Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TUTORIAL

BLOK FUNGSI NORMAL REPRODUKSI DAN UROGENITAL

SKENARIO 2

OLEH:

Jasmine Aisyah Putri

NIM. 1910911120021

Kelompok 3

DOSEN TUTOR : Dra. Lia Yulia Budiarti A, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah pengganti tutorial ini. Makalah ini disusun dengan sistematis dan
sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi standar makalah tutorial.

Dengan terselesainya makalah tutorial ini, maka tidak lupa penulis


mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini.

Mohon maaf atas semua kekurangan dalam penyusunan makalah ini.


Penulis memohon kritik dan sarannya atas segala kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan tentunya bagi penulis sendiri.

Banjarmasin, 30 Maret 2020

Penulis

Jasmine Aisyah Putri


NIM. 1910911120021
DAFTAR ISI

SKENARIO

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan.........................................................................1

II. METODE PENULISAN

2.1 Metode Penulisan................................................................................3

III. ISI

3.1 Anatomi Sistem Urinaria.....................................................................4

3.2 Fisiologi Sistem Urinaria....................................................................6

3.3 Embriologi Sistem Urinaria................................................................8

3.4 Biokimia Sistem Urinaria....................................................................9

3.5 Histologi Sistem Urinaria..................................................................10

3.6 Urin....................................................................................................13

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
SKENARIO 2

Tahan dulu aja…..

Rian sedang mengikuti ujian blok sistem repoduksi di dalam ruangan


ber-AC dan terasa dingin. Ditengah-tengah berlangsungnya ujian Rian
merasa ingin buang air kecil. Karena merasa harus memanfaatkan waktu
dengan baik dan serius menyelesaikan soal-soal ujian, maka Rian berusaha
menahan rasa ingin kencingnya. Selama sisa waktu ujian Rian merasakan
perut bagian bawahnya terasa penuh. Begitu ujian berakhir Rian bergegas ke
kamar kecil untuk buang air kecil, setelah itu perutnya terasa nyaman.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urine, air seni, atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine mengandung
berbagai produk sisa dalam konsentrasi tinggi plus bahan-bahan yang
diatur oleh ginjal dalam jumlah bervariasi, dengan setiap jumlah yang
berlebihan keluar ke dalam urine. Bahan-bahan yang bermanfaat
dihemat melalui proses reabsorpsi sehingga tidak ditemukan di urine.
Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urine-ginjal dan struktur-
struktur yang membawa urine dari ginjal keluar untuk dieliminasi dari
tubuh. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan panjang
4-5 inci yang terletak di belakang rongga abdomen (di antara rongga
perut dan otot punggung), satu di masing-masing sisi kolumna
vertebralis, sedikit di atas garis pinggang. Setiap ginjal mendapat satu
arteri renalis dan satu vena renalis, yang masing-masing masuk dan
keluar ginjal di indentasi ginjal yang menyebabkan organ ini berbentuk
seperti kacang. Ginjal bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya
untuk menghasilkan urine, mengonservasi bahan-bahan yang akan
dipertahankan di dalam tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang
tidak diinginkan melalui urine. Setelah terbentuk, urine mengalir ke
suatu rongga pengumpul sentral, pelvis ginjal, yang terletak di bagian
dalam medial tiaptiap ginjal. Dari sini urine disalurkan ke dalam ureter,
suatu saluran berdinding otot polos yang keluar di batas medial dekat
dengan arteri dan vena renalis.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan mampu menjelaskan anatomi sistem urinaria.


2. Mengetahui dan mampu menjelaskan fisiologi sistem urinaria.
3. Mengetahui dan mampu menjelaskan embriologi sistem urinaria.
4. Mengetahui dan mampu menjelaskan biokimia sistem urinaria.
5. Mengetahui dan mampu menjelaskan histologi sistem urinaria.
6. Mengetahui dan mampu menjelaskan urin.
BAB II
METODE PENULISAN

2.1 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam makalah


ini adalah Literature review. Literature review artinya dalam
membuat suatu tulisan ataupun karangan ilmiah berisi ulasan,
rangkuman & pemikiran penulis tentang beberapa pustaka (buku,
jurnal, majalah) yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Semua
pernyataan dan/atau hasil penelitian yang bukan berasal dari penulis
harus disebutkan sumbernya (mengacu pada kaidah kutipan yang
berlaku).

