitif digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai
materi atau bahan ajar yang telah diajarkan. Penyusunan soal dalam penelitian ini

mengacu pada tingkatan berpikir Bloom versi perbaikan yaitu mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi serta mengkreasi. Namun

dalam penelitian ini penyusunan soal dibatasi sampai soal C4 atau menganalisis.

B. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran fiska yang banyak membutuhkan banyak demosntrasi

masih disampaikan pendidik dengan teori seperti di buku tanpa memberi sesuatu

yang konkret. Dengan hal tersebut peserta didik hanya mendengarkan penjelasan

dari pendidik, karena pendidik mendominan dalam pembelajaran. Hal di atas

menyebabkan ketidaktertarikan peserta didik terhadap Fisika berpengaruh

terhadap hasil belajar pada mata pelajaran fisika yang diperoleh peserta didik.

Untuk itu peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik

kelas X MIA 1 SMA Negeri 4 Wajo. Salah satu cara yang digunakan untuk

menekankan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran fiiska adalah dengan

menggunakan metode demonstrasi interaktif. Penggunaan metode demonstrasi

interaktif yang dapat membantu peserta didik secara aktif, yaitu peserta didik

dapat menyaksikan langsung sebuah proses fisika atau konsep fiska. Keterlibatan

peserta didik pada proses belajar sangat menentukan keberhasilan pencapaian

hasil belajar. Dengan penggunaan metode demonstrasi interaktif dalam

pembelajaran fisika diharapkan peserta didik dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Metode demonstrasi interaktif adalah sebuah metode dimana guru

memperagakan mengenai sebuah percobaan sains (biasanya merupakan sebuah


peragaan mengenai peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari)

yang kemudian berlangsung interaktif dengan siswa karena adanya prediksi dari

siswa mengenai bagaimana sesuatu (percobaan tersebut) dapat terjadi. Oleh

karena itu, penggunaan metode demonstrasi interaktif akan membantu peserta

didik dalam memahami dan menguasai pelajaran sehingga diharapkan pada

akhirnya hasil belajar fisika peserta didik juga dapat meningkat. Berdasarkan

kerangka penelitian tersebut, maka dapat digambarkan pada bagan di bawah ini:

Kondisi Awal
Proses
pembelajaran
fisika yang
banyak
Tindakan
membutuhkan Kondisi Akhir
Pembelajaran
demonstrsi, akan
fisika dengan
tetap pendidik
menggunakan Hasil belajar
hanya
metode fisika meningkat
menyampaikan
demonstrasi
informasi tanpa
interaktif
melakukan
demonstrasi
Hasil belajar
fisika rendah

Gambar 1. Bagan Kerangka Penelitian Tindakan


C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka penelitian di atas, maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini, yaitu jika melalui penerapan metode demonstrasi interaktif maka

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X MIA 1 SMA Negeri 4

Wajo, tahun ajaran 2019/2020


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2006: 3).

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada pembelajaran

fisika kelas X MIA 1 di SMA Negeri 4 Wajo yaitu rendahnya hasil belajar peserta

didik pada mata pelajaran fisika. Menanggapi hal tersebut, peneliti bermaksud

mengatasi permasalahan dengan cara melakukan perbaikan proses pembelajaran

melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode demonstrasi

interaktif dalam pembelajaran fisika pada kelas X MIA 1 di SMA Negeri 4 Wajo

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X MIA 1 SMA Negeri 4 Kabupaten

Wajo tahun ajaran 2019/2020.Sedangkan waktu pengambilan data dilaksanakan

pada awal bulan April 2019

C. Desain Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas,

maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian tindakan dari
Kemmis dan Taggart yang berbentuk spiral, model penelitian ini saling terkait

dari siklus satu ke siklus berikutnya.

Kemmis dan Taggart (Trianto, 2011: 30), mengatakan bahwa dalam

perencanaannya Kemmis menggunakan sistem spiral merefleksi diri yang terbagi

ke dalam beberapa siklus, meliputi tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan

(action), pengamatan (observation), refleksi (reflection) dan kembali ke

perencanaan yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan

permasalahan. Pola dasar model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis &

Taggart dapat ditunjukan seperti berikut:

Gambar 2. Penelitian Tindakan Kelas Model spiral Kemmis & Taggart

(Trianto, 2011: 31).

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa setiap siklus terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi


D. Subjek Penelitian

Subyek penelitian atau sumber informasi utama yang digunakan dalam

penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIA 4 SMA Negeri 4 Wajo Tahun

Pelajaran 2019/2020. Peserta didik kelas X ini berjumlah …. peserta didik, yang

terdiri dari …. peserta didik laki-laki dan …. peserta didik perempuan. Selain itu

sumber informasi lain adalah pendidik mata pelajaran fisika sebagai informan

sekunder.

