Anda di halaman 1dari 21

Kehamilan Ektopik Terganggu

Dosen Pengampu : Aida Ratna Wijayanti,S.Keb,Bd.,M.Keb

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Rizki Ika Pangestiningsih (18621630)


2. Yeni Helfiza (18621636)
3. Eva Kurnia Sari (18621613)
4. Balinda Okta (18621615)
5. Aurora Novin (18621617)

D III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

Tahun Ajaran 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang
membahas tentang “Kehamilan Ektopik Terganggu” dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti. Tugas ini ditujukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Dalam penyuysunan makalah ini,kami
banyak mendapat tantangan dan hambatan. Namun semua telah teratasi karena
bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang setullus-tulusnya kepada
semua pihak dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yaitu:
1. Teman-teman kelompok yang memberikan dorongan semangat dan
bantuan waktu, materi dan tenaganya dalam pembuatan makalah ini;
2. Ibu Aida Ratna Wijayanti,S.Keb,Bd.,M.Keb selaku dosen mata kuliah
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
Kami menyadari bahwa makalah inii masih banyak kekurangan dan kelemahan,
baik dalam isi maupunsistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan wawasan kami. Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik
dan saran yang membangun dan dapat menjadikan makalah ini jauh lebih baik
lagi.kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini.

Ponorogo, 22 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul...................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1.............................................................................................................Latar
Belakang.............................................................................................1
1.2.............................................................................................................Rum
usan Masalah......................................................................................2
1.3.............................................................................................................Tujua
n..........................................................................................................2
1.4.............................................................................................................Manf
aat........................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Kehamilan Ektopik.............................................................................3
2.2 Etiologi Kehamlan Ektopik Terganggu..............................................4
2.3 Lokasi Kehamilan Ektopik Terganggu...............................................6
2.4 Patofisiologi........................................................................................8
2.5 Tanda dan Gejala................................................................................10
2.6 Diagnosa yang Dapat Ditegakkan......................................................12
2.7 Tindakan yang dapat Dilakukan.........................................................13
BAB III : PENUTUP
3.1.............................................................................................................Kesi
mpulan................................................................................................15
3.2.............................................................................................................Saran
............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi pembuahan ovum oleh
spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan berkembang
sampai jalan lahir. Namun kehamilan ektopik menurut Erna
Setaningrum:2013 yaitu kehamilan yang terjadi setiap saat ketika penanaman
blastokis berlangsung dimanapun kecuali di endometrium yang melapisi
rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah
serviks, tubavalopi, ovarium dan abdomen.
Menurut Keneth:2016 dalam bukunya menyebutkan hampir 2 dari 100
kehamilan di Amerika Serikat adalah kehamilan ektopik dan lebih dari 95%
kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine. Tempat peningkatan yang nyata
baik dalam laju maupun jumlah absolute kehamilan ektopik di Amerika
Serikat dalam dua dasawarsa terahir.namun sayangnya kehamilan ektopik
tetap merupakan penyebab utama kematian Ibu di Amerika Serikat, bahkan di
Amerika Utara kejadian kehamilan ektopik saat ini diperkirakan 2% dari
kelahiran hidup. Sebuah study di Norwwegia diketahui insiden kehamilan
ektopik meningkat dari 1,4% menjadi 2,2% dari kelahiran hidup, sedangkan
di Inggris dan ales keadian kehamilan ektopik meningkat dari 0,3% menjadi
1,6% dari kelahiran hidup.
Ani dan Anis : 2018 dalam juralnya menebutkan hamper 90%
kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine. Dampak lanjut dari kehamilan
ektopik dapat menyebabkan terjadina kematian Ibu akibat perdarahan dimana
perdarahan ini bertanggung jawab atas 28% kematian Ibu di dunia dan
perdarahan merupakan penyumbangg kematian no.1 (40%-60%) kematian
Ibu melahirkan di Indonesia.
Sedangkan menurut prasurvey yang dilakukan di suatu rumah sakit
Internasional tahun 2014 angka kejjadian kehamilan ektopik mencapai 8,52%
per 974 ibu bersalin dan pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi
9,02% dari 1241 Ibu bersalin.

