Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan rangkaian prosedur


untuk mengetahui adanya benjolan atau keabnormalan pada payudara sejak dini.
SADARI penting untuk dilakukan dan dikuasai oleh setiap wanita terlebih oleh
remaja, dengan melakukan SADARI pada usia remaja dan menemukan keabnormalan
sejak dini dapat memberikan prognosis yang lebih baik (Tarmi, 2013). Menurut
World Health Organization (WHO), sekitar 8-9% wanita berpotensi akan mengalami
kanker payudara. Kanker payudara sebagai jenis yang paling banyak ditemui pada
wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di
Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat (Gaol, 2014).

Data di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000


penduduk setiap tahunnya. Ini berarti dari jumlah 237 juta penduduk, ada sekitar
273.000 penderita kanker baru setiap tahunnya. Sejalan dengan itu, data empiris juga
menunjukkan bahwa prevelensi kanker meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Sekitar 2,2% kematian semua umur disebabkan oleh kanker ganas. Prevelensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2015).

Prevelensi kanker payudara tertinggi terdapat pada Provinsi D.I.Yogyakarta,


yaitu sebesar 2,4% (Kemenkes RI, 2015). Jumlah kanker payudara di Provinsi DIY
sebanyak 14.596 orang dan prevalensi yang sudah di diagnosis oleh dokter sebanyak
4,1% (Depkes RI, 2015). Jumlah kanker payudara di Kota Yogyakarta sebanyak 175
orang penderita kanker payudara terbanyak berasal dari kalangan usia 15 hingga 24
tahun (Dinkes DIY, 2015). Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) DIY
tahun 2010 bahwa jumlah pasien kanker payudara keluar rawat inap berjumlah 1.100
kasus dan 36 perempuan meninggal dunia.

Berdasarkan RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan bahwa angka kejadian


kanker payudara di DIY sebanyak 4,2 dari 1.000 penduduk. Kasus ini tertinggi jumlah
kasusnya karena kanker payudara terus mengalami fluktuasi dari tahun ketahun. Pada
tahun 2014, untuk periode januari hingga april, sudah ada 29 kasus. Data Dinkes DIY
menunjukkan. Penderita kanker berasal dari kalangan usia 25 hingga 64 tahun.
Kanker juga di temukan di usia remaja 15-24 tahun.

Masalah lainnya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kanker


payudara. Penyebaran informasi mengenai faktor risiko kanker payudara dan
pemeriksaan diri kanker payudara kurang tersebar di masyarakat. Masih banyak
wanita yang belum menyadari pentingnya melakukan deteksi dini. Menurut survey
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta tahun 2012, sebanyak 80% masyarakat tidak
mengerti akan pentingnya melakukan pemeriksaan dini payudara, hanya 11,5% yang
paham, sementara sisanya tidak tahu (8,5%). Padahal di Negara lain, program-
program deteksi dini kanker payudara telah banyak di kembangkan (Lenggogeni,
2011).

Penderita kanker payudara telah banyak ditemukan pada usia muda bahkan
tidak sedikit remaja putri usia 14 tahun menderita tumor payudara, dimana tumor
dapat berpotensi menjadi kanker bila tidak di deteksi lebih awal (Mboi, 2014).
Banyak keuntungan melakukan SADARI pada usia remaja, karena hampir 85%
gangguan atau benjolan ditemukan sendiri oleh penderita melalui SADARI. Sekitar
95% wanita yang terdiagnosa kanker payudara pada tahap awal dapat bertahan hidup
lebih dari 5 tahun setelah terdiagnosa (Tarmi, 2013).

Besarnya kematian akibat kanker terjadi karena keterlambatan memeriksa ke


fasilitas kesehatan atau klien datang pada stadium lanjut, padahal sebenarnya bila
klien datang pada stadium awal, kemungkinan penyakitnya akan dapat disembuhkan
dengan berbagai pengobatan dan program pencegahan. Deteksi dini kanker payudara
adalah trobosan yang inovatif dalam pembangunan kesehatan untuk mengurani angka
kesakitan dan kematian. Oleh karena itu, SADARI sangat penting dilakukan sebagai
upaya deteksi dini kanker payudara.

