KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
Selama ini belum banyak tulisan yang mengkaji Batik Fraktal, baik yang
berupa jurnal, buku, maupun tulisan ilmiah lainnya. Sejauh ini hanya beberapa
artikel cetak maupun elektronik serta tulisan ilmiah yang dibuat oleh Piksel
tersebut lebih banyak mengangkat Batik Fraktal dari sisi sains, yaitu mengenai
pengukuran dimensi fraktal yang ada pada batik dan masih jarang tulisan yang
Pada tahun 2014, Setyawan dan F. Ari Dartono melakukan penelitian dan
desain batik kontemporer yang sesuai dengan konteks kekinian sehingga bisa
maka peneliti mencoba mengkaji Batik Fraktal secara lebih mendalam. Penelitian
ini mencoba membahas Batik Fraktal melalui pendekatan desain. Agar penelitian
berkaitan dengan Batik Fraktal, seperti; fraktal sebagai bentuk kemiripan diri tak
hingga, pengukuran dimensi fraktal pada batik, serta Batik Fraktal itu sendiri.
7
8
saling berlawanan. Konsep kosmos sering dikaitkan sebagai representasi dari alam
sistem dinamik yang memiliki atraktor asing dan sensitif pada kondisi awal.
Peradaban Timur dan Barat klasik melihat kosmos dan khaos saling berhubungan
mulanya semua adalah khaos. Lalu, semua menjadi teratur”. Peradaban Barat
orientasi peradaban Barat, melahirkan sebuah visi baru yaitu “mencari kosmos
pantai adalah keteraturan. Ombak tidak terjadi secara acak atau tanpa sebab yang
nyata, yaitu karena tiupan angin yang berhembus di permukaan air. Visi inilah
dan inspirasi perkembangan disiplin ilmu lainnya, mulai dari aljabar, aritmatika,
seni, dan lain sebagainya. Pada abad 19-20 muncul berbagai kritik terhadap
7
Merupakan salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam peradaban manusia terkait pertanyaan-
pertanyaan tentang ukuran, bentuk, maupun posisi relatif suatu objek dalam ruang dan dimensi
(Hokky Situngkir & Rolan Dahlan, 2009:42).
9
Dahlan, 2009:1-3).
Dua dekade setelah Perang Dunia II, lahir sebuah perspektif baru yang
memberikan harapan, yaitu teori khaos. Perspektif baru ini menunjukkan bahwa
fraktal, namun tidak terjadi sebaliknya. Fraktal hadir dalam atraktor yang dalam
kecendrungan sistem dinamik menuju nilai tertentu terhadap waktu atau iterasi
Fraktal –berasal dari kata fractus dalam bahasa Yunani yang arinya pecah-
paradoks dua dimensi (Hokky Situngkir & Rolan Dahlan, 2009:1). Fraktal telah
baik ilmu alam maupun komputer grafis. Dalam dua puluh tahun terakhir,
geometri fraktal dan konsep yang telah menjadi alat utama dalam sebagian besar
ilmu pengetahuan alam. Pada saat yang sama, fraktal menjadi penting untuk
desainer grafis dan industri perfilman. Fraktal menjadi lebih baik dipahami
hal yang pada akhirnya akan membawa penjelasan yang utama, fundamental, dan
10
seterusnya. Ilmu pengetahuan telah sangat percaya diri, hingga akhirnya meta-
filsafat mulai berbicara tentang paradoks dan keabsahan desuksi oleh filsuf Bertrand
seni rupa dan psikodelikpada seni musik, dan banyak lagi di hampir semua lini ilmu
pengetahuan dan seni modern, termasuk pertanyaan tentang panjang garis pantai
dan bahwa geometri mulai berkenalan dengan konsep fraktal oleh Benoît
dipertanyakan ketika akhirnya secara umum disadari bahwa “keseluruhan jauh lebih
klasik tak pelak adalah fondasinya. Sejarah ilmu pengetahuan akhirnya menyadari
bahwa fraktal lebih baik dan lebih tepat dalam memandang dunia.Kajian
berdasarkan sifat fraktal yang menyadari “ketidakpurnaan” model semesta yang salah
satunya ditunjukkan dengan pengetahuan akan dimensi yang bukan bilangan bulat
melainkan berupa pecahan (Hokky Situngkir & Rolan Dahlan, 2009 : 19-20).
