OLEH:
Kelompok 5
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyakit / Ganguan
Immunudefisiensi (HIV/AIDS)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas oleh Muhamad Ali
Makaminan, S.Kep.,Ns.,M.Kes., pada pada mata kuliah kewarganegaraan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Penyakit / Gangguan Immunudefisiensi
(HIV/AIDS)” bagi para pembaca dan juga bagi kami penulis.
Kami sangat menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….
A. Definisi HIV/AIDS…………...…………………………………………………………….
B. Penyebab HIV/AIDS……………………………………………………………………….
C. Patofisiologi HIV/AIDS……………………….……………………………………………
D. Diagnosis HIV/AIDS yang berkaitan dengan pemeriksaan Laboratorium
Medis………………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari
segimental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik,ataupun
seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS.
A. Definisi HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai
penyakit.
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang
disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari
infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Bila
kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita
akan membuat ‘antibodi’, molekul khusus yang menyerang HIV itu.
B. Penyebab HIV/AIDS
HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency
Virus. Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait pelemahan
sistem imun ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak ditangani dengan
baik.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus HIV dari
pengidap hanya bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan pra-
ejakulasi, cairan rektal (anus), cairan vagina, dan ASI yang berkontak langsung dengan
luka terbuka di selaput lendir, jaringan lunak, atau luka terbuka di kulit luar tubuh orang
sehat.
C. Patofisiologi HIV/AIDS
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam
tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik,
dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
1. Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti
darah, ASI, semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia
melalui port d’entree yang terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini
meningkat melalui perilaku berisiko yang dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui
pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-
virus. Virus kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai
CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang
direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi
yang tinggi.
1. Stadium 1
Stadium 1 infeksi HIV berupa sindrom serokonversi akut yang disertai dengan
limfadenopati persisten generalisata (muncul nodul-nodul tanpa rasa sakit pada 2
atau lebih lokasi yang tidak berdampingan dengan jarak lebih dari cm dan waktu
lebih dari 3 bulan).
Pasien stadium ini dapat tetap asimtomatik hingga bertahun-tahun tergantung
pada pengobatan. Status performa 1: aktif penuh dan asimtomatik.
2. Stadium 2
Pada stadium 2, pasien dapat kehilangan berat badan kurang dari 10% massa
tubuh. Risiko penyakit infeksi antara lain:
o Herpes zoster
o Manifestasi minor mukokutan
o Infeksi saluran pernafasan atas rekuren
3. Stadium 3
Stadium 3 HIV akan menyebabkan pasien kehilangan berat badan lebih dari 10%
massa tubuh. Pasien juga akan mengalami beberapa infeksi atau gejala berikut:
o Diare kronik lebih dari 1 bulan
o Demam prolong lebih dari 1 bulan
o Kandidosis oral, kandidiasis vagina kronik
o Oral hairy leukoplakia
o Infeksi bakteri parah
o Tuberkulosis paru
Status performa 3: berada di tempat tidur lebih dari 50% dalam satu bulan
terakhir.
4. Stadium 4
Pasien HIV stadium 4 mengalami infeksi oportunistik yang juga dikenal
sebagai AIDS defining infections, antara lain:
o Tuberkulosis ekstrapulmoner
o Pneumoniac Pneumocystis jirovecii
o Meningitis kriptokokal
o Infeksi HSV lebih dari 1 bulan
o Kandidiasis pulmoner dan esophageal
o Toksoplasmosis
o Kriptosporidiosis
o CMV
o HIV wasting syndrome
o Ensefalopati HIV
o Sarkoma Kaposi
o Limfoma
o Pneumonia rekuren
D. Diagnosis HIV/AID
Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV.
Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di
laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah:
Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk
melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi
dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi p24, suatu protein yang menjadi
bagian dari virus HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien
terinfeksi.
Bila skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif), maka pasien perlu
menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut dapat
membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode
pengobatan yang tepat. Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil
sampel darah pasien, untuk diteliti di laboratorium. Beberapa tes tersebut antara lain:
Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV.
Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan
seseorang terserang AIDS. Pada kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang
500-1400 sel per milimeter kubik darah. Infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila
hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.
Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Pemeriksaan viral load bertujuan untuk
menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah
RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru
saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA di bawah 10.000 kopi per
mililiter darah, mengindikasikan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat. Akan
tetapi, kondisi tersebut tetap saja menyebabkan kerusakan perlahan pada sistem
kekebalan tubuh.
Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat. Beberapa subtipe HIV diketahui kebal
pada obat anti HIV. Melalui tes ini, dokter dapat menentukan jenis obat anti HIV
yang tepat bagi pasien.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’ yang berarti
kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang
dibentuk setelah kita lahir.
2. HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency
Virus. Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait
pelemahan sistem imun ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak
ditangani dengan baik.
3. Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke
dalam tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi,
asimtomatik, dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
4. Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV.
Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di
laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah; tes antibodi dan tes
antigen.
B. Saran
Dari adanya uraian diatas kita dapat mengetahui apa arti pentingnya sehat, maka kita harus
menjaga kesehatan kita mulai dari detik ini juga. Mulailah dengan hal-hal kecil seperti
menjaga pola makan dan perbanyak olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/hiv-aids
https://www.academia.edu/6373911/MAKALAH_IKM_HIV_AIDS
https://www.alodokter.com/hiv-aids/diagnosis
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/hiv/patofisiologi
http://spiritia.or.id/artikel/detail/3
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/hiv-aids/