2019/2020
MODUL PRAKTIKUM
KONTRIBUTOR
Daftar Pustaka............................................................................................................... 55
1
MODUL 1 : ARUS SEARAH
I. TUJUAN PERCOBAAN
2. Memahami sifat-sifat hambatan dan tegangan dalam suatu rangkaian seri dan
paralel
Resistor adalah sesuatu hal yang dapat menghambat arus listrik. Oleh karena itu,
nilai dari gabungan 2 resistor yang disusun seri setara dengan nilai penjumlahan
dari 2 resistor tersebut. Apabila resistor (𝑅1 , 𝑅2 , … , 𝑅𝑛 ) disusun paralel, maka
semua resistor tersebut senilai dengan 𝑅𝑥 , dimana:
1 1 1 1
= + +⋯+ (1.1)
𝑅𝑥 𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛
2
Dalam praktiknya, nilai resistor yang menghambat arus yang melalui suatu
rangkaian bisa dihitung menggunakan hukum Ohm.
𝑉(𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑅(𝛺) = (1.2)
𝐼(𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
Suatu multimeter yang akan digunakan untuk mengukur arus dan tegangan
membutuhkan 2 kabel probe untuk menghubungkannya dengan rangkaian. Probe
tersebut berwarna merah dan hitam. Probe merah dihubungkan dengan
pin/kutub positif pada multimeter, sedangkan probe hitam dihubungkan dengan
pin/kutub negatif pada multimeter. Kesalahan kutub akan mengakibatkan
pembacaan tanda yang salah pada rangkaian berarus DC. Pin/kutub positif dan
negatif pada multimeter sendiri berbeda pada saat mengukur arus atau tegangan,
seperti yang terlihat pada Tabel 1.2 berikut.
3
Tabel 1.2. Pin/kutub positif dan negatif pada multimeter
Amperemeter mA COM
Voltmeter VΩ COM
Dalam percobaan kali ini, pengukuran tegangan dan arus dilakukan. Pengukuran
tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik tegangan dan arus dalam
suatu rangkaian. Nilai tegangan dan arus ini bisa diatur dengan memberikan nilai
resistor yang sesuai.
1. Susun rangkaian seperti Gambar 1.2, pastikan catu daya dan saklar dalam
keadaan mati
4
2. Setelah diverifikasi oleh asisten praktikum, nyalakan catu daya 2V DC dan
nyalakan saklar
4. Ukur dan catat arus (I(𝑚𝐴)) yang mengalir pada rangkaian (ujung-ujung
multimeter dapat dipasang diantara komponen manapun pada rangkaian)
6. Resistor total pada rangkaian ini dinamakan 𝑅𝑥 . Ukur dan catat tegangan pada
resistor total (𝑉𝑥 ) dengan cara meletakkan probe merah (+) di titik A dan probe
hitam (-) di titik C
7. Ubah tegangan sumber yang keluar dari catu daya dan ulang langkah-langkah
diatas (no 4-6)
