Anda di halaman 1dari 42

FISIKA DASAR 2

2019/2020

MODUL PRAKTIKUM
KONTRIBUTOR

Modul Praktikum Fisika Dasar II Universitas Pertamina disusun untuk menunjang


kegiatan terstruktur Perkuliahan Fisika Dasar II. Isi modul disesuaikan dengan satuan
acara perkuliahan (SAP) Fisika Dasar II di Universitas Pertamina TA 2018/2019.
Sehingga diharapkan praktik yang dilakukan Mahasiswa akan linear dengan teori
yang didapatkan mahasiswa di kelas. Modul ini disusun oleh dosen-dosen dan Asisten
Laboratorium Fisika Dasar Universitas Pertamina.
● Dosen Fisika Dasar Universitas Pertamina:
● Dicky Ahmad Zaky, M.T.
● Raka Sudira Wardana, M.T
● Dr. Arianta, S.T., M.T.
● Gilang Muhammad Gemilang, M.Sc
● Harya Dwi Nugraha, M.Sc, DIC
● Yelita Anggiane Iskandar, M.T.
● Asisten Laboratorium Fisika Dasar Universitas Pertamina:
● Diva Addini M. M., S.Si
● Isna Rizkydianita S., S.Si
● Rendy Elmianto,
● Rizky Miftahul A., S.Si
DAFTAR ISI

Panduan Penulisan Laporan Fisika Dasar................................................................. 3

Modul 1. Arus Searah................................................................................................... 11

Modul 2. Arus Bolak – balik........................................................................................ 17

Modul 3. Pengukuran Rangkaian AC/DC Menggunakan Osiloskop.................. 23

Modul 4. Medan Magnetik.......................................................................................... 32

Modul 5. Difraksi, Panjang Gelombang Cahaya, dan Polarisasi........................... 43

Daftar Pustaka............................................................................................................... 55

1
MODUL 1 : ARUS SEARAH

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Melakukan pengukuran besaran-besaran listrik DC

2. Memahami sifat-sifat hambatan dan tegangan dalam suatu rangkaian seri dan
paralel

3. Memahami fungsi kapasitor sebagai penyimpan energi (muatan listrik)

II. ALAT PERCOBAAN

Tabel 1.1. Daftar alat-alat percobaan

Nama Alat Jumlah


Catu daya 1
Saklar SPST 2
Resistor 50 Ω, 5W 1
Resistor 100 Ω, 5W 1
Kapasitor 10 µF 1
Jepit buaya bersoket 2
Multimeter digital 1
Kabel probe 10

III. TEORI DASAR

Resistor adalah sesuatu hal yang dapat menghambat arus listrik. Oleh karena itu,
nilai dari gabungan 2 resistor yang disusun seri setara dengan nilai penjumlahan
dari 2 resistor tersebut. Apabila resistor (𝑅1 , 𝑅2 , … , 𝑅𝑛 ) disusun paralel, maka
semua resistor tersebut senilai dengan 𝑅𝑥 , dimana:

1 1 1 1
= + +⋯+ (1.1)
𝑅𝑥 𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛

2
Dalam praktiknya, nilai resistor yang menghambat arus yang melalui suatu
rangkaian bisa dihitung menggunakan hukum Ohm.

𝑉(𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑅(𝛺) = (1.2)
𝐼(𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

Besaran listrik tersebut dapat diukur dengan galvanometer ataupun multimeter


digital. Terdapat amperemeter, voltmeter, serta ohmmeter di dalam multimeter
digital. Amperemeter, alat yang digunakan untuk mengukur arus listrik,
digunakan dengan cara menghubungkannya secara seri di tempat arus yang akan
diukur. Sedangkan voltmeter, alat yang digunakan untuk mengukur tegangan,
digunakan dengan cara menghubungkannya secara paralel dengan komponen
yang akan diukur. Gambar 1.1 menunjukkan contoh perangkaian alat pengukur
dengan suatu resistor yang diukur tegangan dan arus yang melaluinya. V
menunjukkan voltmeter, sedangkan A menunjukkan amperemeter.

Gambar 1.1. Konfigurasi voltmeter dan amperemeter

Suatu multimeter yang akan digunakan untuk mengukur arus dan tegangan
membutuhkan 2 kabel probe untuk menghubungkannya dengan rangkaian. Probe
tersebut berwarna merah dan hitam. Probe merah dihubungkan dengan
pin/kutub positif pada multimeter, sedangkan probe hitam dihubungkan dengan
pin/kutub negatif pada multimeter. Kesalahan kutub akan mengakibatkan
pembacaan tanda yang salah pada rangkaian berarus DC. Pin/kutub positif dan
negatif pada multimeter sendiri berbeda pada saat mengukur arus atau tegangan,
seperti yang terlihat pada Tabel 1.2 berikut.

3
Tabel 1.2. Pin/kutub positif dan negatif pada multimeter

Multimeter Pin/kutub positif Pin/kutub negatif

Amperemeter mA COM

Voltmeter VΩ COM

Dalam percobaan kali ini, pengukuran tegangan dan arus dilakukan. Pengukuran
tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik tegangan dan arus dalam
suatu rangkaian. Nilai tegangan dan arus ini bisa diatur dengan memberikan nilai
resistor yang sesuai.