1
Berdasarkan uraian dan fenomena diatas kami tertarik untuk mengupas
lebiih dalam mengenai kehamilan ektopik terganggu.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka timbul berbagai permasalahan yang
menarik untuk di bahas, diantaranya :
a. Apa itu kehamilan ektopik?
b. Bagaimana kehamilan ektopik dapat terjadi?
c. Dimanakah lokasi kehamilan ektopik?
d. Bagaimana Patologi dari Khamillan Ektopik Terganggu?
e. Bagaimana manifestasi klinis kehamilan ektopik?
f. Bagaimana komplikasi dari Kehamilan Ektopik Terganggu?
g. Bagaimana Penatalaksanaan dari Kehamilan Ektopik Terganggu?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari kehamilan ektopik
b. Mengetahui dan mengerti proses kehamilan ektopik terjadi
c. Mengetahui tempat nidasi embrio pada kehamilan ektopik
d. Mengetahui patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu
e. Mengetahui tanda dan gejala dari Kehamilan Ektopik Terganggu
f. Mengetahui dan mengenai komplikasi yang ditimbulkan dai
Kehamilan Ektopik Terganggu
g. Mengetahui Penatalaksanaan dari Kehamilan Ektopik Terganggu
1.4 Manfaat
1.4.1. Secara Teoretis
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
kehamilan ketopik terganggu
1.4.2. Secara Praktis
a) Bagi mahasiswa kebidanan, makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan meningkatkan motivasi belajar mengenai
KET
b) Bagi Dosen, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar
penunjang pembelajaran di kelas

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kehamilan Ektopik

Istilah ektopik berasal dari Bahasa inggris,ectopic,dengan akar kata


dari Bahasa Yunani,topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat
diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan
ektopik terjadi abortus atau pecah,dalam hal ini dapat bebrbahaya bagi wanita
hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri (TMA Chalik : 1997). Kehamilan ektopik sering
disebut juga kehamilan diluar Rahim atau kehamilan diluar
kandungan.Sebenarnya kehamilan ektopik berbeda dari kehamilan diluar
Rahim atau di luar kandungan.Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang
berimplantasi dan berkembang diluar tempat yang biasa. Biasanya peristiwa
implantasi zigot terjadi di dalam rongga Rahim tetapi bukan pada serviks dan
kornu.Dengan demikian kehamilan yang berkembang di dalam serviks dana
tau di dalam kornu (bagian interstisial uterus) walaupun masih bagian dari
Rahim adalah kehamilan ektopik.
Dr. Taufan Nugroho : 2010 dalam bukunya menyatakan
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah gangguan yang muncul akibat
implantasi hasil konsepsi (blastosit) diluar endometrium kavum uteri (95%)
yang terjadi abortus tubaria atau rupture tuba maupun yang belum.
Sedangkan Erna : 2013 berpendapat bahwa Kehamilan ektopik
ialah kehamilan yang terjadi setiap saat ketika penanaman blastosit
berlangsung di manapun,kecuali di endometrium yang melapisi rongga
uterus.Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah serviks,tuba
falopi,ovarium dan abdomen.
Sawono : 2009 juga menyampaikan Kehamilan ektopik ialah
kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri.Sebagaian besarbkehamilan ektopik terdapat di
tuba uterina.Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture pada
dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.