Dalam menguraikan penelitian harus dijelaskan mengenai


peubah atau variabel yang digunakan, model yang digunakan,
rancangan penelitian, sampling dan teknik pengumpulannya, analisis
data dan cara penafsirannya.
BAB III
ISI

3.1 Anatomi Sistem Urinaria


Ginjal dan Glandula suprarenalis terletak di dalam rongga
retroperitoneal, di ventral M. psoas dan M. quadratus lumborum.
Sistem Fascia: Permukaan ginjal ditutup oleh Capsula fibrosa.
Bersama dengan Glandula suprarenalis, ginjal dilapisi oleh Capsula
adiposa. Capsula adiposa dikelilingi oleh Fascia renalis. Di medial
dan inferior, Fascia renalis tetap terbuka untuk jalur Ureter dan
pembuluh darah. Lamina anterior fasciae renalis oleh para klinisi
disebut sebagai Fascia gerota. Ren dexter terletak sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan ren sinister (karena massa lobus hepatis
dexter yang besar), dan kutub bawahnya mungkin teraba di regio
lumbalis kanan pada akhir inspirasi dalam dari orang dengan otot-
otot abdomen yang tidak berkembang dengan baik. Masing-masing
ren bergerak lebih kurang 1 inci (2,5 cm) dalam arah vertikal selama
pergerakan respirasi maksimal diaphragma.[8] Ren sinister normal,
yang lebih tinggi dari ren dexter tidak dapat diraba. Pada dinding
anterior abdomery hilus masing-masing ren terletak pada planum
transpyloricum, sekitar tiga jari dari garis tengah. Pada punggung ren
terbentang dari processus spinosus vertebrae thoracicae XII sampai
processus spinosus vertebrae lumbalis III, dan hilus terletak di depan
vertebra lumbalis I. Sisi dorsal ginjal berdekatan dengan dinding
abdomen dorsal. Ginjal yang berbentuk seperti kacang memiliki
Polus superior dan inferior. Hilum renale, yang terletak di antara
Polus dan menghadap ke medial, berhubungan dengan ruangan di
dalam ginjal (Sinus renalis) dan berisi pembuluh darah ginjal dan
Ureter. Glandula suprarenalis berdekatan dengan Polus superior
ginjal. Tempat masuk pembuluh darah di garis medial terkadang
disebut Hilum.Sisi anterior menempel pada beberapa organ lain.
Bersama dengan Glandula suprarenalis, ginjal dipisahkan dari organ-
organ abdomen lain oleh Peritoneum parietalis, Fascia renalis, dan
Capsula adiposa. Oleh sebab itu, area kontak anterior tidak memiliki
relevansi klinis. Ginjal terdiri dari Cortex (Cortex renalis) dan
Medulla (Medulla renalis). Medulla dibagi lagi menjadi beberapa
bagian yang, berdasarkan bentuknya, disebut piramida ginjal
(Pyramides renales). Columna renales terletak di antara piramida-
piramida ginjal ini. Satu piramid dan area kortikal di dekatnya
disebut Lobus renalis. Batas antara 1 4 lobus tidak dapat dilihat pada
permukaan ginjal manusia dewasa. Ujung piramida (Papillae
renales) memasuki Calices renales majors dan minores untuk
mengeluarkan urin (panah). Bersama dengan jaringan adiposa dan
pembuluh darah ginjal, Pelvis renalis terletak dalam Recessus
medialis parenkim ginjal (Sinus renalis). Pada dinding anterior
abdomen ureter dapat ditunjukkan oleh sebuah garis ke bawah dari
bidang transpyloricum sejauh lebih kurang 2.5 inci (5 cm) dari garis
tengah. Setinggi spina iliaca anterior superior, pars pelvicus ureter
dapa ditunjukkan oleh garis lengkung ke bawah dan medial menuju
tuberculum pubicum. Pada dinding posterior abdomen pars
abdominalis ureter dapat ditunjukkan oleh garis ke bawah dari
setinggi processus spinosus vertebrae lumbalis pertama sampai ke
spina iliaca posterior inferior sejauh 2 inci (5 cm) dari garis tengah.
Pada orang dewasa, vesica urinaria yang kosong termasuk organ
pelvis dan terletak posterior terhadap symphisis pubis. Jika vesical
urinaria terisi, organ ini akan naik, keluar dari pelvis dan masuk ke
abdomen.[1] Peritoneum yang meliputi vesica urinaria yang terisi
menjadi terangkat dari dinding anterior abdomen sehingga
permukaan depan vesica urinaria berhubungan langsung dengan
dinding abdomen. Pada anak-anak sampai umur 6 tahun, vesica
urinaria merupakan organ abdomen meskipun dalam keadaan
kosong, karena cavitas pelvicus tidak cukup besar untuk menampung
organ ini. Collum vesicae terletak tepat di bawah pinggir atas
symphisis pubis. Pada bayi, aspirasi suprapubik merupakan prosedur
yang umum dilakukan untuk mendapat contoh urin dari bayi yang
mengalami demam yang membutuhkan analisis urin sebagai bagian
dari pemeriksaan. Panjang urethra masculina kurang lebih 8 inci (20
cm) dan terbentang dari collum vesicae ke meafus urethrae externus
di glans penis. Urethra pars prostatica dan pars membranacea
terletak lebih dalam dan tidak dapat dipalpasi langsung. Urethra pars
spongiosa terletak di dalam bulbus dan corpus spongiosum dan dapat
diraba di seluruh perjalanannya. Meatus urethrae externus
merupakan bagian yang paling sempit dari seluruh urethra. Urethra
feminina panjangnya sekitar 1,5 inci (3,8 cm). Urethra terbentang
dari co1lum vesicae urinariae sampai ke vestibulum vulvae, di mana
urethra bermuara kurang iebih 1 inci (2,5 cm) distal dari clitoris.[4]