Selain itu, percobaan yang akan dilakukan adalah mengenai karakteristik


kapasitor. Secara umum, kapasitor terdiri dari dua lempengan yang diberi bahan
dielektrik diantaranya. Ketika kapasitor dialiri arus listrik, dua lempengannya
akan terisi muatan yang sama besar namun berbeda tanda. Besarnya muatan ini
dipengaruhi oleh nilai kapasitansi dan tegangan yang diberikan. Muatan ini akan
tersimpan pada kapasitor dan akan meluruh apabila dihubung-singkatkan atau
dihubungkan dengan komponen lain. Semakin banyak muatan yang terisi,
semakin lama muatan tersebut luruh.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Percobaan 1: Rangkaian Resistor Seri sebagai Pembagi Tegangan

1. Susun rangkaian seperti Gambar 1.2, pastikan catu daya dan saklar dalam
keadaan mati

Gambar 1.2. Rangkaian resistor DC

4
2. Setelah diverifikasi oleh asisten praktikum, nyalakan catu daya 2V DC dan
nyalakan saklar

3. Nyalakan multimeter digital untuk mengukur tegangan dan arus. (Saat


mengukur arus, arahkan knop ke arah mA DC dengan skala 200 mA; saat
mengukur tegangan, arahkan ke arah V DC)

4. Ukur dan catat arus (I(𝑚𝐴)) yang mengalir pada rangkaian (ujung-ujung
multimeter dapat dipasang diantara komponen manapun pada rangkaian)

5. Ukur dan catat masing-masing tegangan pada resistor. 𝑉1 =tegangan pada


𝑅1 (Letakkan probe merah (+) multimeter ke titik A, probe hitam (-) ke titik B).
𝑉2 =tegangan pada 𝑅2 (Probe merah (+) multimeter ke titik B, probe hitam (-)
ke titik C)

6. Resistor total pada rangkaian ini dinamakan 𝑅𝑥 . Ukur dan catat tegangan pada
resistor total (𝑉𝑥 ) dengan cara meletakkan probe merah (+) di titik A dan probe
hitam (-) di titik C

7. Ubah tegangan sumber yang keluar dari catu daya dan ulang langkah-langkah
diatas (no 4-6)

Percobaan 2: Rangkaian Resistor Paralel sebagai Pembagi Arus

1. Susun rangkaian seperti Gambar 1.3, pastikan catu daya dan saklar dalam
keadaan mati

2. Setelah diverifikasi oleh asisten praktikum, nyalakan catu daya 2V DC dan


nyalakan saklar

3. Ukur dan catat arus yang mengalir pada rangkaian (𝐼1 , 𝐼2 , 𝐼3 ). Pastikan knop
multimeter mengarah pada mA DC dengan skala 200 mA

4. Ubah tegangan sumber yang keluar dari catu daya, lalu ulangi langkah no 3

5
Gambar 1.3. Rangkaian resistor paralel

Percobaan 3: Energi yang tersimpan dalam kapasitor

1. Susun rangkaian seperti Gambar 1.4, pastikan catu daya dan saklar dalam
keadaan mati

2. Sebelum memberi aliran listrik, pastikan tidak ada tegangan tersisa yang ada
di kapasitor. Gunakan voltmeter untuk menyelidiki apakah kapasitor memiliki
tegangan, apabila kapasitor tersebut memiliki tegangan, kosongkan kapasitor
tersebut dengan menghubung-singkatkan terminal-terminalnya dengan
menggunakan kabel penghubung

3. Nyalakan catu daya dan pilih keluaran catu daya 4 V. Nyalakan saklar 1.

4. Catat tegangan kapasitor

5. Tunggu beberapa saat, lalu matikan saklar 1

6. Amati tegangan yang terbaca di multimeter

Gambar 1.4. Rangkaian resistor paralel

6
V. DATA & PENGOLAHAN DATA

Tabel 1.3. Perhitungan Rangkaian Seri

VS 𝑰(𝑨) 𝑽𝟏 (𝑽) 𝑽𝟐 (𝑽) 𝑽𝒙 (𝑽) 𝑽𝑻 (𝑽) 𝑹𝟏 (𝜴) 𝑹𝟐 (𝜴) 𝑹𝒙 (𝜴) 𝑹𝑻 (𝜴)

2V

4V

6V
Keterangan : V1=VAB; V2=VBC; Vx=VAC; VT=V1+V2; RT=R1+R2

Tabel 1.4. Perhitungan Rangkaian Paralel

VS 𝑰𝟏 (𝑨) 𝑰𝟐 (𝑨) 𝑰𝟑 (𝑨) 𝑰𝑻 (𝑨) 𝑹𝟏 (Ω) 𝑹𝟐 (Ω) 𝑹𝒙 (Ω)

2V

4V

6V

7
MODUL 2 : ARUS BOLAK – BALIK

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Membedakan arus searah dan bolak-balik

2. Melakukan pengukuran besaran dalam rangkaian berarus bolak-balik

3. Memahami konsep reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif

II. ALAT-ALAT PERCOBAAN

Tabel 2.1. Daftar alat-alat percobaan

Nama Alat Jumlah


Kumparan 1000 lilitan 1
Magnet batang 1
Galvanometer 1
Poros jarum 1
Multimeter digital 1
Kabel probe 10
Catu daya 1
Saklar SPST 1
Resistor 100 Ω 1
Kapasitor 5µF 1

III. TEORI DASAR

Listrik dapat tercipta oleh induksi elektromagnetik dari kumparan dan perubahan
medan magnet. Perubahan medan magnet yang searah dan terus-menerus tidak
dapat direalisasikan. Perubahan medan magnet hanya bisa direalisasikan dengan
cara mengubah kutub (positive negative) magnet. Akibatnya, arus yang tercipta
dari induksi elektromagnetik tidak akan searah atau berubah arah secara periodik.
Arus ini dinamakan arus bolak balik (Alternating Current).