3
Sedangkan pada buku Ilmu Kandungan Sarwono 2008 menuliskan
Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang di buahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam
endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat dari pada
istilah ekstra uterin yang sekarang masih juga banyak dipakai oleh karena
terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus
tetapi tidak pada tempat yang normal, misalnya kehamilan pada pars
interstisialis tuba dan kehamilan pada serviks uteri.
Jadi dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan yang
terjadi diluar uterus baik itu oada tuba maupun daerah sekitar uterus

2.2 Etiologi Kehamilan Ektopik Terganggu


Chalik 1997 menebutkan penyebab kehamilan ektopik itu banyak namun
secara praktis dapat dikategorikan lebih kurang ke dalam 5 kategori sebagai
berikut :
1. Pengaruh factor mekanik
Faktor mekanik yang dapat mencegah atau menghambat perjalanan
ovum yang telah dibuahi ke dalam ruang Rahim antara lain adalah
salfingitis,adhesi perituba,kelainan perkembangan saluran telurseperti
diverticula,ostia accessoria tubae,dan hypoplasia tuba sebagai akibat
pemakaian diestilstilbestrol selagi wanita tersebut masih dalam
kandungan ibunya.Faktor mekanik lain adalah pernah menderita
kehamilan ektopik,pernah mengalami operasi pada saluran telur seperti
rekanalisasi atau tubektomi parsial,induksi abortus berulang,tumor yang
menganggu keutuhan saluran telur.
2. Pengaruh factor fungsional
Faktor fungsional yang dapat memperlambat perjalanan hasil konsepsi
ke dalam kavum uteri adalah migrasi eksternal ovum pada kasus
kelainan perkembangan saluran Mullerian atau kasus dengan saluran
telur tunggal yang terjadi ovulasi di pihak kontralateral.Refluk
menstruasi dan gangguan motilitas saluran telur juga dapat
menyebabkan kehamilan ektopik.Gangguan motilitas tuba dapat

4
disebabkan oleh perubahan keseimbangan kadar estrogen dan
progesterone serum.Dalam hal ini terjadi perubahan jumlah dan afinitas
reseptor adrenergik yang terdapat dalam uterus dan dalam otot polos
dari saluran telur. Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang terjadi
pada akseptor kontrasepsi oral yang mengandung hanya progestagen
saja,setelah memakai estrogen dosis tinggi pascaovulasi untuk
mencegah kehamil (morning after pill), setelah memakai alat
kontrasepsi dalam Rahim dengan atau tanpa progesterone,dan setelah
induksi ovulasi. Juga terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik pada
wanita yang terkena pengaruh diestilstilbestrol ketika masih dalam
kandungan ibunya karena
Diestilstilbestrol lebih mempengaruhi motilitas tubuhnya dari pada
anatomi tuba .Merokok pada waktu terjadi konsepsi dilaporkan
meningkatkan insiden kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai
akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergic dalam tuba
3. Kegagalan kontrasepsi
Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang karena
kontrasepsi sendiri mengurangi insiden kehamilan.Akan tetapi
dikalangan para akseptor bias terjadi kenaikan insiden tinggi daripada
yang dilaporkan. Kejadian yang terbanyak dilaporkan di Jamaica yaitu
1 dalam 28 kehamilan. Di beberapa tempat di Indonesia di laporkan
insiden yang serupa.Dalam kepustakaan ,insidennya berbeda beda dari
1 dalam 28 sampai 1 dalam 329 kehamilan.Di Amerika di laporkan 1
dalam 80 sampai 200 persalinan.Oleh karena penyakit infeksi alat
kandungan dalam yang disebutkan menjadi penyebab utama kehamilan
ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk dan
keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di negara
sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi
rendah dari pada di negara maju dan pada masyarakat yang berstatus
sosio-ekonomi tinggi.Kehamilan ektopik dilaporkan juga lebih tinggi
pada mereka yang mengalami kemandulan,infeksi gonorea,infeksi
pasca keguguran,menderita tuberculosis,dan infeksi-infeksi lain dari

5
saluran telur,pada akseptor alat kontrasepsi dalam Rahim dan pil yang
mengandung hanya progestogen.Dewasa ini kejadiannya meningkat
karena meningkatnya hal-hal yang dapat menyebabkan kehamilan
ektopik seperti penyakit menular seksual,popularitas macam-macam
kontrasepsi,tubektomi yang gagal,rekanalisasi dan induksi ovulasi.
2.3 Lokasi Nidasi Embrio Pada Kehamilan Ektopik Terganggu

