Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Penyakit / Gangguan Immunudefisiensi (HIV/AIDS)”

OLEH:

Kelompok 5

Tri Wahyuningsih (711345319094)

Ester Taroreh (711345319050)

Meilania Oroh (711345319075)

Renata A. Masihor (711345319087)

Inggrit Lempas (711345319061)

Juanito Parengkuan (711345319065)

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATRIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN MANADO

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyakit / Ganguan
Immunudefisiensi (HIV/AIDS)” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas oleh Muhamad Ali
Makaminan, S.Kep.,Ns.,M.Kes., pada pada mata kuliah kewarganegaraan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Penyakit / Gangguan Immunudefisiensi
(HIV/AIDS)”  bagi para pembaca dan juga bagi kami penulis.

Kami sangat menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Manado , 8 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………...


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan penulisan……………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….

A. Definisi HIV/AIDS…………...…………………………………………………………….
B. Penyebab HIV/AIDS……………………………………………………………………….
C. Patofisiologi HIV/AIDS……………………….……………………………………………
D. Diagnosis HIV/AIDS yang berkaitan dengan pemeriksaan Laboratorium
Medis………………………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belumada obatnya dan
belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV,sehingga penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagikehidupan manusia baik sekarang maupun
waktu yang datang.

Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari
segimental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik,ataupun
seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS.

Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secaralangsung karena gejalanya baru


dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi darisegi mental, orang yang mengetahui dirinya
mengidap penyakit AIDS akanmerasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu
menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua.

Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar,sebagai bagian


dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa,merasa perlu memperhatikan
hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam makalah ini dan mengangkat judul
“Penyakit / Gangguan Immunudefisiensi (HIV/AIDS)”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu HIV/AIDS?
2. Apa saja penyebab HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS?
4. Bagaimana diagnosis HIV/AIDS yang berkaitan dengan pemeriksaan Laboratorium
Medis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menambah pengetahuan tentang Penyakit / gangguan immunudefisiensi (HIV/AIDS)
2. Dapat dijadikan referensi pembelajaran
3. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah PATOFISIOLOGI
BAB I PEMBAHASAN

A. Definisi HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai
penyakit.

Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang
disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari
infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.

AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’. Acquired berarti


didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh
kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan
kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Bila
kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita
akan membuat ‘antibodi’, molekul khusus yang menyerang HIV itu.

B. Penyebab HIV/AIDS
HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency
Virus.  Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait pelemahan
sistem imun ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak ditangani dengan
baik.

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus HIV dari
pengidap hanya bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan pra-
ejakulasi, cairan rektal (anus), cairan vagina, dan ASI yang berkontak langsung dengan
luka terbuka di selaput lendir, jaringan lunak, atau luka terbuka di kulit luar tubuh orang
sehat.

C. Patofisiologi HIV/AIDS

Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam
tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik,
dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
1. Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti
darah, ASI, semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia
melalui port d’entree yang terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini
meningkat melalui perilaku berisiko yang dilakukan.

Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui
pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-
virus.  Virus kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai
CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang
direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi
yang tinggi.

2. Fase Infeksi HIV


Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.
 Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia
plasma dengan penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus
masuk melalui mukosa tubuh. Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa
minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak spesifik, umumnya berupa
demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian, keluhan
akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya
akan mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.
 Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah.
Penderita infeksi HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa
intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi
tinggi, viral load  stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4 secara konstan.
 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4
dapat menurun hingga lebih rendah dari 200/µl.
Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini
bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam
tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi
keganasan. Infeksi oportunistik berupa:
- Demam > 2 minggu
- Tuberkulosis paru
- Tuberkulosis ekstra paru
- Sarkoma Kaposi
- Herpes rekuren
- Limfadenopati
- Candidiasis orofaring
- Wasting syndrome

3. Stadium Infeksi HIV


Stadium infeksi HIV menurut WHO dibagi ke dalam 4 stadium.