8
Gambar 2.1 menunjukkan 2 arus bolak balik berbentuk sinusoidal yang memiliki
periode dan phasa tertentu. Kedua sinyal tersebut dapat ditulis dengan persamaan
matematika sebagai berikut:

𝐼1 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 (𝑤𝑡) ; 𝐼2 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 (𝑤𝑡 − 𝜑) (2.1)

Dalam konsep phasor, dapat juga ditulis sebagai berikut:

𝐼1 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 ∠ − 90°; 𝐼2 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 ∠ − 𝜑° − 90° (2.2)

Gambar 2.1. Contoh arus bolak-balik

Nilai tersebut didapat dengan cara:

(𝑤𝑡 + ∅°) = 𝐴∠∅° (2.3)

Maka,

𝐼1 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 (𝑤𝑡) = 𝐼𝑚𝑎𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝑐𝑜𝑠 (𝑤𝑡 − 90°) = 𝐼𝑚𝑎𝑥 ∠ − 90° (2.4)

Pada pengukuran menggunakan multimeter digital yang sudah dalam mode


pengaturan AC, arus yang akan terbaca adalah hanya nilai efektifnya saja, biasa
ditulis dengan 𝐼𝑟𝑚𝑠

𝐼𝑚𝑎𝑥 = 𝐼𝑟𝑚𝑠 √2 (2.5)

Dalam rangkaian dengan arus bolak balik, ukuran resistansi (hal yang dapat
menghambat arus) yang digunakan adalah impedansi (𝑍(Ω)). Berbeda dengan
resistansi pada konsep arus searah (DC), impedansi memiliki nilai fase relatif yang
diakibatkan oleh komponen induktor dan kapasitor.

𝑗
𝑍𝑅 = 𝑅; 𝑍𝐿 = 𝑗𝑤𝐿; 𝑍𝐶 = − (2.6)
𝑤𝐶
𝑍 = 𝑍𝐿 + 𝑍𝐶 + 𝑍𝑅 (2.7)

9
Untuk mendapatkan nilai 𝑍 total tersebut digunakan konsep phasor. Hal ini juga
berlaku untuk besaran yang mengandung vektor lainnya. Contohnya jumlah
tegangan induktor dan resistor. Tegangan induktor akan berbeda fasa 90° dengan
tegangan resistor. Maka, tegangan total dari kedua komponen ini adalah:

𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝐿 + 𝑉𝑅 (2.8)

|𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 |∠𝜙𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = |𝑉𝐿 |∠𝜙𝐿 + |𝑉𝑅 |∠𝜙𝑅 (2.9)

Perbedaan fasa 90° inilah yang menyebabkan |𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 | ≠ |𝑉𝐿 | + |𝑉𝑅 |,

𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = √|𝑉𝐿 |2 + |𝑉𝑅 |2 (2.10)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN:

Percobaan 1: Pembangkit arus bolak balik sederhana

1. Hubungkan kumparan 1000 lilitan dengan galvanometer

2. Masukkan klip pemutar magnet ke dalam lubang yang berada di bagian


tengah magnet batang, tempatkan magnet di atas poros jarum, seperti Gambar
2.2.

3. Pada saat mengamati galvanometer, dorong ujung magnet batang ke samping


sehingga berputar mengitari poros secara perlahan dan berulang-ulang

Gambar 2.2. Pembangkit arus bolak-balik sederhana

10
Gambar 2.3. Rangkaian RC 1

Percobaan 2: Reaktansi Kapasitif

1. Buat rangkaian seperti pada Gambar 2.3.

2. Beri sumber arus searah (2 V) pada rangkaian tersebut dan sambungkan saklar

3. Ukur tegangan atau beda potensial di ujung-ujung kapasitor (𝑉𝐶 ), resistor (𝑉𝑅 )
dan sumber (𝑉𝑆 ). Lakukan pengukuran dua kali dengan membalikkan probe
multimeter. Catat nilai rata-ratanya

4. Ukur arus yang melalui rangkaian tersebut (𝐼). Lakukan pengukuran dua kali
dengan membalikkan probe multimeter. Catat nilai rata-ratanya

5. Ulangi langkah 1-4 untuk rangkaian pada Gambar 2.4 dengan menggunakan
sumber arus bolak balik (2 V rms)

Gambar 2.4. Rangkaian RC 2

Percobaan 3: Reaktansi Induktif

1. Buat rangkaian seperti pada Gambar 2.5

2. Beri sumber arus searah (2 V) pada rangkaian tersebut dan sambungkan saklar

3. Ukur tegangan atau beda potensial di ujung-ujung induktor/kumparan (𝑉𝐿 ),


resistor (𝑉𝑅𝑅 ) dan sumber (𝑉𝑆 )

11
4. Ukur arus yang melalui rangkaian tersebut (𝐼)

Gambar 2.5. Rangkaian RL 1

7. Ulangi langkah 1-4 untuk rangkaian pada Gambar 2.6 dengan menggunakan
sumber arus bolak balik (2 V rms)

Gambar 2.6. Rangkaian RL 2

12
V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Percobaan 2: Reaktansi Kapasitif

Tabel 2.1. Data percobaan reaktansi kapasitif

𝑽𝑺 (𝑽) 𝑽𝑹 (𝑽) 𝑽𝑪 (𝑽) 𝑰 (𝒎𝑨)


𝑽𝒔𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓
𝑷𝟏 𝑷𝟐 𝑷𝟏 𝑷𝟐 𝑷𝟏 𝑷𝟐 𝑷𝟏 𝑷𝟐
𝟐𝑽 𝑫𝑪

𝟐𝑽 𝑨𝑪

Percobaan 3: Reaktansi Induktif

Tabel 2.2. Data percobaan reaktansi induktif

𝑽𝑺 (𝑽) 𝑽𝑳 (𝑽) 𝑽𝑪 (𝑽) 𝑰 (𝒎𝑨)


𝑽𝒔𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓
𝑷𝟏 𝑷𝟐 𝑷𝟏 𝑷𝟐 𝑷𝟏 𝑷𝟐 𝑷𝟏 𝑷𝟐
𝟐𝑽 𝑫𝑪