Karena pertumbuhannya yang bersifat invasif sel-sel trofoblas


menembusi jaringan yang terdapat di sekitarnya. Sudah barang tentu
pembuluh darah dari dinding tuba sendiri adalah yang terlebih dahulu
terkena serangan invasi trofoblas sehingga terjadi perdarahan. Konseptus
yang bertumbuh menyebabkan lumen tuba membesar hal mana
menyebabkan dindingnya menipis dan pada Suatu ketika terjadilah
robekan oleh invasi trofoblas. Robekan dinding tuba sudah tentu
menambah perdarahan. Reaksi desidua yang lemah pada tempat implantasi
tidak cukup mampu memelihara Konseptus sehingga pada akhirnya mati
dan pembuluh darahnya pun mengalami erosi. Sekalipun embrionya telah
mati untuk sementara waktu sel-sel trofoblas masih bisa hidup dan terus
berinvası.Pada mulanya dinding tuba yang membesar warnanya menjadi
pucat kemudian berubah warna menjadi merah tua oleh sebab gumpalan
darah dan darah segar yang terdapat didalamnya. Kadang-kadang bisa
dijumpai kantong kehamilan walaupun sangat jarang dapat ditemui.
Apabila cukup banyak darah mengalir ke dalam rongga abdomen melalui

6
ostium abdominale atau pun akibat robekan pada dinding tuba, seluruh
terbenam di dalam gumpalan darah beku. Dapat dijumpainya embrio
ataupun vili korealis dalam lumen atau dari bekuan darah yang
memastikan diagnosis kehamilan ektopik pada tuba. Jika tidak satu pun
vili dapar dijumpai diagnosis kehamilan ektopik tidak cukup di tegakkan
hanya berdasarkan adanya hematosalping. Gambaran klinik, perjalanan
proses, dan akibat dari kehamilan ektopik pada tuba bergantung kepada
tempat implantasi. Konseptus dapat berimplantasi pada ampulla (55%),
isthmus (18%), atau punpada interstisium (4%) dari tuba.
2.3.1. Implantasi pada pars ampularis tuba
Kehamilan pada ampula sebenarnya paling banyak akan tetapi
insidennya yang benar tidak diketahui oleh karena hal-hal yang akan
diceritakan di bawah. Konseptus yang sangat kecil dan yang baru saja
berimplantasi bisa mati sendiri (mungkin karena bukan tempat yang cocok
baginya) lalu hilang karena absorpsi tanpa gejala. Konseptus kecil yang
terlepas dari tempat implantasinya (abortus tuba komplet) keluar ke dalam
rongga abdomen dan di sana di absorpsi oleh tubuh. Pada sejumlah
kejadian lain terjadi abortus inkomplit di dalam tuba sebagai akibat erosi
pembuluh kapiler atau pembuluh darah besar lain karena invasi trofoblas.
Sebagian dari darah yang keluar itu mengalir ke dalam kavum Douglas
dan berkumpul di situ, sebagian membeku mengelilingi konseptus sendiri
di dalam tuba. Perdarahan berulang disekeliling konseptus yang telah mati
membentuk mola karnosa yang berwarna merah seperti daging. Jumlah
darah yang berkumpul di dalam kavum Douglasit sedikit pada abortus
komplet dan banyak pada abortus inkomplit dari tuba sehingga terbentuk
hematokel.
2.3.2. implantasi pada pars isthmika tuba
Pars isthmika tuba mempunyai liang atau lumen yang sempit sekali
dan bagian ini tidak mampu melebar seperti pars ampularis. Apabila
implantasi terjadi pada tempat ini maka resiko robekan akan terjadi lebih
dini dan lebih berar yang disebabkan oleh invasi trofoblas ke dalam
dinding tuba atau pun akibat peregangan oleh konseptus atau oleh banyak