1. Susun rangkaian seperti Gambar 1.3, pastikan catu daya dan saklar dalam
keadaan mati
3. Ukur dan catat arus yang mengalir pada rangkaian (𝐼1 , 𝐼2 , 𝐼3 ). Pastikan knop
multimeter mengarah pada mA DC dengan skala 200 mA
4. Ubah tegangan sumber yang keluar dari catu daya, lalu ulangi langkah no 3
5
Gambar 1.3. Rangkaian resistor paralel
1. Susun rangkaian seperti Gambar 1.4, pastikan catu daya dan saklar dalam
keadaan mati
2. Sebelum memberi aliran listrik, pastikan tidak ada tegangan tersisa yang ada
di kapasitor. Gunakan voltmeter untuk menyelidiki apakah kapasitor memiliki
tegangan, apabila kapasitor tersebut memiliki tegangan, kosongkan kapasitor
tersebut dengan menghubung-singkatkan terminal-terminalnya dengan
menggunakan kabel penghubung
3. Nyalakan catu daya dan pilih keluaran catu daya 4 V. Nyalakan saklar 1.
6
V. DATA & PENGOLAHAN DATA
2V
4V
6V
Keterangan : V1=VAB; V2=VBC; Vx=VAC; VT=V1+V2; RT=R1+R2
2V
4V
6V
7
MODUL 2 : ARUS BOLAK – BALIK
I. TUJUAN PERCOBAAN
Listrik dapat tercipta oleh induksi elektromagnetik dari kumparan dan perubahan
medan magnet. Perubahan medan magnet yang searah dan terus-menerus tidak
dapat direalisasikan. Perubahan medan magnet hanya bisa direalisasikan dengan
cara mengubah kutub (positive negative) magnet. Akibatnya, arus yang tercipta
dari induksi elektromagnetik tidak akan searah atau berubah arah secara periodik.
Arus ini dinamakan arus bolak balik (Alternating Current).
8
Gambar 2.1 menunjukkan 2 arus bolak balik berbentuk sinusoidal yang memiliki
periode dan phasa tertentu. Kedua sinyal tersebut dapat ditulis dengan persamaan
matematika sebagai berikut:
Maka,
𝐼1 = 𝐼𝑚𝑎𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 (𝑤𝑡) = 𝐼𝑚𝑎𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝑐𝑜𝑠 (𝑤𝑡 − 90°) = 𝐼𝑚𝑎𝑥 ∠ − 90° (2.4)
Dalam rangkaian dengan arus bolak balik, ukuran resistansi (hal yang dapat
menghambat arus) yang digunakan adalah impedansi (𝑍(Ω)). Berbeda dengan
resistansi pada konsep arus searah (DC), impedansi memiliki nilai fase relatif yang
diakibatkan oleh komponen induktor dan kapasitor.
𝑗
𝑍𝑅 = 𝑅; 𝑍𝐿 = 𝑗𝑤𝐿; 𝑍𝐶 = − (2.6)
𝑤𝐶
𝑍 = 𝑍𝐿 + 𝑍𝐶 + 𝑍𝑅 (2.7)
9
Untuk mendapatkan nilai 𝑍 total tersebut digunakan konsep phasor. Hal ini juga
berlaku untuk besaran yang mengandung vektor lainnya. Contohnya jumlah
tegangan induktor dan resistor. Tegangan induktor akan berbeda fasa 90° dengan
tegangan resistor. Maka, tegangan total dari kedua komponen ini adalah:
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝐿 + 𝑉𝑅 (2.8)
10
Gambar 2.3. Rangkaian RC 1
2. Beri sumber arus searah (2 V) pada rangkaian tersebut dan sambungkan saklar
3. Ukur tegangan atau beda potensial di ujung-ujung kapasitor (𝑉𝐶 ), resistor (𝑉𝑅 )
dan sumber (𝑉𝑆 ). Lakukan pengukuran dua kali dengan membalikkan probe
multimeter. Catat nilai rata-ratanya
4. Ukur arus yang melalui rangkaian tersebut (𝐼). Lakukan pengukuran dua kali
dengan membalikkan probe multimeter. Catat nilai rata-ratanya
5. Ulangi langkah 1-4 untuk rangkaian pada Gambar 2.4 dengan menggunakan
sumber arus bolak balik (2 V rms)
2. Beri sumber arus searah (2 V) pada rangkaian tersebut dan sambungkan saklar
11
4. Ukur arus yang melalui rangkaian tersebut (𝐼)
7. Ulangi langkah 1-4 untuk rangkaian pada Gambar 2.6 dengan menggunakan
sumber arus bolak balik (2 V rms)
12
V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
𝟐𝑽 𝑨𝑪
𝟐𝑽 𝑨𝑪
13
MODUL 3 : PENGUKURAN RANGKAIAN AC/DC
MENGGUNAKAN OSILOSKOP
I. TUJUAN PERCOBAAN
Osiloskop
Pada dasarnya osiloskop adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menampilkan
grafik yang menggambarkan sinyal listrik. Grafik yang ditampilkan menunjukkan
bagaimana sinyal berubah terhadap waktu, sumbu vertikal menyatakan tegangan
14
dan sumbu horizontal menyatakan waktu. Hal yang dapat diamati pada sebuah
grafik sederhana pada osiloskop adalah besar waktu dan tegangan dari sebuah
sinyal frekuensi dari sebuah sinyal yang berosilasi. Terdapat dua jenis osiloskop,
yakni osiloskop analog dan osiloskop digital. Osiloskop analog mengunakan
tabung sinar katoda ( chatode ray tube) yang sepenuhnya bekerja berdasarkan
prinsip listrik analog. Sedangkan pada osiloskop digital tidak lagi digunakan CRT
sebagai display sinyal, tetapi digunakan monitor LCD. Osiloskop analog bekerja
dengan variabel tegangan yang kontinue, sedangan osiloskop digital bekerja
dengan angka biner diskrit yang menunjukkan tegangan sample.