𝟐𝑽 𝑨𝑪

13
MODUL 3 : PENGUKURAN RANGKAIAN AC/DC
MENGGUNAKAN OSILOSKOP

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami pengukuran tegangan atau arus AC, DC dengan mengggunakan


osiloskop

2. Memahami karakteristik gelombang dan prinsip superposisi menggunakan


fungsi operasi matematika yang tersedia

3. Memahami hubungan fasa pada komponen R dan C dalam arus bolak-balik


menggunakan osiloskop

II. ALAT PERCOBAAN

Tabel 3.1. Daftar alat-alat percobaan

Nama Alat Jumlah


Catu daya 1
Osiloskop digital 1
Multimeter 1
Resistor 50 Ω 1
Kapasitor 10 µF 1
Kabel probe 10
Kabel osiloskop 2
Audio Generator 2

III. TEORI DASAR

Osiloskop

Pada dasarnya osiloskop adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menampilkan
grafik yang menggambarkan sinyal listrik. Grafik yang ditampilkan menunjukkan
bagaimana sinyal berubah terhadap waktu, sumbu vertikal menyatakan tegangan

14
dan sumbu horizontal menyatakan waktu. Hal yang dapat diamati pada sebuah
grafik sederhana pada osiloskop adalah besar waktu dan tegangan dari sebuah
sinyal frekuensi dari sebuah sinyal yang berosilasi. Terdapat dua jenis osiloskop,
yakni osiloskop analog dan osiloskop digital. Osiloskop analog mengunakan
tabung sinar katoda ( chatode ray tube) yang sepenuhnya bekerja berdasarkan
prinsip listrik analog. Sedangkan pada osiloskop digital tidak lagi digunakan CRT
sebagai display sinyal, tetapi digunakan monitor LCD. Osiloskop analog bekerja
dengan variabel tegangan yang kontinue, sedangan osiloskop digital bekerja
dengan angka biner diskrit yang menunjukkan tegangan sample.

Pada praktikum modul ini juga akan dibahas bagaimana perbedaan fasa yang
terjadi pada komponen hambatan dan kapasitor. Berikut akan dijelaskan
bagaimana perbedaan antara hambatan dan kapasitor pada rangkaian AC.

Hambatan dalam rangkaian AC

(a) (b)

Gambar 3.1 (a) Rangkaian resistor AC dan (b) Grafik perbedaan fasa arus dan
tegangan

Pada sebuah rangkaian hambatan dan generator AC seperti pada Gambar 3.1(a) ,
beda tegangan hambatan yang diperoleh adalah sebesar :

𝑣𝑅 = 𝑉𝑅.𝑚𝑎𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 (3.1)

15
Dimana t adalah waktu, 𝜔 adalah frrekuensi sudut sumber tegangan dan VR
merupakan tegangan maksimal yang melewati rangkaian tersebut. Selain itu dari
hubungan hukum ohm dapat diketahui besarnya arus yang melalui rangkaian
adalah :

𝑉𝑅.𝑚𝑎𝑥
𝑖𝑅 = 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 (3.2)
𝑅

Atau dapat ditulis sebagai

𝑖𝑅 = 𝐼𝑅 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 (3.3)

Kemudian, jika kita gambarkan grafik nilai vR dan iR terhadap waktu, maka akan
didapatkan hasil seperti dilihatkan pada gambar 3.1(b) sehingga dapat diketahui
bahwa arus dan dan tegangan pada hambatan adalah sefasa. Amplitudo tegangan
yang menyatakan tegangan puncak berbeda dengan tegangan dalam arus searah,
karena tegangan puncak ini bernilai maksimum dalam satu siklus saja. Tgangan
dan arus yang terukur dalam rangkaian AC dihitung berdasarkan nilai rms (root
mean square), yaitu :

𝑉𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑟𝑚𝑠 = (3.4)
√2

𝐼𝑚𝑎𝑥
𝐼𝑟𝑚𝑠 = (3.5)
√2

Sehingga dapat diketahui besar daya rata-rata yang terukur atau bisa disebut
dengan daya efektid yang diberikan oleh catu daya dapat dinyatakan dalam
tegangan dan arus rms, yakni :

𝑉𝑟𝑚𝑠 2
𝑃 = 𝑉𝑟𝑚𝑠 𝐼𝑟𝑚𝑠 = (3.6)
𝑅

16
Kapasitor dalam rangkaian AC

(a) (b)

Gambar 3.2 (a) Rangkaian kapasitor AC dan (b) Grafik perbedaan fasa arus
dan tegangan

Gambar 3.2(a) menunjukkan sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari kapasitor
dan catu daya. Kapasitor adalah komponen elektronik yang dapat menyimpan
energi dalam bentuk muatan listrik, dimana kemampuan kapasitor dalan
menyimpan energi terukur dari kapasitansinya. Saat proses pengisian kapasitor
oleh generator AC energi akan disimpan dalam kapasitor dan kemudian
dilepaskan kembali saat proses pelepasan muatan. Sehingga tidak ada daya yang
hilang dalam rangkaian kapasitor. Beda potensial yang melalui kapasitor tersebut
dinyatakan dalam persamaan berikut :

𝑣𝐶 = 𝑉𝐶.𝑚𝑎𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 (3.7)

Atau dapat ditulis sebagai

𝑉𝐶.𝑚𝑎𝑥 𝜋
𝑖𝐶 = 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 + ) (3.8)
𝑋𝐶 2

Dimana X menyatakan reaktansi kapasitif yang besarnya,


1
𝑋𝐶 = 𝜔𝐶 (3.9)

Apabila besar ic dan vc digambarkan terhadap maka akan menghasilkan grafik


seperti pada gambar 3.2(b). Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa keduanya
memiliki beda fasa sebesar 90o, dengan grafik arus mendahului tegangannya.