Program deteksi dini kanker payudara tersebut telah berkembang di tahun


2017 kabupaten pada 32 provinsi, yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 puskesmas.
Saat ini, telah ada 405 pelatih atau trainers yang terdiri dari dokter spesialis obstetric
ginekologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dokter umum
serta bidan dan diperkuat oleh 1.682 providerss atau pelaksanaan program terdiri dari
dokter umum dan bidan. Jumlah diskrining sebanyak 644.951 perempuan atau 1,75%
dari target perempuan usia 30-50 tahun, benjolan pada payudara 1.682 orang (Profil
Kesehatan Indonesia, 2013).

Mengingat besarnya dampak buruk dari kanker payudara perlu kiranya


perhatian yang cukup terhadap masalah ini. Hal ini juga melatarbelakangi love pink
Indonesia, terhadap sebuah organisasi yang peduli terhadap kanker payudara untuk
menyelenggarakan Jakarta Goes Pink dimana seluruh Warriors dan Survivors kanker
payudara di dunia merayakan perjuangan mereka terhadap penyakit ini (Love Pink
Indonesia).

Rasullulah bersabda: “Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara;


muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit,
dan hidup sebelum mati” (HR. Muslim). Islam mengajarkan berobat jika kita sakit.
Konsep deteksi dini periksa payudaraa sendiri adalah suatu upaya wanita untuk
mendeteksi dini adanya benjolan pada salah satu tubuhnya. Deteksi ini penting,
karena tumor payudara termasuk penyebab kematian ibu.

Artinya :“bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, dimuka di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sehingga Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka taka da yang dapat menolaknya; dan sekali-
kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S AR-Radu:11).

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah memerintahkan manusia


untuk memiliki upaya preventif terhadap penyakit yang mungkin timbul. Selain itu
Allah juga mencintai hambanya yang berbuat baik. Pemeriksaan payudara sendiri
merupakan usaha preventif yang dapat dilakukan manusia sebagai usaha kebaikan
untuk dirinya.

Pentingnya melakukan SADARI sudah menjadi program pemerintah dalam


upaya penanggulangan kejadia kanker payudara. Hal tersebut tercantum dan
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 34 tahun 2015 tentang
“Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Rahim” (Kemenkes RI, 2015).
Selama 5 tahu terakhir program pengendalian kanker payudara telah dilakukan secara
terorganisir. Direktorat Jendral Pengendalian Kanker Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) Kemenkes RI menyatakan bahwa terdapat 5 kegiatan utama yang
telah di susun dan di laksanakan di Indonesia, yaitu program promotif dan
pencegahan, dan program deteksi dini dan tindak lanjut dini, suverlains dan registrasi
kanker, diagnosis dan pengobatan, pelayanan paliatif (Depkes RI, 2015).

Permenkes RI No. 1464/Menkes/Per/X/2010, pemeriksaan deteksi dini kanker


payudara sesuai dengan standar kompetensi bidan sesuai dengan pasal 9 hurif c yaitu
bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana, khusus bagi bidan yang menjalankan program pemerintah
mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
diantarannya adalah melaksanakan deteksi dini, rujuk dan memberikan pelayanan
kesehatan yang diantaranya adalah melaksanakan deteksi dini, rujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap infeksi menular seksual (IMS) termasuk pemberian kondom dan
penyakit lainnya. Bidan berperan dalam melakukan dteksi dini termasuk pada kanker
payudara dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI
dan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis (Clinical Breast Examination-CBE).
Peran tenaga kesehatan yaitu untuk ikut serta menegakkan diagnosis dini terhadap
tumor atau kanker payudara serta menurunkan angka kematian akibat kanker
payudara sekitar 40-50% (Manuaba 2008 dalam Sinau 2015).