7
darah yang berlonggok dengan cepat di tempat itu. Tempat robekan
biasannya mengarah ke rongga peritoneum tetapi kadang-kadang dapat
juga terjadi pada bagian tuba yang terletak di celah lembaran ligamentum
latum. Pada tempat manapun terjadi robekan, perdarahan yang
diakibatkannya cukup berat dan jika tidak segera mendapat penanganan
yang tepat dapat berakibat fatal. Pada tempat manapun terjadiAak segera
mendapat penanganan yang tepat dapat berakibat fatal. Perdarahan
intraligamenter pada mulanya bisa berkurang disebabkan tekanan yang
meninggi di dalamnya akan tetapi apabila tekanan darah yang terkumpul
di dalamnya bertambah oleh karena terjadi perdarahan ulang maka kedua
lembaran ligamentum latum terlepas satu sama lain.
2.3.3. Implantasi pada pars interstisial
Kehamilan ektopik pada bagian ini dapat berlangsung lebih lama
oleh karena konseptus yang membesar masih dapat ditampung karena
disini ada miometrium yang dapat mengalami hipertrofi sampai batas
tertentu. Robekan baru terjadi menjelang usia kehamilan 12-14 minggu,
dan perdarahan yang terjadi umumnya berat sekali oleh karena di tempat
ini terdapat pembuluh darah yang besar. Keterlambatan memperoleh
penanganan bisa menyebabkan kematian.
2.4 Patofisiologi Kehamilan Ektopik
Perubahan yang terjadi pada Rahim sama dengan yang terjadi pada
kehamilan biasa. Myometrium dan endrometrium sama-sama dipengaruhi
oleh hormon kehamilan, dan hormon yang dihasilkan oleh kehamilan
ektopik serupa seperti yang di hasilkan oleh kehamilan biasa. Pada
mulanya Rahim melembut kemudian membesar karena hipertrofi dan
hiperplasi dari sel-sel otot polosnya. Pembesaran Rahim baru nyata dapat
diperiksa apabila kehamilan ektopik telah berusia lebih dari 6 minggu
seperti halnya dengan kehamilan yang normal. Pada usia kehamilan di atas
6 minngu Rahim sedikit lebih besar dari pada biasa. Jika implantasi terjadi
di bagian interstisial bagian ini akan membesar sehingga teraba sebuah
benjolan disamping fundus. Benjolan ini perlahan-lahan membesar dan
menimbulkan nyeri. Keadaan begini sulit di bedakan dengan proses

8
digenerasi merah yang dialami mioma jika terjadi kehamilan pada Rahim
yang mengandung mioma.
Stroma endrometrium berubah menjadi desidua dan kelenjar-
kelenjarnya memperlihatkan gambaran serupa seperti pada kehamilan
muda. Reaksi endrometrium terhadap kehadiran trofoblas juga tampak
yaitu adanya reaksi Arias-Stella. Pada reaksi ini terlihat sel-sel kelenjar
berada dalam campuran fase proliferasi dan fase sekresi. Proliferasi pada
kelenjar ditandai oleh susunan sel-selnya yang mirip villus kea rah lumen,
dan kelenjar yang bersekresi sel-selnya mengandung vakuola dalam
sitoplasmanya.
Perubahan pada Rahim yang menyertai kehamilan ektopik
biasanya tidak berlangsung lama disebabkan oleh kematian embrio dari
trofoblasmanya sehingga produksi hormon berhenti. Dengan demikian
pengaruhnya terhadap Rahim pun ikut berhenti. Pada pengamatan dari
sejumlah kasus pada mana dilakuin kerokan endrometrium sebelum
dikerjakan laparotomy lebih dari 80% desiduanya tidak ada. Biasanya
desidua itu hancur sedikit demi sedikit yang berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu dan menimbulkan perdarahan sedikit-sedikit
yang berulang dan kadang-kadang banyak melalui vagina sebagai gejala
yang umumnya terjadi pada kehamilan ektopik. Pada beberapa kasus
desiduanya keluar dalam bentuk lempengan yang dikenal dengan sebutan
decidual cast. Lempengan desidua terdiri dari dua lapisan dan tiap lapisan
terdiri dari sel-sel desidua, sedikit kelenjar endometrium yang mengalami
keruntuhan dari berbagai tingkat,pembuluh-pembuluh darah yang
berdinding tipis yang berisi thrombosis atau butir-butir darah merah, dan
tumpukan sel-sel limfosit, sel-sel plasma, dan netrofil. Keluarnya
lempengan desidua harus membuat waspada akan kemungkinan kehamilan
ektopik walaupun lempengan desidua dapat juga keluar pada waktu haid.
(Chalik : 1997)
Sedangkan (Sujiyatini : 2009) menyebatakan prinsip patofisiologi
yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum ag telah dibuahi dlam
perjalanannya menuju kavum uteri. Pada saat kebutuhan embrio dalam