11
kemiripan bentuk dengan bentuk geometri semula. Kemiripan bentuk ini tidak
mutlak harus sama persis, karena dalam pembentukan fraktal ini dilakukan
Contoh paling tepat untuk menggambarkan sifat kemiripan diri ini adalah segitiga
Waclaw Polandia, Sierpinski pada tahun1915. Segitiga ini dibuat melalui metode
rekursif dimana pada setiap sisi segitiga utama dihubungkan menjadi sebuah
segitiga yang lebih kecil, sehingga terbentuk segitiga di pinggir dan segitiga
paling besar di tengah, demikian seterusnya hingga jumlah yang tak terhingga8.
sederhana, yaitu dengan mengikuti aturan: “untuk setiap segitiga yang ada,
hubungkan titik tengah dari setiap sisi-sisi segitiganya dan dari empat segitiga
8
Sumber : http://nggonetri.blogspot.com/2010/12/segitiga-sierpinski.html.
12
kecil yang dihasilkan, hapus segitiga yang ada ditengah.” Memulai aturan tersebut
pada satu buah segitiga besar dan melakukan beberapa perulangan (iterasi), maka
akan didapatkan segitiga Sierpinski (Hokky Situngkir & Rolan Dahlan, 2009:5).
yang pernah dihasilkan ilmu matematika sepanjang abad yang lalu. Secara
struktural organik dan hidup (Hokky Situngkir & Rolan Dahlan, 2009:6).
Mandelbrot, dilakukan iterasi tak hingga atas bilangan imajiner. Algoritma iterasi
terbalik telah digunakan secara luas untuk memvisualisasikan fraktal dalam bidang
maka senantiasa akan menghasilkan pola fraktal yang sama. Hal ini sangat
menarik mengingat bahwa sistem fraktal Mandelbrot ini dihasilkan dari sebuah
kembang kol di dapur menunjukkan sifat fraktal.Lebih dari itu, paru-paru kita
Gambar 2.4. Sifat kemiripan diri sendiri pada berbagai objek alamiah
a) Deretan pegunungan, b) permujaan planet jupiter, c) kumpulan awan di
langit, d) kembang kol
e) paru-paru manusia.
(Sumber gambar: Hokky Situngkir & Rolan Dahlan, 2009:8)
Eksistensi fraktal dapat ditemui dalam data deret waktu keuangan serta dalam
Gambar 2.6. Sifat kemiripan diri pada diagram garis deret waktu keuangan.
(Sumber gambar: www.google.com/linechart)
Kemiripan diri ini juga ditemukan padabatik tradisi. Satu bentuk motif
terdiri dari beberapa bentuk yang mirip yang diiterasikan serta dikomposisikan
menjadi sebuah desain motif yang utuh dengan prinsip pengisian ruang kosong.
Kemiripan diri yang ada pada batik ini menunjukkan bahwa batik memiliki
unsur fraktal. Hal ini memungkinkan batik digarap menggunakan prinsip fraktal.
metode baru untuk mengembangkan visual batik yang lebih diterima oleh
masyarakat sekarang. Persepsi akan Batik Fraktal yang merupakan perpaduan sains,
cakrawala baru yang mengarah ke wacana narasi antara pembuat batik dan
masyarakat, kesadaran dan respon makin melebar dari berbagai pihak yang terkait
Fraktal amat berbeda dengan bentuk geometri lainnya. Ada unsur tak
hingga dan kesamaan diri dalam fraktal. Hal ini menyebabkan fraktal memiliki
bentuk yang aneh dan tidak utuh jika dibandingkan dengan objek geometri
lainnya. Karena bentuknya yang berbeda dan juga untuk mengetahui dan
kefraktalan suatu objek. Kuantifikasi ini penting bagi objek fraktal itu sendiri.