E. Instrumen dan Perangkat Pembelajaran

1. Instrumen

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes hasil belajar, angket,

lembar observasi kegiatan pendidik dan peserta didik. Dimana tes hasil belajar

berisi butir soal pilihan ganda yang dibuat berdasarkan materi yang nantinya akan

diajarkan pada saat penelitian. Soal yang dibuat telah divalidasi dan

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Soal tersebut telah dilakukan uji

validitas Gregory yang merupakan pengujian valid atau tidaknya suatu instrumen

yang dilakukan oleh dua atau lebih pakar ahli dalam membuat instrumen.

Penelitian juga dibantu dengan data pada saat observasi awal. Data-data yang

dihasilkan dianalisis untuk mengetahui perkembangan setiap proses dan hasil

yang diperoleh dalam setiap siklusnya. Untuk selanjutnya akan dibahas hasil

penelitian ini dari aspek proses pelaksanaan keaktifan peserta didik maupun dari

keberhasilan produk yaitu hasil belajar peserta didik.


2. Perangkat Pembelajaran

Adapun perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD), dan bahan ajar untuk peserta didik untuk memudahkan dalam

menerapkan metode eksperimen.

F. Prosedur Penelitian

Secara terperinci ada empat tahap dalam kegiatan penelitian ini. Diantaranya

dalam setiap siklus, untuk siklus I akan dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan

materi pembelajaran fisika yaitu materi Suhu dan Kalor.

A. Pengembangan dan Pengkajian Instrumen Tindakan

1. Putaran pertama atau siklus I

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan metode demonstrasi interaktif direncanakan

beberapa kegiatan, yaitu :

1) Melakukan observasi untuk mendapatkan gambaran awal tentang

pembelajaran konvensional yang diterapkan

2) Identifikasi permasalahan dalam pembelajaran konvensional

tersebut.

Kegiatan ini dilakukan agar mengetahui permasalahan apa yang

akan dihadapi oleh peserta didik dan dapat menentukan cara

menyelesaikan masalah tersebut


3) Menentukan cara atau metode yang tetap untuk mengatasi masalah

tersebut

4) Dari masalah yang diperoleh mengajukan judul proposal yang

akan dijadikan penelitian

5) Pengumpulan literature yang relevan dengan penelitian

6) Persiapan Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) untuk mata

pelajaran fisika

7) Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

8) Penyusunan kisi-kisi dan soal tes pemahaman konsep

9) Uji coba alat evaluasi sebagai instrument penelitian yang akan

digunakan pada tahap pengumpulan data

b. Pelaksanaan dan Observasi I

1) Kegiatan awal

Motivasi : “Mana yang memiliki momentum lebih besar, sebuah

truk besar yang sedang diam atau sepda motor yang bergerak

dengan kecepatan tertentu?”

2) Kegiatan inti

a) Pendidik memperlihatkan video/ animasi tentang kalor

b) Peserta didik megamati video/ animasi dan Peserta didik

menanyakan tentang video atau animasi yang diamati

c) Pendidik menyajikan materi tentang konsep momentum

menggunakan powerpoint
d) Pendidik mengelompokkan peserta didik untuk menjawab

pertanyaan melalui praktikum menggunakan LKPD tentang

momentum dan perubahan wujud

e) Peserta didik duduk berkelompok untuk menjawab pertanyaan

melalui praktikum menggunakan LKPD tentang momentum

f) Pendidik membimbing peserta didik untuk melakukan

persiapan praktikum

g) Peserta didik melakukan persiapan praktikum yaitu mengambil

alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum

h) Pendidik membimbing peserta didik melakukan praktikum

tentang konsep momentum

i) Peserta didik melakukan praktikum tentang momentum

j) Pendidik membimbing peserta didik menemukan jawaban dari

pertanyaan motivasi yang dikemukakan di awal yaitu “Mana

yang memiliki momentum lebih besar, sebuah truk besar yang

sedang diam atau sepeda motor yang bergerak dengan

kecepatan tertentu?”

k) Peserta didik menemukan jawaban dari pertanyaan motivasi

yang dikemukakan di awal pembelajaran

3) Kegiatan akhir

Pendidik melakukan evaluasi melalui kuis


c. Refleksi I

Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti melakukan diskusi dengan

pendidik untuk melihat kendala yang dialami peserta didik dalam

pembelajaran tersebut dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat

untuk mengatasi kendala tersebut. Dalam refleksi ini peneliti

melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, apakah telah

sesuai dengan rancangan scenario yang telah dibuat. Jika ternyata

belum selesai dengan yang diharapkan maka perlu adanya rancangan

ulang berupa perbaikan, modifikasi dana tau jika dirasakan sangat

perlu, maka akan disusun skenario baru untuk melakukan siklus

berikutnya

2. Putaran kedua atau siklus II

Putaran kedua atau siklus II dilakukan apabila apa yang dilakukan

pada putara pertama belum selesai dengan tujuan yang ingin dicapai,

apabila belum juga berhasil maka akan dilanjutkan dengan putaran

berikutnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 1995: 134). Beberapa

metode dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:


1. Observasi

Observasi adalah suatu metode mengumpulkan data dengan cara mengamati

setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi

tentang hal- hal yang diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2012: 86). Obervasi

dalam penelitian ini dimaksudkan dengan mengumpulkan data melalui proses

wawancara dengan pendidik dan beberapa peserta didik. Dikarenakan kondisi

yang tidak memungkinkan untuk terjun langsung mengamati proses pembelajaran

2. Wawancara

Melakukan wawancara dengan pendidik dan beberapa peserta didik tentang

kegiatan belajar yang dilakukan dan juga tentang kondisi awal peserta didik.

