Anda di halaman 1dari 13

Tugas individu

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU (SPGDT)


KONDISI BENCANA DAN ASPEK ETIKLEGAL KEPERAWATAN

DOSEN PENGAJAR : SARI ARIE LESTARI,. S.Kep,.Ns,.M.Kes

DISUSUN OLEH :
NAMA : SUIM SAK KIAR
KELAS : J2 KEPERAWATAN
NIM : P201701055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa yang Akbar
bagi seluruh alam semesta karena atas rahmat dan berkat-Nyalah sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan dengan Mata Kuliah Keperawatan Bencana dan
judul makalah “Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (Spgdt) Kondisi
Bencana Dan Aspek Etiklegal Keperawatan”, dengan waktu yang telah ditentukan.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan tersebut. Sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Akhirnya semoga Allah SWT, senantiasa memberikan petunjuk kepada kita
semua agar apa yang kita cita-citakan menjadi sukses.

Bombana, 06 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................


Daftar Isi ..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang ..............................................................................................
B...Rumusan Masalah .........................................................................................
C...Tujuan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A...Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu...........................................
B...Peran Perawat Dalam Bencana ....................................................................
C...Aspek Etik Penangan Bencana ....................................................................
BAB VI PENUTUP
A...Kesimpulan ...................................................................................................
B...Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah dinyatakan sebagai salah satu negara paling rawan bencana.
Menurut International Strategy for Disaster Reduction (ISDR), Indonesia
menduduki urutan ke-7 di antara negara-negara yang rawan bencana. Kenyataan
terus menunjukkan bagaimana Indonesia tetap rentan terhadap bencana baik yang
disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan lainnya
maupun non alam seperti banjir, penyakit menular, kebakaran hutan dan lainnya,
serta bencana sosial berupa konflik sosial di berbagai daerah.
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan
respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkenah (Efendi dan Makhfudli,
2009).
Bencana merupakan fakta yang tidak dapat dihindari akan tetapi dapat
diantisipasi atau diminimalkan dampaknya. Pembagian peran yang jelas antara
berbagai pihak yang terlibat dan pemanfaatan media komunikasi dapat
mempercepat penyebaran informasi, memperlancar komunikasi dan koordinasi
antar berbagai pihak yang terlibat sehingga diharapkan dapat meminimalkan
risiko bencana baik risiko kerusakan ataupun.
Bencana yang terjadi membawa sebuah konsekuensi untuk mempengaruhi
manusia dan / atau lingkungannya. Kerentanan terhadap bencana dapat
disebabkan oleh kurangnya manajemen bencana yang tepat, dampak lingkungan,
atau manusia sendiri. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kapasitas
ketahanan komunitas terhadap bencana.
Bencana menimbulkan dampak terhadap menurunnya kualitas hidup
penduduk, termasuk kesehatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi setelah
terj adi bencana adalah pelayanan kesehatan terhadap korban bencana. Untuk
penanganan kesehatan korban bencana, berbagai piranti legal (peraturan, standar)
telah dikeluarkan. Salah satunya adalah peraturan yang menyebutkan peran
penting Puskesmas dalam penanggulangan bencana.
Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan
krisis di daerah bencana adalah kurangnya SDM (sumber daya manusia)
kesehatan yang dapat difungsikan dalam penanggulangan krisis akibat bencana.
Kondisi tersebut memang sudah ada sejak sebelum terjadinya bencana atau
karena adanya tenaga kesehatan yang menjadi korban bencana (Ismunandar, 2013).
Pada konsep penanggulangan bencana, salah satu bentuknya adalah
manajemen risiko bencana. Pada tahap tersebut, diupayakan bila terjadi peristiwa
bencana, kerusakan, dan kerugian dengan skala dampak yang cukup besar dapat
dihindari, atau diminimalisir.
Hasil studi menunjukkan bahwa di sektor kesehatan, berbagai piranti legal
(peraturan, standar) telah menyebutkan peran penting petugas kesehatan dalam
penanggulangan bencana. Bencana tidak hanya menimbulkan korban meninggal
dan luka serta rusaknya berbagai fasilitas kesehatan, tetapi juga berdampak pada
permasalahan kesehatan masyarakat, seperti munculnya berbagai penyakit
paskagempa, fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang baik, trauma
kejiwaan serta akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
pasangan. Petugas kesehatan bersama dengan masyarakat berperan dalam
penanggulangan bencana gempa, mulai dari sesaat setelah gempa (hari ke-1
hingga hari ke-3), masa tanggap darurat (hari ke-3 hingga sebulan) serta masa
rehabilitasi dan rekonstruksi (sejak sebulan paskagempa). Beberapa faktor turut
mendukung kelancaran petugas Puskesmas dalam melakukan tindakan gawat
darurat pada saat gempa, termasuk partisipasi aktif masyarakat dan relawan dalam
membantu penanganan korban.