Pemeriksaan CBE tidak dapat dilakukan sendiri, dilakukan oleh tenaga


kesehatan maka dari itu SADARI dianjurkan pada wanita untuk mendeteksi dini
adanya kanker payudara, terutama pada wanita dengan usia mulai dari remaja. Karena
dengan wanita subur sangat beresiko terkena penyakit kanker payudara, sehingga
wanita harus sadar akan kesehatan payudaranya yaitu dengan cara rutin memeriksa
payudaranya sebagai upaya awal pencegahan penyakit kanker payudara. Cukup
dimulai dengan cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat dilakukan snediri
dirumah dan ini dilakukan setiap bulan setelah selesai menstruasi yakni dengan
SADARI. Para wanita akan mampu melakukan SADARI apa bila terjadi perubahan
pada payudaranya (Brunner & Sudarth, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukaan di SMA N 1 Yogyakarta,


penulis mewawancarai secara langsung 10 remaja putri yang ada di SMA N 1
Yogyakarta terkait dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan didapatkan
hasil bahwa dari 10 remaja putri ada 4 orang remaja putri yang tahu tentang SADARI
tetapi tidak tahu cara melakukannya dan 6 orang remaja putri yang belum mengetahui
SADARI dan belum pernah melakukan SADARI.

Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Pelaksanaan SADARI di SMA N 1
Yogyakarta Tahun 2019”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut “ Adakah hubungan pengetahuan dengan sikap SADARI di
SMA N 1 Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap SADARI pada remaja
putri kelas X di SMA N 1 Yogyakarta tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan SADARI pada remaja putri kelas X di SMA
N I Yogyakarta tahun 2019.
b. Untuk mengetahui sikap SADARI pada remaja putri kelas X di SMA N I
Yogyakarta tahun 2019.
c. Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap pada remaja putri kelas X
dalam melakukan SADARI di SMA N I Yogyakarta tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharaokan dalam memberikan kegunaan bagi aspek teoritas dan aspek
praktis.
1. Aspek teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah
khasanah ilmu di bidang kesehatan terutama bagi siswi SMA N 1 Yogyakarta
tahun 2019.
b. Memberikan masukan dan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan SADARI di SMA N 1 Yogyakarta tahun 2019.
2. Aspek Praktis
a. Bagi Responden
Dapat mengaplikasikan yang telah diperoleh dan menambah pengetahuan
tentang SADARI.
b. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Sebagai bahan penambahan referensi dan pengembagan ilmu pengetahuan
serta penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
c. Bagi Pihak Sekolah
1) Memberikan masukan bagi siswi SMA N 1 Yogyakarta agar dapat
memahami tentang hubungan pengetahuan dengan sikap pemeriksaan
SADARI dan dapat menjadi acuan dalam perawatan dan pencegahan
kanker payudara.
2) Meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang tentang hubungan
pengetahuan dengan sikap pemeriksaan SADARI
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini akan membatasi ruang lingkup yang diteliti, yaitu :
1. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu pengetahuan tentang pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) terhadap sikap SADARI pada remaja putri antara 15-
24 tahun. Sebagai upaya terhadap deteksi dini kanker payudara yang dapat
dilakukan sendiri dan dapat dilakukan secara rutin.
2. Ruang Lingkup Responden
Penelitian ini dilakukan pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 1 Yogyakarta
karena siswi kelas X berada antara usia 15-24 tahun harus dibekali tentang
SADARI agar bisa mendeteksi sedini mungkin mengenai kanker payudara dapat
terjadi usia remaja maupun dewasa, sehingga deteksi dini sejak usia remaja sangat
penting untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara.
3. Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak pengajuan proposal bulan November 2019 sampai
dengan seminar hasil pada bulan Juli 2019. Sedangkan untuk pengumpulan data
kurang lebih 1 bulan karena waktu tersebut diperkirakan cukup untuk memperoleh
sampel yang telah ditemukan.
4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Yogyakarta karena berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan dari 10 siswi yang di wawancarai 4 remaja
putri yang tahu tentang SADARI tapi tidak tahu cara melakukannya dan 6 remaja
putri belum mengetahui SADARI dan belum pernah melakukan SADARI.
F. Keaslian Penelitian
1. Pipit Ekanita (2017), dengan judul Hubungan antara pengetahuan dan Sikap WUS
terhadap perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Penelitian ini
menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian sebanyak 390 orang, jumlah sampel dalam penelitian 93 orang
ditentukan dengan rumus slovin. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster
random sampling. Hasil penelitian : pengetahuan WUS tentang SADARI sebagian