3.2 Fisiologi Sistem Urinaria


Masing-masing dari sepasang ginjal terdiri dari korteks di
bagian luar dan medula di bagian daiam. Ginjal membentuk urine.
Organ ini mengeluarkan konstituen plasma yang tidak dibutuhkan di
urine sementara menahan bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh.
Urine dari masing-masing ginjal dikumpulkan di pelvis ginjal,
kemudian disalurkan dari kedua ginjal melalui sepasang ureter ke
satu kandung kemih, tempat urine disimpan hingga dikosongkan
melalui uretra ke luar. Unit fungsional ginjal yang membentuk urine,
nefron, terdiri dari komponen vaskular dan tubulus yang saling
berkaitan. Komponen vaskular terdiri dari dua anyaman kapiler yang
tersusun seri, dengan yang pertama adalah glomerulus, suatu kuntum
kapiler yang memfiltrasi plasma bebas-protein dalam jumlah besar
ke dalam komponen tubulus. Anyaman kapiler kedua terdiri dari
kapiler peritubulus, yang memberi makan jaringan ginjal dan ikut
serta dalam pertukaran antara cairan tubulus dan plasma. Komponen
tubulus berawal dari kapsula Bowman, yang melingkupi berkelok-
kelok untuk akhirnya berakhir di pelvis ginjal. Sewaktu filtrat
mengalir melalui berbagai bagian tubulus, sel-sel yang melapisi
bagian dalam tubulus memodifikasinya, mengembalikan ke plasma
hanya bahan-bahan yang diperlukan untuk mempertahankan
komposisi dan volume CES yang tepat. [3] Apa yang tertinggal di
tubulus akan diekskresikan sebagai urine. Ginjal melakukan tiga
proses dasar: (1) filtrasi glomerulus, perpindahan non-diskriminatif
plasma bebas-protein dari darah ke dalam tubulus; (2) reabsorpsi
tubulus, pemindahan selektif konstituen-konstituen tertentu di filtrat
kembali ke dalam darah kapiler peritubulus; dan (3) sekresi tubulus,
perpindahan sangat spesifik bahan-bahan tertentu dari darah kapiler
peritubulus ke dalam cairan tubulus. Segala sesuatu yang difiltrasi
atau disekresikan tetapi tidak direabsorpsi akan diekskresikan
sebagai urine. Dari 125 mL/menit filtrat yang terbentuk di
glomerulus, normalnya hanya 1 ml/menit yang tersisa di tubulus
untuk diekskresikan di urine. Hanya zat sisa dan kelebihan elektrolit
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang tertinggal, larut dalam H20
dalam volume tertentu untuk dieliminasi melalui urine. Karena
bahan yang diekskresikan dikeluarkan atau "dibersihkan" dari
plasma, istilah bersihan plasma merujuk kepada volume plasma yang
dibersihkan dari suatu bahan setiap menit oleh aktivitas ginjal. Ginjal
dapat mengekskresikan urine dengan volume dan konsentrasi
bervariasi untuk menahan atau mengeluarkan H20, masing-masing
bergantung pada apakah tubuh mengalami kekurangan atau
kelebihan H20. Ginjal dapat menghasilkan urine yang berkisar dari
0,3 mUmnt pada 1200 msm/liter hingga 25 ml/mnt pada 100
msm/liter dengan mereabsorpsi H20 dalam jumlah bervariasi dari
bagian distal nefron. Reabsorpsi bervariasi ini dimungkinkan oleh
gradien osmotik vertikal di cairan interstisium medula, yang
terbentuk oleh ansa Henle panjang nefron jukstamedula melalui
multiplikasi countercurrent dan dipertahankan oleh vasa rekta
nefron-nefron ini oleh pertukaran countercurrent. Gradien osmotik
vertikal ini, yang terpajan oleh cairan tubulus hipotonik (100
mOsm/liter) sewaktu cairan mengalir melewati bagian distal nefron,
menciptakan gaya dorong pasif untuk reabsorpsi progresif H20 dari
cairan tubulus, tetapi jumlah sebenarnya dari reabsropsi H20
bergantung pada jumlah vasopresin (hormon antidiuretik) yang
disekresikan. Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus distal
dan koligentes terhadap H20; tubulus-tubulus ini impermeabel
terhadap H20 jika tidak terdapat vasopresin. Sekresi vasopresin
meningkat sebagai respons terhadap defisit H20, dan karenanya
reabsorpsi H20 meningkat. Sekresi vasopresin dihambat sebagai
respons terhadap kelebihan H20 sehingga reabsorpsi H20 berkurang.
Dengan cara ini, penyesuaian reabsorpsi H20 yang dikendalikan oleh
vasopresin membantu tubuh mengoreksi setiap ketidakseimbangan
cairan. Setelah terbentuk, urine terdorong oleh kontraksi peristaltik
meialui ureter dari ginjal ke kandung kemih untuk disimpan
sementara. Kandung kemih dapat menampung hingga 250 hingga
400 mL urine sebelum reseptor regang di dindingnya memicu refleks
berkemih. Refleks ini menyebabkan pengosongan involunter
kandung kemih dengan menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
pembukaan sfingter uretra internum dan eksternum. Berkemih dapat
dicegah secara temporer dengan secara sengaja mengencangkan
sfingter eksternum dan diafragma pelvis di sekitarnya.[7]