17
Rangkaian RLC Seri

Apabila komponen resistor, induktor dan kapasitor dirangkai secara seri dengan
sumber arus bolak balik, maka fungsi tegangan dan arus pada rangakian ini
memenuhi persamaan berikut :

𝑣 = 𝑉𝑚𝑎𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 + 𝜑) (3.10)

Pada rangkaian ini, arus yang melewatinya memiliki amplituda dan fasa yang
sama. Sebaliknya berbeda dengan besar fasa dari beda potensialnya yang berbeda
setiap waktu, yang dapat ditunjukkan menggunakan diagram fasor. Kemudian
daya efektif yang diberikan oleh catu daya ke rangkaian tersebut adalah :

𝑃 = 𝑉𝑟𝑚𝑠 𝐼𝑟𝑚𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝜃 (3.11)

Dengan faktor daya (cosθ) adalah

𝑅
𝑐𝑜𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = 𝑍 (3.12)

Daya disipasi yang dapat diukur adalah sebesar

𝑉𝑅.𝑟𝑚𝑠
𝑃𝑑𝑖𝑠 = (3.13)
𝑅

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Percobaan 1: Menggambar Fungsi Matematika pada Osiloskop

1. Siapkan osiloskop, 2 buah audio generator, dan beberapa kabel penghubung.


2. Sebelum menggunakan osiloskop lakukan kalibrasi terlebih dahulu.
3. Sambungkan audio generator 1 dengan probe osiloskop channel 1 sedangakan
audio genrator 2 dengan probe osiloskop channel 2.
4. Lihat grafik yang muncul pada layar osiloskop, tekan tombol math, lalu ubah
fungsi dari +dan /.
5. Gambarkan hasil sinyal yang ditampilkan osiloskop pada tabel berikut.

Percobaan 2: Mengamati Beda Fasa pada Rangkaian RC seri

1. Siapkan osiloskop, catu daya, saklar, resistor 50 ohm, kapasitor 10 mikroF, dan
beberapa kabel penghubung.

18
2. Sebelum menggunakan osiloskop lakukan kalibrasi terlebih dahulu.

3. Siapkan osiloskop dengan dua channel aktif.

4. Susunlah rangkaian RC seri dan hubungkan terminal keluaran generator sinyal


ke rangkaian tersebut. Hubungkan channel 1 untuk Vs dan channel 2 untuk Vr.

5. Gambarkan sinyal keluaran dan catat besar beda fasa dan tegangan Vs,rms dan
Vr,rms yang terbaca pada osiloskop.

V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Tabel 3.2 Fungsi matematika pada osiloskop

No Fungsi Grafik

1. +

2. /

Tabel 3.3 Tegangan pada Rangkain RC

F = C =
Arus R = XC =
VPs VC,rms VR,rms Z 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝑷 Pdis
2V
Grafik

AC

19
MODUL 4 : MEDAN MAGNETIK

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami arah medan magnet karena arus yang mengalir pada kawat lurus,
kawat melingkar, dan solenoid.

2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kuat medan magnet induksi


yang timbul karena arus yang mengalir pada kumparan.

3. Memahami aplikasi medan magnetik pada konsep transformator.

II. ALAT PERCOBAAN

Tabel 4.1. Daftar Alat-alat Percobaan Medan Magnetik

Nama Alat Jumlah


Catu daya 1
Kawat Penghantar Solenoid 1
Multimeter Digital 2
Saklar SPST 1
Kabel probe 5
Kumparan 1000 lilitan 1
Kawat Penghantar Lurus 1
Kawat Penghantar Melingkar 1
Inti Besi Berbentuk U dan I 1
Potensiometer 50 Ohm 1
Kompas Kecil 10
Kompas Besar 1
Kumparan 500 lilitan 1

III. TEORI DASAR

Medan magnet dapat timbul karena 2 hal: adanya magnet permanen dan kawat
yang dialiri arus listrik. Arah medan magnet diilustrasikan dengan garis gaya
magnet. Untuk medan magnet oleh magnet permanen arah garis gaya magnet

20
berawal dari kutub utara menuju kutub selatan, seperti diilustrasikan pada
Gambar 4.1.

Untuk kawat berarus, arah garis gaya magnet mengikuti kaidah tangan kanan
(lihat Gambar 4.2) dan dirumuskan dengan hukum Biot-Savart.

Gambar 4.1. Garis Gaya Magnet pada Gambar 4.2. Garis Gaya Magnet
Magnet Permanen pada Kawat Berarus

Hukum Biot-Savart menyatakan bahwa secara umum vektor medan magnet


dirumuskan:

⃗ = 𝜇0 𝑑𝑠 𝑥2 𝑟̂
𝑑𝐵 (4.1)
4𝜋 𝑟

dengan

𝜇0 : konstanta permeabilitas udara / vakum (1,26 𝑥 10−6 Tm/A)

𝑟 : jarak antara kawat dengan titik acuan

𝑟̂ : vektor satuan jarak 𝑟

𝑑𝑠 : vektor arah arus

Solenoid adalah suatu lilitan kawat yang berbentuk pegas dan dialiri arus listrik.
Secara umum bagian tengah solenoid bisa diisi suatu inti atau dibiarkan kosong
(inti udara/vakum). Persamaan untuk menghitung kuat medan magnet pada
solenoid yang panjangnya tak berhingga adalah:

𝐵 = 𝜇. 𝑛. 𝑖 (4.2)

21
dengan

𝜇 : konstanta permeabilitas inti kumparan

𝑛 : jumlah lilitan per satuan panjang

𝑖 : arus listrik yang mengalir pada kumparan

Transformator (disingkat trafo) adalah suatu alat untuk mengubah tegangan AC


menjadi lebih besar atau lebih kecil. Trafo terdiri dari dua buah kumparan: primer
dan sekunder dengan inti besi berlapis. Kumparan primer dihubungkn ke input
tegangan. Pengaturan besar kecilnya perubahan tegangan pada trafo bergantung
dari jumlah lilitan pada kumparan primer dan sekundernya.