besar dengan kategori sikap tidak baik yaitu sebanyak 59 responden (63,44%),
yaitu perilaku WUS dalam melakukan SADARI sebagian besar dengan kategori
tidak pernah sebanyak 46 responden (49,5%). Persamaan: pendekatan cross
sectional, teknik pengambilan sampel, pengumpulan data dan metode analisis
data.Perbedaan: variable independen dan dependen, desain penelitian, lokasi,
waktu, populasi dan sampel.
2. Sari Saptiani (2012), judul faktor-faktor yang berhubungan dnegan perilaku
pemeriksaan SADARI pada siswi SMA N 62 jakarta. Penelitian ini menggunakan
metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian sebanyak 434 siswi perempuan. Teknik sampling yang digunakan
adalah sample random sampling dengan subyek penelitian sejumlah 93 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang
baik tentang kanker payudara (98%), namun hanya 58% yang memiliki sikap
positif terhadap kanker payudara, 81% responden mengakui bahwa mereka tidak
terpapar oleh media tentang informasi terkait kanker payudara. Selain itu
dukungan dari orang tua juga dirasakan oleh responden masih sangat kurang,
karena sebagian besar responden tidak mendapatkan dukungan yang baik dari
orang tuanya. Hasil uji statistik adalah π = 0,004 dengan signifikasi 0,00 (P <
0,005). Persamaannya: pendekatan waktu, teknik sampling yang digunakan dan
metode pengumpulan data yang menggunakan kuisioner. Perbedaannya: variable
independen dan dependen, pada metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, dan analisis data yang digunakan.
3. Chindi (2013), judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara
Dengan Sikap Dalam Melakukan SADARI Pada Mahasiswi Kebidanan Semester
IV di Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Jenis penelitian cross sectional. Data diuji
menggunakan statistik Kendal tau. Populasi 122 mahasiswi, sampel 40 mahasiswi
hasil penelitian terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang payudara
dengan sikap melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Responden yang
berpengetahuan baik 13 orang dengan sikap positif dan 2 dengan sikap negative.
Sebagian responden berpengetahuan cukup dengan sikap positif yaitu sebanyak 18
orang (45%), dengan koefisien korelasi (tau) yaitu 0,488 dan P-Value yaitu 0,001
dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 7 orang dengan sikap negative.
Persamaan: pada variabel independen dan dependen, pendekatan waktu yang
digunakan, dan teknik pengumpulan data yang menggunakan kuisioner.
Perbedaan: pada metode penelitian, lokasi, waktu, populasi dan sampel dan
analisis data yang digunakan.
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan informasi yang ditemui dan di peroleh
manusia melalui pengamatan akal untuk mengenali sesuatu benda atau
kejadian yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Sering
kali pengetahuan dijadikan sebagai acuhan untuk mengetahui tingkat
kecerdasan seseorang. Bloom dalam bukunya Notoatmodjo (2010:50)
menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya), sedangkan dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia (1998: 884) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan hal (mata pelajaran).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas
yang berbeda-beda. Daryanto (2010 : 103) menjelaskan bahwa aspek-
aspek pengetahuan dalam taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai recall (ingatan).
Seseorang dituntut untuk mengetahui atau mengenal fakta tanpa
dapat menggunakannya.
2) Pemahaman (comprehension). Memahami suatu objek bukan
sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.
3) Penerapan (application) aplikasi diartikan apabila orang yang telah
memahami objek tersebut dan dapat menggunakan dan
mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis) analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu objek.
5) Sintesis (synthesis) sintesis menunjukkan suatu kemampuan
seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu
hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Penilaian (evaluation) evaluasi berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu
berdasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah hasil penginderaan dan pengalaman manusia
yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian manusia terhadap objek
sebagai upaya untuk memperbanyak wawasan yang menghasilkan
pengetahuan.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman


yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media masa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster,
kerabat dekat dan lain sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai macam cara yang


telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat di kelompokkan menjadi dua yaitu :

1) Cara Tradisional Atau Non Ilmiah


Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :

Anda mungkin juga menyukai