fraktal dengan objek teratur. Banyak cara telah digunakan dalam menghitung
harus mempunyai sifat kemiripan diri. Pada perhitungan ini berlaku suatu
N = 1/sD
D adalah Dimensi Kemiripan Diri yang igin diukur. Sebagai contoh adalah
segitiga Sierpinski. Pada segitiga itu, segitiga dipotong setengah. Dengan rumus
di atas diperoleh bahwa dimensinya adalah 1,5849. Dimensi yang ada pada frakal
tidak berbentuk bilangan bulat seperti dimensi geometri pada umumnya (Hokky
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yun Hariadi dan Muhamad Lukman pada
2009 lalu, diketahui bahwa batik pada umumnya memiliki dimensi fraktal
diantara 1 sampai 2. Sifat fraktal dalam batik yang ditunjukkan oleh dimensi
fraktal batik yang berada di sekitar 1.5 menunjukkan bahwa dalam batik terdapat
Jika diamati sebaran dimensi fraktal ini pada batik, terlihat bahwa sifat
fraktal tidak terkonsentrasi pada bagian tertentu, tetapi menyebar secara simetris.
Hampir semua motif batik bersifat simetri dalam penyebaran dimensi fraktalnya.
fraktal dan secara khusus dimensi fraktal antar motif berbeda-beda satu dengan
lainnya. Meskipun demikian, kekonsistenan dimensi fraktal dari batik yang berada
19
garis sebagai efek dari lilin juga berperan dalam menjaga dimensi fraktal untuk
3. Batik Fraktal
tradisional dengan memakai rumus matematik fraktal. Rumus ini terdiri atas
baru dari perulangan corak yang sama (Irma Hadisurya, Ninuk Mardiana
Batik merupakan ihwal kriya tekstil yang tak asing bagi orang Indonesia,
bahkan sering menjadi simbol bangsa indonesia. Batik dikenal erat kaitannya
dengan kebudayaan etnis Jawa di Indonesia bahkan sejak zaman Raden Wijaya
(1294-1309) pada masa kerajaan Majapahit (Hokky Situngkir & Rolan Dahlan,
2009:15).
kata mbat dan tik. Mbat dalam bahasa Jawa diartikan sebagai ngembat atau
melempar berkali-kali, sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik
bentuk titik tersebut berhimpit menjadi bentuk garis. Selain itu, batik juga
berasal dari kata mbat yang merupakan kependekan dari kata membuat,
9
Corak sering dihubungkan dengan motif atau ragam hias, memiliki identitas dan karakter
tertentu (Tiwi Bina A., 2008:17).
20
sedangkan tik adalah titik. Adapula yang berpendapat bahwa batik berasal dari
gabungan dua kata bahasa Jawa amba yang bermakna menulis dan titik yang
yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan
dalam matra tradisional beragam hias pola batik tertentu yang dicelup rintang
dengan malam ’lilin batik’ sebagai bahan perintang warna. Suatu wastra dapat
disebut batik bila mengandung dua unsur pokok teknik celup rintang yang
menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias motif
khas batik.
Motif batik adalah suatu dasar atau pokok dari suatu pola gambar yang
merupakan pangkal atau pusat suatu rancangan gambar, sehingga makna dari
tanda, simbol, atau lambang dibalik motif batik tersebut dapat diungkap
(Wulandari Ari, 2011:113). Menurut S.K. Sewan Susanto (1980:212) motif adalah
kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut
juga corak batik atau pola batik. Motif batik dalam Kamus Besar Bahasa
yang terpenting bahwa batik dapat pula merepresentasikan proses dari pembuatan
yang lahir dari sistem kognitif dan penggambaran akan alam dan lingkungan
sekitar. Batik tercipta melalui pemetaan antara objek di luar manusia pembatik dan
21
artikulasi kognisi dan aspek psikomotorik yang tertuang dalam kriya batik.