𝑉𝑝 𝑁
𝑉𝑠
= 𝑁𝑝 (4.3)
𝑠

dengan

𝑉𝑝 : Tegangan pada kumparan primer

𝑉𝑠 : Tegangan pada kumparan sekunder

𝑁𝑝 : Jumlah lilitan kumparan primer

𝑁𝑠 : Jumlah lilitan kumpran sekunder

Trafo yang digunakan untuk menaikkan tegangan disebut trafo step-up,


sedangkan untuk menurunkan tegangan disebut trafo step-down.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Percobaan 1: Medan Magnet Di Sekitar Kawat Lurus, Melingkar, dan Solenoid

1. Siapkan alat-alat sesuai Tabel 4.1


2. Susun rangkaian seperti pada gambar masing-masing Bagian berikut. Pastikan
catu daya mati dan saklar rangkaian terbuka. Pilih tegangan output dari catu
daya sebesar 2V DC.

22
Gambar 4.3. Bagian A. Medan Magnet di Sekitar Kawat Lurus

Gambar 4.4. Bagian B. Medan Magnet di Sekitar Kawat Melingkar

Gambar 4.5. Bagian C. Medan Magnet di Sekitar Solenoid

3. Pada posisi catu daya dan saklar yang masih OFF, tempatkan beberapa kompas
kecil pada permukaan kotak transparan sebagai berikut:

● Bagian A: mengitari kawat lurus vertikal.

23
● Bagian B: mengitari kawat melingkar, tempatkan pula 1 buah kompas kecil
di tengah-tengah lingkaran.

● Bagian C: di tengah-tengah solenoid.

Kemudian amati dan catat arah semua jarum kompas mula-mula untuk
masing Bagian.

4. Nyalakan catu daya dan set saklar ON. Amati baik-baik perubahan arah jarum
kompas, kemudian catat.

5. Gambar sketsa pola garis-garis medan magnet di sekitar kawat lurus vertikal
berdasarkan arah jarum kompas.

6. Matikan catu daya. Kemudian tukar kabel penghubung antara 2 port catu daya
sehingga polaritasnya terbalik.

7. Nyalakan kembali catu daya dan amati baik-baik perubahan arah jarun jam
kompas, kemudian catat.

Percobaan 2: Elektromagnetika

1. Susun rangkaian seperti Susun rangkaian seperti Gambar 4.6, pastikan catu
daya dan saklar dalam posisi OFF.

● Gunakan kumparan 500 lilitan dan 1000 lilitan.

● Gunakan multimeter digital sebagai ammeter dengan batas ukur 10 A DC.

● Letakkan kompas besar pada salah satu ujung kumparan, dan atur kompas
dan kumparan agar jarum kompas tegak lurus terhadap sumbu kumparan.

24
Gambar 4.6. Rangkaian Percobaan Elektromagnetika

2. Pilih output tegangan catu daya sebesar 12 V DC.


3. Nyalakan catu daya dan set saklar ON.
4. Putar knob Potensiometer pada skala kasar pertama, dan amati arus yang
melalui rangkaian pada Multimeter. Kemudian catat besar arusnya.
5. Amati sudut dan arah simpangan (searah jarum jam (SJ) atau berlawanan (BJ))
dan catat hasilnya untuk kasus-kasus berikut:

● 500 lilitan dengan inti udara.

● 500 lilitan dengan inti besi berbentuk I.

6. Ulangi langkah (5) untuk kumparan 1000 lilitan.

7. Tukar ujung-ujung kabel yang terpasang pada catu daya agar polaritasnya
terbalik. Kemudian ulangi langkah (5) dan (6).

8. Putar knob Potensiometer agar nilai arus yang terbaca di Multimeter berubah.
Kemudian catat besar arusnya.

9. Ulangi langkah (5) sampai (7) untuk beberapa nilai arus yang melalui
rangkaian. Catat Hasilnya pada Tabel 4.3.

Percobaan 3: Transformator

1. Susun rangkaian seperti Gambar 4.7, pastikan catu daya dan saklar dalam
posisi OFF.

● Pasang kumparan 500 lilitan sebagai kumparan primer, dan 1000 lilitan
sebagai kumparan sekunder.

25
● Gunakan dua Multimeter dengan batas ukur 20V AC.

2. Pilih output tegangan catu daya sebesar 2 V AC.

Gambar 4.7. Rangkaian Percobaan Transformator

3. Nyalakan catu daya dan set saklar ON, kemudian baca tegangan kumparan
primer dan sekunder pada masing-masing multimeter. Catat hasilnya.

4. Set saklar OFF, kemudian ulangi langkah (3) untuk tegangan catu daya 4V dan
6V AC.

5. Set saklar OFF, kemudian tukar posisi kumparan (kumparan 1000 lilitan
sekarang menjadi kumparan primer.

6. Ulangi langkah (3) untuk tegangan catu daya 8V, 10V dan 12V AC.

26
V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Percobaan 1

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Percobaan Medan Magnetik di Sekitar Kawat Berarus

Bagian Polaritas Arah Medan Magnet


Percobaan A B Mula-Mula Setelah Diberi Arus

+ -

Kawat
Lurus

- +

+ -

Kawat
Melingkar

- +

+ -

Solenoid

- +

27
Percobaan 2

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Percobaan Elektromagnetika

Kumparan Simpangan Jarum Kompas


Arus
No Jumlah
(A) Inti Sudut (derajat) Arah (SJ/BJ)
lilitan
500 Udara
500 Besi
1 0,2
1000 Udara
1000 Besi
500 Udara
500 Besi
2 0,3
1000 Udara
1000 Besi

Percobaan 3

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Percobaan Transformator

Jumlah Lilitan
Tegangan Catu
Kumparan Kumparan Vp (V) Vs (V)
Daya (V)
Primer, Np Sekunder, Ns
Kasus 1. Kumparan primer 500 dan Kumparan sekunder 1000
2V 500 1000
4V 500 1000
6V 500 1000
Kasus 2. Kumparan primer 1000 dan Kumparan sekunder 500
8V 1000 500
10V 1000 500
12 V 1000 500

28
MODUL 5: DIFRAKSI, PANJANG GELOMBANG
CAHAYA, DAN POLARISASI

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami peristiwa fisis yang dialami oleh cahaya dengan prinsip difraksi
oleh kisi.