9
tuba tidak terpenuhi lagi oleh suplay darah dari vascular tuba itu. Ada
beberapa kemungkinan akibat dari hal ini :
1. Kemungkinan “tuba abortion” lepas dan keluarya darah dan jaringan
ke ujung fimbria dank e rongga abdomen abortus tuba biasanya terjadi
pada kehamilan ampula darah yang mengalir dan masuk ke
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan
dinding tuba.
2. Kemungkinan rupture dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,
sebagai akibat dari overdistensi tuba
3. Faktor abortus kedalalm lumen uterus,rupture dinding tuba biasanya
sering terjadi bila ovum berimplantantasi pada itsmus dan biasanya
terjadi pada kehamilan muda
2.5 Manifestasi Klinis
(Erna : 2013) menyimpulkan, berdasarkan atas gambaran
klinik kehamilan ektopik terbagi didalam dua kelompok
yaitu;
2.7.1. Kelompok yang bergejala jelas
Mula-mula adalah gejala klasik kehamilan muda
seperti rasa mual dan pembesaran disertai rasa agak
sakit pada payudara yang didahului dengan
keterlambatan haid.kemudian secara berurutan
datang rasa tidak enak pada perut dibagian bawah
keluar bercak darah melalui kemaluan,merasa amat
lemah,dan berakhir dengan rasa amat nyeri seperti
terasayat pisau dan berulang ulang ketika tubah
robek atau pada waktu tubah sedang terancam
robek,kemudian terjadi sinkop dan boleh jadi disertai
nyeri pada bahu bila darah dalam rongga peritoneum
cukup banyak yang mengalir kedalam ruangan
antara hati dengan diafragma dab merangsang
nervus phrenecus lalu terjadilah nyeri yang
mengancam pada bahu .Semua gejala tersebut

10
dapat bervariasi oleh karena ciri robekan dan
perdarahan lokasi implantasi pada tuba,kecepatan
distensi proses robekan yang terjadi pada tuba,dan
jumlah darah yang mengalir serta cepatnya darah
keluar berbeda satu dengan lain kasus.pada
berbagai pengamatan dari sejumlah kehanmilan
ektopik yang pecah dilaporkan semuanya menderita
nyeri dalam perut lebih kurang setengahnya rasa
nyeri perut itu meluas, sepertiganya nyeri perut
sebelah pihak,dan pada seperlimanya rasa nyeri
menjalar ke bahu.perdarahan melalui pervagina
terjadi pada 40-70% dan terlambat haid sekitar 2
minggu pada 68%,dan sinkop pada 37%
penderita.teraba masa nyerin pada adneksa pada
hamper semua penderita teraba pembengkakkan 1
adeneksa pada setengah jumlah penderita.pada 70%
penderita rahimnya seperti tidak membesar,pada
26% rahimnya sebesar kehamilan 6-8 minggu,dan
pada 3% rahimnya sebesar kehamilan 9-12
minggu.lempengan desidua keluar banyak pada
sejumlah kecil penderita.
2.7.2. Kelompok Yang Bergejala Samar
Proses perdarahan biasanya berjalan lambat dan
robekanya pun kecil,rasa nyeri tidak seberapa.dan
kalau sudah berlangsung lama gejalanya mirip
pandangan kronik dalam rongga panggul,dalam hal
yang demikian sering sukar dibedakan dengan infeksi
tuberculosis atau infeksi kronik lain dalam rongga
panggul kecil