3.3 Embriologi Sistem Urinaria


Sistem urinarium dan genitalis berkembang dari jaringan
mesoderm.dari jaringan mesoderm. Tiga sistem urinarium terbentuk
secara berurutan dari segmen kranial ke kaudal: Pronefros yang
terbentuk di regio servikal, tidak berkembang. Mesonefros yang
terbentuk di regio torakal dan lumbal, berukuran besar dan ditandai
oleh unit-unit ekskretorik (nefron) dan duktus koligentes tersendiri,
duktus mesonefrikus atau wolffii. Pada manusia, sistem ini mungkin
berfungsi beberapa saat, tetapi sebagian besar sistem ini kemudian
lenyap. Duktus dan tubulus dari mesonefros membentuk saluran
untuk sperma dari testis ke uretra. Pada wanita, saluran-saluran ini
mengalami regresi. Metanefros atau ginjal permanen, terbentuk dari
dua sumber. Sistem ini membentuk sendiri tubulus ekskretorik dan
nefronnya seperti sistem lain tetapi sistem pengumpulnya berasal
dari tunas ureter, suatu pertumbuhan keluar dari duktus
mesonefrikus. Tunas ini membentuk ureter, pelvis renalis, kaliks
renalis, dan seluruh sistem pengumpul. Hubungan antara sistem
tubulus koligentes dan tubulus ekskretorik sangat penting bagi
perkembangan normal. WTI yang diekspresikan oleh mesenkim,
menyebabkan jaringan ini kompeten untuk berespons terhadap
induksi oleh tunas ureter. Interaksi antara tunas dan mesenkim
terjadi melalui pembentukan GDNF dan HGF oleh mesenkim serta
reseptor tirosin kinase masing-masing, RET dan MET yang
dihasilkan oleh epitel ureter. PAX2 yang dihasilkan oleh tunas
ureter, menyebabkan epitelialisasi mesenkim metanefros sebagai
persiapan untuk diferensiasi tubulus ekskretorik. Pemisahan tunas
ureter secara dini dapat menyebabkan ginjal bifida atau
supernumerary kidney (ginjal multipel) dengan ureter ektopik. Juga
dapat terjadi kelainan posisi ginjal, misalnya ginjal panggul atau
ginjal tapal-kuda.[6]

3.4 Biokimia Sistem Urinaria


Urin Bersama dengan urin, disekresikan juga air dan
komposisinya. Jumlah dan komposisi urin sangat-tergantung dan
tergantung pemasukan bahan makanan, berat badan, umur, jenis
kelamin, dan lingkungan hidup seperti suhu, kelembaban, aktivitas
tubuh dan kondisi kesehatan. Setiap orang dewasa menghasilkan
0,5-2,0 liter setiap hari, yang terdiri atas kurang dari 90% udara.
Urin memiliki suatu nilai pH yang asam (kira-kira 5,8). Tentu saja
nilai pH urin sangat tergantung oleh keadaan iklim. Setelah jadi
jumlah besar bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan, nilai pH dapat
meningkat hingga diatas 7. Komponen Organik Komponen organik
adalah senyawa nitrogen. Urea, yang di sintesis di dalam hati, adalah
bentuk ekskresi nitrogen yang berasal dari protein dan asam amino.
Konsentrasinya mencerminkan perubahan protein: 70 g protein
menyebabkan pembentukan kira-kira 30 g urea. Asam urat adalah
produk akhir dari hasil purin. Kreatinin, yang dibuat dari kreatin
melalui siklisasi spontan dan ireversibel, berasal dari sirkulasi otot,
Karena jumlah kreatinin yang dikeluarkan setiap hari dari satu
individu adalah 2 konstan , jumlah ini berbanding langsung dengan
massa otot , maka kreatinin dapat digunakan sebagai ukuran
kuantitatif untuk komponen - komponen urin lainnya . Asam amino
sebagai hasil metabolisme hati , jumlah asam amino yang
dikeluarkan secara bebas sangat tergantung dari makanan dan
kemampuan kerja hati . Derivat asam amino juga muncul dalam urin
( misalnya : hipurat). Terdapat suatu proteohormon, yaitu human
choriogonadotropin ( HCG ) , yang terbentuk pada awal kehamilan
dan masuk ke dalam darah , terdapat di dalam urine karena
ukurannya yang sangat kecil . Hal ini dipakai sebagai prinsip dasar
suatu pemeriksaan kehamilan secara imunologik . Warna kuning
urine disebabkan oleh urokrom , yaitu famili zat warna empedu ,
yang terbentuk pada pemecahan hemoglobin . Bila dibiarkan dalam
udara terbuka , urokrom dapat teroksidasi , sehingga urin dapat
menjadi berwarna kuning tua . Komponen Anorganik Di dalam urine
terdapat kation Na + , K + , Cam , Mg , dan NH4 + , demikian juga
anion C , SorHPO selain ion - ion lainnya dalam jumlah kecil . Akan
tetapi , kalsium dan magnesium terdapat juga dalam tinja dalam
jumlah yang lebih besar . Jumlah komponen anorganik diterntukan
oleh komposisi bahan makanan . Pada keadaan asidosis , ekskresi
amoniak dapat sangat meningkat . Ekskresi dari banyak ion - ion
berada dibawah kontrol hormone.[5]