Meskipun batik tak mungkin bisa dilihat dengan melepaskan konteks dan proses
pembuatannya, motif dan ornamentasi yang terkandung dalam batik pun ternyata
Menurut Santosa Doellah (2002:19) pola batik dapat dirinci menjadi tiga
Merupakan bentuk hiasan yang menjadi unsur penyusun utama pola batik.
b) Isen-isen
bidang agar pola secara keseluruhan tampak serasi. Pola yang digunakan
10
Notasi yang menyerupai notasi bahasa pemrograman tingkat tinggi, khususnya Pascal dan C
yang bekerja secara urut melalui langkah-langkah atau instruksi-instruksi yang harus
dilaksanakan untuk memecahkan masalah (http://kurdiantoro.wordpress.com/tag/notasi-
algoritmik/).
22
bagian-bagian ornamen pada batik yang disebut dengan isen dan ragam hias
pengisi. Hal tersebut semakin memperkuat pernyataan bahwa fraktal dan batik
adalah sejalan, yakni tentang kesamaan bentuk dan upaya dalam “pengisian ruang
kosong.” Meskipun demikian, proses isen dalam batik, dan dalam seni dekoratif
lainnya,bukanlah sekedar untuk mengisi ruang kosong belaka, lebih dari itu proses
(Sumber foto:http://www.budaya-indonesia.org)
Faktor yang berperan besar menghadirkan fraktal pada batik adalah teknik
dekoratif yang berhubungan dengan isen atau mengisi motif besar dengan motif
kecil yang mirip dengan kesamaan diri (self-similarity) pada fraktal. Kenyataan
ini memberi kekaguman bahwa batik tradisi ternyata tidak terpaku pada Geometri
Ecludian sebagaimana yang kita kenal namun batik juga telah mengakusisi
fraktal. Kenyataan bahwa batik bersifat fraktal seolah menjadi hal yang
menunjukkan bahwa ada kebijaksanaan terpendam dalam dunia yang tidak seperti
geometri Aristotelian. Seni budaya dan sains modern telah berinteraksi dengan
23
berubahnya cara pandang atas nilai tradisi dan warisan budaya. Menikmati batik
tak pernah sama dengan cara menikmati lukisan perspektif. Fraktalitas batik
sebagai aspek budaya visual yang erat dengan budaya peradaban Indonesia
menjadi hal yang sangat penting untuk dikembangkan lebih lanjut (Hokky
penelitian desain sebagai cara kerja ilmiah yang melibatkan bidang penelitian,
Amir Piliang, 2010). Desain sendiri sebagai keilmuan modern berasal dari
desain dimaksudkan untuk mengetahui sesuatu yang tidak hanya berasal dari data
indrawi, tetapi juga dari data-data lain yang kompleks dan multidimensi. Objek
konkret dapat berupa deskripsi atau analisis tentang sifat-sifat fisik, material atau
Di dalam penelitian desain ada empat hal pokok yang saling berkaitan satu
sama lainnya, yakni artefak (benda, produk, sarana, prasarana, fasilitas, alat,
simbol, tanda, nilai, makna), dan lingkungan yang melingkupi desain tersebut
kajian teknologi desain (design technology) yakni kajian tentang prinsip yang
Amir Piliang, 2010: ix). Kerangka pikir ini akan melandasi penelitian di dalam
dengan Batik Fraktal. Proses kreatif sendiri adalah proses penciptaan yang
lingkungan, dan si pencipta (seniman atau desainer) itu sendiri. Unsur-unsur ini
saling berpadu dan saling mempengaruhi pada proses atau fase dalam membentuk
suatu karya (Mikke Susanto, 2002:92). Sedang artefak desain atau objek desain
(design object), yaitu pengetahuan tentang sistem, struktur, susunan, kualitas fisik,
sesuatu sistem yang melingkupi desain meliputi praktek (design practice) hingga
proses desain (dari metode desain, proses produksi, dan konsumsi), dan konsumen
teknologi desain sebagai sebuah objek penelitian pasti melalui sebuah penafsiran
(interprestasi). Hal tersebut terkait dengan aktivitas desain yang tidak terlepas dari
sistem nilai yang berkembang di dalam masyarakat. Sebagai bagian penting dari