Pada praktikum modul ini juga akan dibahas bagaimana perbedaan fasa yang
terjadi pada komponen hambatan dan kapasitor. Berikut akan dijelaskan
bagaimana perbedaan antara hambatan dan kapasitor pada rangkaian AC.
(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Rangkaian resistor AC dan (b) Grafik perbedaan fasa arus dan
tegangan
Pada sebuah rangkaian hambatan dan generator AC seperti pada Gambar 3.1(a) ,
beda tegangan hambatan yang diperoleh adalah sebesar :
15
Dimana t adalah waktu, 𝜔 adalah frrekuensi sudut sumber tegangan dan VR
merupakan tegangan maksimal yang melewati rangkaian tersebut. Selain itu dari
hubungan hukum ohm dapat diketahui besarnya arus yang melalui rangkaian
adalah :
𝑉𝑅.𝑚𝑎𝑥
𝑖𝑅 = 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 (3.2)
𝑅
Kemudian, jika kita gambarkan grafik nilai vR dan iR terhadap waktu, maka akan
didapatkan hasil seperti dilihatkan pada gambar 3.1(b) sehingga dapat diketahui
bahwa arus dan dan tegangan pada hambatan adalah sefasa. Amplitudo tegangan
yang menyatakan tegangan puncak berbeda dengan tegangan dalam arus searah,
karena tegangan puncak ini bernilai maksimum dalam satu siklus saja. Tgangan
dan arus yang terukur dalam rangkaian AC dihitung berdasarkan nilai rms (root
mean square), yaitu :
𝑉𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑟𝑚𝑠 = (3.4)
√2
𝐼𝑚𝑎𝑥
𝐼𝑟𝑚𝑠 = (3.5)
√2
Sehingga dapat diketahui besar daya rata-rata yang terukur atau bisa disebut
dengan daya efektid yang diberikan oleh catu daya dapat dinyatakan dalam
tegangan dan arus rms, yakni :
𝑉𝑟𝑚𝑠 2
𝑃 = 𝑉𝑟𝑚𝑠 𝐼𝑟𝑚𝑠 = (3.6)
𝑅
16
Kapasitor dalam rangkaian AC
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Rangkaian kapasitor AC dan (b) Grafik perbedaan fasa arus
dan tegangan
Gambar 3.2(a) menunjukkan sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari kapasitor
dan catu daya. Kapasitor adalah komponen elektronik yang dapat menyimpan
energi dalam bentuk muatan listrik, dimana kemampuan kapasitor dalan
menyimpan energi terukur dari kapasitansinya. Saat proses pengisian kapasitor
oleh generator AC energi akan disimpan dalam kapasitor dan kemudian
dilepaskan kembali saat proses pelepasan muatan. Sehingga tidak ada daya yang
hilang dalam rangkaian kapasitor. Beda potensial yang melalui kapasitor tersebut
dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝑉𝐶.𝑚𝑎𝑥 𝜋
𝑖𝐶 = 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 + ) (3.8)
𝑋𝐶 2
17
Rangkaian RLC Seri
Apabila komponen resistor, induktor dan kapasitor dirangkai secara seri dengan
sumber arus bolak balik, maka fungsi tegangan dan arus pada rangakian ini
memenuhi persamaan berikut :
Pada rangkaian ini, arus yang melewatinya memiliki amplituda dan fasa yang
sama. Sebaliknya berbeda dengan besar fasa dari beda potensialnya yang berbeda
setiap waktu, yang dapat ditunjukkan menggunakan diagram fasor. Kemudian
daya efektif yang diberikan oleh catu daya ke rangkaian tersebut adalah :
𝑅
𝑐𝑜𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = 𝑍 (3.12)
𝑉𝑅.𝑟𝑚𝑠
𝑃𝑑𝑖𝑠 = (3.13)
𝑅
1. Siapkan osiloskop, catu daya, saklar, resistor 50 ohm, kapasitor 10 mikroF, dan
beberapa kabel penghubung.