3.5 Histologi Sistem Urinaria


Setiap ginjal memiliki korteks luar yang tebal, mengelilingi
medula yang terbagi menjadi 8 sampai 12 piramida renalis; setiap
piramida dan jaringan kortikal yang terkait terdiri dari lobus renalis.
Papilla apikal setiap piramida renalis menyisipkan ke dalam kaliks
minor, sebuah subdivisi dua atau tiga kaliks major memanjang dari
pelvis renalis. Ureter membawa urin dari pelvis renalis dan keluar
dari hilus renalis, dimana arteri renalis dan vena juga terletak.
Cabang arteri renalis untuk membentuk arteri yang lebih kecil antara
lobus renalis, dengan arteri interlobular memasuki korteks untuk
membentuk mikrovaskular tersebut; cabang venous paralel pasokan
arteri. Di korteks sebuah arteriol aferent masukkan klaster kapiler
disebut glomerulus, yang dikeringkan oleh arteriol eferen, bukan
venula, pengaturan yang memungkinkan tekanan hidrostatik tinggi
di kapiler. Arteriol eferen dari cabang glomeruli kortikal difus
sebagai kapiler peritubular, sedangkan yang dari jukstaglomerularis
glomeruli cabang putaran mikrovaskuler selama disebut vasa recta di
medula. Nefron. Unit fungsional dari ginjal adalah nefron, berjumlah
sekitar 1 juta, masing-masing dengan korpuskel renalis dan tubulus
renalis panjang, dan sistem duktus colligens. Korpuskel renalis
memiliki parietal skuamosa sederhana lapisan simpai (Bowman)
glomerular, kontinu dengan tubulus proksimal, dan lapisan viseral
khusus podosit sekitar kapiler glomerulus. Podosit memperpanjang
proses primer besar yang kurva sekitar kapiler dan memperpanjang
singkat, interdigitasi proses sekunder atau pedikel, diantara ruang
sempit yang disebut celah pori-pori. Peningkatan tekanan dalam
kapiler mendorong air dan zat terlarut kecil pada plasma darah
melewati filter glomerulus ke dalam kapsula (atau urin) ruang di
dalam simpai glomerulus. Dalam setiap glomerulus filter memiliki
tiga bagian: endotel kapiler fenestrasi halus; tebal (330 nm) menyatu
lamina basal dari kolagen tipe IV dan protein lain yang dihasilkan
oleh sel endotel dan podosit; dan celah-pori kulit antara pedikel,
ditutupi oleh diafragma filtrasi celah tipis. Dari korpuskel renalis,
filtrat memasuki tubulus nefron panjang yang meluas melalui kedua
korteks dan medula, dengan sel-sel epitel untuk kedua reabsorpsi dan
sekresi zat ke dalam filtrat. Bagian tubular pertama, tubulus
kontortus proksimal (PCT), terutama kortikal, memiliki sel-sel
kuboid sederhana dengan mikrovili panjang dalam lumen,
mitokondria banyak, dan besar, interdigitas lipatan basolateral.