Lain halnya dengan keneth : 2013 yang mempunyai


pendapat, gejala tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-

11
beda perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga
perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga
sukar membuat diagnosisnya ,gejala dan tanda
tergantung pada lamanya kehamilan,derajat,perdarahan
yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum
hamil.Perdarahan Pervaginam merupakan tanda penting
kedua kehamilan ektopik terganggu ,hal ini menunjukan
kematian janin kehamilan ektopik terganggu sangat
bervariasi,dari yang klasik dengan gejala perdarahan
mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
aabdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-
samarsehingga sulit membuat diagnosanya

Kesimpulanya gejala Ektopik yaitu;


1. Nyeri
Gejalanyan bergantung pada apakah kehamilan ektopik
telah rupture atau belum,gejala yang sering dirasakan
adalah nyeri abdomen dan pelvis,gejala
grastrointestinal dan pusing atau kepala terasa ringan
juga sering dijumpai,setelah terjadi rupture.Nyeri pada
pleuritik dapat terjadi akibat iritasi diafragma yang
disebabkan perdarahan.
2. Perdarahan Abnormal
Mayoritas wanita melaporkan amenore dengan
berbagai tingkatan bercak atau perdarahan
pervaginam,perdarahan uterus yang terjadi dengan
kehamilan pada tuba sering kali disangka menstruasi
biasa,perdarahan pada kehamilan ini biasanya
berbau,berwarna cokelat gelap,dan dapat timbul secara
intermiten atau terus menerus,perdarahan pervaginam
yang sangat banyak biasanya jarang dijumpai.

12
3. Nyeri Tekan Abdomen dan Pelvis
Nyeri hebat pada pemeriksaan abdomen dan
vagina,terutama ketika serviks digerkan,dapat
dilakukan pada lebih dari tiga perempat wanita dengan
kehamilan tuba yang rupture,namun nyeri seperti ini
dapat tidak ada setelah rupture
2.6 Diagosis yang dapat ditegakkan dalam Kehamilan Ektopik Terganggu
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara
ditegakkan antara lain :
1. Anamnesis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, ada atau
tidaknya perdarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah
atau tidak, berat atau nyeri perutnya tergantung banyaknya darah yang
terkumpul di peritoneum
2. Pemeriksaan fisik
a. Didapatkan ukuran ahim yang membesar adanya tumor didaerah
adneksa
b. Adanya tanda syok hipovolemik dan tanda abdomen akut
c. Pemeriksaan ginekololgis
d. Pemeriksaan dalam : serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uterus kanan dan kiri.
(Manuaba,2013)
2.7 Penatalaksanaan Kasus Kehamilan Ektopik Tergangggu
Dahulu,pembedahan bisanya dilakukan untuk
membuang tuba uterine yang rusak dan berdarah. Selama
dua decade terakhir diagnosis dan pengobatan yang lebih
dini memungkinkan tata laksana definoitif pada
kehamilan ektopik yang tidak terganggu bahkan sebelum
gejala klinis muncul.Diagnosis dini ini menyebabkan
banyak kasus kehamilan ektopik dapat diberikan terapi
medis
2.7.1. Penanganan Menunggu