B. Rumusan Masalah
1. bagaimana sistem penanggulangan gawat darurat terpadu?
2. Apa peran perawat dalam bencana?
3. Bagaimana aspek etik penangan bencana?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui sistem penanggulangan gawat darurat terpadu
2. untuk mengetahui peran perawat dalam bencana
3. untuk mengetahui aspek etik penangan bencana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu

1. Pengertian
SPGDT adalah sostem penanggulangan pasien gawat darurat terdiri
dari Pra RS, RS, dan antar RS. Berpedoman pada respon cepat yang
menekankan time saving is lifi and limb saving yang melibatkan masyarakat
umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan
komunikasi.
Menurut Depkes tahun 2006 dalam buku pedoman PPGD menyatakan
sistem Penanggulangan Gawat Terpadu adalah sistem yang merupakan
koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai kegiatan
profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan pelayanan
terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari -
hari. pelayanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS,
RS dan antar RS dan memiliki 8 komponen yaitu :
a. Komponen/ Fase Deteksi
b. Komponen/ Fase Supresi
c. Komponen/ Fase Pra Rumah Sakit
d. Komponen / Fase Rumah Sakit
e. Komponen/Fase Rehabilitasi
f. Komponen Penanggulangan Bencana
g. Komponen Evaluasi/”Quality Control”
h. Komponen Dana
2. Tujuan Sistem Penanggulangan Gawat Terpadu
SPGDT bertujuan untuk tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang
optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada
dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita
gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau
cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi :
a. Penanggulangan penderita ditempat kejadian
b. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke sarana
kesehatan yang lebih memadai
c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan
penanggulangan penderita gawat darurat
d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.
e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat ditempat rujukan (unit
gawat darurat dan ICU).
f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat

3. Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Terpadu


a. Fase deteksi
b. Fase supresi
c. Sistem pelayanan medik pra Rumah Sakit
d. Fase Rumah Sakit
e. Fase rehabilitasi

B. Peran Perawat Dalam Bencana


1. Peran perawat dalam fase pre-impact
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
2. Peran perawat dalam fase impact
a. Bertindak cepat
b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan
pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang
selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya
untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
3. Peran perawat dalam fase post impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi
korban
b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3
kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua,
individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback,
mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu
akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD
dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan
gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan
masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
(recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

C. Aspek Etik Penangan Bencana

1. Pengertian
Etika merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik atau
buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika adalah ajaran atau ilmu tentang
adat kebiasaan yang berkenaan dengan kebiasaan baik buruk yan diterima
umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban dan sebaainya. Etik juga dapa
digunakan untuk mendeskripsikan suatu poola atau cara hidup, sehingga etik
merefleksikan sifat, prinsip dan standart seseorang yang mempengaruhi
prilaku professional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai
etik perawatan.
Aspek Etik dan Legal dalam konteks Keperawatan adalah merupakan
istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia
berprilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain,
selain itu merupakan prinsip yang menyangkur benar atau salah, baik dan
buruknya dalam berhubungan dengan orang lain. Keperawatan telah
mengembangkan kode etik dengan menggambarkan kondisi ideal
professional. Kode etik mencerminkan prinsip etis yang secara luas dapat
diterima anggota profesi.

2. Kode Etik Keperawatan Bencana


a. Perawat bencana memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi
martabat kemanusiaan dan keunikan klien
b. Perawat bencana mempertahankan kompetensi dan tanggung jawab
dalam praktek keperawatan emergensi
c. Perawat bencana melindungi klien manakala mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tidak cakap, tidak legal, sehingga keselamatannya
terancam

3. Aspek Legal
Aspek legal dalam konteks pelayanan keperawatan bencana :
a. Membuat kontrak kerja (memahami hak dan kewajiban)
b. Praktek yang kompeten hanya dilakukan oleh seorang perawat yang
kompeten
c. Tambahan penyuluhan kesehatan dan konseling dalam pemberian
asuhan keperawatan
d. Melaksanakan tugas delegasi, sesuai dengan kemapuan perawat yang
akan diberikan delegasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SPGDT adalah sostem penanggulangan pasien gawat darurat terdiri dari Pra
RS, RS, dan antar RS. Berpedoman pada respon cepat yang menekankan time
saving is lifi and limb saving yang melibatkan masyarakat umum dan khusus,
petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan komunikasi.
Peran perawat dalam bencana terbagi atas 3 yaitu peran perawat dalam fase
pre-impact, impact, post impact.
Aspek Etik dan Legal dalam konteks Keperawatan adalah merupakan istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berprilaku,
apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain, selain itu
merupakan prinsip yang menyangkur benar atau salah, baik dan buruknya dalam
berhubungan dengan orang lain.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan
kegiatan tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu memiliki
kemampuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanusiaan melalui aksi
siaga bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi Ferry Dan Mukhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunikasi Teori Dan
Praktik Dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Ismunandar. 2013. Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu Dalam
Penanganan Korban Bencana. Volume 8 No.3. Poltekkes Kemenkes Palu.
Sulawesi Tengah

Anda mungkin juga menyukai