2. Menentukan panjang gelombang cahaya tampak dengan menggunakan kisi


difraksi.

3. Memahami fenomena polarisasi gelombang cahaya.

4. Memahami fenomena perputaran bidang polarisasi oleh benda padat.

II. ALAT-ALAT PERCOBAAN

Tabel 5.1. Daftar alat-alat percobaan difraksi dan panjang gelombang cahaya

Nama Alat Jumlah


Kotak cahaya 1
Pemegang kotak cahaya 1
Rel presisi 2
Penyambung rel 1
Kaki rel 2
Pemegang slaid diafragma 2
Kisi difraksi 1
Diafragma celah tunggal 1
Keping penutup 2
Diafragma 4 lingkaran 1
Layar putih 1
Tumapakan berpenjepit 6
Lensa f=+50mm 1
Lensa f=+100mm 1
Diafragma anak panah 1
Catu daya 1
Kabel probe 2

29
Tabel 5.2. Daftar alat-alat percobaan polarisasi

Nama Alat Jumlah


Kotak cahaya 1
Pemegang kotak cahaya 1
Rel presisi 2
Penyambung rel 1
Kaki rel 2
Slaid polarisasi 1
Filter polarisasi 1
Layar putih 1
Tumapakan berpenjepit 6
Lensa f=+50mm 1
Lensa f=+100mm 1
Pemegang slaid diagfragma 1
Catu daya 1
Kabel probe 2

III. Teori Dasar

Difraksi dan Panjang Gelombang Cahaya

Difraksi merupakan penyebaran arah rambar gelombang ketika melewati suatu


celah yang sempit. Peristiwa ini adalah konsekuensi dari prinsip Huygens, ketika
suatu gelombang masuk melewati celah yang sempit maka tiap titik pada celah
berperan sebagai sumber gelombang baru dengan arah rambat radial. Gelombang
yang melewati celah merupakan hasil superposisi gelombang-gelombang baru
pada celah. Penyebaran arah rambat gelombang akan membentuk pola difraksi
berupa pita gelap-terang dengan intensitas maksimum berada pada bagian pusat
pita. Persamaan umum dari peristiwa difraksi adalah:

𝑚𝜆 = 𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜃 (5.1)

dimana 𝜆 adalah panjang gelombang cahaya, d adalah jarak antara celah kisi, θ
adalah sudut difraksi dan m adalah orde pola difraksi.

30
y

Gambar 5.1. Difraksi pada kisi

𝑦
𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝜃 = (5.2)
𝐿
𝑦
𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝜃 ≈𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜃 ≈ 𝜃 ≈ (5.3)
𝐿

Dengan mensubstitusi persamaan 5.3 ke persamaan 5.1 maka diperoleh

𝑚𝜆𝐿
𝑦= (5.4)
𝑑
y merupakan jarak dari pusat ke titik terang pertama.

Polarisasi

Gelombang cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, gelombang


elektromagnetik akan terpolarisasi jika arah vektor medan listrik pada bidang
osilasi yang sama. Gelombang cahaya umumnya tidak terpolarisasi atau
terpolarisasi dengan arah yang acak.

31
Gambar 5.2. Bidang osilasi dari gelombang cahaya yang terpolarisasi

Ketika filter polarisasi diletakkan pada suatu sumber cahaya yang tidak
terpolarisasi maka hanya medan listrik yang arahnya paralel dengan arah filter
polarisasi yang akan diteruskan sehingga intensitas cahaya yang diteruskan (I)
akan menjadi setengah dari intensitas sumber cahaya (I0):

1
𝐼= 𝐼 (5.5)
2 0
Namun pada sumber cahaya yang terpolarisasi intensitas cahaya yang diteruskan
akan bergantung pada sudut (θ) antara arah polarisasi sumber cahaya dengan arah
polarisasi dari filter polarisasi, sehingga intensitas yang diteruskan (I):

𝐼 = 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 (5.6)

(a) (b)

Gambar 5.2. (a) Cahaya yang tidak terpolarisasi menjadi terpolarisasi setelah
melewati filter polarisasi. (b) Jumlah cahaya yang diteruskan oleh filter P2
bergantung pada sudut antara arah polarisasi filter P2 dan filter P1 dimana cahaya
yang akan diteruskan oleh filter P2 yang telah terpolarisasi pada filter P1.

32
IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Difraksi dan Panjang Gelombang Cahaya

Percobaan 1: Difraksi pada Kisi

1. Persiapkan peralatan percobaan.

2. Rangakai peralatan sesuai percobaan.

Gambar 5.3. Percobaan difraksi pada kisi

3. Nyalakan catu daya.

4. Atur jarak antara lampu dengan lensa f = +50mm sejauh 5cm. Lensa ini
berfungsi untuk mensejajarkan sinar yang datang dari sumber cahaya.

5. Atur kedudukan lensa f = +100mm sehingga terbentuk bayangan celah


tunggal yang tajam dilayar.

6. Letakkan pemegang slaid diafragma dibelakan lensa (f = 100mm),


kemudian masukkan kisi difraksi kedalamnya.