18
2. Sebelum menggunakan osiloskop lakukan kalibrasi terlebih dahulu.
5. Gambarkan sinyal keluaran dan catat besar beda fasa dan tegangan Vs,rms dan
Vr,rms yang terbaca pada osiloskop.
No Fungsi Grafik
1. +
2. /
F = C =
Arus R = XC =
VPs VC,rms VR,rms Z 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝑷 Pdis
2V
Grafik
AC
19
MODUL 4 : MEDAN MAGNETIK
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami arah medan magnet karena arus yang mengalir pada kawat lurus,
kawat melingkar, dan solenoid.
Medan magnet dapat timbul karena 2 hal: adanya magnet permanen dan kawat
yang dialiri arus listrik. Arah medan magnet diilustrasikan dengan garis gaya
magnet. Untuk medan magnet oleh magnet permanen arah garis gaya magnet
20
berawal dari kutub utara menuju kutub selatan, seperti diilustrasikan pada
Gambar 4.1.
Untuk kawat berarus, arah garis gaya magnet mengikuti kaidah tangan kanan
(lihat Gambar 4.2) dan dirumuskan dengan hukum Biot-Savart.
Gambar 4.1. Garis Gaya Magnet pada Gambar 4.2. Garis Gaya Magnet
Magnet Permanen pada Kawat Berarus
⃗ = 𝜇0 𝑑𝑠 𝑥2 𝑟̂
𝑑𝐵 (4.1)
4𝜋 𝑟
dengan
Solenoid adalah suatu lilitan kawat yang berbentuk pegas dan dialiri arus listrik.
Secara umum bagian tengah solenoid bisa diisi suatu inti atau dibiarkan kosong
(inti udara/vakum). Persamaan untuk menghitung kuat medan magnet pada
solenoid yang panjangnya tak berhingga adalah:
𝐵 = 𝜇. 𝑛. 𝑖 (4.2)
21
dengan
𝑉𝑝 𝑁
𝑉𝑠
= 𝑁𝑝 (4.3)
𝑠
dengan
22
Gambar 4.3. Bagian A. Medan Magnet di Sekitar Kawat Lurus
3. Pada posisi catu daya dan saklar yang masih OFF, tempatkan beberapa kompas
kecil pada permukaan kotak transparan sebagai berikut:
23
● Bagian B: mengitari kawat melingkar, tempatkan pula 1 buah kompas kecil
di tengah-tengah lingkaran.
Kemudian amati dan catat arah semua jarum kompas mula-mula untuk
masing Bagian.
4. Nyalakan catu daya dan set saklar ON. Amati baik-baik perubahan arah jarum
kompas, kemudian catat.
5. Gambar sketsa pola garis-garis medan magnet di sekitar kawat lurus vertikal
berdasarkan arah jarum kompas.