1. Stadium 1
Stadium 1 infeksi HIV berupa sindrom serokonversi akut yang disertai dengan
limfadenopati persisten generalisata (muncul nodul-nodul tanpa rasa sakit pada 2
atau lebih lokasi yang tidak berdampingan dengan jarak lebih dari cm dan waktu
lebih dari 3 bulan).
Pasien stadium ini dapat tetap asimtomatik hingga bertahun-tahun tergantung
pada pengobatan. Status performa 1: aktif penuh dan asimtomatik.

2. Stadium 2
Pada stadium 2, pasien dapat kehilangan berat badan kurang dari 10% massa
tubuh. Risiko penyakit infeksi antara lain:
o Herpes zoster
o Manifestasi minor mukokutan
o Infeksi saluran pernafasan atas rekuren

Status performa 2: simtomatik namun hampir aktif penuh.

3. Stadium 3
Stadium 3 HIV akan menyebabkan pasien kehilangan berat badan lebih dari 10%
massa tubuh. Pasien juga akan mengalami beberapa infeksi atau gejala berikut:
o Diare kronik lebih dari 1 bulan
o Demam prolong lebih dari 1 bulan
o Kandidosis oral, kandidiasis vagina kronik
o Oral hairy leukoplakia
o Infeksi bakteri parah
o Tuberkulosis paru
Status performa 3: berada di tempat tidur lebih dari 50% dalam satu bulan
terakhir.

4. Stadium 4
Pasien HIV stadium 4 mengalami infeksi oportunistik yang juga dikenal
sebagai AIDS defining infections, antara lain:
o Tuberkulosis ekstrapulmoner
o Pneumoniac Pneumocystis jirovecii
o Meningitis kriptokokal
o Infeksi HSV lebih dari 1 bulan
o Kandidiasis pulmoner dan esophageal
o Toksoplasmosis
o Kriptosporidiosis
o CMV
o HIV wasting syndrome
o Ensefalopati HIV
o Sarkoma Kaposi
o Limfoma
o Pneumonia rekuren

D. Diagnosis HIV/AID
Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV.
Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di
laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah:

 Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk
melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi
dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
 Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi p24, suatu protein yang menjadi
bagian dari virus HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien
terinfeksi.

Bila skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif), maka pasien perlu
menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut dapat
membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode
pengobatan yang tepat. Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil
sampel darah pasien, untuk diteliti di laboratorium. Beberapa tes tersebut antara lain:
 Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV.
Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan
seseorang terserang AIDS. Pada kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang
500-1400 sel per milimeter kubik darah. Infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila
hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.
 Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Pemeriksaan viral load bertujuan untuk
menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah
RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru
saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA di bawah 10.000 kopi per
mililiter darah, mengindikasikan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat. Akan
tetapi, kondisi tersebut tetap saja menyebabkan kerusakan perlahan pada sistem
kekebalan tubuh.
 Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat. Beberapa subtipe HIV diketahui kebal
pada obat anti HIV. Melalui tes ini, dokter dapat menentukan jenis obat anti HIV
yang tepat bagi pasien.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’ yang berarti
kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang
dibentuk setelah kita lahir.
2. HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency
Virus. Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait
pelemahan sistem imun ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak
ditangani dengan baik.
3. Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke
dalam tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi,
asimtomatik, dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
4. Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV.
Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di
laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah; tes antibodi dan tes
antigen.

B. Saran
Dari adanya uraian diatas kita dapat mengetahui apa arti pentingnya sehat, maka kita harus
menjaga kesehatan kita mulai dari detik ini juga. Mulailah dengan hal-hal kecil seperti
menjaga pola makan dan perbanyak olahraga.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/hiv-aids

https://www.academia.edu/6373911/MAKALAH_IKM_HIV_AIDS

https://www.alodokter.com/hiv-aids/diagnosis

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/hiv/patofisiologi

http://spiritia.or.id/artikel/detail/3

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/hiv-aids/

Anda mungkin juga menyukai