Dalam PCT, semua glukosa dan nutrisi organik lainnya, semua
protein kecil dan peptida (yang terdegradasi menjadi asam amino),
dan banyak air serta elektrolit yang diserap dari filtrat dan ditransfer
ke kapiler peritubular. Dari filtrat PCT mengalir ke lengkung Henle,
terletak di medula, yang memiliki skuamosa desendens tipis dan
segmen asendens; yang meluas akhir sebagai segmen asendens tebal
(TAL) kembali ke korteks. Di korteks yang TAL (juga dikenal
sebagai tubulus lurus distal) menghubungkan arteriol di kutub
vaskular korpuskel renalis induknya dan ada mengental fokus
sebagai macula densa. Sel epitel tinggi dari macula densa dan sel-sel
otot polos khusus di arteriol aferen yang berdekatan disebut sel
jukstaglomerularis, yang mengeluarkan renin, terdiri dari aparat
jukstaglomerularis (JGA) yang merupakan regulator penting dari
tekanan darah. Di luar densa makula, tubulus terus sebagai tubulus
kontortus distal (DCT), di mana kadar elektrolit dari filtrat
disesuaikan lebih lanjut dan menyebabkan tubulus penghubung
singkat. Menghubungkan tubulus dari beberapa nefron bergabung
untuk membentuk kortikal duktus colligens, epitel kuboid sederhana,
yang masuk medula secara paralel dengan lengkung dari Henle dan
vasa recta dan menjadi lebih besar dengan lebih banyak sel
kolumnar. Epitheliocytus principalis (principal cell) dari duktus
colligens yang terpulas pucat, dengan relatif sedikit mitokondria dan
membran sel berbeda yang kaya aquaporin (saluran air) untuk
reabsorpsi air pasif. Duktus colligens terbesar memberikan filtrat ke
kaliks minor, di mana duktus calligens tidak mengalami modifikasi
lebih lanjut dan disebut urin. Kaliks, pelvis renalis, ureter, dan
kandung kemih dilapisi oleh urothelium, atau epitel transisional,
yang melindungi sel-sel yang mendasari dari efek hipertonik atau
urin beracun. Besar sel-sel superfisial bulbosa dari urothelium, yang
disebut umbellocytus (umbrella cells), memiliki membran apikal
terdiri dari regio dihubungkan dengan plak padat uroplakin protein
yang melindungi sitoplasma. Ketika kandung kemih mengisi
mukosanya yang terlipat akan terbentang, urothelium akan menjadi
tipis oleh gerakan sel, dan plak membran dihubungkan umbellosytus
(umbrella cell) sebagian terungkap. Urethra mengalir kandung kemih
dan dilapisi oleh kolumnar berlapis biasa dan epitel kolumnar
berlapis. Pada laki-laki urethra memiliki tiga wilayah: uretra prostat
di kelenjar prostat; urethra membran pendek melewati diafragma
urogenital, dan urethra penis panjang.[2]