6. Matikan catu daya. Kemudian tukar kabel penghubung antara 2 port catu daya
sehingga polaritasnya terbalik.
7. Nyalakan kembali catu daya dan amati baik-baik perubahan arah jarun jam
kompas, kemudian catat.
Percobaan 2: Elektromagnetika
1. Susun rangkaian seperti Susun rangkaian seperti Gambar 4.6, pastikan catu
daya dan saklar dalam posisi OFF.
● Letakkan kompas besar pada salah satu ujung kumparan, dan atur kompas
dan kumparan agar jarum kompas tegak lurus terhadap sumbu kumparan.
24
Gambar 4.6. Rangkaian Percobaan Elektromagnetika
7. Tukar ujung-ujung kabel yang terpasang pada catu daya agar polaritasnya
terbalik. Kemudian ulangi langkah (5) dan (6).
8. Putar knob Potensiometer agar nilai arus yang terbaca di Multimeter berubah.
Kemudian catat besar arusnya.
9. Ulangi langkah (5) sampai (7) untuk beberapa nilai arus yang melalui
rangkaian. Catat Hasilnya pada Tabel 4.3.
Percobaan 3: Transformator
1. Susun rangkaian seperti Gambar 4.7, pastikan catu daya dan saklar dalam
posisi OFF.
● Pasang kumparan 500 lilitan sebagai kumparan primer, dan 1000 lilitan
sebagai kumparan sekunder.
25
● Gunakan dua Multimeter dengan batas ukur 20V AC.
3. Nyalakan catu daya dan set saklar ON, kemudian baca tegangan kumparan
primer dan sekunder pada masing-masing multimeter. Catat hasilnya.
4. Set saklar OFF, kemudian ulangi langkah (3) untuk tegangan catu daya 4V dan
6V AC.
5. Set saklar OFF, kemudian tukar posisi kumparan (kumparan 1000 lilitan
sekarang menjadi kumparan primer.
6. Ulangi langkah (3) untuk tegangan catu daya 8V, 10V dan 12V AC.
26
V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Percobaan 1
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Percobaan Medan Magnetik di Sekitar Kawat Berarus
+ -
Kawat
Lurus
- +
+ -
Kawat
Melingkar
- +
+ -
Solenoid
- +
27
Percobaan 2
Percobaan 3
Jumlah Lilitan
Tegangan Catu
Kumparan Kumparan Vp (V) Vs (V)
Daya (V)
Primer, Np Sekunder, Ns
Kasus 1. Kumparan primer 500 dan Kumparan sekunder 1000
2V 500 1000
4V 500 1000
6V 500 1000
Kasus 2. Kumparan primer 1000 dan Kumparan sekunder 500
8V 1000 500
10V 1000 500
12 V 1000 500
28
MODUL 5: DIFRAKSI, PANJANG GELOMBANG
CAHAYA, DAN POLARISASI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami peristiwa fisis yang dialami oleh cahaya dengan prinsip difraksi
oleh kisi.
Tabel 5.1. Daftar alat-alat percobaan difraksi dan panjang gelombang cahaya
29
Tabel 5.2. Daftar alat-alat percobaan polarisasi
dimana 𝜆 adalah panjang gelombang cahaya, d adalah jarak antara celah kisi, θ
adalah sudut difraksi dan m adalah orde pola difraksi.
30
y
𝑦
𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝜃 = (5.2)
𝐿
𝑦
𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝜃 ≈𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜃 ≈ 𝜃 ≈ (5.3)
𝐿
𝑚𝜆𝐿
𝑦= (5.4)
𝑑
y merupakan jarak dari pusat ke titik terang pertama.