Wawancara dilakukan pada saat melakukan pengambilan data awal

3. Studi Dokumenter

Studi dokumenter merupakan suatu metode atau teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik (Nana Syaodih, 2011: 221). Dalam penelitian

ini data yang diperoleh melalui dokumentasi berupa foto ketika proses

pembelajaran sedang berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

Menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasikan

data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya
hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Wina

Sanjaya, 2009: 106).

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan

mengguanakan teknik statistik yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Sugiyono (2016:29), menjelaskan bahwa statistik deskriptif merupakan

statistik dengan fungsi untuk mendeskripsikan atau menggambarkan subjek yang

diteliti (peserta didik kelas X MIA 1 SMA Negeri 4 Wajo) melalui data sampel

atau populasi sebagaimana adanya, tanpa adanya analisis dan membuat

kesimpulan untuk umum. Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini

ditampilkan dalam bentuk skor rata-rata, varians dan standar deviasi, skor

maksimum, skor minimum.

a. Mean/Rerata

Skor rata-rata data yang tersusun dalam daftar distribusi frekuensi dapat

diketahui dengan persamaan berikut.

x́=
∑ f ix i

∑fi
(Sudjana, 2005:7).

Keterangan:
x́ = skor rata-rata
x i= tanda kelas interval
f i= frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas x i

b. Varians dan Standar Deviasi


Sugiyono (2016:56), menjelaskan bahwa varians merupakan salah satu teknik

statistik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok. Varians

dapat deketahui dengan persamaan:


2
2
n ∑ f i x i2−( ∑ f i xi )
S=
n ( n−1 )

Adapun standar deviasi merupakan akar dari varians seperti persaman

berikut.


2
n ∑ f i xi − ( ∑ f i x i )
S=
n ( n−1 )

(Sudjana, 2005:95).

Keterangan:
S = nilai standar deviasi
xi = tanda kelas interval
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas x i

N = jumlah sampel ( n=∑ f i x 2i )

Langkah Selanjutnya adalah mencari koefisien variansnya untuk melihat

apakah metode demonstrasi interaktif memberikan efek merata pada hasil belajar

dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan metode demonstrasi

interaktif dengan menggunakan persamaan:

S
KV = x 100 %
x

Keterangan:
KV = Koefisien Varians
S = Standar Deviasi
X = rata-rata skor
Hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria dibawah ini. Hasil belajar
fisika pada kelas eksperimen dan kontrol diadaptasi dari buku (Ali dan
Khaeruddin, 2012) dapat dilihat pada tabel berikut:

Interval Skor Kategori Hasil Belajar


81 – 100 Sangat Tinggi
61 – 80 Tinggi
41 – 60 Sedang
21 – 40 Rendah
0 – 20 Sangat Rendah

Penaksiran rata-rata untuk memberi gambaran skor rata-rata digunakan rumus


sebagai berikut:

S N −n
X́ −t p

√ n n−1
< μ< X́ +t p
S
√n √ N−n
n−1

(Sudjana, 2005: 202)

Keterangan:
X́ = Rata – rata skor responden
S = Standar deviasi
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
tp = nilai t diperoleh dari daftar distribusi peserta didik, dengan:
1
p= ( 1+ γ ) dan dk=n−1
2

2. Analisis Inferensial

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu uji prasyarat yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas Data

Untuk pengujian Normalitas, digunakan rumus chi-kuadrat yang dirumuskan

sebagai berikut.
k 2
2 ( Oi −Ei )
X hitung =∑
i−1 Ei

( Sudjana , 2005:273 ) .

Keterangan:
X 2hitung= Nilai Chi-Kuadrat hitung
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
k = Banyaknya kelas

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Data yang berasal dari populasi

berdistribusi normal bila X 2hitung lebih kecil dari X 2tabel dimana X 2tabel diperoleh dari

daftar X 2 dengan dk = (k-1) pada taraf signifikan α = 0,05.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Ketuntasan nilai peserta didik dikatakan tuntas apabila nilai evaluasi peserta

didik yang diperoleh minimal sama dengan KKM yang ditentukan sekolah

yaitu 75 melalui metode demonstrasi interaktifini.

2. Ketuntasan kelas dikatakan tuntas apabila banyaknya peserta didik yang

mencapai KKM mencapai 75% dari keseluruhan jumlah peserta didik.

Ketuntasan ini dapat dihitung menggunakan rumus:

Ketuntasan=
∑ Peserta didik yang tuntas KKM X 100 %
∑ Seluruh Siswa
Apabila kedua kriteria tersebut tercapai maka siklus berhenti dan dapat dilakukan

analisis hasil data penelitian.

Anda mungkin juga menyukai