3.6 Urin
Urin telah lama menjadi 'biofluida' yang disukai di antara para
peneliti metabolisme. Itu steril, mudah didapat dalam volume besar,
sebagian besar bebas dari protein atau lipid yang mengganggu dan
kompleks secara kimiawi. Namun, kompleksitas kimia ini juga telah
dibuat. Urin merupakan substrat yang sulit dipahami sepenuhnya.
Sebagai bahan limbah biologis, urin biasanya mengandung
metabolism memecah produk dari berbagai makanan, minuman,
obat-obatan, kontaminan lingkungan, limbah endogen metabolit dan
produk sampingan bakteri[9]. Urin memiliki pH 6,2 dan mengandung
fraksi nitrogen, fosfor, dan kalium terbesar yang dilepaskan dari
tubuh. Ekskresi nitrogen dalam urin signifikan (10,98 g / kap / hari)
dengan urea, konstituen yang paling dominan membentuk lebih dari
50% total padatan organik. Asupan makanan dan cairan makanan
adalah penyebab utama variasi dalam tinja dan komposisi urin dan
variabel-variabel ini harus selalu dipertimbangkan jika tingkat
generasi, fisik, dan komposisi kimia dari tinja dan urin diprediksi. [10]
Kandung kemih dapat menampung hingga 250 hingga 400 mL urine
sebelum reseptor regang di dindingnya memicu refleks berkemih.
Refleks ini menyebabkan pengosongan involunter kandung kemih
dengan menyebabkan kontraksi kandung kemih dan pembukaan
sfingter uretra internum dan eksternum. Berkemih dapat dicegah
secara temporer dengan secara sengaja mengencangkan sfingter
eksternum dan diafragma pelvis di sekitarnya. [7]
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Urine, air seni, atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Setiap ginjal
mendapat satu arteri renalis dan satu vena renalis, yang masing-
masing masuk dan keluar ginjal di indentasi ginjal yang
menyebabkan organ ini berbentuk seperti kacang. Organ penyusun
sistem urinaria diantaranya ren, ureter, vesical urinaria dan urethra.
Adapun tahap-tahap pembentukan urin yaitu filtrasi, reabsorpsi dan
augmentasi. Ginjal bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya
untuk menghasilkan urine, mengonservasi bahan-bahan yang akan
dipertahankan di dalam tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang
tidak diinginkan melalui urine.
DAFTAR PUSTAKA