Polarisasi
31
Gambar 5.2. Bidang osilasi dari gelombang cahaya yang terpolarisasi
Ketika filter polarisasi diletakkan pada suatu sumber cahaya yang tidak
terpolarisasi maka hanya medan listrik yang arahnya paralel dengan arah filter
polarisasi yang akan diteruskan sehingga intensitas cahaya yang diteruskan (I)
akan menjadi setengah dari intensitas sumber cahaya (I0):
1
𝐼= 𝐼 (5.5)
2 0
Namun pada sumber cahaya yang terpolarisasi intensitas cahaya yang diteruskan
akan bergantung pada sudut (θ) antara arah polarisasi sumber cahaya dengan arah
polarisasi dari filter polarisasi, sehingga intensitas yang diteruskan (I):
𝐼 = 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 (5.6)
(a) (b)
Gambar 5.2. (a) Cahaya yang tidak terpolarisasi menjadi terpolarisasi setelah
melewati filter polarisasi. (b) Jumlah cahaya yang diteruskan oleh filter P2
bergantung pada sudut antara arah polarisasi filter P2 dan filter P1 dimana cahaya
yang akan diteruskan oleh filter P2 yang telah terpolarisasi pada filter P1.
32
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
4. Atur jarak antara lampu dengan lensa f = +50mm sejauh 5cm. Lensa ini
berfungsi untuk mensejajarkan sinar yang datang dari sumber cahaya.
7. Amati sinar yang jatuh pada layar. Berwarnakah sinar yang jatuh pada
layar?
8. Amati susunan warna yang terjadi. Warna apa yang paling banyak dan
paling sedikit disebarkan? Catat hasil pengamatan.
33
Percobaan 2: Mengukur Panjang Gelombang Cahaya
4. Atur jarak antara lampu dengan lensa f = +50mm sejauh 5cm. Lensa ini
berfungsi untuk mensejajarkan sinar yang datang dari sumber cahaya.
7. Geser kisi mendekati atau menjauhi layar. Amati perubahan yang terjadi.
34
L = jarak kisi ke layar.
y = jarak antara antara garis terang pusat dengan garis terang disamping
garis terang pusat. Catat hasil pengamatan.
2. Polarisasi
4. Atur jarak antara kotak cahaya dengan lensa f = +50mm sejauh 5cm.
7. Atur kedua filter polarisasi agar memiliki arah (skala) yang sama.
35
Gambar 5.5. Percobaan polarisasi cahaya
4. Atur jarak antara kotak cahaya dengan lensa f = +50mm sejauh 5cm.
7. Atur kedua filter polarisasi agar memiliki arah (skala) yang sama.
36
Gambar 5.6. Percobaan perputaran bidang polarisasi oleh benda padat
Percobaan 2
Warna
No y (mm) L (mm) ʎ (nm)
Cahaya
1 Merah
2 Hijau
3 Biru
37
Catatan :
y = Jarak antara pusat terang orde 0 dengan pusat terang orde1
L = Jarak kisi ke layar
2. Polarisasi
Sudut Sudut
No Cahaya pada layar No Cahaya pada layar
rotasi rotasi
1 00 3 1350
2 450 4 1800
3 900 5 2700
Catatan : isi kolom cahaya pada layar dengan gelap, redup, dan terang
Percobaan 2
Sudut Sudut
No Cahaya pada layar No Cahaya Pada Layar
rotasi Rotasi
1 00 4 1350
2 450 5 1800
3 900 6 2700
Catatan : isi kolom cahaya pada layar dengan warna yang muncul.
38
DAFTAR PUSTAKA
Cutnell, et al. 2015. Introduction to Physics. 10th Edition. John Wiley Sons.
Halliday, D., et al. 2014. Principles of Physics. 9th Edition. John Wiley Sons.
Halliday, D., et al. 2014. Principles of Physics. 10th Edition. John Wiley Sons.
Hendro. M.S, et al. 2015. Modul Praktikum Fisika Dasar II. ITB.
Mikrajuddin, A. 2006. Diktat Kuliah Fisika Dasar II Tahap Persiapan Bersama TPB. ITB
Pudak. 2013. Kit Listrik Magnet LPE 122. 3rd Edition. Pudak Scientific.
Pudak. 2013. Kit Optika LPO 122. 3rd Edition. Pudak Scientific.
39