7. Amati sinar yang jatuh pada layar. Berwarnakah sinar yang jatuh pada
layar?

8. Amati susunan warna yang terjadi. Warna apa yang paling banyak dan
paling sedikit disebarkan? Catat hasil pengamatan.

9. Selesai. Matikan catu daya.

33
Percobaan 2: Mengukur Panjang Gelombang Cahaya

1. Persiapkan peralatan percobaan.

2. Rangakai peralatan sesuai percobaan.

Gambar 5.4. Percobaan pengukuran panjang gelombang cahaya dengan prinsip


kisi difraksi

3. Nyalakan catu daya.

4. Atur jarak antara lampu dengan lensa f = +50mm sejauh 5cm. Lensa ini
berfungsi untuk mensejajarkan sinar yang datang dari sumber cahaya.

5. Atur kedudukan lensa f = +100mm sehingga terbentuk bayangan celah


tunggal yang tajam dilayar.

6. Letakkan pemegang slaid diafragma dibelakan lensa (f = 100mm),


kemudian masukkan kisi difraksi kedalam pemegang celah diafragma.

7. Geser kisi mendekati atau menjauhi layar. Amati perubahan yang terjadi.

8. Masukkan filter cahaya (merah, hijau, biru) pada celah pemegang


diafragma belakang kotak cahaya, kemudian ukur :

34
L = jarak kisi ke layar.

y = jarak antara antara garis terang pusat dengan garis terang disamping
garis terang pusat. Catat hasil pengamatan.

9. Selesai. Matikan catu daya.

2. Polarisasi

Percobaan 1: Polarisasi Cahaya

1. Persiapkan peralatan percobaan.

2. Rangakai peralatan sesuai percobaan.

3. Nyalakan catu daya.

4. Atur jarak antara kotak cahaya dengan lensa f = +50mm sejauh 5cm.

5. Letakkan filter polarisasi pertama (polarisator) dibelakang lensa f = +50mm


dilubang kedua tumpakan berpenjepit.

6. Letakkan filter polasisasi kedua (analisator) didepan lensa f = +100mm


pada lubang pertama tumpakan berpenjepit.

7. Atur kedua filter polarisasi agar memiliki arah (skala) yang sama.

8. Putar filter polarisasi kedua (analisator) hingga 360o.

9. Amati perubahan cahaya yang terjadi.

10. Catat hasil pengamatan.

11. Selesai. Matikan catu daya.

35
Gambar 5.5. Percobaan polarisasi cahaya

Percobaan 2: Perputaran Bidang Polarisasi oleh Benda Padat

1. Persiapkan peralatan percobaan.

2. Rangakai peralatan sesuai percobaan.

3. Nyalakan catu daya.

4. Atur jarak antara kotak cahaya dengan lensa f = +50mm sejauh 5cm.

5. Letakkan filter polarisasi pertama (polarisator) dibelakang lensa f = +50mm


dilubang kedua tumpakan berpenjepit.

6. Letakkan filter polasisasi kedua (analisator) didepan lensa f = +100mm


pada lubang pertama tumpakan berpenjepit.

7. Atur kedua filter polarisasi agar memiliki arah (skala) yang sama.

8. Letakkan slaid polarisasi diantara kedua filter polarisasi.

9. Putar filter polarisasi pertama (polarisator) hingga 360o.

10. Amati perubahan cahaya yang terjadi. Catat hasil pengamatan.

11. Selesai. Matikan catu daya.

36
Gambar 5.6. Percobaan perputaran bidang polarisasi oleh benda padat

V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA


1. Difraksi dan Panjang Gelombang Cahaya
Percobaan 1
Tabel 5.3. Hasil pengamatan difraksi pada kisi

No Orde Difraksi Susunan Cahaya


1 Orde 0 (Terang pusat)
2 Orde 1
3 Orde 2
4 Orde 3

Percobaan 2

Tabel 5.4. Hasil pengamatan panjang gelombang

Warna
No y (mm) L (mm) ʎ (nm)
Cahaya
1 Merah

2 Hijau

3 Biru

37
Catatan :
y = Jarak antara pusat terang orde 0 dengan pusat terang orde1
L = Jarak kisi ke layar

2. Polarisasi

Percobaan 1. Polarisasi Cahaya

Tabel 5.5. Hasil pengamatan percobaan polarisasi cahaya

Sudut Sudut
No Cahaya pada layar No Cahaya pada layar
rotasi rotasi
1 00 3 1350

2 450 4 1800

3 900 5 2700
Catatan : isi kolom cahaya pada layar dengan gelap, redup, dan terang

Percobaan 2

Tabel 5.6. Hasil pengamatan percobaan perputaran bidang polarisasi oleh


benda padat (tanpa filter Warna).

Sudut Sudut
No Cahaya pada layar No Cahaya Pada Layar
rotasi Rotasi

1 00 4 1350

2 450 5 1800

3 900 6 2700
Catatan : isi kolom cahaya pada layar dengan warna yang muncul.

38
DAFTAR PUSTAKA

A Guide to Laboratory Report Writing, Illinois Institut of Technology

Cutnell, et al. 2015. Introduction to Physics. 10th Edition. John Wiley Sons.

Halliday, D., et al. 2014. Principles of Physics. 9th Edition. John Wiley Sons.

Halliday, D., et al. 2014. Principles of Physics. 10th Edition. John Wiley Sons.

Hendro. M.S, et al. 2015. Modul Praktikum Fisika Dasar II. ITB.

Mikrajuddin, A. 2006. Diktat Kuliah Fisika Dasar II Tahap Persiapan Bersama TPB. ITB

Pudak. 2013. Kit Listrik Magnet LPE 122. 3rd Edition. Pudak Scientific.

Pudak. 2013. Kit Optika LPO 122. 3rd Edition. Pudak Scientific.

39

Anda mungkin juga menyukai