1. Drake R. L., Vogl A. Wayne, Mithchell A. W. M.. 2018. Gray Dasar-


Dasar Anatomi Ed. 2. Jakarta: Elsevier
2. Eroschenko, V. P. 2012. Atlas Histologi diFiore Dengan Korelasi
Fungsional. Jakarta: Lippincott Williams & Wilkins
3. Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
12. Jakarta: Elsevier
4. Moore Keith L., Dalley Arthur F., Agur Anne M.R.. 2014. Clinically
Oriented Anatomy 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
5. Rodwell, V. W. Et all. 2015. Harper’s Illustrated Biochemistry Thirtieth
edition. New York: The McGraw-Hill Education
6. Sadler TW. 2014. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 12. Jakarta:
EGC
7. Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem..Edisi 8.
Jakarta: EGC.
8. Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.
9. Bouatra S, Aziat F, Mandal R, Guo AC, Wilson MR, Knox C, Bjorndahl
TC, Krishnamurthy R, Saleem F, Liu P, Dame ZT. The human urine
metabolome. PloS one. 2013;8(9).
10. Rose, C. Parker, A. Jefferson, B.Cartmell, E. The Characterization of
Feces and Urine: A Review of the Literature to Inform Advanced
Treatment Technology. Critical Reviews in Environmental Science and
Technology. 2015. 45 (17): 1827–1879.
RUBRIK PENILAIAN UNTUK PENULISAN LAPORAN

(UNTUK MAHASISWA SEMESTER II)

NAMA Mahasiswa : Jasmine Aisyah Putri

NIM :1910911120021

N ASPEK PENILAIAN BOBOT SKOR (1-4)* BOBOT x


O SKOR
1 Format 10
 Halaman Judul
 Daftar Isi
 Pendahuluan
 Isi
 Kesimpulan
 Daftar Pustaka
 Lampiran (jika ada)
2 Pendahuluan 15
 Menyebutkan alasan
penulisan makalah
 Menyebutkan tujuan
penulisan makalah
3 Metode Penulisan 5
 Menyebutkan teknik
penulisan makalah
4 Isi 45
 Sesuai dengan sasaran
belajar (seperti tercantum
untuk setiap skenario
dalam buku blok)
5 Kesimpulan 15
6 Daftar Pustaka 10
 Referensi relevan dengan
masalah yang diteliti
(jumlah minimal 10 buah,
dan minimal 30%-nya
harus bersumber pada
jurnal ilmiah)
 Menggunakan sistem
rujukan pustaka yang baku
yang dianut secara
konsisten (Sistem
Vancouver)
 Menggunakan sumber
rujukan pustaka terbaru (10
tahun terakhir)
100 NILAI AKHIR
= [(Bobot x
Skor)] : 4

Banjarmasin, 30 Maret 2020

TUTOR

(....................................................)

*Catatan:
Skor 1 : jika memuat <50% aspek yang dinilai

Skor 2 : jika memuat minimal 50% aspek yang dinilai

Skor 3 : jika memuat minimal 80% aspek yang dinilai

Skor 4 : jika memuat semua aspek yang dinilai

Anda mungkin juga menyukai