13
Sebagian ahli memilih mengobservasi kehamilan tuba
yang sangat dini dengan kadar beta-hCC serum yang
stabil atau turun.Sebanyak sepertiga wanita dengan
kehamilan ektopi akan memperlihatkan beta-hCC yang
menurun ,konsekuensi berat ruptur tuba yang
mungkin terjadi, ditambah keamanan terapi medis dan
bedah,menuntut terapi menungu dilakukan hanya
pada wanita yang diseleksi dan diberi informasi
dengan tepat
2.7.2. Imonuglobulin Anti-D
Apabila wanita tersebut D-negatif namun belum
namun belum terinsintasi antigen-D maka
imunoglubilin anti-D harus diberikan
2.7.3. Salpingotomi
Prosuder ini serupa seperti salpingostomi namun
insisinya ditutup dengan benang.vycril 7-10 atau
benang serupa.Tidak terdapat perbedaan prognosis
sengan atau tanpa penjahitan
2.7.4. Salpingektomi
Reaksi tuba dapat dilakukan melalui laparoskomi
operatif dan dapat digunakan baik untuk kehamilan
ektopik yang rupture maupun tidak.Ketika
mengangkat tuba uterine dianjurkan untuk melakukan
reseksi vadge tidak lebih dari sepertiga bagian luar
bagian intersisial tuba.Reseksi kornu ini dilakukan
untuk memperkecil kekmbuhan kehamilan di punting
tuba yang jarang terjadi (Keneth : 2013)

Lain halnya dengan Manuaba yang menyatakan


penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah
laparotomi. Pada laparotomi perdarahan seleks mungkin
dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang

14
menjadi sumber perdarahan keadaan umum penderita
terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak
mungkin dikeluarkabn.Dalam tindakan demikian beberapa,
lokasi hal yang harus diperhatikan yaitu: kondisi penderita
pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik.hasil ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tubah dilakukan pemantauan terhadap kadar
HCC(kuantitatif) peningkatan kadar HCC yang berlangsung
terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang
belum gterangkat.Penanganan pada kehamilan ektopik
dapat pula dengan tranfusi,infuse,oksigen,atau kalau
dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotic dan
antiinflamasi ,sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan
sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan
harus dirawat inap di rumah sakit.(Sujiyatini,2009)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

15
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah gangguan yang muncul
akibat implantasi hasil konsepsi (blastosit) diluar endometrium kavum
uteri (95%). Gambaran klinik, perjalanan proses, dan akibat dari
kehamilan ektopik pada tuba bergantung kepada tempat implantasi.
Konseptus dapat berimplantasi pada ampulla (55%), isthmus (18%), atau
punpada interstisium (4%) dari tuba. Dalam mendeteksi KET terdapat dua
kelompok yaitu yang memiliki tanda-tanda jelas dan yang bergejala sama.
Diagnose yang dapat ditegakkan diantaranya anamnesa dan pemeriksaan
fisik.
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah mengenai Kehamilan Ektopik
Terganggu ini menjadi satu langkah awal kita untuk menambah
pengetahuan mengenai apa itu KET. Kami sadar dalam pembuatan
malakalah ini banyak kesalahan penulisan maupun yang lain. Oleh karena
itu, kami memohon bimbingan Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah
Kegawatdaruratan Neonatal dan Maternal. Serta meminta masukan dari
pembaca apabila masih terdapat kesalahan eja atau ketidak rapian dalam
pembuatan makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Kristianingsih, Ani dan Halimah, Anis, Halimah. 2018. Hubungan Keterpaparan
Asap Rokok Dengan Kejadian Kehamilan Ektopik di RSIA Anugrah Medial

16
Center Kota Metro Tahun 2016. Jurnal Kebidanan Vol.4, No 1, Januari 2018 : 30-
33
Chalik, TMA, 1997, Hemorragi Utama Obstetri & Ginekologi, Widya Medika:
Aceh
Cosgrif,Jr & Anderson, Dian, 1975, The Practice of Emergency Care. United
State J.B Lippincott Company: East Washington Suare
Levano, Kenneth,J. 2013. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Manuaba, dkk. 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, IN Media : Jakarta
Nugroho, Tufan, 2010, Kasus Emergency untuk Kebidanan dan Keperawatan,
Nuha Medika : Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono,2009. BUKU ACUAN PELAYANAN KESEHATAN
MATERNAL DAN NEONATAL.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta
Styaningrum, Erna, 2013, Asuhan Kegawatdaruratan Maternal, In Media :
Jakarta
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh Asuhan
Kebidanan. Nuha Medika : Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai